Itulah penggalan lirik lagu “Keong Racun” yang sedang booming sekarang ini. Mulai anak-anak sampai orang tua menggemarinya. Mulai dari rakyat jelata bahkan sampai pejabat menikmati musik yang videonya dipopulerkan mahasiswi asal Bandung Sinta dan Jojo yang melakukan lip-sync lewat YouTube. Fenomena keong racun sangat menarik perhatian masyarakat. Sinta dan Jojo bahkan mendadak menjadi sangat terkenal dan menjadi incaran media bak artis pendatang baru yang sedang naik daun. Berbicara masalah keong, jika dilihat dari sisi kesehatan, apakah keong mengandung racun atau malah mengandung zat gizi?
“Keong atau moluska gastropoda diberikan bagi yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Spesies ini mencakup siput dan siput bugil (siput tanpa cangkang). Keong atau siput dapat ditemukan dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Beberapa contoh gastropoda; bekicot, siput kebun, siput laut, dan siput air tawar,” kata Ahli Gizi dari Poltekes Denpasar Ida Ayu Eka Padmiari, S.K.M. M.Kes.
Ia menyebutkan, beberapa spieses keong dapat dimakan. Keong sawah (pila ampullacea) sejenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar Asia tropis, seperti di sawah, aliran parit, serta danau. “Keong sawah memiliki warna cangkang hijau pekat sampai hitam. Di Bali disebut dengan kakul. Hewan ini dikonsumsi di berbagai wilayah Asia Tenggara dan memiliki nilai gizi yang baik karena mengandung protein yang cukup tinggi,” paparnya lebih jauh. Keong sawah paling banyak ditemukan di sawah, karena air sawah relatif bening meski berlumpur. Keong muncul pada pagi hari berada di permukaan air dan menempel pada batang padi.
Ia menambahkan, ada juga keong yang disebut hama petani tapi mengandung protein tinggi yakni keong mas. Siput sawah dengan warna cangkang keemasan. Keong ini menempelkan telurnya di batang padi. Ketika menetas, keong mengonsumsi batang padi sehingga tanaman padi akan mati. Pembiakan keong cenderung sangat cepat, sehingga kadang petani kewalahan.
Ia menyatakan, hama keong bagi petani dapat pula menjadi keuntungan ekonomi. “Bila keong mas dikelola dengan lebih baik, dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai sumber ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Mengutip pernyataan Dr. Ir. Sulistiono, MSc, Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), kandungan gizi keong mas diketahui mengandung asam omega 3, 6 dan 9. Dari hasil uji proksimat, kandungan protein pada keong mas berkisar antara 16 hingga 50 persen.
Dayu Padmiari mengatakan, nilai gizi dari 100 gram daging keong mas (siput murbai), energi makanan 83 kalori, protein 12.2 g, lemak 0.4 g, karbohidrat 6.6 g, abu 3.2 g, fosfor 61 mg, natrium 40 mg, kalium 17 mg, riboflavin 12 mg, niacin 1.8 mg, kandungan makanan yang lain: Vit. C, Zn, Cu, Mn dan Yodium.
Menurutnya, keong mas dapat menjadi komoditas menambah penghasilan petani dan meningkatkan gizi masyarakat. Keong mas dapat menjadi komoditas ekspor ke negara-negara Eropa, Jepang dan Hong Kong. Selain banyak mengandung protein, hewan dari keluarga moluska ini juga kaya akan kalsium untuk membantu pertumbuhan tulang, memperlancar peredaran darah, melenturkan otot, memelihara keseimbangan cairan, membantu mineralisasi gigi, dan mencegah pengeroposan tulang. “Bila diolah dengan cara tepat, keong dapat menjadi sumber protein hewani yang berkualitas tinggi. Daging keong jauh lebih murah dibanding daging ayam, kambing, atau daging sapi,” paparnya.
Daging keong dapat diolah menjadi bahan makanan dengan teknik pengolahan yang tepat sebagaimana pengolahan daging bekicot yang sudah lazim dikonsumsi. Misalnya, diolah menjadi keripik, kerupuk, sate, atau tepung. Bahkan, kata dia, di beberapa daerah keong mas diolah menjadi berbagai jenis masakan seperti sate, pepes, sambal keong, hingga kecap keong. Ia berpandangan, keong pun jika diolah dengan tepat dapat dijadikan makanan berkelas internasional seperti sate kakul yang juga disukai turis asing.
Keong Racun
Namun, ada juga keong yang tidak dapat dimakan yakni "Keong Racun" atau conus geographus, habitatnya berada di laut wilayah Indo-Pasifik. Sengatan keong racun menimbulkan nyeri, bengkak, mati rasa dan kesemutan serta muntah bahkan kematian. Sesuai dengan namanya “Keong Racun”, spieses keong ini lebih cocok dijadikan lagu untuk didengar dan dinikmati ketimbang dikonsumsi sebagai makanan. –ast
Koran Tokoh, Edisi 605, 15 s.d. 21 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar