YUNITA Amalia Resta, ibu rumah tangga di Denpasar memanfaatkan limbah menjadi barang berguna. Sampah organik dijadikan kompos. Sampah anorganik, seperti kemasan deterjen dan minuman, didaur ulang.
Yunita merupakan salah seorang ibu rumah tangga yang dibekali materi pelatihan pembuatan kompos di Banjar Buana Asri Desa Tegal Kertha, Monang-Maning, Denpasar Barat. Awalnya tahun 2003, LSM Bali Fokus memberikan pelatihan tersebut di desanya. Yunita bersama kaum ibu PKK lainnya diajari memilah sampah organik dan anorganik. Mereka juga dapat tambahan pengetahuan mendaur ulang sampah.
Sebelum itu, menurut istri Aryo Kusuma Wardana ini, kegiatan tersebut didahului arisan rutin ibu-ibu PKK di Banjar Buana Asri. Saat itu, kaum ibu ini juga berdiskusi tentang kesulitan membuat kompos dan mendaur ulang sampah. Saat arisan kelompok Dasa Wisma tiap minggu II dan III, mereka kembali berkumpul. Masalah sampah menjadi bahan diskusi lagi. Sejak itu mulailah kegiatan memilah dan mendaur ulang sampah. Namun, kegiatan ini hanya berjalan setahun. Alasannya, kata Yunita, para ibu tersebut rata-rata sibuk bekerja dan mengurus rumah tangga. Mereka mengaku kesulitan menentukan waktu memilah sampah dan melakukan daur ulang.
Mereka biasanya menaruh sampah di depan rumah. Petugas kebersihan datang mengambilnya. Namun, Yunita bersama suaminya, tetap melakukan pemilahan sampah rumah tangga. Ia juga mengajarkan kepada dua anaknya untuk belajar memilah sampah. Sampah organik, seperti daun-daunan dan sisa makanan, ia olah menjadi kompos. Sampah organik yang sudah berhasil dikumpulkan ia timbun dan olah menjadi kompos. Tiap dua minggu sekali, ia menghasilkan 8 kilogram kompos. Satu kilogram kompos dijual Rp 1.000. Yunita mempunyai pelanggan khusus pupuk komposnya Sampah anorganik, seperti botol air mineral, besi, kardus, dijual ke pemulung. “Biasanya ada pemulung yang datang mengambil pagi hari,” jelas ibu dua anak ini.
Untuk jenis sampah lain seperti pembungkus sabun cuci, pengharum pakaian, mie instan, dan kopi, didaur ulang menjadi barang yang berguna, seperti tas, pulpen, dan bunga hias.
Untuk mendapatkan satu tas, ia membutuhkan sekitar 20 lebih bekas pembungkus kopi atau minuman jus berukuran kecil. Setelah dicuci dan dikeringkan, istri Kaur Administrasi Kantor Desa Tegal Kertha ini menjahit satu per satu menjadi lembaran. Kemudian, ia sesuaikan dengan model tas yang ingin dibuat. Tas daur ulang dijual Rp 300 ribu per pcs. —ast
Tidak ada komentar:
Posting Komentar