BEBERAPA di antara 31 anak pekerja di Pasar Badung, kini mengikuti pendidikan di Yayasan Kecantikan Agung termasuk Wayan Budi dan saudaranya. A.A. Ratna Sari Dewi dari Yayasan Kecantikan Agung menuturkan, kegiatan ini sudah dilakukan Oktober 2009. “Diawali rasa simpati kami terhadap para gepeng, tukang suun dan penjual buah potong keliling yang ada di sekitar Yayasan Kecantikan Agung. Mereka diajari membaca, menulis, dan berhitung dan keterampilan khususnya di bidang kecantikan,” ujarnya.
Para gepeng datang seminggu sekali pukul 09.00 s.d 15.00. Mereka diajari menata diri mereka, mulai dari kesehatan, penampilan dan tingkah laku yang baik dan sopan.
Proses pembelajaran dibedakan karena ada yang sudah pernah mengenyam bangku sekolah namun putus sekolah di tengah jalan, atau ada yang tidak pernah sekolah tidak mengenal huruf dan yang tidak bisa membaca.
Untuk menarik perhatian mereka, di sela-sela pembelajaran, diajarkan cara membersihkan wajah dan potong rambut. “Mereka juga kami ajak mengikuti workshop tata rias di Karangasem agar mereka bisa melihat langsung bagaimana keterampilan tersebut berguna nantinya bagi mereka.
Saat ini pengemis yang terdidik di yayasan ini 20 orang, terdiri atas 3 laki-laki dan 17 perempuan. Usia mereka 9 - 23 tahun.
Kejar Paket A
Sebanyak 17 pekerja anak juga telah mengikuti pendidikan kejar paket A dan pelatihan keterampilan yang diselenggarakan Yayasan Kasih Peduli Anak.
Surya Dwipayani, sekretaris Yayasan menuturkan, awal mulanya Putu Etiartini selaku pendiri, prihatin terhadap banyaknya pekerja anak di sekitar Pantai Double Six Kuta. Usia mereka 10-14 tahun.
Mereka diajari calistung di pinggir pantai dengan beralaskan tikar. Setelah ada rumah aman di wilayah Umadui Padang Sambian Kelod, mereka dipindahkan ke sana.
Awalnya tahun 2007 ada 5 anak yang tinggal di sana. Tahun 2010 sebanyak 17 anak terdiri atas 12 laki-laki dan 5 perempuan yang mengikuti program pendidikan di Yayasan Kasih Peduli Anak.
Pagi hari setelah sarapan, anak-anak diajari belajar mencuci piring dan membersihkan dapur. Pukul 10.00 mereka belajar calistung, pukul 13.00 mengikuti kejar paket A di sekolah Ki Hajar Dewantara. Anak-anak juga diajari berbagai keterampilan seperti menari, berbahasa Inggris, menggambar, dan bermain drama. -ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 584, 22 s.d 27 Maret 2010
Para gepeng datang seminggu sekali pukul 09.00 s.d 15.00. Mereka diajari menata diri mereka, mulai dari kesehatan, penampilan dan tingkah laku yang baik dan sopan.
Proses pembelajaran dibedakan karena ada yang sudah pernah mengenyam bangku sekolah namun putus sekolah di tengah jalan, atau ada yang tidak pernah sekolah tidak mengenal huruf dan yang tidak bisa membaca.
Untuk menarik perhatian mereka, di sela-sela pembelajaran, diajarkan cara membersihkan wajah dan potong rambut. “Mereka juga kami ajak mengikuti workshop tata rias di Karangasem agar mereka bisa melihat langsung bagaimana keterampilan tersebut berguna nantinya bagi mereka.
Saat ini pengemis yang terdidik di yayasan ini 20 orang, terdiri atas 3 laki-laki dan 17 perempuan. Usia mereka 9 - 23 tahun.
Kejar Paket A
Sebanyak 17 pekerja anak juga telah mengikuti pendidikan kejar paket A dan pelatihan keterampilan yang diselenggarakan Yayasan Kasih Peduli Anak.
Surya Dwipayani, sekretaris Yayasan menuturkan, awal mulanya Putu Etiartini selaku pendiri, prihatin terhadap banyaknya pekerja anak di sekitar Pantai Double Six Kuta. Usia mereka 10-14 tahun.
Mereka diajari calistung di pinggir pantai dengan beralaskan tikar. Setelah ada rumah aman di wilayah Umadui Padang Sambian Kelod, mereka dipindahkan ke sana.
Awalnya tahun 2007 ada 5 anak yang tinggal di sana. Tahun 2010 sebanyak 17 anak terdiri atas 12 laki-laki dan 5 perempuan yang mengikuti program pendidikan di Yayasan Kasih Peduli Anak.
Pagi hari setelah sarapan, anak-anak diajari belajar mencuci piring dan membersihkan dapur. Pukul 10.00 mereka belajar calistung, pukul 13.00 mengikuti kejar paket A di sekolah Ki Hajar Dewantara. Anak-anak juga diajari berbagai keterampilan seperti menari, berbahasa Inggris, menggambar, dan bermain drama. -ast
Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 584, 22 s.d 27 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar