TAK selamanya orang sakit perlu minum obat. Obat selain mengobati penyakit juga dapat menjadi racun jika salah dalam penggunaannya atau dipakai berlebihan. Efek sampingnya malah dapat mengakibatkan kerusakan di ginjal.
“Obat berfungsi membantu tubuh membebaskan diri dari penyebab penyakit,” ujar spesialis Ilmu Penyakit Dalam Prof. Dwi Sutanegara, M.D. Menurutnya, penderita penyakit infeksi karena bakteri atau parasit perlu diberi obat karena fungsinya untuk membunuh penyebab penyakit itu.
“Walaupun tubuh mempunyai zat antibodi, kalau parasit atau bakterinya ganas perlu dibasmi dengan obat. Anak kecil yang tidak tahan demam juga perlu diberi obat. Panas yang tinggi kadang menimbulkan kejang, dan ini berdampak buruk bagi otaknya. Untuk itu perlu diberi obat untuk menurunkan panas,” ujarnya.
Obat diperlukan juga untuk membuat tubuh relaksasi setelah mengalami kejang. Pada penyakit terkait kurang berfungsinya metabolisme, obat berfungsi mengatur keseimbangan sistem metabolisme tubuh agar menjadi normal.
Antibiotik harus Dihabiskan
Ia menganjurkan beberapa obat harus diminum dan dihabiskan sesuai dengan dosisnya seperti antibiotik. Obat antibiotik obat yang berfungsi menghambat pertumbuhan atau menghancurkan kehidupan mikroorganisme.
Obat antibiotik terdiri atas banyak golongan yang dibagi lagi menjadi banyak jenis dengan cara kerjanya yang berbeda-beda. “Obat antibiotik hanya didapatkan dengan resep dokter. Pembelian dan penggunaan obat antibiotik tanpa resep dokter merupakan langkah salah karena penggunaan yang tidak tepat dapat menimbulkan efek samping,” tegasnya.
Ia menyarankan obat antibiotik harus dihabiskan sesuai resep dokter karena jika diminum setengahnya pengobatan menjadi tidak tuntas bahkan menimbulkan efek kekebalan pada bakteri. “Bakteri akan kebal terhadap obat antibiotik tersebut sehingga tidak mempan lagi jika obat tersebut digunakan pada infeksi bakteri yang sama,” jelasnya.
Contoh, pasien TBC yang diharuskan minum obat antibiotik 6 bulan. Walaupun kondisi pasien sudah menjadi lebih baik tetap saja obat tersebut harus dihabiskan. Jika tidak, obat yang sama tidak akan mempan lagi atau dosisnya harus ditingkatkan lagi.
Ada obat yang harus selalu diminum yakni obat untuk penyakit diabetes dan obat untuk darah tinggi, ada pula obat yang tidak perlu dihabiskan seperti obat simptomatik, obat untuk demam yang berfungsi menurunkan panas. Setelah panas menurun obat dapat dihentikan. Sisa obat dapat disimpan di tempat yang kering dalam kemasan tertutup sehingga dapat digunakan kembali jika diperlukan.
Banyak Bertanya Dokter
Ia mengatakan tidak semua obat dapat menyembuhkan, dan tidak semua penyakit harus disembuhkan dengan minum obat. Untuk mengobati pusing karena kurang tidur sebaiknya jangan minum obat. Lakukan istirahat yang cukup. Begitu juga influenza karena kurang istirahat. Dengan istirahat yang cukup dan minum vitamin penyakit ini dapat sembuh sendirinya.
Selama ini banyak orang lebih menggunakan sugestinya jika akan berobat. Pasien beranggapan akan sembuh jika ditangani dokter A. “Sugesti itu dapat berpengaruh terhadap proses kesembuhannya dan pasien akhirnya benar-benar sembuh,” katanya.
Padahal bisa saja dokter hanya memberikan vitamin, namun karena tersugesti menuruti nasihat dokter akhirnya pasien sembuh.
Saat berobat dan menerima resep, pasien berhak bertanya pada dokternya obat apa yang diberikan, bagaimana cara kerjanya, apa efek buruknya. “Pasien yang banyak bertanya akan menguntungkan dirinya. Kadang pasien tidak tahu apakah obat yang diberikan harus dihabiskan. Kurangnya informasi dapat merugikan pasien,” jelas Guru Besar FK Unud ini.
Obat juga dapat mempunyai efek samping. Kebiasaan sebagian orang, jika sakit sedikit saja sudah minum obat yang dibelinya begitu mudah di warung. “Obat-obat yang diminum dalam jangka panjang dapat merusak sel-sel tubuh akibatnya terjadi gangguan di ginjal yang akhirnya dapat mengakibatkan gagal ginjal,” paparnya.
Selain itu, minum obat berkepanjangan juga dapat merusak lambung. Lambung mengalami iritasi. “Dalam obat pusing biasanya ada rasa asam yang menyebabkan luka di lambung. Jadi, kalau memang tidak terlalu diperlukan jangan sembarangan minum obat,” tegas Dokter RS Sari Dharma ini.
Ia menegaskan, tidak ada obat serbaguna yakni satu obat untuk mengobati semua penyakit. Sehebat apa pun obat itu tidak mungkin dapat mengobati semua penyakit.
“Lebih tepatnya obat seperti parasetamol selain untuk menghilangkan nyeri juga untuk menghilangkan panas. Obat darah tinggi selain untuk menurunkan tekanan darah juga untuk memperbaiki kondisi pembuluh darah,” ujarnya.
Jamu bukan Obat
Alangkah baiknya mencegah sebelum sakit. Banyak hal yang dapat dilakukan agar tubuh tidak mudah sakit dengan menjaga kondisi tubuh agar tidak lemah. Dengan pola hidup sehat yakni makan bergizi, olahraga, dan istirahat yang cukup menghindari tubuh terserang penyakit.
Saat ini ada kecenderungan masyarakat dalam menjaga kesehatannya, rutin minum jamu. Menurutnya jamu yang terbuat dari ramuan herbal tradisional tidak mempunyai efek samping. Namun, kata Prof. Dwi, disinyalir sebagian jamu yang dipasarkan dalam kemasan selain mengandung bahan alami, juga dicampur dengan obat kimia. Contoh jamu pegal linu.
Ia mengatakan jamu ini sering dicampur dengan obat golongan kortikosteroid. Efeknya membuat badan menjadi enteng dan pegal linu hilang. Padahal golongan jenis obat ini adalah jenis hormon. Efek sampingnya justru muncul penyakit darah tinggi, diabetes, dan kolesterol.
Jamu dengan ramuan tradisional baik untuk menjaga kesehatan bukan untuk mengobati. Jamu yang sehat adalah jamu yang dibuat dari bahan alami yang segar tanpa bahan pengawet dan tanpa campuran obat kimia. –ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 526, 8 Pebruari 2009
“Obat berfungsi membantu tubuh membebaskan diri dari penyebab penyakit,” ujar spesialis Ilmu Penyakit Dalam Prof. Dwi Sutanegara, M.D. Menurutnya, penderita penyakit infeksi karena bakteri atau parasit perlu diberi obat karena fungsinya untuk membunuh penyebab penyakit itu.
“Walaupun tubuh mempunyai zat antibodi, kalau parasit atau bakterinya ganas perlu dibasmi dengan obat. Anak kecil yang tidak tahan demam juga perlu diberi obat. Panas yang tinggi kadang menimbulkan kejang, dan ini berdampak buruk bagi otaknya. Untuk itu perlu diberi obat untuk menurunkan panas,” ujarnya.
Obat diperlukan juga untuk membuat tubuh relaksasi setelah mengalami kejang. Pada penyakit terkait kurang berfungsinya metabolisme, obat berfungsi mengatur keseimbangan sistem metabolisme tubuh agar menjadi normal.
Antibiotik harus Dihabiskan
Ia menganjurkan beberapa obat harus diminum dan dihabiskan sesuai dengan dosisnya seperti antibiotik. Obat antibiotik obat yang berfungsi menghambat pertumbuhan atau menghancurkan kehidupan mikroorganisme.
Obat antibiotik terdiri atas banyak golongan yang dibagi lagi menjadi banyak jenis dengan cara kerjanya yang berbeda-beda. “Obat antibiotik hanya didapatkan dengan resep dokter. Pembelian dan penggunaan obat antibiotik tanpa resep dokter merupakan langkah salah karena penggunaan yang tidak tepat dapat menimbulkan efek samping,” tegasnya.
Ia menyarankan obat antibiotik harus dihabiskan sesuai resep dokter karena jika diminum setengahnya pengobatan menjadi tidak tuntas bahkan menimbulkan efek kekebalan pada bakteri. “Bakteri akan kebal terhadap obat antibiotik tersebut sehingga tidak mempan lagi jika obat tersebut digunakan pada infeksi bakteri yang sama,” jelasnya.
Contoh, pasien TBC yang diharuskan minum obat antibiotik 6 bulan. Walaupun kondisi pasien sudah menjadi lebih baik tetap saja obat tersebut harus dihabiskan. Jika tidak, obat yang sama tidak akan mempan lagi atau dosisnya harus ditingkatkan lagi.
Ada obat yang harus selalu diminum yakni obat untuk penyakit diabetes dan obat untuk darah tinggi, ada pula obat yang tidak perlu dihabiskan seperti obat simptomatik, obat untuk demam yang berfungsi menurunkan panas. Setelah panas menurun obat dapat dihentikan. Sisa obat dapat disimpan di tempat yang kering dalam kemasan tertutup sehingga dapat digunakan kembali jika diperlukan.
Banyak Bertanya Dokter
Ia mengatakan tidak semua obat dapat menyembuhkan, dan tidak semua penyakit harus disembuhkan dengan minum obat. Untuk mengobati pusing karena kurang tidur sebaiknya jangan minum obat. Lakukan istirahat yang cukup. Begitu juga influenza karena kurang istirahat. Dengan istirahat yang cukup dan minum vitamin penyakit ini dapat sembuh sendirinya.
Selama ini banyak orang lebih menggunakan sugestinya jika akan berobat. Pasien beranggapan akan sembuh jika ditangani dokter A. “Sugesti itu dapat berpengaruh terhadap proses kesembuhannya dan pasien akhirnya benar-benar sembuh,” katanya.
Padahal bisa saja dokter hanya memberikan vitamin, namun karena tersugesti menuruti nasihat dokter akhirnya pasien sembuh.
Saat berobat dan menerima resep, pasien berhak bertanya pada dokternya obat apa yang diberikan, bagaimana cara kerjanya, apa efek buruknya. “Pasien yang banyak bertanya akan menguntungkan dirinya. Kadang pasien tidak tahu apakah obat yang diberikan harus dihabiskan. Kurangnya informasi dapat merugikan pasien,” jelas Guru Besar FK Unud ini.
Obat juga dapat mempunyai efek samping. Kebiasaan sebagian orang, jika sakit sedikit saja sudah minum obat yang dibelinya begitu mudah di warung. “Obat-obat yang diminum dalam jangka panjang dapat merusak sel-sel tubuh akibatnya terjadi gangguan di ginjal yang akhirnya dapat mengakibatkan gagal ginjal,” paparnya.
Selain itu, minum obat berkepanjangan juga dapat merusak lambung. Lambung mengalami iritasi. “Dalam obat pusing biasanya ada rasa asam yang menyebabkan luka di lambung. Jadi, kalau memang tidak terlalu diperlukan jangan sembarangan minum obat,” tegas Dokter RS Sari Dharma ini.
Ia menegaskan, tidak ada obat serbaguna yakni satu obat untuk mengobati semua penyakit. Sehebat apa pun obat itu tidak mungkin dapat mengobati semua penyakit.
“Lebih tepatnya obat seperti parasetamol selain untuk menghilangkan nyeri juga untuk menghilangkan panas. Obat darah tinggi selain untuk menurunkan tekanan darah juga untuk memperbaiki kondisi pembuluh darah,” ujarnya.
Jamu bukan Obat
Alangkah baiknya mencegah sebelum sakit. Banyak hal yang dapat dilakukan agar tubuh tidak mudah sakit dengan menjaga kondisi tubuh agar tidak lemah. Dengan pola hidup sehat yakni makan bergizi, olahraga, dan istirahat yang cukup menghindari tubuh terserang penyakit.
Saat ini ada kecenderungan masyarakat dalam menjaga kesehatannya, rutin minum jamu. Menurutnya jamu yang terbuat dari ramuan herbal tradisional tidak mempunyai efek samping. Namun, kata Prof. Dwi, disinyalir sebagian jamu yang dipasarkan dalam kemasan selain mengandung bahan alami, juga dicampur dengan obat kimia. Contoh jamu pegal linu.
Ia mengatakan jamu ini sering dicampur dengan obat golongan kortikosteroid. Efeknya membuat badan menjadi enteng dan pegal linu hilang. Padahal golongan jenis obat ini adalah jenis hormon. Efek sampingnya justru muncul penyakit darah tinggi, diabetes, dan kolesterol.
Jamu dengan ramuan tradisional baik untuk menjaga kesehatan bukan untuk mengobati. Jamu yang sehat adalah jamu yang dibuat dari bahan alami yang segar tanpa bahan pengawet dan tanpa campuran obat kimia. –ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 526, 8 Pebruari 2009
7 komentar:
Yg perlu disoroti itu masalah konsumsi antibiotik.Di warung2 (bahkan di pasar) banyak yg jualan antibiotik kayak jualan permen. :D Minum sekali trus merasa enakan,lalu tidak minum lg.Ujung2nya bakterinya jd kebal. :D
untungnya aku paling anti minum obat jadi ga balakan sembarangan minum obat gitu dech...(he..he..he..)
aku pindahan rumah mbak...mampir iya...
betul banget, jangan sembarangan minum obat,tanyakan dulu kepada ahlinya.
ada baiknya juga mengenal "SEJARAH DAN FILSAFAT FARMASI"
waduh, kebetulan aku sering minum obat kalau hanya sekedar sakit kepala atau gejala flu...hmmmm....lain kali berarti aku stop, dan tahan aja sakitnya he..he....
Benar Rath, jangan sembarangan minum obat, apalagi gak ngerti penyebabnya. Bisa salah obat, malah keracunan
memang bener.... saya pernah liat org yang sembarangan minum obat antibiotik badannya jadi melepuh2 gitu ihhh... ngeri banget... dia sering beli obat antibiotiknya di warung2 gitu deh...
Thank you for nice information. Please visit our web:
www.uhamka.ac.id
Rasiyah
Rasiyah
Posting Komentar