“Dari anak yang berbakat musik dan kurang berbakat di bidang musik, memberikan hasil yang berbeda. Anak yang berbakat lebih cepat menguasai. Anak tampil dengan rasa percaya diri bahwa ia mampu menjadi yang terbaik. Di samping itu, ia mampu menciptakan kreasi sendiri. Sedangkan anak yang kurang berbakat, membutuhkan waktu lama. Stimulasi yang kurang tepat menciptakan kesan ‘aku tidak pandai, aku tidak bisa’, sehingga kondisi ini malah melemahkan semangatnya. Ia menjadi orang yang mudah patah semangat dan daya juangnya kurang,” papar psikolog Nyoman Ayu Suci Kharisma Rani.
Ia berpandangan, dengan mengetahui kecerdasan anak secara dini, orangtua maupun pendidik dapat menyesuaikan dan merencanakan proses pendidikan yang tepat serta mengembangkan bidang yang sesuai dengan potensi mereka. Beberapa kasus yang dijumpai, kata Rani, orangtua malah memaksakan anaknya untuk mengikuti apa keinginan mereka. “Orangtua ingin menjadikan anak seperti keinginan mereka. Memberikan keterampilan yang kurang sesuai dengan potensi anak, merupakan tindakan yang kurang tepat. Anak akan sulit mendapatkan kebanggaan terhadap dirinya yang akhirnya berpengaruh pada pembentukan kepercayaan dirinya. Ia tumbuh menjadi pemalu,” kata pemilik Sekolah Horray Kids ini. Untuk mengetahui kecerdasan dan potensi anak, ia tidak menganjurkan anak tes IQ. Kalau hasilnya bagus, orangtua dengan bangga mengatakan anaknya pintar. Jika hasil tesnya jelek, bisa menimbulkan masalah bagi si anak yang bersangkutan.
Delapan Kecerdasan
Dr. Howard Gardner, psikolog dari Universitas Harvard, AS, mengemukakan kecerdasan tidak terpatri di tingkat tertentu dan terbatas saat seseorang lahir. Teori multiple intelligences yang diusungnya mengatakan, kecerdasan yang berdasarkan tes IQ merupakan pandangan tradisional yang terbatas. Gardner menyatakan, definisi kecerdasan berbeda untuk mengukur cakupan potensi manusia yang lebih luas. Contoh, Mozart adalah pemusik jenius, pemilik kecerdasan musikal. Sedangkan, Einstein ilmuwan dunia yang memiliki kecerdasan logika dan matematika.
Gardner menyatakan, tiap orang berkesempatan mengembangkan kecerdasannya di berbagai bidang. Gardner menemukan delapan kecerdasan, yaitu cerdas bahasa, cerdas logika/matematika, cerdas visual-spasial, cerdas musik, cerdas gerak, cerdas alam, cerdas sosial (interpersonal), dan cerdas diri (intrapersonal). Tiap orang berpotensi memilikinya, namun perkembangannya berbeda-beda. Selain itu, kecerdasan ini juga tidak berdiri sendiri, terkadang tercampur dengan kecerdasan lain. Rani mengatakan, untuk mengetahui bakat dan kecerdasan diri, salah satu caranya dilakukan finger print test atau tes sidik jari.
Akurat
Ahli analisis finger print Anggie Pradita mengatakan, tes ini tak kalah ampuh daripada tes psikologi yang umum dipakai. Tes sidik jari mampu mendeskripsikan profil pemiliknya, termasuk potensi dan karakter yang tidak disadari sebelumnya. ”Berbeda dengan tes psikologi umumnya yang tergantung mood atau kondisi kesehatan, tes sidik jari bersifat tetap tidak dipengaruhi kondisi emosi dengan tingkat akurasi 90% - 95 %. Tes ini investasi seumur hidup dapat dilakukan segala usia termasuk anak kebutuhan khusus,” ujar Anggie.
Tes sidik jari tidak membutuhkan waktu lama. Dengan melakukan scan 10 jari yang memerlukan waktu sekitar 15 menit kemudian keluar hasil dari komputer 22 halaman. Hasil akan dianalisis kemudian dilakukan konseling dengan ahlinya.
Fingerprint test dilandasi ilmu pengetahuan lama yang mempelajari pola pada sidik jari manusia yang disebut dermatoglyphic. Melalui penelitian yang ekstensif, seorang ilmuwan di bidang dermatoglyphics Charlotte Wolff (1897-1986) membuktikan adanya hubungan antara sidik jari dan bagaimana otak manusia berfungsi. Dari fingerprint dapat dilihat kelebihan dan kekurangan seseorang, yang dilandasi teori Prof. Dr. Howard Gardner mengenai multiple intelligences. Pola sidik jari manusia sangat unik dan dipengaruhi proses pembentukan secara genetik (DNA). Sidik jari pun tidak akan pernah berubah dan berhubungan erat dengan perkembangan sistem saraf seseorang. Karena itu, tingkat kecerdasan anak dapat diketahui dari awal melalui sidik jarinya. Dengan penemuan ini dimungkinkan untuk mengidentifikasikan multiple intelligences, learning style (visual, auditory and kinesthetic), pola berpikir dan karakter seseorang.
Manfaat umum tes sidik jari untuk mengetahui tingkat kecerdasan majemuk (multi intelligence), mengetahui dominasi kerja otak kanan dan otak kiri, gaya manajemen pribadi yang dibawa sejak lahir, metode berpikir, nilai-nilai interinsik yang utama, cara belajar yang tepat dan disukai dari potensi dirinya, kecerdasan yang paling dominan, karakter komunikasi belajar, karakter sikap bawaan.
Anggie mengatakan, manfaat bagi anak antara lain ia fokus mengetahui kebutuhan utamanya. Anak lebih yakin dan lebih percaya diri terhadap bakat unggulnya sekaligus tidak minder terhadap bakat lemahnya. Manfaat bagi orangtua, mereka yakin terhadap potensi unggulan putra-putrinya; menjadi lebih fokus dalam menyiapkan jenjang prestasi dan karier putra-putrinya. Orangtua tidak pilih kasih dan lebih objektif, bersikap positif, dan realistis dalam menyikapi perbedaan potensi antarputra-putrinya; lebih cepat dalam mengantarkan peningkatan prestasi putra-putrinya. Tidak ada siswa yang salah pilih jurusan atau ikut-ikutan temannya.
Bagi pencari kerja, dengan mengetahui tes ini mereka dapat menyalurkan kreativitasnya sesuai potensi yang dimiliki; dapat memilih pekerjaan sesuai dengan bakat dan potensinya.
Manfaat bagi karyawan, dapat menyalurkan kreativitasnya sesuai potensi yang dimiliki. Bagi perusahaan, dapat menempatkan karyawan sesuai potensinya.
Rani berpandangan tes ini juga dapat digunakan sebagai konsultan perkawinan. Masalah-masalah yang muncul dalam perkawinan dapat diselesaikan dengan mengetahui karakter masing-masing pasangan. Contoh, istri mengeluh karena pasangannya tidak mencintainya lagi. Sementara suaminya mengeluh sudah melakukan yang terbaik untuk istrinya itu. Ternyata setelah dites, suaminya tipe visual artinya suaminya lebih suka menulis kata-kata indah. Sedangkan istrinya tipe auditorial yang lebih suka mendengar kata-cinta. Dengan tes ini akhirnya mereka menyadari karakter masing-masing dan berusaha mengerti dan menyesuaikan diri dengan karakter mereka masing-masing.
Tes ini juga dapat dilakukan untuk orang tua yang sudah pensiun. Sebagian besar mereka kebingungan mencari kegiatan apa yang cocok untuknya setelah pensiun. Setelah dites dapat diketahui, apakah ia cocok berkebun, berolahraga atau bermain musik.
Anak Autis
Anggie mengatakan, tes ini juga baik untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Orangtua tidak perlu merasa rendah diri. Anak itu tidak bodoh dan bisa diatur. ”Anak autis bukan bodoh, tetapi unik. Dengan tes ini akan mendapatkan pola komunikasi yang tepat dan mengetahui apa kelebihan si anak. Orangtua tidak harus memaksakan anak mampu segala hal. Tetapi, cukup fokus satu hal dan menjadi nomor satu di bidangnya. Itu luar biasa,” jelas Anggie.
Dari tes tersebut, setelah dianalisis, akan didapat 4 tipe utama yakni W, R, U, dan A. Tipe W yakni orang yang kemampuannya kuat. Sisi baiknya, apa yang diinginkan akan dikejar sampai dapat. Dia kompetitif. Sisi negatifnya, sering disebut keras kepala. ”Orangtua sering bilang ’kamu ini susah diberi tahu’. Orangtua harus tahu, jangan dilihat dari sisi negatifnya tinggal bagaimana orangtua mencari jalan efektif untuk mengajari anaknya,” kata Anggie.
Tipe U yakni imitatif atau suka mengopi. Ia mudah menyesuaikan diri dalam berbagai situasi. Kalau lingkungannya baik, dia akan cepat beradaptasi. Kalau bergaul dengan orang pintar dia cepat termotivasi dan untuk mengikuti role modelnya. Tipe R yakni tipekal orang yang selalu ingin berbeda dengan yang lain. ”Kata pertama yang diucapkan, ’saya tidak setuju’. ’Mengapa harus begitu?’ Tipe orang ini sangat kreatif,” ujarnya.
Tipe A yakni orang yang pada dasarnya memunyai karakter genius tetapi harus dipupuk. Orangtua harus tahu apa kekuatan si anak. Ibarat spon, kalau tidak ada airnya, tidak akan bisa digunakan. Kalau disiram air, akan diserap. Dia mampu menyerap dengan baik. “Kalau emosi sudah terbentuk dan dia tidak mampu mengeluarkan emosinya, ini bisa bahaya. Banyak kejadian, anak jenius bunuh diri atau melakukan kekerasan,“ kata Anggie.
Ia mengatakan, secara genetik karakter, bakat, dan kecerdasaannya seperti itu. Kita tidak bisa memungkiri lingkungan memberi pengaruh kepada anak. “Tetapi, itu hanya 5%,“ katanya.
Setelah tahu potensi yang ada, kata Anggie, dilakukan pemetaan. Apa hal-hal yang ingin dicapai. Definisikan nilai apa yang harus dipunyai untuk mewujudkannya. Mana yang harus dipelajari. “Kalau sudah benar-benar mendefinikasikan step by step, niscaya keberhasilan akan tercapai. Kalau gagal, evaluasi kembali, mungkin ada di tengah jalan hal yang belum dilakukan. Cari masalahnya, kemudian temukan solusi, dan lakukan kembali,“ paparnya.
Ia mengatakan, tanpa memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasikan dunia, bekerja dengan keterampilan sendiri dan mengembangkan kemampuannya sendiri, keberhasilan tidak akan dicapai. Kecerdasan anak tidak hanya bersumber pada pemenuhan nutrisi, tetapi juga disertai pemberian stimulasi pada anak. Seseorang akan tumbuh dengan perkembangan otak lebih baik jika difasilitasi beragam pengalaman. Hasil analisis fingerprint test memang tidak dapat memberi tahu masa depan seseorang, tetapi dapat membantu mengenal kekuatan dan kekurangan diri yang dapat digunakan untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai hal. –ast
4 komentar:
Dear Mbak,
dimana bisa test finger print ini di wilayah bali ya?
terima kasih, saya tunggu jawabannya segera ya...
rani
di horray kids renon sebelah restaurant bumbu desa
klo untuk orang yg dewasa bisa ga..?? terima kasih :)
klo orang dewasa bisa iut test.nya ga? bayar brp untuk test.nya..?
terima kasih.. :)
Posting Komentar