SEORANG pasien mengeluhkan hasil pemeriksaan darahnya berbeda di dua laboratorium. Yang satu menunjukkan tidak ada masalah, sedangkan laboratorium satunya dalam kasus sama menyatakan ada indikasi kesehatannya terganggu. Ia kebingungan hasil yang mana sebaiknya dijadikan pedoman. “Hasil pemeriksaan masing-masing laboratorium kadang tidak sama. Tiap laboratorium tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya, karena banyak faktor memengaruhinya. Hal ini tidak menjamin hasil yang diberikan laboratorium tersebut tidak akurat,” ujar Brand Manager Prodia Bali Anton, E. S.Si, Apt. Ia menyebutkan, kondisi pasien sangat berpengaruh mengakibatkan hasil pemeriksaan berbeda. “Waktu puasa, aktivitas sebelum pemeriksaan, dan obat yang dikonsumsi pasien juga berpengaruh,” ujarnya. Ia menambahkan, alat yang digunakan, dan reagen yang digunakan juga dapat berpengaruh. Kondisi ruangan tempat penyimpanan alat juga bisa berpengaruh, termasuk bagaimana suhu udaranya, atau air yang digunakan alat tersebut. Selain itu, kondisi sampel dan saat pengambilan sampel, juga berpengaruh Sementara Business Director Laboratorium Quantum Sarana Medik Ketut Sumantra menyatakan, semua laboratorium berupaya memberikan kualitas pemeriksaan yang terbaik, tergantung warga masyarakat memilih laboratorium yang mana. Hasil pemeriksaan laboratorium yang berbeda tidak dapat dijadikan ukuran kinerja laboratorium tersebut kurang baik.
Ia berpandangan, dengan bermodalkan sertifikat ISO 9001 dan akreditasi tidak mungkin laboratorium bertindak sembarangan. “Pemberian sertifkat ISO dilakukan tim yang memang benar-benar menilai sesuai standar pelayanan mutu laboratorium. ISO adalah standar internasional yang diakui untuk sertifikasi sistem manajemen mutu. Sertifikasi mutu ini menyediakan kerangka kerja bagi perusahaan dan seperangkat prinsip-prinsip dasar dengan pendekatan manajemen secara nyata dalam aktivitas rutin perusahaan untuk terciptanya konsistensi mencapai kepuasan pelanggan,” paparnya.
Manajer Pemeriksaan Laboratorium Quantum Trisno Wahyu Hutomo menambahkan, perbedaan hasil antara laboratorium satu dan yang lain dalam kasus sama disebabkan banyak faktor. Namun, kata Trisno, perbedaan tidak terlalu signifikan. Ia menyatakan, bisa saja penyebabnya karena kondisi pasien yang bersangkutan. Contoh, pasien yang puasa 7-8 jam hasilnya berbeda dengan puasa 10-12 jam. Belum lagi metode pemeriksaan yang berbeda. Pemeriksaan glukosa, misalnya. Metode pemeriksaan yang satu dengan metode lainnya tentu memberikan hasil yang berbeda. Sampel diambil pada waktu yang berbeda, juga dapat memengaruhi hasil. Mesin berbeda, hasil juga berbeda. Cara manual dan otomatis memunyai ketelitian dan ketepatan (presisi dan akurasi) yang berbeda pula.
Ia menegaskan, banyak faktor penyebab pemeriksaan laboratorium dalam kasus sama memberikan hasil yang berbeda sehingga perbedaan tidak bisa langsung dijadikan tolok ukur laboratorium tersebut standarnya kurang baik. “Waktu pengambilan sampel terdapat variasi dari hari ke hari bahkan pagi dan sore dapat berbeda. Jika ingin membandingkan satu laboratorium dengan yang lain, harus menggunakan satu sampel. Kemudian sampel tersebut diurai, itulah yang diperiksa bersamaan oleh kedua laboratorium. Orang yang sama saja, tanda tangannya juga bisa beda,” kata Trisno.
Tiga Proses
Anton menjelaskan, sistem manajemen mutu yang baik selalu dikedepankan laboratorium Prodia. “Kami menerapkan tiga proses dalam pemeriksaan sampel, yakni preanalitik, analitik, dan posanalitik. Mulai dari pasien datang, kemudian diambil sampelnya, sampai pada pengontrolan akhir hasil sebelum diserahkan ke pasien. Hasil akhir dilakukan quality validator untuk meyakinkan apakah hasilnya sudah layak diberikan ke pasien,” ujar Anton. Untuk menjaga keakuratan hasil, katanya, selain menggunakan alat dalam kondisi baik, pemeriksaan alat dilakukan tiap hari sebelum pengecekan sampel. Selain itu, kata Anton, sumber daya manusia selalu ditingkatkan dengan pelatihan rutin. “Kami menerapkan buddy system. Artinya, tiap staf memilki satu buddy yang bertanggung jawab terhadap juniornya,” ujar Anton.
Selama ini, Prodia melayani semua pemeriksaan kesehatan lengkap darah, urin, dan kotoran. Selain itu, melayani USG, treatmill, EKG untuk jantung, pemeriksaan fisik oleh dokter dan konsultasi gizi.
Anton mengatakan, untuk pemeriksaan laboratorium biasanya pasien membawa surat pengantar dari dokter. Prodia melayani sesuai permintaan dokter yang merujuknya. Sedangkan untuk orang yang sehat, mereka biasanya datang sendiri melakukan general check up. “Sampai saat ini, kunjungan konsumen ke Laboratorium Prodia terus meningkat. Dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi peningkatkan sekitar 20%. Sedangkan untuk pemeriksaan laboratorium, klasifikasi penyakitnya hampir sama. Kami melayani semua pemeriksaan laboratorium,” jelasnya.
Anton menyatakan, dengan misi diagnosa lebih baik dengan layanan sepenuh hati, Prodia berusaha memberi hasil yang optimal. “Pelayanan yang baik dengan pemeriksaan yang akurat sesuai standar pelayanan dalam ISO juga telah kami lakukan. Sertikasi ini juga terus dipantau, apakah kami menjalankannya dengan baik atau tidak dan mampu mempertahankannya,” kata Trisno. Ketut Sumantra menambahkan, Quantum menggunakan alat modern yang terkini dengan sumber daya manusia yang terlatih. “Untuk meningkatkan kualitas SDM kami sering mengadakan house in training dan pelatihan ke luar. Sedangkan untuk alat, tiap lima tahun kami ganti dengan metode baru,” jelasnya.
Sumantra menyebutkan, kunjungan pasien ke laboratorium Quantum tiap tahunnya meningkat sekitar 15%. Permintaan yang paling banyak pemeriksaan trombosit demam berdarah. Quantum memunyai unggulan pemeriksaan VCR (biomolekuler). Pemeriksaan ini biasanya untuk mengetahui virus hepatitis A,B,C. Quantum juga melayani pemeriksaan pertanda HIV/AIDS. Ia mengatakan, ada 10 agen kapal pesiar yang sudah bekerja sama hampir 15 tahun dalam pelayanan tes kesehatan karyawan baru yang akan berangkat ke kapal. “Setelah karyawan dicek kesehatannya di Quantum, sampai di kapal dilakukan cek ulang untuk memastikan kondisi mereka. Kalau hasil yang kami berikan berbeda, mereka tidak lagi bekerja sama dengan kami,” tandas Sumantra. –ast
Koran Tokoh, Edisi 596, 13 s.d 19 Juni 2010
Ia berpandangan, dengan bermodalkan sertifikat ISO 9001 dan akreditasi tidak mungkin laboratorium bertindak sembarangan. “Pemberian sertifkat ISO dilakukan tim yang memang benar-benar menilai sesuai standar pelayanan mutu laboratorium. ISO adalah standar internasional yang diakui untuk sertifikasi sistem manajemen mutu. Sertifikasi mutu ini menyediakan kerangka kerja bagi perusahaan dan seperangkat prinsip-prinsip dasar dengan pendekatan manajemen secara nyata dalam aktivitas rutin perusahaan untuk terciptanya konsistensi mencapai kepuasan pelanggan,” paparnya.
Manajer Pemeriksaan Laboratorium Quantum Trisno Wahyu Hutomo menambahkan, perbedaan hasil antara laboratorium satu dan yang lain dalam kasus sama disebabkan banyak faktor. Namun, kata Trisno, perbedaan tidak terlalu signifikan. Ia menyatakan, bisa saja penyebabnya karena kondisi pasien yang bersangkutan. Contoh, pasien yang puasa 7-8 jam hasilnya berbeda dengan puasa 10-12 jam. Belum lagi metode pemeriksaan yang berbeda. Pemeriksaan glukosa, misalnya. Metode pemeriksaan yang satu dengan metode lainnya tentu memberikan hasil yang berbeda. Sampel diambil pada waktu yang berbeda, juga dapat memengaruhi hasil. Mesin berbeda, hasil juga berbeda. Cara manual dan otomatis memunyai ketelitian dan ketepatan (presisi dan akurasi) yang berbeda pula.
Ia menegaskan, banyak faktor penyebab pemeriksaan laboratorium dalam kasus sama memberikan hasil yang berbeda sehingga perbedaan tidak bisa langsung dijadikan tolok ukur laboratorium tersebut standarnya kurang baik. “Waktu pengambilan sampel terdapat variasi dari hari ke hari bahkan pagi dan sore dapat berbeda. Jika ingin membandingkan satu laboratorium dengan yang lain, harus menggunakan satu sampel. Kemudian sampel tersebut diurai, itulah yang diperiksa bersamaan oleh kedua laboratorium. Orang yang sama saja, tanda tangannya juga bisa beda,” kata Trisno.
Tiga Proses
Anton menjelaskan, sistem manajemen mutu yang baik selalu dikedepankan laboratorium Prodia. “Kami menerapkan tiga proses dalam pemeriksaan sampel, yakni preanalitik, analitik, dan posanalitik. Mulai dari pasien datang, kemudian diambil sampelnya, sampai pada pengontrolan akhir hasil sebelum diserahkan ke pasien. Hasil akhir dilakukan quality validator untuk meyakinkan apakah hasilnya sudah layak diberikan ke pasien,” ujar Anton. Untuk menjaga keakuratan hasil, katanya, selain menggunakan alat dalam kondisi baik, pemeriksaan alat dilakukan tiap hari sebelum pengecekan sampel. Selain itu, kata Anton, sumber daya manusia selalu ditingkatkan dengan pelatihan rutin. “Kami menerapkan buddy system. Artinya, tiap staf memilki satu buddy yang bertanggung jawab terhadap juniornya,” ujar Anton.
Selama ini, Prodia melayani semua pemeriksaan kesehatan lengkap darah, urin, dan kotoran. Selain itu, melayani USG, treatmill, EKG untuk jantung, pemeriksaan fisik oleh dokter dan konsultasi gizi.
Anton mengatakan, untuk pemeriksaan laboratorium biasanya pasien membawa surat pengantar dari dokter. Prodia melayani sesuai permintaan dokter yang merujuknya. Sedangkan untuk orang yang sehat, mereka biasanya datang sendiri melakukan general check up. “Sampai saat ini, kunjungan konsumen ke Laboratorium Prodia terus meningkat. Dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi peningkatkan sekitar 20%. Sedangkan untuk pemeriksaan laboratorium, klasifikasi penyakitnya hampir sama. Kami melayani semua pemeriksaan laboratorium,” jelasnya.
Anton menyatakan, dengan misi diagnosa lebih baik dengan layanan sepenuh hati, Prodia berusaha memberi hasil yang optimal. “Pelayanan yang baik dengan pemeriksaan yang akurat sesuai standar pelayanan dalam ISO juga telah kami lakukan. Sertikasi ini juga terus dipantau, apakah kami menjalankannya dengan baik atau tidak dan mampu mempertahankannya,” kata Trisno. Ketut Sumantra menambahkan, Quantum menggunakan alat modern yang terkini dengan sumber daya manusia yang terlatih. “Untuk meningkatkan kualitas SDM kami sering mengadakan house in training dan pelatihan ke luar. Sedangkan untuk alat, tiap lima tahun kami ganti dengan metode baru,” jelasnya.
Sumantra menyebutkan, kunjungan pasien ke laboratorium Quantum tiap tahunnya meningkat sekitar 15%. Permintaan yang paling banyak pemeriksaan trombosit demam berdarah. Quantum memunyai unggulan pemeriksaan VCR (biomolekuler). Pemeriksaan ini biasanya untuk mengetahui virus hepatitis A,B,C. Quantum juga melayani pemeriksaan pertanda HIV/AIDS. Ia mengatakan, ada 10 agen kapal pesiar yang sudah bekerja sama hampir 15 tahun dalam pelayanan tes kesehatan karyawan baru yang akan berangkat ke kapal. “Setelah karyawan dicek kesehatannya di Quantum, sampai di kapal dilakukan cek ulang untuk memastikan kondisi mereka. Kalau hasil yang kami berikan berbeda, mereka tidak lagi bekerja sama dengan kami,” tandas Sumantra. –ast
Koran Tokoh, Edisi 596, 13 s.d 19 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar