KASUS pemerkosaan yang menimpa siswa SD di kawaswan Monang-maning membuat para guru di kawasan itu segera berbenah diri. Mereka lebih meningkatkan kewaspadaan. Hal itu diungkapkan Plt. Kepala SD 26 Pemecutan Ketut Sukayasa, saat berlangsung sosialisasi UU Perlindungan Anak oleh KPAID Bali kepada para guru di lingkungan Gugus R.A. Kartini. “Setelah kasus pemerkosaan merebak, satpam sekolah ditugaskan mengantar siswa pulang, kalau penjemputnya belum datang,” ujar Sukayasa.
SD 26 Pemecutan memiliki 560 siswa, 11 kelas. Perbandingan jumlah siswa dan ruangan kelas yang tersedia, tidak seimbang. “Kami memang memiliki kelas gemuk. Satu kelas diisi 50 siswa,” katanya. Ia mengungkapkan, komite sekolah sudah mengusulkan kepada pemerintah agar ruangan kelas ditambah mengingat kapasitas siswa yang terus bertambah. Hal itu dibenarkan Pengawas SD Gugus R.A. Kartini Ni Wayan Rinun Artini. Gugus ini menaungi 6 SD yakni SD 19 Pemecutan, SD 15 Pemecutan, SD 26 Pemecutan, SD 27 Pemecutan, SD 32 Pemecutan, dan SD Muhamadiyah 3 Denpasar. Ia menyatakan, rata-rata SD di gugus ini memiliki kelas gemuk. Hal ini, kata Rinun, tidak lepas dari padatnya jumlah penduduk di Monang-maning. Padahal, berdasarkan peraturan mendiknas satu kelas normalnya terisi 28 siswa. “Kelas gemuk dengan satu guru kelas tentu membuat guru sangat kewalahan. Tak jarang guru sampai berteriak karena suara anak-anak yang gaduh,” katanya.
Kepala SD 32 Pemecutan Ni Nyoman Ritini menyatakan, guru tidak bisa sepenuhnya bertanggung jawab pada siswanya. “Pukul 07.00 sampai 12.30, itu tanggung jawab guru. Setelah itu tanggung jawab orangtuanya. Mari kita bersama-sama menjaga anak kita,” ujarnya. Setelah kejadian pemerkosaan ini, kata Ritini, para guru diberi pengarahan agar lebih memerhatikan lingkungan sekitar sekolah.
Ketut Suari, salah seorang ibu rumah tangga di Monang-maning menuturkan sejak kejadian pemerkosaan ini, ia menjemput sendiri anaknya. “Dulu anak saya suka pulang sendiri,” kata istri Nyoman Gede Sumerta ini.
Dua siswa SD 15 Pemecutan Yunika dan Patrisia Dewi menuturkan, sejak kasus pemerkosaan itu mereka menjadi lebih berhati-hati terhadap orang asing dan lebih suka bermain di rumah. Mereka mengungkapkan, sudah dipesan orangtuanya agar jangan mudah percaya iming-iming hadiah dari orang tak dikenal. Demi keamanannya kedua bocah ini kini selalu mengenakan celana pendek di dalam rok sekolahnya. –ast
Koran Tokoh, Edisi 581, 28 Februari s.d 7 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar