Ketika itu tahun 2002, Made diajak ikutserta bersama rombongan Prof. Suryani pergi menonton pertunjukan sakral Shanghyang Dedari di Desa Kintamani, Bangli. Saat itu Prof Suryani sedang melakukan penelitian kesurupan di Bali khususnya pada penari Shanghyang Dedari.
Begitu mendengar lagu upacara, para penari Shyanghyang Dedari ini tiba-tiba saja menari dengan mata tertutup. Mereka tidak jatuh atau menabrak penonton ataupun temannya. Bahkan sampai melakukan adegan naik ke punggung temannya yang mungkin dalam kehidupan nyata sangat sulit dilakukan dengan mata tertutup.
Made diajak ikutserta dalam rombongan itu untuk belajar mengendalikan kekuatan energi yang selama ini menganggunya. Beberapa saat ketika para penari mulai beraksi, tiba-tiba Made mulai merasakan sesuatu kekuatan energi datang menghampirinya. Tubuh Made bergetar, namun ia terus diperingati Prof Suryani untuk terus melawan kekuatan itu. Made berusaha melawan dengan sekuat tenaga. Suara Made sempat terdengar lirih ”Saya tidak kuaaaaaaaatttt.” Namun, Prof Suryani terus mendampinginya dan memberikan intruksi agar Made bertahan untuk melawannya.
Made dibimbing untuk terus melakukan meditasi, agar ia mampu melawan kekuatan itu. ”Saya berusaha fokus agar tidak dipengaruhi kekuatan itu,” tutur Made. Setelah 1 jam beraksi, penari Shanghyang Dedari selesai melakukan tugasnya. Mereka diberikan tirta oleh pemangku agar kembali sadar. Dengan berakhirnya pertunjukkan Shanghyang Dedari tersebut, Made pun terlepas dari pengaruh kekuatan energi luar biasa itu. Perjuangan Made berhasil. Itulah pertamakali ia mampu mengendalikan kekuatan itu.
Setelah Made bebas dari pengaruh kekuatan itu, ia merasakan letih yang luar biasa. Sekujur tubuhnya seperti usai melakukan pekerjaan berat. Sejak itu, Made sering pergi ke pertunjukkan sakral yang mampu membangkitkan kekuatan energi tinggi seperti pertunjukan calon arang atau yang sejenisnya. Made belajar untuk mengendalikan kekuatan energi yang tiba-tiba merasukinya.
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 528
Begitu mendengar lagu upacara, para penari Shyanghyang Dedari ini tiba-tiba saja menari dengan mata tertutup. Mereka tidak jatuh atau menabrak penonton ataupun temannya. Bahkan sampai melakukan adegan naik ke punggung temannya yang mungkin dalam kehidupan nyata sangat sulit dilakukan dengan mata tertutup.
Made diajak ikutserta dalam rombongan itu untuk belajar mengendalikan kekuatan energi yang selama ini menganggunya. Beberapa saat ketika para penari mulai beraksi, tiba-tiba Made mulai merasakan sesuatu kekuatan energi datang menghampirinya. Tubuh Made bergetar, namun ia terus diperingati Prof Suryani untuk terus melawan kekuatan itu. Made berusaha melawan dengan sekuat tenaga. Suara Made sempat terdengar lirih ”Saya tidak kuaaaaaaaatttt.” Namun, Prof Suryani terus mendampinginya dan memberikan intruksi agar Made bertahan untuk melawannya.
Made dibimbing untuk terus melakukan meditasi, agar ia mampu melawan kekuatan itu. ”Saya berusaha fokus agar tidak dipengaruhi kekuatan itu,” tutur Made. Setelah 1 jam beraksi, penari Shanghyang Dedari selesai melakukan tugasnya. Mereka diberikan tirta oleh pemangku agar kembali sadar. Dengan berakhirnya pertunjukkan Shanghyang Dedari tersebut, Made pun terlepas dari pengaruh kekuatan energi luar biasa itu. Perjuangan Made berhasil. Itulah pertamakali ia mampu mengendalikan kekuatan itu.
Setelah Made bebas dari pengaruh kekuatan itu, ia merasakan letih yang luar biasa. Sekujur tubuhnya seperti usai melakukan pekerjaan berat. Sejak itu, Made sering pergi ke pertunjukkan sakral yang mampu membangkitkan kekuatan energi tinggi seperti pertunjukan calon arang atau yang sejenisnya. Made belajar untuk mengendalikan kekuatan energi yang tiba-tiba merasukinya.
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 528
3 komentar:
Cerita yang menarik, jarang yang posting mengenai supranatural.
Lanjut Rath...
selamat hari raya galungan dan kuningan mbak. maap nih baru sempat mampir berkunjung lagi :)
@buat erik:
hehehhehe, edisi terakhir ada picnya looo am suaminya, hehehehhe
@buat diary pink:
maaksi ya, udah mampir
Posting Komentar