Ia mengatakan, secara umum antibodi berfungsi untuk pertahanan diri tubuh. Namun, pada kasus autoimun, tubuh membentuk antibodi untuk melawan dirinya sendiri. Antibodi ini malah merusak organ dalam tubuh. Penyakit lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh. Antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat.
Kepala Ilmu Penyakit Dalam RS Sanglah ini mengatakan, penyebab penyakit lupus faktor genetik atau bawaan. Penyakit ini menyerang sebagian besar perempuan usia 20-40 tahun. “Mungkin karena faktor hormonal sehingga perempuan lebih mudah terserang penyakit ini,” jelasnya.
Gejala lupus sangat beragam. Dokter terkadang sulit mendiagnosa penyakit ini. Biasanya diawali lemah badan, demam dan nyeri di sendi dan otot. Kadang gejala ini disalahartikan dengan flu yang berulang. Lupus dapat mengenai berbagai alat tubuh. Gejala yang dirasakan seperti sakit di sendi pada kedua sisi (kiri maupun kanan) tanpa merusak sendi. Juga, sering mengenai tangan, lutut dan pergelangan tangan. Kadang-kadang, disertai rasa lemas dan nyeri di otot. “Pasien datang dengan gejala tidak khas, hanya batuk-batuk, atau sesak napas. Secara klasik dapat ditemukan kemerahan di wajah yang dicetuskan paparan sinar matahari. Rambut terutama di dahi rontok, sariawan, kurang darah, bingung atau kejang, bengkak di kaki atau muka,” paparnya. Sering, gejala yang muncul tidak semuanya, sehingga sulit dideteksi. Gejalanya luas dan tidak spesifik.
Penyakit ini sudah ada sejak dulu, tetapi sekarang cenderung meningkat. Sudah ada genetik, dipicu lagi pola hidup yang tidak sehat sehingga mengakibatkan kambuhnya penyakit ini. Penderita autoimun gampang terkena infeksi. Efek jangka panjangnya terjadi kerusakan organ tubuh. Juga, dapat mengakibatkan kerusakan paru, gagal ginjal, gagal jantung, bahkan kematian. Akibat lain, memengaruhi kesuburan dan menstruasi terganggu. Pasein yang sedang kambuh tidak disarankan untuk hamil. Biasanya, ketika pasien sudah sembuh, diatur dalam suatu program kehamilan yang diawasi dokter.
Rematik
Selama ini, kata Prof. Tjok. Raka, penyakit rematik dikonotasikan penyakit sendi. Namun, ada juga penyakit rematik bukan disebabkan faktor sendi. Rematik dapat mengenai organ lain seperti jantung, paru, ginjal, otak, mata, saraf, kulit. Rematik yang mengenai organ-organ di luar sendi ini disebut sistemik atau menyeluruh karena seluruh organ tubuh bisa terkena. Penyakit ini dikategorikan rematik yang cukup serius. Berbeda dengan penyakit rematik karena sendi, kata dia, setelah sembuh obat dapat distop. Namun, pada penanganan penyakit lupus, pasien disarankan berobat berkesinambungan. Setelah penyakit sembuh diobati, program terus dijalankan. Juga, terus dimonitor dokter diberi dosis rendah sampai penyakitnya tidak kambuh.
Ia mengatakan, jenis obatnya banyak, dapat dikombinasikan. Ini memerlukan program dan yang penting ada kepatuhan pasien. “Saya tidak bisa mengatakan minum obat seumur hidup, tetapi perlu diberikan obat kontinu dengan pemantauan dokter,” ujarnya. Yang harus dilakukan pasien, jangan payah secara fisik dan psikis karena dapat mengakibatkan kambuh. Jangan terkena sinar matahari langsung. Sebaiknya, gunakan payung atau jaket. Jangan menggunakan obat berlebihan, termasuk obat hormonal dan alat kontrasepsi. –ast
Sudah dimuat Koran Tokoh Edisi 587, 11 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar