Menurut dr. Wayan Daryatha, Sp.M. (K), banyak penyebab kebutaan seperti katarak, glaukoma, kelainan reflaksi, dan gangguan saraf dan kornea. Yang paling penting diketahui masyarakat dan yang paling banyak menjadi penyebab kebutaan, katarak dan glaukoma.
Konsultan dokter spesialis mata Yayasan Kemanusiaan Indonesia (YKI) ini mengatakan, tiap kekeruhan pada lensa mata disebut katarak mulai dari menurunnya penglihatan sampai kebutaan. “Katarak bisa diderita mulai dari sejak lahir. Penyebabnya, karena gangguan waktu hamil dan keturunan. Segala macam gangguan saat kehamilan bisa menyebabkan kecacatan. Penyebabnya bisa virus atau kandungan sempat digugurkan tetapi tak berhasil,” ujar Kepala Bagian Mata dan Ketua Komite Etik Medik RSU Puri Raharja ini.
Ia mengatakan, katarak usia muda, erat kaitannya dengan keturunan. “Waktu lahir dia belum katarak, tetapi menjelang remaja ada kekeruhan yang tidak disertai keluhan,” ujar satu-satunya konsultan oftalmologi komunitas di Bali ini.
Katarak bisa juga karena usia degeneratif. Begitu masuk usia 50 tahun kemungkinan terjadi katarak 50%. Usia 60 tahun bisa 60%. Usia 70 tahun bisa 70%. Ada juga katarak karena traumatika benturan dan kecelakaan, atau komplikasi panyakit kencing manis. Gangguan yang dialami mulai dari menurunnya penglihatan sampai pada kebutaan.
Ia menyebutkan, ada dua jenis kebutaan, sosial dan ekonomi. “Kebutaan sosial, apabila seseorang buta karena katarak dimana tajam penglihatannya hanya bisa menghitung jari kurang dari tiga meter. Dia sudah tidak mampu bersosialisasi. Kebutaan ekonomi, apabila seseorang tidak bisa menghitung jari lebih dari enam meter,” papar Pemilik Klinik Bali Charisma Usada ini.
Bagaimana penanggulangannya? Ada dua indikasi kapan sebaiknya melakukan operasi katarak. Indikasi medis, apabila seseorang sudah mengalami kebutaan sehingga perlu dioperasi agar tidak berlanjut. Ini disebut sebagai pencegahan. Indikasi sosial, operasi dilakukan ketika diperlukan. Misalnya, seorang mahasiswa membutuhkan penglihatan yang lebih baik. Dia belum masuk kategori kebutaan, tetapi membaca saja sudah susah. Artinya, seseorang membutuhkan penglihatan lebih baik sesuai kebutuhan pekerjaannya.
Penyebab kebutaan lainnya, glaukoma yang merupakan kumpulan beberapa keadaan yang disebut sindroma seperti adanya kerusakan pada saraf penglihatan, penyempitan lapang pandang, dan peningkatan tekanan bola mata.
Pada kasus lain, ada juga glaukoma yang tidak disebabkan karena peningkatan tekanan bola mata. Hanya lapang pandangnya sudah menyempit. “Salah satu contoh kasus, saat menyeberang jalan, kita masih bisa melihat mobil-mobil yang melintas di samping. Sementara bagi penderita glaukoma, mereka tidak bisa melihat ada kendaraan yang melintas, tiba-tiba saja mobil sudah menabraknya saat menyeberang jalan,” ujarnya.
Sebagai pencegahan, ia menyarankan, ketika memasuki usia 40 tahun sebaiknya setahun sekali memeriksakan tekanan bola mata. Kalau kecenderungannya tinggi, bisa memeriksakan mata tiap enam bulan, tiga bulan, sebulan atau seminggu sekali. Tekanan bola mata normal harusnya berada di bawah 20 milimeter hg. Apabila sudah lebih dari 20, itu sudah disebut tekanan bola mata tinggi bisa menjadi salah satu penyebab penyakit glaukoma.
Awalnya bisa dengan pengobatan, tetapi kalau sudah parah perlu ditangani dengan operasi. Penyebab glaukoma, keturunan atau komplikasi kelainan mata karena infeksi. Katarak bisa menyebabkan glaukoma, begitu juga sebaliknya glaukoma bisa mengakibatkan katarak. Bayi baru lahir bisa mengidap glaukoma karena gangguan saluran air dalam mata.
Kebutaan waktu lahir yang disebabkan karena keturunan tidak berarti langsung diturunkan. Orangtua bisa sebagai pembawa sifat. Apabila pembawa sifat bertemu dengan pembawa sifat maka muncullah kebutaan karena keturunan. Cara pencegahannya, hindari perkawinan keluarga dan lakukan pemeriksaan pranikah.
Dalam rangka penanggulangan kebutaan, rumah sakit perlu pendekatan ke masyarakat. Banyak masyarakat miskin berada di perdesaan. Bagaimana upaya kita membawa rumah sakit dengan kelengkapan operasi sedekat mungkin dengan masyarakat. Target orang buta miskin yang tinggal di desa sehingga diperlukan mobil klinik mata keliling dan operasi katarak. Upaya ini, untuk mendekatkan pelayanan ke masyarakat. Hal ini kata dia, harus melibatkan semua pihak mulai dari tenaga profesional yang punya kompetensi, punya kepedulian sosial, dan yang tak kalah penting mampu bekerja sama. Pemerintah juga harus mampu memfasilitasi dengan regulasi kebijakan dan komitmennya kepada masyarakat yang miskin di desa.
Sektor swasta juga ikut berperan dalam kegiatan CSR, LSM seperti YKI yang turut berperanserta dalam penanggulangan kebutaan, dan peran masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diperlukan, sebagai bentuk kepedulian terhadap masalah kesehatan yang ada. “Kalau melihat ada masyarakat yang mengalami kebutaan atau infeksi mata, perlu datang ke puskesmas. Hal-hal seperti ini yang harus dipahami semua masyarakat. Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan diharapkan mampu menarik masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya ketika mengalami gangguan,” ujarnya.
Mencegah gangguan pada organ penglihatan, ia menyarankan, biasakan menjaga kebersihan mata. Menghindari sesuatu masuk ke mata, termasuk trauma pada mata. Mata jangan dikucek-kucek, atau saat mandi jangan sering disiram air. Selalu makan yang sehat dan bergizi, terutama saat hamil. Virus morbili yang menyerang waktu hamil, tidak hanya bisa mengenai jantung, bisa juga mengakibatkan gangguan mata. Untuk itu, pemeriksaan rutin saat hamil perlu dilakukan termasuk tambahan pemberian vaksin vitamin A, dan vaksin antivirus. –ast
Koran Tokoh, Edisi 622, 26 sept s.d 1 Okt 2011
Konsultan dokter spesialis mata Yayasan Kemanusiaan Indonesia (YKI) ini mengatakan, tiap kekeruhan pada lensa mata disebut katarak mulai dari menurunnya penglihatan sampai kebutaan. “Katarak bisa diderita mulai dari sejak lahir. Penyebabnya, karena gangguan waktu hamil dan keturunan. Segala macam gangguan saat kehamilan bisa menyebabkan kecacatan. Penyebabnya bisa virus atau kandungan sempat digugurkan tetapi tak berhasil,” ujar Kepala Bagian Mata dan Ketua Komite Etik Medik RSU Puri Raharja ini.
Ia mengatakan, katarak usia muda, erat kaitannya dengan keturunan. “Waktu lahir dia belum katarak, tetapi menjelang remaja ada kekeruhan yang tidak disertai keluhan,” ujar satu-satunya konsultan oftalmologi komunitas di Bali ini.
Katarak bisa juga karena usia degeneratif. Begitu masuk usia 50 tahun kemungkinan terjadi katarak 50%. Usia 60 tahun bisa 60%. Usia 70 tahun bisa 70%. Ada juga katarak karena traumatika benturan dan kecelakaan, atau komplikasi panyakit kencing manis. Gangguan yang dialami mulai dari menurunnya penglihatan sampai pada kebutaan.
Ia menyebutkan, ada dua jenis kebutaan, sosial dan ekonomi. “Kebutaan sosial, apabila seseorang buta karena katarak dimana tajam penglihatannya hanya bisa menghitung jari kurang dari tiga meter. Dia sudah tidak mampu bersosialisasi. Kebutaan ekonomi, apabila seseorang tidak bisa menghitung jari lebih dari enam meter,” papar Pemilik Klinik Bali Charisma Usada ini.
Bagaimana penanggulangannya? Ada dua indikasi kapan sebaiknya melakukan operasi katarak. Indikasi medis, apabila seseorang sudah mengalami kebutaan sehingga perlu dioperasi agar tidak berlanjut. Ini disebut sebagai pencegahan. Indikasi sosial, operasi dilakukan ketika diperlukan. Misalnya, seorang mahasiswa membutuhkan penglihatan yang lebih baik. Dia belum masuk kategori kebutaan, tetapi membaca saja sudah susah. Artinya, seseorang membutuhkan penglihatan lebih baik sesuai kebutuhan pekerjaannya.
Penyebab kebutaan lainnya, glaukoma yang merupakan kumpulan beberapa keadaan yang disebut sindroma seperti adanya kerusakan pada saraf penglihatan, penyempitan lapang pandang, dan peningkatan tekanan bola mata.
Pada kasus lain, ada juga glaukoma yang tidak disebabkan karena peningkatan tekanan bola mata. Hanya lapang pandangnya sudah menyempit. “Salah satu contoh kasus, saat menyeberang jalan, kita masih bisa melihat mobil-mobil yang melintas di samping. Sementara bagi penderita glaukoma, mereka tidak bisa melihat ada kendaraan yang melintas, tiba-tiba saja mobil sudah menabraknya saat menyeberang jalan,” ujarnya.
Sebagai pencegahan, ia menyarankan, ketika memasuki usia 40 tahun sebaiknya setahun sekali memeriksakan tekanan bola mata. Kalau kecenderungannya tinggi, bisa memeriksakan mata tiap enam bulan, tiga bulan, sebulan atau seminggu sekali. Tekanan bola mata normal harusnya berada di bawah 20 milimeter hg. Apabila sudah lebih dari 20, itu sudah disebut tekanan bola mata tinggi bisa menjadi salah satu penyebab penyakit glaukoma.
Awalnya bisa dengan pengobatan, tetapi kalau sudah parah perlu ditangani dengan operasi. Penyebab glaukoma, keturunan atau komplikasi kelainan mata karena infeksi. Katarak bisa menyebabkan glaukoma, begitu juga sebaliknya glaukoma bisa mengakibatkan katarak. Bayi baru lahir bisa mengidap glaukoma karena gangguan saluran air dalam mata.
Kebutaan waktu lahir yang disebabkan karena keturunan tidak berarti langsung diturunkan. Orangtua bisa sebagai pembawa sifat. Apabila pembawa sifat bertemu dengan pembawa sifat maka muncullah kebutaan karena keturunan. Cara pencegahannya, hindari perkawinan keluarga dan lakukan pemeriksaan pranikah.
Dalam rangka penanggulangan kebutaan, rumah sakit perlu pendekatan ke masyarakat. Banyak masyarakat miskin berada di perdesaan. Bagaimana upaya kita membawa rumah sakit dengan kelengkapan operasi sedekat mungkin dengan masyarakat. Target orang buta miskin yang tinggal di desa sehingga diperlukan mobil klinik mata keliling dan operasi katarak. Upaya ini, untuk mendekatkan pelayanan ke masyarakat. Hal ini kata dia, harus melibatkan semua pihak mulai dari tenaga profesional yang punya kompetensi, punya kepedulian sosial, dan yang tak kalah penting mampu bekerja sama. Pemerintah juga harus mampu memfasilitasi dengan regulasi kebijakan dan komitmennya kepada masyarakat yang miskin di desa.
Sektor swasta juga ikut berperan dalam kegiatan CSR, LSM seperti YKI yang turut berperanserta dalam penanggulangan kebutaan, dan peran masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diperlukan, sebagai bentuk kepedulian terhadap masalah kesehatan yang ada. “Kalau melihat ada masyarakat yang mengalami kebutaan atau infeksi mata, perlu datang ke puskesmas. Hal-hal seperti ini yang harus dipahami semua masyarakat. Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan diharapkan mampu menarik masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya ketika mengalami gangguan,” ujarnya.
Mencegah gangguan pada organ penglihatan, ia menyarankan, biasakan menjaga kebersihan mata. Menghindari sesuatu masuk ke mata, termasuk trauma pada mata. Mata jangan dikucek-kucek, atau saat mandi jangan sering disiram air. Selalu makan yang sehat dan bergizi, terutama saat hamil. Virus morbili yang menyerang waktu hamil, tidak hanya bisa mengenai jantung, bisa juga mengakibatkan gangguan mata. Untuk itu, pemeriksaan rutin saat hamil perlu dilakukan termasuk tambahan pemberian vaksin vitamin A, dan vaksin antivirus. –ast
Koran Tokoh, Edisi 622, 26 sept s.d 1 Okt 2011