Sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dokter biasanya menyarankan pasiennya melakukan pemeriksaan laboratorium. Apa tujuannya, dan begitu pentingkah pemeriksaan laboratorium?
Staf Dosen Bagian Patologi Klinik FK Unud, dr. Ni Kadek Mulyantari, Sp.PK mengatakan, pemeriksaan laboratorium sebenarnya merupakan bagian dari proses medis, baik sejak awal hingga pemantauan perkembangan terapi.
Ada beberapa tujuan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dokter kepada pasiennya, skrining/uji saring suatu penyakit, menunjang diagnosis, menyingkirkan suatu diagnosis penyakit, memantau pengobatan/follow up terapi, menentukan pengobatan, dan kekambuhan.
Staf dokter bagian laboratorium RS Sanglah ini menyatakan, waktu yang tepat untuk pemeriksaan laboratorium tergantung dari tujuannya. Jika dokter menginginkan menegakkan diagnose sebuah penyakit yang diderita pasien, maka pemeriksaan dilakukan lebih dini. Begitu juga sebaliknya, jika tujuan rangkaian pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk pemantauan terapi terhadap pasien, maka pemeriksaan tersebut dapat dilakukan selama terapi yang dijalankan pasien.
Namun, prinsip paling penting yang harus dipahami pasien, pemeriksaan laboratorium tersebut dilakukan tenaga medis, dan merupakan penunjang dari wawancara serta pemeriksaan fisik yang telah dilakukan sebelumnya.
Jika akan melaksanakan pemeriksaan laboratorium, terdapat beberapa hal yang harus diketahui. ”Apa tujuan melakukan pemeriksaan laboratorium, jenis pemeriksaan laboratorium apa yang akan dilakukan, jenis sampel yang akan diperiksa (darah, urine, feses atau cairan tubuh yang lain), persiapan yang harus dilakukan sebelum pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel yang baik (pagi, siang, malam), di laboratorium mana pemeriksaan itu bisa dilakukan, kemana hasil pemeriksaan laboratorium tersebut dikonsultasikan,” papar staf dokter di Unit Transfusi Darah Pembina PMI Daerah Bali ini.
Ia mengatakan, persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan laboratorium; puasa dan menghentikan obat-obatan. ”Obat-obat yang mutlak diperlukan tidak boleh distop. Seperti pada pasien yang sudah terdiagnosis kencing manis, maka pada saat akan melakukan pemeriksaan laboratorium obat-obatnya harus tetap diminum. Tetapi bila, pasien belum terdiagnosis kencing manis (diabetes) maka semua obat-obat yang mempengaruhi kadar gula harus dihentikan terlebih dahulu. Kecuali, jika yang diperiksa adalah kadar gula darah puasanya, maka pasien wajib untuk tidak mengonsumsi apapun sebelum tes dilakukan,” jelasnya lebih jauh.
Selain itu, pasien tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan sebelum dilakukan pengambilan sampel. ”Puasa diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium tertentu seperti : asam urat, glukosa puasa dan lipid profil (termasuk lipid profil : total kolesterol, trigliserida, LDL-kolesterol, HDL-kolesterol, lipoprotein),” katanya.
Ia mengatakan, puasa yang benar dianjurkan lamanya sekitar 10-12 jam. Selama puasa dilarang mengonsumsi makan/minum yang mengandung kalori. Hanya boleh mengonsumsi air putih. Contoh: makan/minum terakhir Pukul 20.00. Keesokan harinya sekitar Pukul 8 pagi dilakukan pengambilan sampel darah. Sebelum sampel darah diambil pasien tidak boleh makan/minum apapun kecuali air putih.
Sampel darah yang akan diambil, tergantung jumlah/jenis pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan. Untuk pemeriksaan medical check-up rutin, biasanya petugas akan mengambil maksimal 10 cc darah pasien. Namun, jika pemeriksaan yang lebih sederhana, mungkin darah yang diambil, kurang dari jumlah di atas.
Khusus untuk pemeriksaan kencing petugas akan menjelaskan lebih detil. Petugas akan menyarankan pasien untuk menampung air seni setelah membuang sebagian kecil air seninya di awal. Artinya, aliran air seni yang pertamakali dikeluarkan tidak ditampung dalam wadah. ”Sampel yang ditampung adalah aliran air seni berikutnya dan aliran air seni terakhir juga sebaiknya tidak ditampung. Membuang aliran air seni di awal dan akhir tersebut bertujuan untuk membilas saluran kencing. Harapannya, agar sampel air seni yang diperoleh dari aliran tengah tersebut dapat benar-benar mewakili kondisi air seni pasien yang seharusnya diperiksa. Waktu pengambilan sampel urine yang baik adalah urine pagi setelah bangun tidur,” papar istri dr. I Ketut Widiyasa, M.P.H ini.
Sampel-sampel yang sudah diambil akan segera diproses melalui beberapa tahapan, praanalitik, analitik, pasca analitik. Tahap praanalitik, sebenarnya sudah dimulai dari sebelum pasien datang ke laboratorium seperti persiapan pasien, proses pengambilan sampel, pemberian identitas sampel, pemisahan sampel, transportasi sampel ke tempat pemeriksaan dan penyimpanan sampel jika pemeriksaan harus ditunda.
Tahap analitik meliputi semua proses selama sampel diperiksa yang nantinya akan melibatkan alat pemeriksaan, jenis metode pemeriksaan, kalibrasi alat, reagen dan quality control. Tahap pascaanalitik menyangkut cara pelaporan hasil-hasil laboratorium.
Jenis pemeriksaan yang akan dilakukan disesuaikan dengan permintaan. Terdapat ratusan jenis pemeriksaan laboratorium dan masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Apakah hanya mampu untuk uji saring, follow up terapi, menentukan kekambuhan atau bisa untuk ketiganya.
Ia menyatakan, satu jenis pemeriksaan laboratorium tidak akan mampu mengetahui semua jenis penyakit. Justru, satu jenis penyakit bisa membutuhkan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium, misalnya, untuk penyakit hati/liver, pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan cukup banyak seperti : albumin, SGOT,SGPT, ALP, gamma GT, HBsAg, Anti-HCV, bilirubin.
Di laboratorium dikenal istilah APS (Atas Permintaan Sendiri), jadi pasien langsung datang ke laboratorium tanpa berkonsultasi sebelumnya dan tidak membawa surat pengantar dari dokter. Sebenarnya hal tersebut sangat tidak dianjurkan. Pasien dengan APS belum tentu memahami dan mengetahui jelas pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan, persiapan apa yang harus dilakukan, dan jika sudah mendapatkan hasil apakah hasil tersebut bisa dinterpretasikan secara benar. Pemeriksaan laboratorium sebaiknya dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter dan dengan surat pengantar dari dokter. Dengan demikian, jenis pemeriksaan yang memang diperlukan akan diperiksa dan yang belum diperlukan tidak akan diperiksa. ”Ini semua terkait dengan biaya, waktu dan kecepatan penanganan suatu penyakit,” jelas Ibunda Putu Bagus Alden Putra Naresha dan Kadek Ellisya Ayu Heradiva Naresha ini. Disamping itu, dokter akan menjelaskan persiapan apa yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan dan terakhir hasil tersebut bisa dikonsultasikan kembali dengan dokternya. Meskipun saat ini semua hasil laboratorium telah disertai nilai rujukan masing-masing pemeriksaan, namun pada hasil yang tidak normal, tidak semuanya ketidaknormalan tersebut bermakna secara klinis. Inilah pentingnya mengapa pemeriksaan laboratorium itu harus dilakukan atas permintaan dokter.
Perempuan kelahiran Kengetan Ubud Gianyar, 26 April 1979 tak menampik, hasil pemeriksaan laboratorium bisa saja salah. Kesalahan bisa terjadi di semua tahap pemeriksaan laboratorium, baik tahap praanalitik, analitik dan pasca analitik. Kesalahan terbesar (sekitar 68%) umumnya terjadi pada tahap preanalitik. Misalnya, prosedur puasa yang salah, sampel tertukar, teknik pengambilan sampel yang salah, pengangkutan/transfortasi sampel yang tidak benar, penyimpanan sampel tidak pada suhu tertentu. Kesalahan pada tahap analitik misalnya: penggunaan reagen yang sudah kadaluwarsa, alat tidak dikalibrasi. Kesalahan pascaanalitik, misalnya : salah menulis identitas pasien pada hasil laboratorium atau hasil laboratorium pasien tertukar.
Menurutnya, semua kesalahan-kesalahan tersebut bisa dikurangi dengan beberapa cara antara lain, mengupayakan tenaga teknis laboratorium yang terampil dan teliti, menggunakan peralatan laboratorium dengan akurasi yang baik, melakukan quality control/pemantapan mutu baik internal maupun ekternal untuk menjamin mutu hasil pemeriksaan laboratorium. –ast
Tips-tips yang perlu dilakukan jika akan melakukan pemeriksaan laboratorium
1. Berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter dan permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya atas permintaan dokter bukan APS.
2. Siapkan persyaratan sebelum dilakukan pengambilan sampel, misalnya : puasa, menghentikan obat-obatan, tidak melakukan aktivitas fisik berat.
3. Siapkan mental, tidak cemas, stres, dan takut.
4. Puasa yang benar dianjurkan lamanya sekitar 10-12 jam. Selama puasa dilarang mengonsumsi makan/minum yang mengandung kalori. Hanya boleh mengonsumsi air putih. Contoh: makan/minum terakhir Pukul 20.00. Keesokan harinya sekitar Pukul 8 pagi dilakukan pengambilan sampel darah. Sebelum sampel darah diambil pasien tidak boleh makan/minum apapun kecuali air putih.
5. Sampel air kencing yang ditampung adalah aliran air seni tengah-tengah. Bukan yang pertama keluar dan air seni terakhir juga sebaiknya tidak ditampung. Waktu pengambilan sampel urine yang baik adalah urine pagi setelah bangun tidur.
6. Konsultasikan kembali hasil pemeriksaan laboratorium dengan dokter agar tidak salah interpretasi. –ast
KOran Tokoh, Edisi 689, 16 s.d 22 April 2012
1 komentar:
Wah.. artikelnya bagus dan sangat bermanfaat gan.. Semoga sehat dan sukses selalu
Oiya gan, ada cara paling mudah untuk cek Asam Urat paling Mudah dan Cepat, TANPA harus AMBIL DARAH, PUASA, SAMPLE URINE..
Jika agan berminat, kami ada linknya gan.. silahkan bisa diKLIK..!!! www.pusatjualalat.com
Terimakasih
Posting Komentar