Buissness and Education Consultant PT Wahana Tunggal Abadi Brant Connors mengharapkan, masyarakat Indonesia bisa belajar dari kemenangan Obama sebagai presiden di AS. “Obama berangkat dari berbagai pengalaman hidup yang berat hingga dia mampu tampil sebagai orang nomor satu di AS. Kemenangan Obama disambut masyarakat AS dengan gembira,” ujar konsultan pendidikan bagi tenaga kapal pesiar ini. Ia menilai, Obama mampu membangun kualitas dirinya dengan baik, dan menanamkan citra positifnya di kalangan masyarakat AS.
Dalam pengamatannya, selama hampir 10 tahun tinggal di Indonesia, ia melihat banyak perubahan politik di Indonesia. Seyogianya, masyarakat Indonesia dapat memetik manfaat positif dari kedatangan Obama sebagai suatu pembelajaran demokrasi di Indonesia. Dengan kedatangan Obama pula, kata lelaki kelahiran Seattle AS 33 tahun silam ini, Indonesia khususnya Bali makin dikenal masyarakat AS. Ia berharap, menyambut kedatangan Obama, masyarakat Bali bukan hanya menampilkan budaya Bali, namun, bisa melihat peluang agar kerja sama dan hubungan internasional makin ditingkatkan. Brant menilai, Bali memiliki keunikan di matanya. Masyarakatnya yang terbuka dan bersahabat telah memikat hatinya. Ia sudah berkunjung ke semua wilayah Indonesia, tetapi memutuskan tinggal di Bali karena memiliki banyak teman di daarah ini. Kesibukannya sebagai konsultan bisnis dan pendidikan, mengharuskannya cuti dari kuliahnya di Pascasarjana Kajian Budaya Unud.
Lelaki yang pernah menjadi penulis lepas di berbagai koran dan majalah berbahasa Inggris ini mengatakan, orang Bali yang bekerja di kapal pesiar dan magang kerja di AS mudah beradaptasi. Namun, sifat orang Bali yang masih ada rasa malu untuk bicara masih menghambat mereka selama di kapal. “Perlu penyesuaian diri, sebelum mereka mampu beradaptasi dengan baik,” ujarnya. Ia berpandangan, makin banyaknya perempuan Bali yang bekerja di kapal pesiar, menunjukkan adanya perubahan ke arah kemajuan. Manajemen kapal pesiar yang memberikan kesempatan 50% pekerja perempuan di kapal hendaknya direspons positif.
Dalam era globalisasi, Brant mengharapkan orang Bali harus berbenah diri mengikuti perkembangan. “Aspek tradisional mana yang harus dipertahankan dan dalam hal apa harus mengikuti perkembangan zaman, perlu dipilah-pilah,” katanya.
Banyak hal yang didapat orang Bali bekerja di luar negeri. Misalnya terkait etos kerja, disiplin waktu, cara menghadapai masalah, dan organisasi kerja. Lelaki yang pernah menempuh kuliah 1½ tahun dan mengajar antropologi di universitas negeri di Malang ini sangat menggemari masakan Indonesia dan Bali. Ia sudah terbiasa makan di warung pinggir jalan, walaupun awalnya, ia sempat terserang tipus karena salah makan. “Makanan favorit saya ikan bakar dengan sambal mentah. Saya juga pernah makan lawar. Saya memang suka pedas,” ujarnya.
Ia mengatakan, setelah berminggu-minggu makan di warung kaki lima, terkadang ia kangen makanan Amerika. Namun, kata Brant, tidak ada restoran khusus Amerika di Bali. Restoran siap saji franchise Amerika banyak, tetapi itu bukan makanan khas Amerika. Biasanya, ia membuat makanan spesial tacos dari Mexico dan mengundang teman-temannya datang untuk mencicipinya. “Tacos dibuat dari lembaran tortilla diisi daging dan sayuran diberi saus pedas,” jelasnya.
HARAPAN kunjungan Obama ke Bali bisa meningkatkan citra positif Bali, juga dilontarkan Ryan Ingrassia, mahasiswa asal Kalifornia yang sedang kuliah di Fakultas Sastra Unud. Lelaki yang baru sebulan tinggal di Bali ini menyatakan jika masyarakat Indonesia menyambut kedatangan Obama dengan menunjukkan sikap bersahabat dan menjaga keamanan tentu dapat meningkatkan citra positif Indonesia dan Bali khususnya. “Obama pernah tinggal di Indonesia. Itu memberi nilai lebih kedatangannya ke Indonesia. Obama pasti suka makanan Indonesia juga,” kata Ryan.
Ryan mengungkapkan, dulu sebelum datang ke Indonesia, ia banyak membaca berita miring tentang Indonesia. Teroris, dan bencana alam terus menghiasi beberapa media massa di AS. Waktu Ryan di Jakarta, bom meledak di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan. Namun, dalam pandangannya, tidak semua orang Indonesia benci orang Amerika. Banyak orang Indonesia yang menerima mereka dengan tangan terbuka.
Setelah tinggal di Bali, Ryan melihat sendiri bagaimana masyarakat Indonesia sangat terbuka dan bersahabat, serta saling membantu sama lain. Kerukunan juga sangat terjaga. “Saya melihat orang yang tinggal di Bali bukan hanya orang Hindu Bali, ada juga orang Jawa, Flores, dan suku lain. Mereka hidup berdampingan dengan rukun. Mereka juga sangat welcome membantu saya belajar bahasa Indonesia,” kata Ryan.
Mahasiswa George Washington University ini hanya memunyai waktu empat bulan belajar bahasa Indonesia di Bali. Sebelumnya, dua bulan ia habiskan di Yogyakarta dan 2½ bulan di Jakarta. Ia harus lulus ujian dalam dua bahasa yakni Inggris dan Indonesia untuk Jurusan Hubungan Internasional. Bagi Ryan, berbicara menggunakan bahasa Indonesia lebih mudah dibanding menulis menggunakan bahasa yang sama. Setelah pulang kuliah, Ryan menghabiskan waktunya belajar kosa kata dan praktik berbahasa Indonesia.
Selain belajar, Ryan juga memanfaatkan waktunya untuk jalan-jalan. Berbagai tempat di Bali sudah dikunjunginya seperti Bedugul, Uluwatu, Munduk (Buleleng). Kadang ia pergi dengan naik bus umum. Ryan mengatakan, orang Amerika suka makan daging sapi, sayuran, jagung, kentang, salad, atau pasta. Di Bali, ia tidak terlalu sulit mencari makanan, karena ia menyukai makanan Indonesia seperti bakso, babi kecap, rendang sapi, pepes ikan, sate dengan saus kacang. Namun, ia belum pernah mencoba makanan khas Bali lawar. “Dua minggu pertama saya sakit perut setelah makan di pinggir jalan,” katanya sambil tertawa. –ast
Koran Tokoh, Edisi 595, 31 Mei s.d 6 Juni 2010
1 komentar:
Indonesia dikecewakan lagi deeh... Padahal semuanya sudah dipersiapkan untuk kedatangannya.... Menurut saya Obama pasti akan merencanakan lagi untuk datang ke Indonesia, karena mengingat kentalnya kenangan yang pernah ia rasakan... Kira-kira kapan ya ke Indonesianya...???
Posting Komentar