KASUS penculikan anak di bawah umur sempat merebak di Denpasar. Walaupun pelaku Si Codet sudah ditangkap, berbagai usaha dilakukan agar tidak ada lagi korban karena ulah Codet-codet lainnya. Belum lama ini TK Negeri Pembina Denpasar mengundang petugas dari Polsek Denpasar Barat untuk memberi pengarahan kepada orangtua siswa di sekolah setempat.
Kanit Lantas Polsek Denbar Virah Meydar Hasan memberikan beberapa kiat kepada orangtua agar anak terhindar dari penculikan. “Kalau orangtua bekerja, sering mengecek kondisi rumah. Jangan biarkan anak terlalu dekat dengan pembantu atau baby sister. Luangkan waktu bermain dengan anak,” katanya. Apabila anak bermain di halaman, tutup pintu gerbang sehingga anak tidak keluar rumah tanpa sepengetahuan orangtua. Tetap pantau anak-anak saat bermain di pekarangan rumah. Selain itu, kalau mengantar anak-anak sekolah pastikan anak sudah berada di halaman sekolah dan berbaur dengan temannya, baru meninggalkannya. Jangan baru tiba di pintu gerbang sekolah sudah ditinggalkan. Kenalkan anak dengan teman sekolah, guru, pegawai dan jika perlu kenalkan pada siapa yang biasa menjemput teman-temannya. Anak harus mengetahui nomor telepon sekolahnya dan nomor telepon gurunya.
Orangtua wajib meninggalkan nomor ponselnya sehingga bisa dihubungi gurunya jika ada masalah. Biasakan anak membawa bekal. Ia berharap, orangtua jangan membiasakan memberi uang jajan anak. Hal itu selain mengajarkan anak boros, juga membuat anak ingin berbelanja ke luar. Anak jangan memakai perhiasan. Beri tahu anak jangan mau dijemput orang lain yang tidak dikenalnya. Jangan telat menjemput anak. Secara psikologis, telat menjemput dapat memengaruhi mental anak, anak bingung dan mudah terpengaruh. Ia menyarankan, sebaiknya sekolah membuatkan siswanya kartu penjemput.
Aiptu I Ketut Sudiasa dari Babinkamtibmas Desa Dauh Puri Kaja menambahkan, kartu indetitas penjemput sangat penting untuk memastikan anak dijemput orang yang benar.
Kartu dapat dibuat sederhana berbentuk seperti KTP, ada nama anak dan foto orangtuanya. Jika yang menjemput bukan orangtuanya, si penjemput dapat menunjukkan kartu tersebut. Guru dapat mengecek ke orangtuanya bahwa anak dijemput orang lain.
Ada satu kisah dituturkan Sudiasa. Pernah terjadi penculikan anak SD dengan motif ekonomi. Korban sempat diajak kabur ke Jalan Nangka Utara. Karena anak itu terus menangis, beberapa orang yang melihatnya, menjadi menoleh ke arahnya. Pelaku merasa cemas, dan segera menurunkannya di jalan dan ditinggalkan begitu saja. Namun, perhiasannya sudah dipreteli. ”Anak memakai perhiasan dapat memancing orang lain berbuat jahat,” kata Sudiasa.
Ada satu pengalaman yang dituturkan Sudiasa ketika anaknya masih bersekolah di TK. Salah seorang ibu dilihatnya sedang menangis. Ketika ditanya, ibu tadi mengatakan anaknya hilang dan tidak ada di sekolah. Namun, dari penuturan orang yang sempat melihatnya, anak itu ternyata sudah dijemput seorang perempuan.
Sudiasa meminta ibu tadi untuk menelepon suaminya. Walau ibu tadi sempat merasa takut akan dimarahi suaminya karena telat menjemput anaknya, ia akhirnya menelepon dan meminta suaminya datang.
Orang yang sempat melihat tadi langsung berkata wajah si penjemput mirip dengan bapak itu sambil menunjuk ke suami ibu tadi. Akhirnya diputuskan untuk mengecek ke rumah. Ternyata anak itu sudah pulang dan dalam keadaan baik-baik saja.
Belajar dari kasus ini Sudiasa menegaskan, kartu penjemput sangat bermanfaat. Ketika orangtuanya tidak datang, si penjemput harus menunjukkan kartu sehingga guru tidak cemas dan menghindari saling menyalahkan.
Salah seorang orangtua siswa mengatakan, setuju dibuatkan kartu penjemput. Ada pengalaman yang dituturkannya. Waktu itu ia tidak membawa ponsel. Istrinya sedang ada rapat di kantornya. Akhirnya, istrinya meminta tolong temannya untuk menjemput karena ia tidak bisa dihubungi. Padahal, ia sudah berada di sekolah untuk menjemput juga.
Menurutnya, memang perlu kartu penjemput sehingga memudahkan untuk mengawasi siapa yang datang menjemput ke sekolah.
Kepala TK Negeri Pembina Dra Tjok. Istri Mas Mingguwathini M.Pd. mengatakan, sangat setuju dibuatkan kartu penjemput. Ada satu aturan di TK Pembina Negeri, ketika anak belum dijemput orangtuanya, anak diajak masuk ke ruangan ikut sarapan bersama para guru.
Kebetulan waktu itu, salah seorang orangtua siswa Diah mengaku sempat bolak-balik datang ke sekolah karena telat menjemput anaknya. Padahal, anaknya sedang berada di dalam kelas bersama para guru. Tjok. Mingguwatini menegaskan, ketika sudah pukul 11.00 dan masih ada anak yang belum dijemput, pihaknya mengajak anak itu ke dalam dan diajak makan bersama gurunya. “Guru-guru di sini masuknya pukul 06.30 sehingga mereka tidak sempat sarapan. Setelah anak-anak pulang mereka baru bisa sarapan dan minum kopi,” katanya.
Ia berharap, para orangtua yang terlambat menjemput anaknya langsung masuk ke dalam ruangan. Dengan 80 siswa dan 9 orang guru termasuk dirinya, menuntut tangung jawab sekolah lebih besar. Peran orangtua juga diperlukan untuk menjaga anak-anak mereka terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Ia mengatakan, sudah ada seorang guru piket yang menanti anak-anak di depan. Begitu juga waktu anak-anak pulang, semua guru berjejer di depan ikut mengantar mereka. Ketika dilihat ada orang lain yang menjemput, guru akan menegurnya.
Sedangkan TK Margajati yang berlokasi di banjar ini, tidak memiliki satpam sekolah. Namun, menurut Kepala TK Ni Wayan Sarmi, S.Pd. ketika anak terlambat dijemput orangtuanya, biasanya salah seorang guru akan mengantarnya. Kebetulan, sebagian besar tempat tinggal siswa di sekitar lingkungan sekolah sehingga memudahkan berkoordinasi. Dalam absen anak sudah dicantumkan nomor telepon orangtuanya sehingga jika ada masalah, mudah dihubungi. Orangtua juga wajib mencatat nomor telepon sekolah dan diharapkan memberi tahu ketika anak djemput orang lain atau dititipkan kepada penjemput temannya. –ast
Kanit Lantas Polsek Denbar Virah Meydar Hasan memberikan beberapa kiat kepada orangtua agar anak terhindar dari penculikan. “Kalau orangtua bekerja, sering mengecek kondisi rumah. Jangan biarkan anak terlalu dekat dengan pembantu atau baby sister. Luangkan waktu bermain dengan anak,” katanya. Apabila anak bermain di halaman, tutup pintu gerbang sehingga anak tidak keluar rumah tanpa sepengetahuan orangtua. Tetap pantau anak-anak saat bermain di pekarangan rumah. Selain itu, kalau mengantar anak-anak sekolah pastikan anak sudah berada di halaman sekolah dan berbaur dengan temannya, baru meninggalkannya. Jangan baru tiba di pintu gerbang sekolah sudah ditinggalkan. Kenalkan anak dengan teman sekolah, guru, pegawai dan jika perlu kenalkan pada siapa yang biasa menjemput teman-temannya. Anak harus mengetahui nomor telepon sekolahnya dan nomor telepon gurunya.
Orangtua wajib meninggalkan nomor ponselnya sehingga bisa dihubungi gurunya jika ada masalah. Biasakan anak membawa bekal. Ia berharap, orangtua jangan membiasakan memberi uang jajan anak. Hal itu selain mengajarkan anak boros, juga membuat anak ingin berbelanja ke luar. Anak jangan memakai perhiasan. Beri tahu anak jangan mau dijemput orang lain yang tidak dikenalnya. Jangan telat menjemput anak. Secara psikologis, telat menjemput dapat memengaruhi mental anak, anak bingung dan mudah terpengaruh. Ia menyarankan, sebaiknya sekolah membuatkan siswanya kartu penjemput.
Aiptu I Ketut Sudiasa dari Babinkamtibmas Desa Dauh Puri Kaja menambahkan, kartu indetitas penjemput sangat penting untuk memastikan anak dijemput orang yang benar.
Kartu dapat dibuat sederhana berbentuk seperti KTP, ada nama anak dan foto orangtuanya. Jika yang menjemput bukan orangtuanya, si penjemput dapat menunjukkan kartu tersebut. Guru dapat mengecek ke orangtuanya bahwa anak dijemput orang lain.
Ada satu kisah dituturkan Sudiasa. Pernah terjadi penculikan anak SD dengan motif ekonomi. Korban sempat diajak kabur ke Jalan Nangka Utara. Karena anak itu terus menangis, beberapa orang yang melihatnya, menjadi menoleh ke arahnya. Pelaku merasa cemas, dan segera menurunkannya di jalan dan ditinggalkan begitu saja. Namun, perhiasannya sudah dipreteli. ”Anak memakai perhiasan dapat memancing orang lain berbuat jahat,” kata Sudiasa.
Ada satu pengalaman yang dituturkan Sudiasa ketika anaknya masih bersekolah di TK. Salah seorang ibu dilihatnya sedang menangis. Ketika ditanya, ibu tadi mengatakan anaknya hilang dan tidak ada di sekolah. Namun, dari penuturan orang yang sempat melihatnya, anak itu ternyata sudah dijemput seorang perempuan.
Sudiasa meminta ibu tadi untuk menelepon suaminya. Walau ibu tadi sempat merasa takut akan dimarahi suaminya karena telat menjemput anaknya, ia akhirnya menelepon dan meminta suaminya datang.
Orang yang sempat melihat tadi langsung berkata wajah si penjemput mirip dengan bapak itu sambil menunjuk ke suami ibu tadi. Akhirnya diputuskan untuk mengecek ke rumah. Ternyata anak itu sudah pulang dan dalam keadaan baik-baik saja.
Belajar dari kasus ini Sudiasa menegaskan, kartu penjemput sangat bermanfaat. Ketika orangtuanya tidak datang, si penjemput harus menunjukkan kartu sehingga guru tidak cemas dan menghindari saling menyalahkan.
Salah seorang orangtua siswa mengatakan, setuju dibuatkan kartu penjemput. Ada pengalaman yang dituturkannya. Waktu itu ia tidak membawa ponsel. Istrinya sedang ada rapat di kantornya. Akhirnya, istrinya meminta tolong temannya untuk menjemput karena ia tidak bisa dihubungi. Padahal, ia sudah berada di sekolah untuk menjemput juga.
Menurutnya, memang perlu kartu penjemput sehingga memudahkan untuk mengawasi siapa yang datang menjemput ke sekolah.
Kepala TK Negeri Pembina Dra Tjok. Istri Mas Mingguwathini M.Pd. mengatakan, sangat setuju dibuatkan kartu penjemput. Ada satu aturan di TK Pembina Negeri, ketika anak belum dijemput orangtuanya, anak diajak masuk ke ruangan ikut sarapan bersama para guru.
Kebetulan waktu itu, salah seorang orangtua siswa Diah mengaku sempat bolak-balik datang ke sekolah karena telat menjemput anaknya. Padahal, anaknya sedang berada di dalam kelas bersama para guru. Tjok. Mingguwatini menegaskan, ketika sudah pukul 11.00 dan masih ada anak yang belum dijemput, pihaknya mengajak anak itu ke dalam dan diajak makan bersama gurunya. “Guru-guru di sini masuknya pukul 06.30 sehingga mereka tidak sempat sarapan. Setelah anak-anak pulang mereka baru bisa sarapan dan minum kopi,” katanya.
Ia berharap, para orangtua yang terlambat menjemput anaknya langsung masuk ke dalam ruangan. Dengan 80 siswa dan 9 orang guru termasuk dirinya, menuntut tangung jawab sekolah lebih besar. Peran orangtua juga diperlukan untuk menjaga anak-anak mereka terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Ia mengatakan, sudah ada seorang guru piket yang menanti anak-anak di depan. Begitu juga waktu anak-anak pulang, semua guru berjejer di depan ikut mengantar mereka. Ketika dilihat ada orang lain yang menjemput, guru akan menegurnya.
Sedangkan TK Margajati yang berlokasi di banjar ini, tidak memiliki satpam sekolah. Namun, menurut Kepala TK Ni Wayan Sarmi, S.Pd. ketika anak terlambat dijemput orangtuanya, biasanya salah seorang guru akan mengantarnya. Kebetulan, sebagian besar tempat tinggal siswa di sekitar lingkungan sekolah sehingga memudahkan berkoordinasi. Dalam absen anak sudah dicantumkan nomor telepon orangtuanya sehingga jika ada masalah, mudah dihubungi. Orangtua juga wajib mencatat nomor telepon sekolah dan diharapkan memberi tahu ketika anak djemput orang lain atau dititipkan kepada penjemput temannya. –ast
2 komentar:
Hai …Nama saya Kak Zepe
Saya punya banyak koleksi lagu anak-anak.
Saya sudah punya 30-an koleksi lagu anak terbaru
Dan sudah dipakai oleh beberap Paud dan TK di
Seluruh Indonesia….
Klik saja: http://www.lagu2anak.blogspot.com
wah ngeri juga tuh buntutnya orang tua yg kewalahan, doble kerja doble pusing, anak sepertinya harus diberikan pelajaran dari sekolah juga jika ada orang asing yg tidak dikenal jangan biarkan mereka mau untuk ikut meskipun dari saudara/kerabat tanpa seizin orang tua,
Mba Rathi boleh ijin saya mau tukeran linknya dan mau masuk ke blogger friendnya mba Rathi, Boleh yach :)
blog saya : http://www.inspirasi-dewo.blogspot.com/
trims mba Rathi. :)
Posting Komentar