Kamis, 20 September 2012

Dipresi Pembunuh Nomor Dua


Berdasarkan riset kesehatan dasar 2007, 11,6% dari populasi Indonesia usia di atas 15 tahun mengalami gangguan ringan cemas dan depresi.  Depresi yang  bersamaan dengan terjadinya penyakit fisik  justru lebih tinggi.  Demikian diungkapkan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Tun Kurniasih Bastaman, MD, Psychiatrist, dalam Pra Kongres World Psyciatry Association (WPA), Rabu, (12/9) di FK Unud.

Ia mengatakan, dalam ilmu kesehatan jiwa depresi dibagi menjadi depresi murni dan depresi yang berhubungan penyakit lain, misalnya penderita kanker, kencing manis, atau jantung yang mengakibatkan depresi lebih besar. “Penyakit  fisik yang dialami seseorang biasanya disertai dengan depresi. Stroke bisa terjadi langsung karena pengaruh gangguan di otaknya.  Pasien menjadi cacat atau  lumpuh menimbulkan tekanan mental  yang menyebabkan depresi,” jelasnya.  Hubungannya karena faktor organik antara depresi dengan penyakit tersebut,  bisa juga berhubungan dengan kondisi  mental si pasien. Misalnya, penderita diabetes harus minum obat tiap hari, bisa juga menimbulkan stres  sehingga mengakibatkan depresi.

Menurutnya, saat ini kasus depresi bisa dikatakan meningkat, jika dihubungkan dengan kondisi kehidupan. Namun, tiap orang memunyai daya tahan mental masing-masing. “Bagi yang memiliki daya mental kuat dan tabah mungkin bisa menghadapi. Namun, bagi yang tidak, mengalami stres ringan saja, sudah down. Dengan pengaruh stres kehidupan gangguan ringan seperti cemas dan depresi makin meningkat,” jelasnya.
Menurutnya, tiap orang tidak bisa menghindari stres. Upaya untuk meminimalkan stres dengan  meningkatkan daya tahan mental, yakni melakukan aktivitas positif, berusaha berpikir positif, dan berlatih menghadapi masalah. “Jangan fokus pada masalah, tapi bagaimana  kita mencari solusi dari permasalahan tersebut. Jika sudah terbiasa memikirkan mencari jalan keluar suatu masalah, ketika masalah itu datang, kita akan terbiasa segera mencari solusinya,” sarannya.

Ia menganjurkan, sebaiknya masalah diselesaikan ketika masih ringan. Jangan menunda untuk menyelesaikannya. Apalagi sampai masalah itu menjadi besar. Menurut Ketua Panitia Pra Kongres dr. Luh Nyoman Alit Aryani, Sp.KJ., dengan meningkatnya globalisasi dan stres kehidupan yang makin meningkat, depresi akan menempati urutan kedua setelah penyakit jantung sebagai pembunuh manusia. Untuk itu, penanganan depresi harus lebih ditingkatkan.

Ia mengatakan, banyak pasien mengeluh sakit kepala dan merasakan nyeri, atau banyak penyakit fisik yang menyertai, sehingga depresi menjadi terselubung yang mengakibatkan penanganannya menjadi salah. “Orang yang mengalami stres, cenderung akan mengalami penurunan aktivitas, begitu juga aktivitas sosialnya menurun. Angka bunuh diri makin tinggi karena disebabkan depresi,” ujarnya.
Pra Kongres yang diikuti para dokter spesialis ahli jiwa, dokter umum, paramedis, dan psikolog ini menampilkan tiga pembicara dr Robert Reverger,Sp.KJ (K), Prof. Helen  Herrman, dan Prof. Lourdes L. Ignacio. –ast

Minggu, 16 September 2012

Hindari nyeri pinggang gunakan lutut sebagai tuas


Anda berusia 40-60 tahun yang sering menderita  nyeri pinggang?  Sudah diobati, namun tak sembuh bahkan kumat-kumatan.  Nyeri pinggang yang ringan dapat diobati dengan obat, istirahat maupun exercise tertentu. Namun, ada insiden 5%, nyeri pinggang yang kadang membandel yang disertai nyeri menjalar ke sendi kaki,  kelemahan otot atau mengecilnya otot, bahkan terjadi gangguan fungsi kencing dan berak.  Jika Anda mengalami hal seperti ini, lakukan pemeriksaan lebih lanjut, baik scan pinggang maupun MRI untuk mengetahui kelainan anatomi  yang mendasari nyeri pinggang.
Menurut ahli nyeri pinggang Dr. dr. Tjokorda Gde  Bagus Mahadewa, M.Kes, Sp.BS., nyeri pinggang tidak hanya masalah saraf tapi juga berhubungan dengan jaringan lunak ataupun jaringan penunjang lainnya maupun tulang.   “Umumnya pasien datang dengan gangguan nyeri yang konsisten. Nyeri pinggang disertai kesemutan di jari kaki, kencing tersendat, berak seminggu sekali.  Pada laki-laki disertai gangguan ereksi maupun ejakulasi. Nyeri pinggang ini disebabkan karena terjadi penyempitan rongga tulang belakang yang harus dilakukan tindakan,” paparnya.

Ia mengatakan, saraf tulang belakang bertanggung jawab terhadap semua saraf di bagian bawah tubuh. Penyebab dari  penebalan rongga ini karena  riwayat pekerjaan yang menggunakan pinggang berlebihan seperti petani yang mencangkul, duduk terlalu lama, dan mengangkat berat.  Jika pekerjaan ini dilakukan bertahun-tahun hingga 10 tahun,  di usia tuanya akan  mengalami penebalan dari jaringan rongga saraf maupun bantalan tulang belakang bergeser ke belakang sehingga menyebabkan rongga saraf mengecil.  Namun, gangguan ini juga terjadi karena proses penuaan. “Walaupun tidak melakukan aktivitas mencangkul atau mengangat beban berat tetap saja dapat bisa terkena. Penyebabnya multifaktor. Namun, yang paling banyak terkena laki-laki karena lebih banyak melakukan aktivitas berat,” tambah Sekretaris SMF Bedah Saraf FK Unud/RS Sanglah ini.

Isu yang berkembang di masyarakat, tindakan operasi pada tulang belakang sering menimbulkan kelumpuhan. Menurut kepala divisi neurospine SMF Bedah Saraf FK Unud/RS Sanglah ini,   berdasarkan penelitiannya, dengan teknik spinoplasty isu tersebut telah terbantahkan. Pada kasus yang murni karena penyempitan rongga tulang belakang, teknik ini dapat dilakukan tanpa pemasangan pen.
Dengan teknik terbaru ini berdasarkan hasil penelitiannya,  pasien lebih cepat sembuh. Nyerinya lebih sedikit, rawat inap hanya 3-5 hari dan tidak ada benda asing atau pemasangan pen sehingga tidak ada rasa kaku pada pinggang.   Teknik ini merupakan alternatif teknik operasi  untuk kasus penyempitan rongga tulang belakang. Teknik standar tanpa pemasangan impan atau pen ini  komplikasinya  rendah, respons pasien lebih rendah kemungkinan infeksi tidak ada.

Pascaoperasi, kondisi pasien lebih cepat membaik dibanding teknik operasi yang lama yang memungkinkan pasien baru bisa dipulangkan lebih dari 7 hari.  Teknik ini juga meminimalkan merusak jaringan sehat sehingga risiko mencederai  saraf lebih sedikit.
Suami Tjokorda Istri Indira Kusumadewi, S.E. ini mengatakan, berat badan ditopang tulang belakang terutama pinggang sebagai tiang penyangga.  Aktivitas yang dilakukan lebih dari 30 menit sudah menimbulkan kompensasi, misalnya saat kita berolahraga lebih dari 30 menit pasti ada perubahan denyut jantung. Begitu juga ketika mengangkat barang. Untuk mencegah gangguan ini, gunakan pinggang dengan cerdas.  “Saat mengangkat barang jangan gunakan pinggang sebagai tuas, tetapi gunakan lutut, usahakan pinggang tetap tegak terutama pekerjaan membungkuk seperti mencangkul,” jelas bapak lima anak ini.  Ia menyarankan, setelah melakukan  aktivitas selama 30 menit istirahatkan pinggang dan bahu sejenak sekitar 5-15 menit. –ast

Kamis, 13 September 2012

Cegah Darah Mengental Hindari Duduk Lama

Seorang ibu usia 45 tahun menderita stroke. Kata dokter, penyebabnya darah ibu itu kental. Apa itu penyakit darah kental?  Apakah darah yang kental bisa normal kembali?
Bagaimana sesungguhnya sistem aliran darah di dalam tubuh?

Menurut dr. Kadek Mulyantari, Sp. PK. sistem aliran darah merupakan sistem tertutup yang mengatur dan mengalirkan darah di dalam tubuh. Disebut tertutup karena pada keadaan normal tidak ada darah yang berada di luar wadah aliran darah (pembuluh darah). Pembuluh darah ada tiga macam; pembuluh darah vena, arteri dan kapiler. Pembuluh darah dan jantung merupakan penyokong utama kehidupan manusia. Jantung adalah organ yang bertugas memompa darah ke seluruh organ tubuh dengan melakukan kontraksi berirama secara berulang. Untuk memompa darah, jantung biasanya berdetak 60 hingga 100 kali per menit, atau lebih cepat bila dibutuhkan.

Darah yang dipompa jantung akan dialirkan melalui dua sirkulasi. Sirkulasi pertama bermula saat darah keluar dari rongga bilik kanan ke paru-paru lalu kembali ke rongga serambi kiri jantung. Setelah meninggalkan bilik kanan, darah mengalir melalui pembuluh kapiler yang mengelilingi kantong-kantong udara di paru-paru. Di sinilah darah menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida. Selanjutnya, darah di serambi kiri akan dialirkan ke bilik kiri. Sirkulasi sistemik pun dimulai saat darah yang kaya akan oksigen itu dialirkan ke luar dari bilik kiri melalui aorta ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru. Darah kemudian kembali ke jantung melalui serambi kanan.
Ia mengatakan, fungsi sistem sirkulasi darah, mengangkut zat makanan dari usus menuju ke seluruh jaringan tubuh mengangkut sisa metabolisme dari jaringan tubuh menuju ke alat pembuangan. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Mengangkut karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke tempat sasaran dan mendistribusikan panas ke seluruh bagian tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran darah, seperti  pembuluh darah, kekentalan darah, artinya semakin kental aliran darah semakin lambat, tekanan darah, tekanan oksigen, karbondioksida, dan suhu.
Darah kental disebut dengan hypervisicositas. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan hypervisicositas adalah polisitemia. Penyebab polisitemia bermacam-macam, tergantung jenisnya. Ada tiga jenis polisitemia, Polsitemia primer (polisitemia vera). Vera berasal dari bahasa Latin yang artinya sejati. Kata vera digunakan untuk membedakannya dari keadaan (penyakit) lain yang mengakibatkan peningkatan sel darah merah. Polisitemia vera umumnya disebabkan oleh faktor genetik/keturunan.
Polisitemia sekunder Yaitu polisitemia yang disebabkan oleh adanya penyakit lain sebelumnya seperti penyakit hati, ginjal, jantung, kelainan hormon, kelainan paru dan lain-lain. Polisitemia yang disebabkan oleh konsumsi rokok juga termasuk polisitemia sekunder. Polisitemia relatif disebabkan  menurunnya jumlah plasma darah sehingga proporsi sel-sel darah lebih tinggi atau lebih kental. Umumnya akan pulih bila volume plasma kembali normal. Misalnya pada keadaan dehidrasi.  Salah satu tanda dehidrasi adalah peningkatan  kekentalan darah. Kondisi ini umumnya akan pulih bila asupan air cukup.
Selain itu, kurangnya aktivitas fisik akan meningkatkan risiko pengumpalan/kekentalan darah. Pada posisi duduk yang lama juga menyebabkan aliran darah lebih statis dan mempercepat penggumpalan/kekentalan darah. Pada tahap awal, polisitemia biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, seiring dengan proses bertambahnya kekentalan darah,  ada beberapa gejala yang bisa dikenali seperti sakit kepala, kepala terasa berputar, gatal-gatal, terutama ketika sedang mandi air hangat, muncul tanda merah pada kulit, susah bernapas atau napas pendek-pendek, nyeri pada dada, perasaan kembung atau eneg di perut sebelah kiri atas, cepat lelah. ”Berbagai gejala di atas bisa muncul secara sendiri-sendiri atau bisa datang bersamaan,” ujar dokter yang bertugas di SMF Patologi Klinik FK Unud/RS Sanglah ini.

Pada kasus yang lanjut dapat menyebabkan penglihatan terganggu, gangguan keseimbangan dan penurunan daya ingat, serangan jantung, stroke, dapat disertai kelainan jantung atau organ lainnya dan pembesaran limfa. Pembesaran limfa terjadi karena peningkatan beban limfa untuk mengeliminasi kelebihan sel-sel darah. ”Dalam pemeriksaan laboratorium dijumpai peningkatan kadar hemoglobin dan hematokrit yang menunjukkan peningkatan kekentalan darah. Hasil pemeriksaan laboratorium  lain, peningkatan asam urat, peningkatan sel darah putih dan trombosit, peningkatan saturasi  oksigen, peningkatan hormone eritropoetin,” paparnya.

Ia mengatakan, polisitemia relatif  lebih mudah diatasi dan umumnya bisa kembali normal. Polisitemia sekunder sangat tergantung dari penyakit dasarnya, selain menangani polistemianya sendiri penyakit dasarnya juga harus diobati. Pada polisitemia vera, sampai saat ini belum bisa disembuhkan total karena terkait dengan faktor genetik/keturunan.

Latihan ringan seperti jalan santai dan jogging dapat memperlancar aliran darah sehingga dapat mengurangi risiko penggumpalan darah.  ”Banyak mengonsumsi air putih dan mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan lemak tinggi, juga dapat dilakukan. Merokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan kekentalan darah yang akan meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke akibat gumpalan darah. Merawat kulit dengan baik, untuk mencegah rasa gatal, mandi dengan air dingin dan segera keringkan kulit. Hindari mandi menggunakan air panas. Jangan biasakan menggaruk karena dapat menimbulkan luka dan infeksi. Menghindari temperatur yang ekstrim,” ungkap staf Unit Donor Darah Pembina PMI Daerah Bali ini.

Buruknya aliran darah pada penderita polisitemia menyebabkan tingginya risiko cedera akibat suhu panas dan dingin.  Di daerah dingin, gunakan baju hangat dan lindungi terutama bagian tangan dan kaki. Untuk di daerah panas, lindungi tubuh dari sinar matahari. Waspada terhadap luka. Aliran darah yang buruk menyebabkan luka sulit sembuh, terutama di bagian tangan dan kaki. Periksa bagian tersebut secara berkala dan hubungi dokter apabila menderita luka atau cedera.

Untuk pengobatan, ia menyarankan, flebotomi  merupakan terapi yang paling dianjurkan.  Flebotomi dilakukan dengan cara mengambil dan membuang sekian cc darah pasien kemudian mengganti dengan cairan fisiologis. Prosedur flebotomi hampir sama dengan donor darah tetapi darah yang diambil tidak digunakan untuk pasien lain. Kemoterapi dan radioterapi untuk polisetemia vera, dan pengobatan pendukung obat penurun asam urat dan obat penghilang gatal. –ast

Koran Tokoh, edisi 709

Minggu, 09 September 2012

Sifilis bisa Sembuh, Berobat saat Stadium Awal

Beberapa waktu yang lalu diberitakan, Badan Industri Film Porno Amerika Serikat (FSC) telah meminta adanya penghentian produksi film porno setelah sembilan kasus sifilis ditemukan pada para artisnya. Untuk mencegah makin meluasnya sifilis pada artis tersebut, para dokter menyarankan semua bintang porno AS untuk menjalani tes. Sebagai tindak lanjutnya, FSC sedang menelusuri orang lain yang pernah bekerja dengan artis yang terdeteksi sifilis tersebut sebelum dia positif menderita penyakit tersebut. Berita ini mengingatkan semua bahwa pada Agustus 2011, industri porno AS juga pernah dihentikan setelah seorang bintangnya dinyatakan positif terinfeksi HIV. Apa itu penyakit sifilis?

Ssifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS). Penyebabnya kuman treponema pallidum. “Pentingnya mengenali sifilis sejak fase awal munculnya penyakit ini karena sangat membantu dalam upaya penyembuhannya, penularan serta pencegahan risiko penyakit yang lebih berat juga dapat dideteksi. Diperlukan upaya yang serius dari semua pihak seperti dokter, pusat pelayanan kesehatan baik dari tingkat dasar hingga pelayanan tingkat lanjut (rumah sakit) bahkan kesadaran dari orang-orang yang berisiko tinggi menderita sifilis/PMS lainnya untuk bersama-sama mengatasi permasalahan ini,” ujar dr. I Ketut Widiyasa Bona, M.P.H.
Menurut dokter di RS Indera ini, pemerintah melalui Departemen Kesehatan hingga Puskesmas maupun LSM telah berupaya melakukan upaya skrining pada orang-orang yang berisiko. Namun, di sisi lain, diperlukan kesadaran yang tinggi dari mereka yang berisiko untuk datang memeriksakan diri secara teratur untuk mencegah penularan dan risiko yang lebih berat dari penyakit sifilis ini.
Di Amerika Serikat, para pejabat kesehatan melaporkan lebih dari 36.000 kasus sifilis tahun 2006, termasuk 9.756 kasus sifilis primer dan sekunder. Tahun 2006, setengah dari semua kasus sifilis yang dilaporkan dari 20 kabupaten dan 2 kota, dan sebagian besar kasus ini terjadi pada pasien berusia 20 sampai 39 tahun. Insiden sifilis pada wanita tertinggi pada usia 20 sampai 24 tahun dan pada laki-laki 35 sampai 39 tahun. Kasus sifilis kongenital pada bayi baru lahir meningkat dari 2005 sampai 2006, dari 339 kasus baru yang dilaporkan pada tahun 2005 menjadi 349 kasus pada tahun 2006. Pada kurun waktu yang sama, jumlah kasus sifilis yang dilaporkan meningkat 11,8%. Tahun 2006, 64% dari kasus sifilis dilaporkan terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria.
Sedangkan data yang diperoleh oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun  2011, juga menunjukkan angka yang serupa. Hasil STBP tersebut mendapatkan angka kejadian sifilis adalah sebagai berikut, sifilis diderita oleh waria 25%, pekerja seks langsung 10%, pria yang berhubungan seks sesama pria 10%, pekerja seks tidak langsung 3%, dan narapidana 3%.

Ia menyebutkan, sifilis ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka sifilis. Luka terjadi terutama pada alat kelamin eksternal, vagina, anus, atau dubur. Luka juga dapat terjadi pada bibir dan mulut. Penularan kuman penyebab sifilis ini dapat terjadi selama hubungan seks vaginal, anal, ataupun oral. Selain itu, wanita hamil yang menderita penyakit ini dapat menularkan ke bayi di dalam kandungannya. Sifilis tidak dapat menyebar melalui kontak dengan kursi toilet, pegangan pintu, kolam renang, bak air panas, bathtub, pakaian bersama, atau peralatan makan. ”Banyak orang terinfeksi dengan sifilis tidak memiliki gejala apapun selama bertahun-tahun, namun tetap berisiko untuk  menderita komplikasi jika tidak diobati dengan segera dan tepat,” jelasnya. Meskipun penularan biasanya terjadi dari luka sifilis, banyak dari luka sifilis ini tidak dapat dikenali baik oleh pasien maupun dokter. Artinya, penularan dapat terjadi dari orang-orang yang tidak menyadari  mereka sedang terinfeksi sifilis.
Sifilis primer ini biasanya ditandai dengan munculnya luka tunggal yang disebut chancre, atau mungkin pula muncul beberapa luka. Waktu antara terjadinya infeksi sifilis dan awal gejala pertama berkisar dari 10 sampai 90 hari (rata-rata 21 hari). Chancre ini biasanya berupa luka yang berbatas tegas, bulat, kecil, dan pasien tidak mengeluhkan sakit/nyeri pada luka tersebut. Luka ini dapat terjadi di tempat di mana kuman sifilis masuk ke dalam tubuh. Luka ini dapat berlangsung selama 3 sampai 6 minggu, dan dapat sembuh tanpa pengobatan. Namun, jika pengobatan yang tepat tidak diberikan, maka infeksi dapat berkembang ke tahap sekunder.
Stadium sekunder ini ditandai dengan adanya ruam (kemerahan) pada kulit dan lesi pada selaput lendir. Tahap ini biasanya dimulai dengan munculnya ruam pada satu atau lebih bagian tubuh. Ruam biasanya tidak gatal. Ruam akibat sifilis sekunder ini dapat muncul saat chancre menyembuh atau beberapa minggu setelahnya. Ruam akibat sifilis sekunder biasanya ruam kasar, berwarna merah, atau bintik-bintik coklat kemerahan baik pada telapak tangan dan bagian bawah kaki. Namun, ruam dengan penampilan yang berbeda dapat terjadi pada bagian lain dari tubuh, kadang-kadang mirip dengan ruam yang disebabkan oleh penyakit lain. Terkadang ruam akibat sifilis sekunder begitu samar sehingga sering terabaikan.
Selain ruam, gejala sifilis sekunder dapat berupa demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, rambut rontok, sakit kepala, penurunan berat badan, nyeri otot, dan kelelahan. Tanda-tanda dan gejala sifilis sekunder akan berakhir dengan atau tanpa pengobatan. Namun, jika tidak diobati, infeksi ini akan berlanjut menjadi sifilis fase late  dan laten.
Sifilis stadium laten (tersembunyi) dimulai ketika gejala primer dan sekunder menghilang. Tanpa pengobatan, orang yang terinfeksi akan terus menderita sifilis meskipun tidak ada keluhan atau gejala. Tahap laten bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
Sifilis stadium lanjut dapat terjadi pada sekitar 15% dari orang-orang yang tidak pernah diobati dan dapat muncul 10-20 tahun setelah infeksi pertama kali diperoleh. Pada stadium lanjut ini, penyakit ini selanjutnya dapat merusak organ dalam penderita, termasuk otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi. ”Tanda dan gejala dari sifilis stadium lanjut ini antara lain berkurangnya koordinasi gerakan otot, kelumpuhan, mati rasa, kebutaan yang munculnya bertahap, dan demensia (pikun). Kerusakan ini mungkin cukup serius dan dapat menyebabkan kematian,” ujar dr. Widiyasa.
Ia menyatakan, bakteri sifilis dapat menginfeksi bayi selama selama di dalam kandungan. Tergantung pada berapa lama seorang wanita hamil telah terinfeksi, dia mungkin memiliki risiko tinggi mengalami kelahiran mati (bayi lahir mati) atau melahirkan bayi yang meninggal sesaat setelah lahir. ”Bayi yang terinfeksi dapat lahir tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit. Namun, jika tidak segera diobati, bayi dapat memiliki masalah yang serius setelah beberapa minggu kemudian. Bayi yang tidak diobati segera dapat menjadi mengalami tumbuh kembang yang terhambat, mengalami kejang, atau mati,” paparnya lebih jauh.

SIFILIS DAN HIV
Luka genital yang disebabkan  sifilis membuatnya lebih mudah untuk mendapatkan infeksi HIV secara seksual. Diperkirakan terjadi peningkatan risiko hingga 2-5 kali lipat tertular HIV jika terkena infeksi sifilis.
PMS ulseratif yang menyebabkan luka, borok, atau luka pada kulit atau membran mukosa, seperti sifilis, mengganggu sistem pertahanan kulit yang memberikan perlindungan terhadap infeksi. Para ulkus (luka terbuka) pada kelamin yang disebabkan oleh sifilis dapat dengan mudah berdarah, dan ketika mereka kontak dengan mukosa mulut dan dubur selama hubungan seks, maka hal ini meningkatkan risiko penularan dan kerentanan terhadap HIV. Memiliki PMS lainnya juga merupakan prediktor penting untuk terjangkit HIV karena PMS adalah penanda bahwa si penderita memiliki perilaku yang berisiko dengan penularan HIV.
Menurutnya, sifilis sangat mudah disembuhkan pada stadium awal. Suntikan intramuskular dengan antibiotika penisilin, akan menyembuhkan penderita sifilis yang terjangkit sifilis kurang dari satu tahun. Jika penderita telah menderita sifilis lebih dari setahun, maka akan membutuhkan dosis tambahan. Bagi orang-orang yang alergi terhadap penisilin, terdapat antibiotik lain untuk mengobati sifilis. ”Pengobatan yang tepat dan cepat akan membunuh bakteri penyebab sifilis dan mencegah kerusakan organ lebih lanjut, tetapi tidak akan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Hal inilah yang harus disadari orang-orang yang berisiko tinggi menderita sifilis. Mereka harus segera berobat terutama fase awal penyakit ini muncul. Karena jika diabaikan, maka sifilis akan beranjak ke stadium berikutnya dan tentunya akan lebih sulit untuk diatasi,” tegasnya.
Penderita yang sedang dalam pengobatan sifilis harus menjauhkan diri dari kontak seksual sampai luka sifilis benar-benar sembuh. Penderita sifilis harus memberitahukan pasangan seks mereka sehingga mereka juga dapat diuji dan menerima pengobatan jika diperlukan. Setelah pengobatan berhasil, penderita tersebut masih rentan terhadap infeksi ulang. Hanya tes laboratorium dapat mengkonfirmasi apakah seseorang memiliki sifilis. Karena luka sifilis letaknya tersembunyi di dalam vagina, anus atau mulut, maka banyak yang tidak menyadari bahwa pasangan mereka mengidap sifilis. Sehingga bagi orang-orang yang berisiko tinggi untuk menderita sifilis atau PMS lainnya seharusnya berkonsultasi dengan petugas kesehatan terdekat.
Cara paling pasti untuk menghindari penularan penyakit menular seksual, termasuk sifilis, adalah untuk menjauhkan diri dari kontak seksual berisiko. Cara lain adalah monogami dengan pasangan yang telah diuji dan diketahui tidak terinfeksi sifilis.
Menghindari penggunaan alkohol dan narkoba juga dapat membantu mencegah penularan sifilis karena kegiatan ini dapat menyebabkan perilaku seksual berisiko. Adalah penting bahwa pasangan seks berbicara satu sama lain tentang status HIV mereka dan sejarah PMS lainnya sehingga tindakan pencegahan dapat diambil.
Penggunaan kondom lateks yang benar dan konsisten dapat mengurangi risiko sifilis, herpes genital dan chancroid. Penularan PMS, termasuk sifilis tidak dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin, kencing, dan/atau douching setelah berhubungan seks.
Tiap tanda tubuh yang tidak biasa, luka, atau ruam, khususnya di daerah selangkangan, harusnya menjadi sebuah tanda bagi seseorang untuk menahan diri untuk berhubungan seks dan agar segera berkonsultasi kepada dokter. –ast
Koran Tokoh Edisi 709

Senin, 03 September 2012

Mari Elka Pangestu, Hobi Menyelam dengan Anak

Di balik kesibukannya sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  Mari Elka Pangestu masih sempat melakukan hobi menyelam yang sudah digandrunginya sejak sebelum menikah.  Beberapa tempat menyelam di wilayah Indonesia sudah dijajalnya, mulai dari Pulau Komodo, Derawan, Gili, bahkan Tulamben.  “Saya ingin menyelam lagi  saat  berada di Bali.  Ingin lihat terumbu karang dan ikan. Saya mau tanam terumbu karang juga. Cuma waktunya mepet. Tapi tahun depan pasti,” tuturnya saat ditemui dalam rapat koordinasi  persiapan pelaksanaan APEC di kantor BTDC Nusa Dua, Sabtu (25/8).
Ia menuturkan, hobinya itu sudah digandrunginya sejak sebelum menikah. Setelah menikah, ia vakum tak lagi menekuni hobinya itu. Namun, sejak diangkat menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, saat berkunjung ke berbagai wilayah Indonesia, ia melihat sebagian besar daya tarik alam Indonesia selain di darat juga di bawah laut.  “Saya pikir hobi saya mulai bisa disalurkan lagi,” ujarnya sembari tertawa. Tak tanggung-tanggung, putra sulungnya, ia ajak turut serta menyelam. Malah, saat itu putranya baru berusia 12 tahun. Wilayah pertama yang dijajal adalah Tulamben yang merupakan diving tourism. “Tulamben selain  menawarkan wisata menyelam  untuk melihat wisata bawah laut, ada juga kapal selam.  Saya dan keluarga sempat berlibur bersama. Sejak menyelam pertama di Tulamben, anak saya ketagihan. Malah sekarang sudah 100 kali menyelam. Saya baru hanya 10 kali,” tuturnya.

menyelam di Derawan
Mari Elka Pangestu  lahir di Jakarta, 23 Oktober 1956. Mari Pangestu menikah dengan Adi Harsono dan memiliki dua orang anak, Raymond dan Arya. Mari Pangestu adalah anak dari ekonom terkenal Indonesia J. Panglaykim.
Ia memperoleh gelar Bachelor dan Master of Economics dari the Australian National University, serta gelar Ph.D. dalam bidang Perdagangan Internasional, Keuangan, dan Ekonomi Moneter dari Universitas California, Davis pada tahun 1986.
Mari Pangestu telah lama aktif dalam berbagai forum perdagangan dan disebut sebagai seorang peneliti ekonomi terpandang di Indonesia. Mari Pangestu juga dulunya aktif mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.  Ia diangkat menjadi  Menteri Perdagangan Indonesia sejak 21 Oktober 2004. Ia adalah perempuan Tionghoa Indonesia pertama yang memegang jabatan sebagai menteri di Indonesia.  Pada 18 Oktober 2011, berkaitan dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu, Mari Elka Pangestu dipindahtugaskan sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggantikan Jero Wacik. –ast

Koran Tokoh, Edisi 708