Pengidap HIV/AIDS di Bali diperkirakan terus meningkat. Berdasarkan data Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI) sampai bulan Oktober 2008 terdapat 2413 kasus HIV/AIDS diantaranya 221 orang meninggal karena penyakit ini. Bahkan 50% pengidap HIV/AIDS termasuk golongan di bawah usia 29 tahun. Kota Denpasar menduduki urutan pertama dalam kasus ini, menyusul Badung, dan Buleleng.
Menurut Ketua dan Pendiri YCUI Prof. Dr. dr. Tuti Parwati Merati, Sp.PD., KPTI, semua pihak hendaknya dapat memahami, bahwa ancaman HIV/AIDS di Bali dapat mengurangi ketahanan dan kualitas kehidupan masyarakat. Tahun 2009 ke depan diperkirakan kasus HIV/AIDS akan terus bertambah. “Situasi ekonomi yang sulit, susahnya mencari lapangan pekerjaan, membuat banyak orang stres dan mencari hiburan ke café. Banyak perempuan yang berprofesi sebagai penjaja seks karena sulitnya menyambung hidup ditengah impitan ekonomi. Rendahnya penggunaan kondom di tempat berisiko seperti lokalisasi menjadi salah satu sebab tingginya penularan virus HIV/AIDS di Bali,” ujar Ketua Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi FK Unud/RS Sanglah ini.
Menurutnya beberapa daerah lokalisasi yang mempunyai dampingan telah dianjurkan program penggunaan kondom bagi pelanggannya. “Namun, bagaimana dengan cewek orderan (CO) yang berpindah-pindah? ini sulit dipantau,” ujarnya. Malah, menurutnya, bukan saja di wilayah lokalisasi terjadi transaksi seksual, kini disinyalir café dan warung remang-remang juga terjadi transaksi seksual. “Sekarang ini café bukan lagi berfungsi sebagai tempat untuk bersantai minum-minum, namun sebagian besar café disinyalir malah melakukan transaksi seksual. Mungkin Pemerintah perlu lebih giat melakukan sidak ke lapangan dan pengurusan izin pendirian café perlu diperketat, termasuk jam buka café perlu diawasi,’ saran Dokter Tuti.
Sebuah data hasil riset di beberapa cafe di
Denpasar sebagai pusat
Peneliti kasus AIDS pertama di Indonesia ini mengatakan, situasi kasus HIV/AIDS pada kelompok berisiko hingga Oktober 2008 untuk kelompok heteroseks 1462 kasus, homo/biseks 144 kasus, jarum suntik 685 kasus, perinatal 35 kasus dan tidak diketahui 87 kasus. Artinya, penyebab tertinggi penyakit mematikan ini karena hubungan seksual yang kemudian disusul urutan kedua dengan penggunaan jarum suntik narkoba.
Autoblackthrough. HIV/AIDS tidak menimbulkan gejala. Untuk mengetahui virus ini berjangkit didalam tubuh kata Dokter Tuti, harus dipastikan lewat tes darah. Ketika virus itu sudah merasuk ke tubuh, penderita akan mengalami demam berkepanjangan, batuk atau TBC, diare terus menerus dan kumat-kumatan sehingga berat badannya mulai menurun, tubuhnya kurus kering dan ada jamur di rongga mulutnya.
Untuk mengatisipasi mewabahnya virus HIV/AIDS ini, tidak dapat hanya dilakukan oleh lembaga peduli HIV/AIDS. Menurutnya keprihatinan ini harus ditumbuhkan masyarakat bersama-sama, mulai dari desa pakraman sampai ke banjar-banjar. “Kontrol sosial harus lebih ditingkatkan terutama dalam keluarga. Interaksi hubungan yang harmonis dalam keluarga harus lebih terjalin. Peranan orangtua dalam mendidik anaknya sangat berpengaruh,” ujarnya. Selain itu, perlu diupayakan melayani pengobatan dan tes HIV secara cuma-cuma dan memperbanyak layanan tentang HIV/AIDS di masyarakat.
Untuk mencegah kasus ini terus bertambah, diperlukan kejelian para dokter yang merawat pasien TBC yang dicurigai tidak kunjung sembuh untuk menawarkan tes HIV/AIDS, termasuk juga pada ibu hamil yang mempunyai riwayat berisiko.
Kini sedang digalakkan program PMTCT (Preventing Mother to Child Transmission) atau mencegah penularan dari ibu ke janin. “Jika setelah dilakukan tes ini si ibu positif HIV segera diberikan obat ARV (antiretroviral) untuk mencegah virus ini menular ke bayinya,” ujar Dokter tuti. Menurutnya, dengan pemberian obat ini penderita HIV/AIDS tidak perlu kuatir. Dengan menjalankan terapi ini dengan baik sekitar dua tahun mereka dapat beraktifitas seperti biasa bahkan 80% pasien sudah mengalami kesembuhan. “Masih ada harapan hidup, asalkan sudah terdeteksi sejak dini dengan melakukan tes darah. Selama ini sangat disayangkan yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium III dan IV,” ujarnya.
UNTUK mengetahui status HIV, perlu mengikuti tes HIV yakni tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak.
Prosedur Tes HIV:
Konseling pre-test : konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani tes itu diambil. Tujuannya untuk meyakinkan seseorang yang akan melakukan tes, dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana nantinya bersikap setelah mengetahui hasil tes.
Konseling post-test : konseling setelah hasil tes. Konseling ini penting untuk membantu mereka yang hasilnya positif agar mengetahui cara menghindari penularan pada orang lain, serta untuk bisa mengatasinya dan menjalin hidup secara positif. Bagi yang hasilnya negatif, konseling ini bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara mencegah infeksi HIV di masa datang.
Tes HIV Bersifat :
Sukarela : Tes HIV dilaksanakan berdasar kesadaran diri sendiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain.
Rahasia: Hasil tes bersifat rahasia dan hanya diberikan kepada orang yang bersangkutan.
- Hubungan Seks. Pada saat berhubungan seks tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah orang yang terinfeksi, air mani atau cairan vagina langsung ke aliran darah orang lain, atau melalui selaput mukosa yang berada di bagian dalam vagina, penis atau dubur.
- HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV atau melalui alat suntik atau alat tindakan medis lain yang tercemar HIV.
- HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran, dan ketika menyusui.
HIV tidak menular melalui sentuhan, jabat tangan, bergantian alat makan/minum
Mencegah Penularan HIV dengan Prinsip ABCDE
A = Abstinence; tidak melakukan hubungan seks terutama bagi yang belum menikah
B = Be faithful; setia hanya pada satu pasangan dan tidak "jajan" ke tempat pelacuran
C = use Condom; gunakan kondom
D = no Drugs; jangan gunakan narkoba
E = sterilization of Equipment; minta alat suntik steril pada dokter –ast
13 komentar:
Infonya lengkap...
Untuk mencegah penularan HIV, saya kok kurang sreg dengan yg point C, gunakan kondom. Sebenarnya point A, B dan E sudah mencegah.
Penggunaan kondom, saya memaknainya dengan arti melegalkan prostitusi.
@buat erik:
kita gak bisa menutup mata dengan masalah satu ini. biar bagaimana pun kita arus melek, ini bukan lagi mencari masalaah tapi masalah sudah ada di depan mata. Sebuah survey amat sangat mencengangkan ttg kebiasaan seks para remaja Indonesia umumnya dan khsusnya jakarta, bandung, surabya, yogyakarta dan Bali. So kita mesti melek, bagaimana menanggulanginya. kondom adalah satu sati cara mencegah penularan virus ini. Kita takkan mungkin bisa merem para remaja itu berbuat nekat. Ini yang arus dipikirkan bersama.
HIV/AIDS?
Hmmm, gunung es itu...
Sepakat dg apa yg dikatakan wendra.Statistik yg ada kupikir hanya sekian persen dari jumlah yg sebenarnya.Apalagi Bali,banyak orang datang dan pergi.Tak tertutup kemungkinan infeksi jg datang dari mancanegara lho. :)
@buat wendra wijaya:
iya tuh aku setuju ama kamu fenomena gunung es keliatan di permukaannya saja.
@buat Andri:
he.he.he pak dokter bereaksi nih..
andri aku setuju juga ama pendapat kamu, karena penduduk anonim sebenarnya potensi terbesar pembawa virus ini. baik itu anonim lokal maupun orang asing.
thanks for visiting my blog: Workshop Robot
semoga Jembrana bersih dari penyakit itu ya...mbak...
@buat Khusnul Hidayat:
maaksi ebali sering -sering mampir yahh
@buat boykesn:
hehe. jemberana posisi ke 4 looo, ha.ha.ha.ha.
yah, jangan jajan, dan jangan gonta ganti pasangan, setia, sebenarnya aids itu penyakit orang nakal ya ? tapi kalo yang dapetnya dari turunan, kasihan juga ya ..
@buat adinata:
he.he.he, sekarang bukan lagi khsus untuk orang nakal. siapa saja bisa kena, jadi ini masalah kita bukan masalah mereka.
terkadang ukuran virus HIV bisa aja lebih kecil dari ukuran pori-pori condom, ibarat saringan yang lebih besar dari apa yang disaring, tentunya bisa lepas juga....
wah... jangan sampe kena HIV sangat mengerikan...
Posting Komentar