Menurutnya, fakta meningkatnya angka bedah cesar di seluruh dunia telah menyebabkan banyak orang khawatir dengan terjadinya “epidemi bedah cesar”. “Pandangan bedah caesar seolah-olah lebih aman dibandingkan persalinan normal sungguh keliru dan semestinya diluruskan. Sebenarnya yang diinginkan wanita proses persalinan dengan lebih nyaman,” ujarnya. Saat ini, kata dia, intervensi-intervensi obstetri, terutama seksio meningkat sangat tajam di seperti di Australia satu dari 4 kelahiran melalui seksio.
Pendiri dan Owner Kasih Medika Pregnancy School ini mengatakan, salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan. Besarnya rasa nyeri bersifat sangat individual. Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu. Nyeri pada proses persalinan terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata, sehingga dapat dikatagorikan sebagai nyeri akut. Mengurangi rasa nyeri dapat diatasi dengan cara farmakologi (dengan obat) dan non farmakologi (tanpa obat) salah satunya dengan water birth.
Ia mengatakan, ada beberapa pandangan dan dorongan untuk lebih memanusiakan manusia dalam melalui proses persalinan. “Pasien memiliki hak untuk memilih cara persalinan. Setelah mendapat informasi, edukasi dan konseling yang baik, dukungan dan peran aktif suami dan keluarga dipandang perlu dan harus difasilitasi saat di ruang bersalin. Nyeri dalam proses persalinan harus dikelola dengan baik untuk membuat rasa nyaman pada ibu melahirkan,” paparnya.
Manfaat proses persalinan yang berjalan baik, membuat kondisi ibu dan bayi dalam keadaan baik serta tidak terjadinya risiko gangguan psikologis pada masa nifas atau selanjutnya. Pandangan ini kemudian menciptakan inovasi-inovasi dalam pelayanan persalinan yang mendukung pencapaian tujuan humanisasi dalam proses persalinan.
Water birth, merupakan salah satu alternatif persalinan normal yang bertujuan untuk memenuhi aspek manfaat tersebut. Air merupakan komponen dasar kehidupan di bumi ini, 90% bumi terdiri atas air, 60% tubuh orang dewasa mengandung air, 90% tubuh bayi terdiri atas air.
Pendiri Bali Water Birth Association ini mengatakan, proses melahirkan dengan metode ini sangat sederhana dan tidak jauh beda dengan persalinan normal. Perbedaan terletak pada media yang memakai kolam air (bath up) berdiameter 1,5-2 meter berisi air hangat dengan 34-37 derajar celcius atau kurang lebih sama dengan suhu di dalam rahim. Hal itu membantu seorang ibu mengurangi rasa sakit selama kontraksi, sekaligus mempermudah proses persalinan.“Air hangat membuat kulit vagina menjadi elastis sehingga proses kelahiran lebih mudah dan relatif lebih cepat serta mengurangi rasa sakit 40-60% dari persalinan biasa.Air akan mengangkat tubuh ibu, sehingga mengurangi nyeri jika dibanding persalinan di atas tempat tidur. Suhu air hangat membuat sirkulasi pembuluh darah lebih baik sehingga kontraksi lebih mudah dan mulut rahim menjadi lembek dan mudah dibuka. Bahkan untuk beberapa kasus, mulut rahim tidak perlu dijahit lagi karena tidak robek,” ujarnya.
Proses persalinan water birth memakan waktu 1,5 hingga 2 jam, dan ibu berada di dalam kolam ketika sudah masuk pembukaan 8. Air yang digunakan telah disteriliskan dengan ultraviolet sehingga aman bagi bayi. “Bayi tidak akan tersedak air karena mereka baru bernafas setelah diangkat dari air dan diusahakan bayi diangkat secepatnya dari air setelah dilahirkan kurang lebih 8-10 detik,” jelasnya.
Risiko melahirkan di air hampir sama dengan melahirkan normal. Selain itu, ibu yang ingin melakukan water birth, dianjurkan untuk mempersiapkan persalinannya dengan mengikuti senam hamil sebelumnya untuk latihan pernafasan dan kelenturan otot-otot dasar panggul agar memudahkan melahirkan bayi.
Keuntungan melahirkan di air, sang ibu merasa rileks dan nyaman, mengurangi rasa sakit, lebih bebas bergerak dan pindah posisi serta mengurangi robekan di daerah antara vagina sampai anus) sehingga tidak perlu dilakukan pengguntingan di dearah tersebut.
Keuntungan bagi bayi, memberikan proses adaptasi sebelum melakukan pernafasan dan dengan ibunya rileks maka aliran darah ke ari-ari akan lebih baik sehingga aliran oksigen ke janin akan baik.
Metode persalinan water birth sudah dikenal sejak beberapa dekade lalu di beberapa negara Perancis, Rusia, dan New Zealand. Namun di Indonesia baru di kenal bulan Oktober 2006, sementara di Bali populer 20 Juli 2007.
Di Indonesia metode ini masih merupakan suatu yang baru. Walaupun sebenarnya ada beberapa suku di Papua yang melahirkan di air sungai. Untuk di Bali di Desa Nyuh Kuning, Ubud Klinik Yayasan Bumi Sehat, yang dikelola bidan Robin Lym sejak tahun 2003 telah melaksanakan metode ini dengan sekitar 400 persalinan water birth per tahun. Di klinik ini pula Oppie Andaresta pada tanggal 20 Juli 2007 melahirkan anaknya di air.
Di Jakarta tahun 1993 dr. Liz Adianti Harlizon pernah mencoba metode ini di RSIB Harapan Kita. Sejak 4 Oktober 2006 dr.T Otamar Samsudin, Sp.OG dan dr. Keumala Pringgadini, SpA melaksanakan metode ini di SanMarie Family Healthcare Jakarta. Sejak Oktober 2007 dr. Hariyasa Sanjaya, Sp.OG telah melayani 115 kasus persalinan di air di RSB Harapan Bunda.
Wadah Bali Water Birth Association dibentuk dengan tujuan membangun komunikasi, mengadvokasi pelayanan water birth, melakukan koordinasi, sosialisasi, penelitian dan network.-ast
Koran Tokoh, edisi 677, 16-22 Januari 2012
Pendiri dan Owner Kasih Medika Pregnancy School ini mengatakan, salah satu hal penting yang terjadi pada proses persalinan adalah nyeri persalinan. Besarnya rasa nyeri bersifat sangat individual. Dalam proses persalinan hal inilah yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu. Nyeri pada proses persalinan terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata, sehingga dapat dikatagorikan sebagai nyeri akut. Mengurangi rasa nyeri dapat diatasi dengan cara farmakologi (dengan obat) dan non farmakologi (tanpa obat) salah satunya dengan water birth.
Ia mengatakan, ada beberapa pandangan dan dorongan untuk lebih memanusiakan manusia dalam melalui proses persalinan. “Pasien memiliki hak untuk memilih cara persalinan. Setelah mendapat informasi, edukasi dan konseling yang baik, dukungan dan peran aktif suami dan keluarga dipandang perlu dan harus difasilitasi saat di ruang bersalin. Nyeri dalam proses persalinan harus dikelola dengan baik untuk membuat rasa nyaman pada ibu melahirkan,” paparnya.
Manfaat proses persalinan yang berjalan baik, membuat kondisi ibu dan bayi dalam keadaan baik serta tidak terjadinya risiko gangguan psikologis pada masa nifas atau selanjutnya. Pandangan ini kemudian menciptakan inovasi-inovasi dalam pelayanan persalinan yang mendukung pencapaian tujuan humanisasi dalam proses persalinan.
Water birth, merupakan salah satu alternatif persalinan normal yang bertujuan untuk memenuhi aspek manfaat tersebut. Air merupakan komponen dasar kehidupan di bumi ini, 90% bumi terdiri atas air, 60% tubuh orang dewasa mengandung air, 90% tubuh bayi terdiri atas air.
Pendiri Bali Water Birth Association ini mengatakan, proses melahirkan dengan metode ini sangat sederhana dan tidak jauh beda dengan persalinan normal. Perbedaan terletak pada media yang memakai kolam air (bath up) berdiameter 1,5-2 meter berisi air hangat dengan 34-37 derajar celcius atau kurang lebih sama dengan suhu di dalam rahim. Hal itu membantu seorang ibu mengurangi rasa sakit selama kontraksi, sekaligus mempermudah proses persalinan.“Air hangat membuat kulit vagina menjadi elastis sehingga proses kelahiran lebih mudah dan relatif lebih cepat serta mengurangi rasa sakit 40-60% dari persalinan biasa.Air akan mengangkat tubuh ibu, sehingga mengurangi nyeri jika dibanding persalinan di atas tempat tidur. Suhu air hangat membuat sirkulasi pembuluh darah lebih baik sehingga kontraksi lebih mudah dan mulut rahim menjadi lembek dan mudah dibuka. Bahkan untuk beberapa kasus, mulut rahim tidak perlu dijahit lagi karena tidak robek,” ujarnya.
Proses persalinan water birth memakan waktu 1,5 hingga 2 jam, dan ibu berada di dalam kolam ketika sudah masuk pembukaan 8. Air yang digunakan telah disteriliskan dengan ultraviolet sehingga aman bagi bayi. “Bayi tidak akan tersedak air karena mereka baru bernafas setelah diangkat dari air dan diusahakan bayi diangkat secepatnya dari air setelah dilahirkan kurang lebih 8-10 detik,” jelasnya.
Risiko melahirkan di air hampir sama dengan melahirkan normal. Selain itu, ibu yang ingin melakukan water birth, dianjurkan untuk mempersiapkan persalinannya dengan mengikuti senam hamil sebelumnya untuk latihan pernafasan dan kelenturan otot-otot dasar panggul agar memudahkan melahirkan bayi.
Keuntungan melahirkan di air, sang ibu merasa rileks dan nyaman, mengurangi rasa sakit, lebih bebas bergerak dan pindah posisi serta mengurangi robekan di daerah antara vagina sampai anus) sehingga tidak perlu dilakukan pengguntingan di dearah tersebut.
Keuntungan bagi bayi, memberikan proses adaptasi sebelum melakukan pernafasan dan dengan ibunya rileks maka aliran darah ke ari-ari akan lebih baik sehingga aliran oksigen ke janin akan baik.
Metode persalinan water birth sudah dikenal sejak beberapa dekade lalu di beberapa negara Perancis, Rusia, dan New Zealand. Namun di Indonesia baru di kenal bulan Oktober 2006, sementara di Bali populer 20 Juli 2007.
Di Indonesia metode ini masih merupakan suatu yang baru. Walaupun sebenarnya ada beberapa suku di Papua yang melahirkan di air sungai. Untuk di Bali di Desa Nyuh Kuning, Ubud Klinik Yayasan Bumi Sehat, yang dikelola bidan Robin Lym sejak tahun 2003 telah melaksanakan metode ini dengan sekitar 400 persalinan water birth per tahun. Di klinik ini pula Oppie Andaresta pada tanggal 20 Juli 2007 melahirkan anaknya di air.
Di Jakarta tahun 1993 dr. Liz Adianti Harlizon pernah mencoba metode ini di RSIB Harapan Kita. Sejak 4 Oktober 2006 dr.T Otamar Samsudin, Sp.OG dan dr. Keumala Pringgadini, SpA melaksanakan metode ini di SanMarie Family Healthcare Jakarta. Sejak Oktober 2007 dr. Hariyasa Sanjaya, Sp.OG telah melayani 115 kasus persalinan di air di RSB Harapan Bunda.
Wadah Bali Water Birth Association dibentuk dengan tujuan membangun komunikasi, mengadvokasi pelayanan water birth, melakukan koordinasi, sosialisasi, penelitian dan network.-ast
Koran Tokoh, edisi 677, 16-22 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar