Awalnya demam berdarah menyerang Karibia. Penyakit ini sudah menjadi suatu epidemik tahun 1827-1828. Penyebarnya, nyamuk aedes aegepti. Penyakit ini menyerang warga di beberapa negara seperti Jepang dan Filipina. DBD di Indonesia sudah menjadi epidemi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sejak tahun 1955 sampai sekarang kasusnya bertambah terus.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Denpasar 2007-2010 Dr. Putu Budhiastra, Sp.M. mengatakan, penyakit demam berdarah sangat mengkhawatirkan karena dapat menyerang siapa saja, kapan saja, dan di mana saja dan mengakibatkan kematian. Dalam dua bulan terakhir pasien demam berdarah di rumah sakit di Denpasar meningkat terus. “Sebanyak 523 pasien bulan Mei dan 566 pasien bulan Juni yang dirawat di RS Sanglah. Belum lagi di beberapa rumah sakit swasta,” ujarnya.
Dokter A.A. Yuli Gayatri, Sp.PD. dari SMF Ilmu Penyakit Dalam RS Sanglah tidak menampik membludaknya pasien demam berdarah yang datang berobat mengakibatkan ruangan rumah sakit tersebut penuh. Ada pasien yang terpaksa ditempatkan di lorong. “RS Sanglah tidak bisa menolak pasien yang datang. Kami tetap memberikan perawatan. Kami hanya sarankan, bagi pasien yang mampu dapat memilih berobat ke rumah sakit swasta,” kata Dokter Yuli. Ia menyebutkan, gejala klinis DBD seperti demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, mual dan muntah, kadang pendarahan, penurunan kesadaran, dan kejang. Penyakit DBD disebabkan nyamuk dewasa betina yang hinggap siang hari di permukiman penduduk.
Dokter Mira Dewi, M.Sc. yang menjadi salah seorang peneliti di RS Karya Bhakti Bogor mengungkapkan, chlorella growth factor (CGF) menjadi salah satu alternatif dalam mempercepat penyembuhan pasien DBD. Ia bersama 6 anggota peneliti lainnya telah melakukan penelitian pertama untuk masalah penyakit tropis yang diawali pengujian preklinik terhadap 84 pasien DBD. “Uji klinik penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas pemberian CGF40 dalam penyembuhan penderita DBD serta menilai perbaikan dalam perembesan vaskuler, dengan mengevaluasi penurunan hemokonsentrasi, peningkatan jumlah trombosit dan perbaikan klinik,” paparnya. Sebanyak 42 orang pasien DBD diberi tambahan suplemen CGF40, dan 42 orang pasien lagi tidak. Hasilnya, pasien dengan tambahan CGF40 sembuh lebih cepat dan masa perawatannya rata-rata 2,76 hari. Masa perawatan yang tanpa suplemen CGF40 rata-rata 4,43 hari.
Dokter Mira menambahkan, kesembuhan yang lebih cepat ini diduga berkat kandungan asam nukleat dan beberapa vitamin dalam CGF40. Asam nukleat merupakan bahan dasar pembentukan antibodi yang berperan sebagai pertahanan tubuh terhadap penyakit. Dosen pengajar di IPB ini mengatakan, dari penelitian sebelumnya diketahui chlorella memiliki protein yang baik, serat, vitamin, dan mineral. Hasil penelitiannya menunjukkan, pemberian CGF40 dapat memperbaiki sistem imum (kebal), detoksifikasi (pembersihan racun), memperbaiki pencernaan, dan jaringan yang rusak, dan memperlambat proses penuaan.
Pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unud dr. G.N. Indraguna Pinatih, M.Sc. mengatakan, pasien DBD sangat membutuhkan cairan karena terjadi pembuluh darah yang bocor. Pasien disarankan mengonsumsi cairan esotonik yang mengandung elektrolit. Di pasaran banyak dikenal cairan yang biasa dipilih pasien DBD seperti air kelapa muda, air buah, atau jus jambu merah yang dikatakan mengandung flavonoid yang bisa memperbaiki vermedialitas membran. “Suplementasi diperlukan selain cairan untuk mengatasi dehidrasi. Antioksidan juga diperlukan seperti Vitamin C, Vitamin E, dan Karoten. Mungkin saja CGF mengandung bagian ini. Karoten bagian dari klorofil, Vitamin C dan Vitamin E banyak terdapat di buah-buahan, sedangkan air kelapa mengandung mangnesium, kalium, natrium, dan flavonoid antioksidan terdapat di tahu tempe dan bumbu dapur,” jelasnya.
Namun, ia mengatakan, tidak bisa membandingkan jambu merah dengan CGF. Ia belum menemukan penelitian klinis khasiat jambu merah. Penelitian CGF atau jambu merah tidak memberikan mekanisme proses bagaimana mereka mampu menaikkan trombosit. “Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang proses mekanisme mengapa trombosit pasien menjadi meningkat setelah mengonsumsi suplemen ini,” ujarnya.
Kandungan Chlorella
Dokter Tanto Untung, Head of Health Food Department PT Citra Nusa Insan Cemerlang (CNI), mengatakan, sebagai pihak yang turut mendukung penelitian ini, CNI merasa berkewajiban menyosialisasikan penelitian tentang CGF40. Ia mengatakan, pemberian suplemen makanan untuk melengkapi kebutuhan gizi yang baik dalam membantu regenerasi sel yang optimal.
Mengutip pernyataan Dr. Michinori Kimura peneliti chlorella dari Jepang, ganggang chlorella telah terbukti kaya devirat asam nukelat DNA/RNA. Chlorella growth factor diketahui potensial mempromosikan pertumbuhan sel lebih cepat melalui mekanisme peningkatan fungsi DNA/RNA.
CGF sangat membantu pengobatan penderita demam berdarah, dengan konsep regenerative medicine yaitu melengkapi kebutuhan gizi secara seimbang untuk mengoptimalkan regenerasi sel.
CGF mengandung berbagai macam komponen di antaranya yang berkhasiat mengatasi DBD, sekelompok senyawa unik yang hanya terdapat pada nukleus chlorella. CGF sangat kaya asam nukleat dan senyawa lain seperti asam amino, peptida, vitamin, mineral, polisakarida, glikoprotein, dan beta glukan. CGF pertama kali diekstrak dengan elektroforesis menggunakan air panas oleh Dr. Fujimaki awal 1950-an di Tokyo, sekaligus memberi nama CGF karena kemampuannya mendukung pertumbuhan anak-anak sehat dan hewan.
Kelompok senyawa inilah yang membuat chorella cepat tumbuh dan bereproduksi. CGF larut 100% dalam air dan membuatnya mampu membantu pertumbuhan penyembuhan dan peremajaan tubuh manusia, memperbaiki sel-sel yang rusak dan merangsang pertumbuhan sel-sel baru dan muda yang menjadikan salah satu makanan paling berkhasiat. CGF juga mampu memerlambat proses penuaan karena kandungan asam nukelatnya yang tinggi.
Chlorella organisme sejenis ganggang hijau yang berukuran kecil yang telah ada di bumi 2 miliar tahun lalu yang merupakan sumber kesehatan yang dibutuhkan manusia. Dengan bantuan sinar matahari organisme ini dapat memproduksi nutrisi berlimpah yang bermanfaat bagi manusia. Chlorella mengandung protein 60%, lebih tinggi daripada bahan makanan lain. Tahun 2004 sudah digunakan untuk pengobatan kanker di AS.
Dokter Santa, salah sorang peserta mengatakan, kalau memang CGF bisa meningkatkan kesembuhan pasien, mengapa tidak disosialisasikan? Di mana konsumen bisa mendapatkannya, sementara tidak dijual di apotek atau toko obat? Dokter Untung menjelaskan, penelitian ini baru selesai akhir tahun 2009, sehingga baru sekarang disosialisasikan. –ast
Koran Tokoh, Edisi 600, 11 s.d 17 Juli 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar