Mengawali tahun 2009 ini, aku mengganti theme yang lebih soft, karena tahun ini tahun keprihatinan. Alangkah indahnya jika di tahun yang baru ini kita lebih meningkatkan tali persuadaraan dan membantu sesama yang memerlukan bantuan. Seperti yang dilakukan Ibu kita satu ini. Aku mengutip tulisan temanku untuk profil Ibu Teladan Se-Bali 2008 ini.
BANYAK pilihan bagi seseorang untuk dijadikan ajang pengabdian dalam berbagi kelebihan yang dimiliki, baik waktu, fisik, idealisme, maupun finansial. Bagi Ni Nyoman Nilawati (58) pilihannya jatuh di bidang kemanusiaan, sosial, dan keagamaan. Warga tidak mampu di pedesaan menjadi incarannya.
Untuk lebih bisa mengekspresikan kepeduliannya pada wong cilik ini, ia pensiun dini sebagai PNS di Sekolah Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar, tahun 1977. Setelah itu keseharian tamatan Sekolah Guru (Akademi) Bidan tahun 1972 ini sarat kegiatan menghadiri seminar, pelatihan, kursus, berorganisasi, mengelola yayasan, dan menyalurkan bantuan. “Forum seperti seminar adalah sumber informasi yang bisa memperluas wawasan dan menambah relasi saya,” ujar ibu tiga anak lelaki, dua sarjana dan yang satu masih kuliah ini.
Ia tak ragu-ragu merogoh rupiah dari kantong pribadinya, menyalurkannya sebagai bea siswa puluhan anak yang orangtuanya tidak mampu dan anak yatim. Bantuan pun disalurkan kepada warga lainnya, khususnya di daerah kritis dan pedesaan, mulai kelompok peternak kambing sampai pemilik bengkel yang memerlukan bantuan modal. Aktivis berbagai organisasi social ini selalu berpenampilan sederhana sangat jauh dari kesan glamour.
Ia juga piawai dalam mengarahkan kegiatan tiap organisasi yang digelutinya agar menyentuh kebutuhan masyarakat daerah minus seperti beberapa desa di Karangsem, Bangli, dan Buleleng, yang miskin sumber air. Di pelataran tempat tinggalnya di Desa Pesaban, Rendang, Karangasem, tumbuh aneka tanaman obat keluarga. “Bersama warga setempat kami sedang merintis usaha membuat minuman kesehatan herbal,” tuturnya.
Tidak mengherankan, sebagian besar tanda penghargaan yang diterima istri Made Sudiarta ini justru datang dari masyarakat pedesaan. 22 Desember 2008, adalah hari bersejarah baginya karena ia dinobatkan sebagai Ibu Teladan Se-Bali 2008. –
BANYAK pilihan bagi seseorang untuk dijadikan ajang pengabdian dalam berbagi kelebihan yang dimiliki, baik waktu, fisik, idealisme, maupun finansial. Bagi Ni Nyoman Nilawati (58) pilihannya jatuh di bidang kemanusiaan, sosial, dan keagamaan. Warga tidak mampu di pedesaan menjadi incarannya.
Untuk lebih bisa mengekspresikan kepeduliannya pada wong cilik ini, ia pensiun dini sebagai PNS di Sekolah Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar, tahun 1977. Setelah itu keseharian tamatan Sekolah Guru (Akademi) Bidan tahun 1972 ini sarat kegiatan menghadiri seminar, pelatihan, kursus, berorganisasi, mengelola yayasan, dan menyalurkan bantuan. “Forum seperti seminar adalah sumber informasi yang bisa memperluas wawasan dan menambah relasi saya,” ujar ibu tiga anak lelaki, dua sarjana dan yang satu masih kuliah ini.
Ia tak ragu-ragu merogoh rupiah dari kantong pribadinya, menyalurkannya sebagai bea siswa puluhan anak yang orangtuanya tidak mampu dan anak yatim. Bantuan pun disalurkan kepada warga lainnya, khususnya di daerah kritis dan pedesaan, mulai kelompok peternak kambing sampai pemilik bengkel yang memerlukan bantuan modal. Aktivis berbagai organisasi social ini selalu berpenampilan sederhana sangat jauh dari kesan glamour.
Ia juga piawai dalam mengarahkan kegiatan tiap organisasi yang digelutinya agar menyentuh kebutuhan masyarakat daerah minus seperti beberapa desa di Karangsem, Bangli, dan Buleleng, yang miskin sumber air. Di pelataran tempat tinggalnya di Desa Pesaban, Rendang, Karangasem, tumbuh aneka tanaman obat keluarga. “Bersama warga setempat kami sedang merintis usaha membuat minuman kesehatan herbal,” tuturnya.
Tidak mengherankan, sebagian besar tanda penghargaan yang diterima istri Made Sudiarta ini justru datang dari masyarakat pedesaan. 22 Desember 2008, adalah hari bersejarah baginya karena ia dinobatkan sebagai Ibu Teladan Se-Bali 2008. –
13 komentar:
semoga perjuangan ibu ini meninggalkan pembaharuan yang tidak lekas luntur dan yang terpenting jika para muda mendukung serta mengikuti jejaknya menjadi orang yang tanpa pamrih....
@buat suryaden:
setuju pak, aminnnnnnnnnnnnn
Salut Untuk Ibu Nilawati, kita memang memerlukan lebih banyak lagi Nilawati-Nilawati di negeri ini.
duh saya malah salut dengan wirati yang selalu lebih tahu :D
sip betul ...
mungkin wirati juga ibu teladan se blogger
@buat boykesn:
betul tuh, kalau banyak ibu teladan seperti ini, paling tidak membantu program pemerintah dalam mengentaskan rakyat dari kemiskinan
@blogger adiccter:
terimakasih sudah berkunjung. aihhhh,aihhhh sennagnya ada yang muji, makasi banyak deh kang.
Bukannya selalu lebih tahu, kebetulan aja melihat duluan kok....
he.he.he. Mat tahun baru ya kang, sukses selalu
@buat baburinix!
waduh belumlah sampai memecahkan rekor jadi ibu teladan blogger, belum banyak yang bisa diberikan untuk teman-teman disini.
BTW semoga di tahun baru ini persahabatn kita semakin terjalin yachh, sukses untuk kita semua. Ok bro.
wah betapa hebatnya perjuangan bu Sudiarta, kita patut mencontoh teladan beliau :)
wah, templatenya bagus nih.
btw, ibu Sudiarta memang patut diteladani.
template baru dan semangat baru pastinya
salut dan dua acungan jempol untuk ibu Made Sudiarta..semoga menjadi inspirasi untuk ibu-ibu lainnya
TFS dear!
@buat bunda, fatamorgana,
nunung mulyani :
makasi komennya, and semoga sukses di tahun yang baru ini.
semoga makin byk ibu-ibu yang berjuang untuk membangun generasi penerus bangsa ke depan
Katanya ibu teladan, tapi ada anaknya pernah bercerai, suka pamer lagi.
Posting Komentar