Beberapa karyawan Diparda Bali duduk melingkar di aula. Tanpa ba bi bu, setelah berkumpul mereka tertawa terpingkal-pingkal sekitar 5 menit. Ada apa gerangan? Hari itu, Jumat (8/6), hari keempat mereka mengikuti terapi ketawa yang diajarkan Made Suambara dari Bali Happy Movement. Bahkan, Kadisparda Bali Ida Bagus Subikshu turutserta dalam terapi ketawa tersebut. Setelah tertawa terpingkal-pingkal selama 5 menit, tiba-tiba musik ceria menghentakkan aula Diparda Bali itu. Semua peserta berdiri dan menari ceria, ada yang bergoyang sambil tertawa. Mereka benar-benar larut dalam suasana, tanpa batas. Yang ada hanya tertawa dan bahagia.
Made Suambara menyebutkan terapi ketawa sebagai penyembuhan tanpa obat. Bersama Bali Happy Movement sejak tahun 2006, Made mengajarkan terapi ketawa ini kepada masyarakat untuk mendapatkan kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Made menuturkan, sejak kecil punya hobi tertawa. Kapan pun ia melihat sesuatu yang lucu, ia cepat tertawa sampai terpingkal-pingkal. Made baru tahu tertawa sebuah terapi ketika tahun 2004 ia bertemu Dr. Madan Kataria dari India yang menemukan terapi ini dan menjadi gurunya. Sejak itu Made memahami tertawa merupakan obat. Dengan tertawa, Made telah mengantar ribuan masyarakat lokal dan manca negara menuju kesembuhan. “Tertawa membentuk pola pikir positif sehingga kita akan berpikir dengan cara yang lebih positif. Tertawa merupakan meditasi dinamis atau teknik relaksasi yang dinamis. Bedanya kita tidak perlu memusatkan pikiran. Karena tertawa merupakan meditasi paling mudah yang membuat kita rileks dalam waktu singkat,” ujar Made Suambara.
Dalam terapi ini, Made menggabungkan antara gerak, napas dan tawa. Ditambahkan pula dengan penyadaran diri. Ia sudah melakukan sosialisasi terapi ketawa ke banjar-banjar bahkan sampai ke lembaga permasyarakatan. Saat ini ia beralih ke berbagai instansi pemerintahan yang menurutnya, karena beban tugas kerap membuat pegawai instansi pemerintahan stres.
Made mengatakan, hampir 80% penyakit disebabkan stres. Pada dasarnya, penyakit digolongkan menjadi tiga, penyakit magis, medis, dan manah. Penyakit manah atau pikiran ini belum mendapatkan penanganan serius. Hebatnya penyakit pikiran ini tidak bisa dituntaskan dengan obat maupun herbal. “Ada tiga obatnya dan tidak dijual di apotek yakni rileks, tenang, dan bahagia. Obat itu ada di dalam diri kita sendiri,” ungkap Made.
Menurut Made, saat kita tertawa, kita seperti telah melakukan olah raga. Kita tertawa hahahahahahha napas yang kita keluarkan jauh lebih panjang yang membuat kita mendapat ketenangan. Dengan hahahhahahahha, hati kita terbuka sehingga kebahagiaan muncul. Made menggabungkan terapi ketawa ini dengan tradisi Bali seperti taria Rejang, dan Gopala. Setelah itu, diikuti pula dengan penyadaran diri.
Made memberikan tips untuk mengobati berbagai penyakit. Untuk penyakit pada bagian perut bawah seperti maag, kencing manis, asam urat, menstruasi tidak teratur, lakukan terapi ketawa hahahhahahah 5 menit di pagi hari dan 5 menit pada malam hari sebelum tidur. Getaran halus akan menghidupkan kembali syarat yang mati. Sakit pada bagian dada seperti asma, jantung, keluhan hati dan jantung, lakukan tertawa hehehehehe selama 5 menit di pagi hari dan 5 menit di sore hari. Penyakit sering gelisah, takut tanpa sebab jelas, susah tidur, tidak percaya diri, lakukan terapi ketawa yang dipusatkan di tenggorokan, Hohohohohoohohoho Untuk sakit kepala lakukan tertawa ememememeememe. Jika terasa semua sakit, lakukan tertawa sekeras-kerasnya tanpa suara.
Dalam penyadaran diri agar selalu bahagia, ada tiga langkah yang dianjurkannya. Berusaha harmonis dengan diri kita sendiri. Kedua, harmonis dengan orang di sekitar kita. Ketiga harmonis dengan alam sekitarnya.
Tertawa Penangkal Stres
Satu hari bisa tertawa tiga kali, tak akan membuat Anda mati muda. Demikian pepatah Cina yang patut kita resapi. Salah satu anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia adalah tertawa. Hahahahahhahahah, sudahkah Anda tertawa hari ini?
Menurut pakar biologi manusia dari Berlin Prof. Carsten Nietmitz, tertawa merupakan hasil evolusi yang menyelamatkan manusia dari kepunahan. Ia mengatakan, hanya manusia dan beberapa jenis monyet yang dapat tertawa. Primata sudah mengembangkan teknik tertawa untuk mencegah konfliks sejak 35 juta tahun lalu. Hal ini dilakukan mencegah agresivitas sesame jenis.
Pada beberapa studi ditemukan pula, tertawa membantu meringankan berbagai penyakit yang dipicu stres, jantung, diabetes dan lainnya. Tawa adalah penangkal stres paling baik, murah dan mudah. Tawa juga mendorong terjadinya relaksasi. Karena, pada saat tertawa tubuh dirangsang melepaskan zat kimia positif seperti endorphin, serotin, dan melatonin. Di Amerika sudah dikembangkan terapi tertawa untuk pasien yang menderita kanker.
Lalu dengan begitu besar manfaat tertawa mengapa kita terkadang masih malas tertawa?
Psikolog Jerman Dr. Michael Titze mengatakan, seringkali kita mencari alasan tepat untuk tertawa. Kita akan bahagia kalau punya uang banyak, wajah cantik, naik pangkat. Tanpa kita sadari, kebahagiaan tawa kita tergantung pada begitu banyak syarat dan kondisi. Berbeda dengan anak-anak. Mereka bisa tertawa tanpa alasan. Terkekeh-kekeh hanya karena Anda bertepuk tangan atau membuat mimik lucu. Sebuah survei menyatakan, anak-anak bisa tertawa 300-400 kali sehari. Namun, ketika dewasa frekwensi ini menurun menjadi hanya 15 kali sehari.
Terapi Ketawa merupakan gabungan antara gerak, napas,dan tawa. Terapi ini telah dikembangkan di 60 negara dengan 600 klub tertawa. Di Indonesia terapi ketawa dikembangkan kadek Suambara yang langsung belajar dari guru kelas dunia di India Dr. Madan Kataria.
Kadisparda Bali Ida Bagus Subikhu mengatakan, banyak manfaat yang dirasakannya khususnya bagi dirinya sendiri. Stres pekerjaan, kadang stress juga karena jalan macet sudah mulai bisa dikurangi dengan terapi ketawa ini. Ia berharap, staf Diparda Bali dapat mengambil manfaat dari terapi ketawa ini. “Mereka dapat melayani dengan lebih bahagia dan lebih bersemangat,” ujarnya.
Riani menuturkan selama empat kali terapi ia tidak pernah absen mengikutinya. Baginya, terapi ketawa sangat bermanfaat. Ia mengaku merasa lebih segar dan tenang. “Dengan penyadaran diri saya baru ngeh banyak sekali sudah kesalahan yang saya lakukan kepada pasangan maupun kepada orangtua,” kata staf Disparda Bali ini. Hal senada juga dituturkan Suyastini. Ia menuturkan, pikirannya lebih rileks, dan kini mulai intropeksi diri. “Mudah-mudahan saya bisa menjadi lebih baik. Terapi ini akan saya terapkan di rumah sehari-hari,” katanya.
Jangan hanya Jadi Penonton
Public Relation Bali Happy Movement Eny Marheni berharap, Diparda Bali tidak hanya membuat program untuk mendatangkan wisatawan ke Bali, tapi juga memikirkan bagaimana agar orang Bali sendiri bisa menjadi wisatawan di daerahnya sendiri. “Jangan sampai orang Bali hanya jadi penonton. Kita sesungguhnya yang punya Bali, tidak hanya lewat, tapi kita sempat menikmati keindahan Bali. Bali Happy Movement akan membantu membuatkan program-program khusus agar kita punya kebanggaan. Bagaimana kita bisa melayani wisatawan sebelum kita sendiri yang menjadi wisatawan. Bali Happy Movement memiliki banyak program seperti penyembuhan luka hati. Jangan hanya slogan mari kita melayani dengan hati, sedangkan hati kita sendiri masih luka,” ujar Marheni.
Marheni, berharap, para pengajar jangan hanya mengejar gelar akademis, tapi juga mengimbangi dengan kualitas hidup dengan membangun karakter agar bisa menghasilkan generasi muda tidak hanya pintar tapi juga memiliki karakter.
Ikut Klub Tertawa
Ada cara untuk dapat tertawa secara sehat, yakni dengan ikut kegiatan klub tertawa. Di klub ini, orang akan dapat tertawa sebebas-bebasnya bersama-sama. Memang mungkin pada awalnya orang akan sulit memulai tertawa. Mulailah dengan cara berpura-pura tertawa, lalu bisa tingkatkan menjadi sungguhan. Mirip dengan efek domino, satu sama lain dapat saling menertawakan. Akibat tawa pura-pura ini akan menjadi tawa sungguhan, masing-masing orang akan tertawa terpingkal-pingkal. Di luar negeri saat ini sudah menjamur klub tertawa. Di kadanada dan AS sedikitnya terdapat 300-an klub tertawa, di India sudah ada 1400 klub tertawa. Bagaimana dengan Anda, sudahkah Anda membuat klub tertawa?
Saat hidup makin berat, tertawalah. Jangan hidup terlalu serius sampai tak bisa menertawakan diri sendiri atau situasi Anda. Marilah kita terima dengan ikhlas kebahagiaan adalah masalah keputusan. Waktu terbaik untuk berbahagia adalah sekarang. Tempat terbaik untuk berbahagia adalah di sini. Jadi, segera setelah Anda putuskan untuk berbahagia, semua pikiran, perasaan, dan tindakan Anda akan berfokus pada yang membahagiakan. –ast
Koran Tokoh, Edisi 69811 sd. 17 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar