Dalam bayangan kita, model untuk pemotretan selalu diidentikkan perempuan cantik atau laki-laki ganteng. Padahal, cakupan model sangat luas. Tidak hanya perempuan dan laki-laki, remaja, orang dewasa dan orangtua, bayi serta anak-anak termasuk juga binatang dapat menjadi model dalam pemotretan. Demikian dipaparkan Fotografer Profesional A.A.Ngr. Anom Manik Agung, S.Sn. di hadapan peserta Workshop Fotografi yang digelar Koran Tokoh dengan tema “Mahir Memotret Model”, Minggu (29/5) di Wantilan Gedung Pers K. Nadha.
Lelaki yang menekuni fotografi lantaran hobi sejak di bangku kuliah ini mengatakan, tujuan akhir dari pemotretan model adalah menyajikan foto yang enak dilihat. Untuk itu, fotografer harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang si model itu sendiri.
Ia menyebutkan, memotret bayi dan orang tua merupakan model yang paling sulit. Apalagi bayi yang baru bangun. Fotografer harus sabar menunggu mood si bayi untuk difoto. “Fotografer harus mampu mengkomunikasikan dengan orangtuanya waktu-waktu yang menyenangkan bagi bayi untuk difoto. Misalnya jam berapa makannya, kapan waktu cerianya, jam berapa tidur dan bangun. Termasuk juga apakah akan difoto di rumahnya atau datang ke studio. Ini harus diketahui fotografer. Bila perlu, bawa mainan agar si bayi mau diajak bersahabat dan memudahkan memotretnya,” papar lelaki yang mendapatkan lebih kurang 70 penghargaan di bidang fotografi tingkat nasional dan internasional ini.
Sukmana salah seorang peserta mengatakan, selama ini ia kesulitan memotret remaja SMA untuk buku tahunan. Hasil yang didapatkan menurutnya, kurang memuaskan. Menurut Anom Manik, jika ingin memotret remaja harus punya trik. Memperhatikan mood menjadi hal penting. Apakah ia lagi marah atau kesal atau lagi senang. Untuk menyiasatinya, kata Anom Manik, perlu kesepakatan antara fotografer dengan si model. “Masa remaja memang dipenuhi dengan keceriaan. Mereka kadang susah diatur dan ribut apalagi foto berbanyak. Disinilah perlunya komunikasi yang baik. Pengetahuan fotografer tidak hanya mencakup dunia fiotografi tapi komunikasi juga menjadi urusan penting. Apa gagasan yang diminta dapat dipahami si model,” tutur salah seorang pengurus Perhimpunan Fotografer Bali ini.
Untuk memotret buku tahunan, menurutnya, model diatur sedemikian rupa sebaiknya berjejer, ada yang duduk dan berdiri. Bisa juga dilakukan di tangga dan disusun sedemikian rupa tapi jarak dengan yang diatasnya tidak terlalu mencolok. Tamatan Seni Rupa & Desain Universitas Udayana ini mengatakan, memotret orang tua juga membutuhkan kesabaran. Mood tetap menjadi prioritas.
Saat ini berbagai tipe kamera beredar di pasaran. Mulai dari medium format yang memiliki resolusi lebih besar sehingga harganya lebih mahal. Biasanya digunakan untuk keperluan komersial karena membutuhkan kualitas yang baik. Tipe kamera yang sedang tren, DSLR. Resolusinya sudah bagus, dengan dilengkapi berbagai kecanggihan dan asesoris. Bisa diseeting sesuai keinginan, bisa merekam gambar dalam hitungan detik. Beda dengan kamera pocket, yang memiliki keterbatasan kecepatan dan tidak bisa menyamai kamera DSLR. “Memang kamera pocket lebih bisa mobile karena ringan dan bentuknya yang mungil. DSLR lebih akurat dalam memotret model karena memiliki tiga lensa, wide, normal, dan tele,” ujarnya. Sedangkan, kamera ponsel sangat terbatas dan kecepatannya rendah disamping kualitas gambar juga kurang. Untuk memilih kamera, sekarang tergantung keperluannya. Apakah untuk komersial, professional atau untuk dokumentasi pribadi. Selain bagus untuk memotret model, DSLR juga dilengkapi dengan berbagai asesoris seperti flash, reflektor yang memancarkan efek tertentu, atau mobile light.
Menurutnya, waktu yang tepat untuk memotret adalah pagi dan sore. “Pagi hari sinar lembut akan menghasilkan gambar yang hidup dan ada dimensi,” jelasnya. Sementara jika diharuskan memotret di siang hari, ia menyarankan, fotografer sebaiknya melakukan survey lokasi terlebih dahulu. Kemudian tentukan posisinya dimana. Biasanya akan terlihat cahaya di wajah model terutama di bawah hidung. Dapat menggunakan reflektor atau flash.
Salah seorang peserta Puja mengatakan, ketika memotret siang hari dan berlawanan dengan sinar matahari wajah model terlihat kurang segar.
Menurut Anom Manik, untuk menyiasatinya jangan paksakan model untuk langsung difoto ketika tiba di tempat. Siasati terlebih dahulu di beberapa tempat yang lebih teduh. Sesi pemotretan tidak sekali jepret. Sebaiknya perkirakan terlebih dahulu posisi yang tepat. Bisa dicek apakah langitnya berawan. Kalau tidak, bisa gunakan dua atau tiga flash yang bisa menyaingi cahaya siang. Posisikan seperti pemotretan di studio.
Waktu memotret yang baik juga di sore hari berkisar pukul 15.00 -16.30. Karakter cahaya dari depan sangat bagus sehingga menghasilkan gambar yang hidup. Memotret saat malam hari perlu pengetahuan tentang penggunaan flash.
Pemotretan dapat dilakukan di studio atau di dalam ruangan, dan di out door seperti taman, pantai, atau pegunungan. Sumber cahaya untuk pemotretan berasal dari matahari dan cahaya buatan seperti lampu studio, flash dan tungsten. Dapat juga digunakan cahaya kombinasi keduanya jika dibutuhkan.
Arah cahaya ada yang dari depan (frontlight), cahaya dari samping (sidelight) kanan-kiri memunculkan tekstur yang diinginkan. Untuk menampakkan karakter romantis atau lembut dapat menggunakan cahaya dari belakang (backlight), contohnya pemotretan pra wedding. Pencahayaan bisa juga dikombinasikan. Gunakan flash tambahan atau flash dari kamera.
Untuk menyiasati bentuk tubuh model yang tidak sempurna, fotografer harus mengetahui komposisi angle pemotretan. Apakah rule of third atau sepertiga dari obyek, vertikal – horisontal, simetris – asimetris, normal, high angle and low angle. “Berhati-hati dengan penggunaan lensa. Lensa lebar akan menghasilkan kaki model lebih lebar. Fotografer boleh bermain –main dengan kreativitas tapi tetap pergunakan rasa. Menggunakan lensa tele akan menghasilkan obyek yang timbul,” ujarnya. Ia mengatakan, kamera sudah membawa lensa bawaan, tinggal fotografer mengarahkan dengan optimal.
Yudiana mengatakan, sangat sulit mengarahkan model. Anom Manik mencoba memberikan tips. Biarkan mengalir apa adanya. Buatlah gaya yang mudah. Awalnya seperti membuat pas photo menghadap ke depan, ke kiri dan ke kanan. Fotografi tidak hanya dalam bentuk close up. Model dapat sejajar dengan fotografer, berdiri, duduk, atau membelakangi fotografer.
Yang penting, arahkan ke tempat yang nyaman. Kalau ingin ada kekuatan cahaya, ajak ke luar mencari sinar matahari untuk landscape. Menurutnya, untuk referensi gaya bisa juga lewat majalah.
Anom Manik menegaskan, unsur background sangat penting. Artinya, fotografer harus menempatkan model di tempat yang baik. Bagaimana mengarahkan wajah, pose, dan perhatikan background. Fotografer harus mengeksekusi secara menyeluruh. Walaupun ada software photoshop yang membantu melakukan koreksi, alangkah baiknya, kata dia, fotografer mendapatkan hasil yang bagus dan murni dari jepretan kamera.
Untuk mahir memotret, ia memberikan tips ringan. Selain memiliki pengetahuan fotografi secara umum, dan penguasaan peralatan, fotografer harus lebih sering melakukan pemotretan. Disamping itu, fotografer harus memiliki kreativitas dan jiwa seni. –ast
Koran Tokoh, Edisi 646, 5 Juni 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar