Selasa, 22 November 2011

Sarah, Anak Kedua Nana Mirdad dan Andrew White

Selasa, 15 November 2011 merupakan hari yang istimewa bagi pasutri, Nana Mirdad dan Andrew White. Nana melahirkan anak keduanya, Sarah, berjenis kelamin perempuan dengan berat 3060 gram, panjang 49 cm. Sarah lahir pukul 16.30 di Prima Medika Hospital. Menurut Nana Mirdad, selama kehamilan anak keduanya ia lebih santai. Namun, sempat deg-degan ketika dokter mengatakan ada masalah dengan kondisi jabang bayi. Ia harus segera di operasi caesar. Dokter Putu Sarjana, Sp.O.G yang menangani kehamilan Nana dari pertama termasuk proses persalinannya mengatakan, berdasarkan hasil USG ada dua belitan yang dapat menghambat jabang bayi keluar lewat persalinan normal. Disamping itu, usia kehamilan Nana sudah 10 bulan dan tidak ada tanda sakit perut melahirkan. Akhirnya diputuskan untuk operasi caesar. Anak pertama mereka Jason yang kini sudah duduk di bangku TK kecil dilahirkan normal.

Menurut Andrew White, wajah Sarah lebih mirip kakeknya yang bule asli Australia. Nana Mirdad mengatakan sempat ngidam anak keduanya. “Saya ngidam masakan mama (Lidya Kandau),” ujar putri sulung pasangan artis Jamal Mirdad-Lidya Kandau ini. Sejak menikah 13 Mei 2006 Nana Mirdad dan Andrew White memutuskan tinggal di Bali. Selain disibukkan syuting beberapa sinetron, pasutri ini memiliki bisnis restoran dan resort di Bali. –ast

Koran Tokoh, Edisi 670, 20 s.d. 26 November 2011

Kiat Gemar Membaca

Banyak hal dapat dilakukan mendidik anak menjadi gemar membaca. Ada yang mengajarkan anaknya selalu membawa buku kemana pun pergi. Kiat lain, memiliki buku diari dan mencatat semua istilah atau kata baru yang ditemui. Ny. Suwitri Riyasse selalu membiasakan kepada putra-putrinya untuk membaca sejak kecil. Perempuan usia 82 tahun ini membiasakan anaknya mengenal bacaan dengan berlangganan koran. Balipost menjadi koran acuannya untuk mengetahui kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. Tiap kata penting atau peristiwa baru selalu dilingkarinya, dan ia menganjurkan anak-anaknya untuk membacanya. Tiap pagi, membaca koran menjadi awal aktivitas rutinnya. Ia selalu mencontohkan hal tersebut kepada enam putra-putrinya. Halaman per halaman dibacanya dengan seksama, tanpa ada satu pun yang dilewati.

Ia mengatakan, dari koran ia banyak belajar kata baru dan perkembangan bahasa. Ketika suaminya pulang dari tugas luar kota maupun luar negeri, hadiah yang selalu dibawa adalah buku. “Bapak paling banyak membawa buku bahasa Inggris tentang pariwisata dan pengetahuan umum. Dari keinginan membaca, akhirnya saya dipaksa secara otomatis belajar bahasa Inggris,” ujar istri alm. I.G.P Riyasse ini. Banyak hal yang ia pelajari dari almarhum suaminya. Setiap ada istilah baru, ia selalu memberitahu anak-anaknya. Pesannya, kalau belum mengerti arti bahasa asing tersebut, lebih baik gunakan bahasa Indonesia. Bahkan, ketika kini Bu Riyasse sudah memiliki cicit, ia tetap memotivasi mereka untuk gemar membaca. “Tiap cucu dan cicit datang menengok saya, selalu saya beritahu istilah atau kata baru,” ujarnya. Bahkan, tak jarang, ia mengirim sms kepada cucunya, untuk membahas suatu topik yang dianggap menarik di koran. Begitu juga ketika melihat tayangan berita di televisi. Ia meminta pendapat anak, cucu, dan cicitnya. Ia memiliki buku diari yang khusus mencatat istilah baru yang ditemuinya. Beberapa buku koleksi miliknya dan almarhum suaminya tersimpan rapi dalam satu rak. Selain itu, buku teka teki silang (TTS) menjadi kegemaran perempuan yang masih sehat di usia senja ini. Hobinya ini sudah dilakoni sejak tahun 1980-an. Beberapa istilah di TTS kadang ia pertanyakan kepada cucu dan cicitnya, untuk mengetahui apakah mereka sudah mengetahui istilah –istilah tersebut. Kebiasaan gemar membaca yang dilakoni Bu Riyasse sudah menular kepada semua keluarganya. Bu Riyasse kini lebih sering meminjam buku kepada anak dan cucunya. Buku motivatasi dan kata bijak menjadi favoritnya.

Sedangkan kiat yang dilakukan I Wayan Adi Sudiawan, S.Pt. selalu membawa buku kemana pun ia pergi. “Menunggu periksa di dokter saya ajarkan anak-anak biasa membawa buku,” kata PNS yang juga penyiar radio ini.
Putri sulungnya yang kini sudah kelas 2 SMA sudah lancar membaca sejak TK. “Waktu usia anak masih balita, cara saya mengajar membaca lebih banyak dengan bermain. Misalnya, dalam pengenalan huruf saya menggunakan contoh langsung. Huruf A ada di buah apel,” ujarnya memberi contoh. Selain berlangganan koran, bapak Adiyani dan Divarani ini beruntung memiliki seorang teman loper koran. Tiap hari ia diberi majalah bekas gratis. Ada majalah tentang wanita, ilmu pengetahuan dan budaya. “Walaupun bekas, anak dan istri saya otomatis menjadi terbiasa membaca,” kata Adi. Pas liburan sekolah, ia mengajak keluarganya berkunjung ke perpustakaan daerah Bali. Ia mengatakan tak banyak memiliki dana untuk membeli buku secara rutin, kecuali buku pelajaran sekolah. Saat belanja ke mal, anak-anaknya selalu menyempatkan diri masuk ke toko buku. Walaupun tak membeli, mereka suka melihat-lihat buku.

Untuk mengetahui informasi berita, selain dari koran dan majalah bekas, ia memberi kesempatan anaknya belajar lewat internet. Ia menaruh komputernya di ruang keluarga sehingga ia bisa memantau apa saja yang dilakukan anaknya dengan internet. Adi selalu memotivasi kedua anaknya dengan cerita orang-orang sukses yang gemar membaca. “Saya katakan pada anak, bapak bisa seperti sekarang juga karena suka baca. Coba lihat orang asing kemana-mana selalu bawa buku. Mereka pintar karena suka baca,” kata Adi. Walaupun tak banyak, buku motivasi dan spiritual juga melengkapi koleksi perpustakaan mininya di lemari. –ast

Koran Tokoh, Edisi 669, 13-19 november 2011

Hindari Virus Hepatitis dengan Rajin Cuci Tangan

Penyakit Hepatitis virus cukup sering terjadi di Indonesia. Pengidap hepatitis B tidak menunjukkan gejala pada populasi yang tampak sehat di Indonesia dilaporkan berada pada kisaran 4-20,3%. Artinya, Indonesia termasuk negara dengan prevalensi infeksi virus hepatitis B yang tinggi. Dosen pengajar Mikrobiologi Klinik FK.UNUD/RS.Sanglah dr. Made Agus Hendrayana,M.Ked mengatakan, istilah hepatitis berarti keradangan pada organ hati. Penyebabnya bisa berbagai macam seperti virus, bakteri, parasit, akibat obat-obatan sampai alkohol. Jenis hepatitis dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, misal disebabkan oleh virus disebut dengan infeksi hepatitis virus.

Menurutnya, semua penyakit hepatitis berbahaya karena hati merupakan salah organ tubuh yang sangat vital, jadi apabila terjadi keradangan atau bahkan kerusakan pada organ hati akan bisa fatal akibatnya menimbulkan kematian. Hepatitis akibat infeksi virus berarti adanya proses keradangan pada organ hati akibat adanya infeksi virus yang menyerang hati.
Ia menyebutkan, hepatitis virus dikenal ada beberapa jenis, hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Masing-masing virus hepatitis memunyai karakteristik yang berbeda. Gejala penyakit yang ditimbulkan dapat bersifat akut yang biasanya disebabkan oleh hepatitis A dan E, serta ada yang bersifat kronis seperti pada hepatitis hepatitis B dan C. Hepatitis kronis akibat infeksi virus hepatitis B dan C dapat berkembang menjadi kerusakan hati yang lebih parah seperti sirosis hati bahkan menjadi kanker hati.

Infeksi oleh hepatitis A dan E bersifat akut menunjukkan gejala yang hampir sama. Hepatitis ini sering menginfeksi anak-anak karena daya tahan tubuhnya lebih lemah, walaupun orang dewasa juga bisa terkena. “Gejalanya yang ditimbulkan awalnya dapat berupa seperti flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, nafsu makan menurun dan kemudian baru menunjukkan gejala nyeri di perut kanan atas dan mata menjadi kuning. Apabila segera ditangani gejala dapat hilang dalam beberapa minggu,” papar Wakil Sekretaris IDI Cabang Denpasar
Infeksi oleh hepatitis yang kronis B dan C menunjukkan gejala yang hampir sama juga. Infeksi virus hepatitis B dan C tersebut dapat menyebabkan berbagai macam menifestasi klinik, mulai hepatitis akut, hepatitis kronis, sirosis hati, dan kanker hati. Menurutnya, banyak pasien yang terinfeksi hepatitis B dan C tidak menunjukkan gejala. “Sebagian besar penderita hepatitis B (sekitar 80%) bisa sembuh, namun tetap sebagai pembawa. Sedangkan sisanya sekitar 20% akan berkembang menjadi penyakit hati kronis antara lain hepatitis kronis, sirosis hati dan kanker hati,” jelas peneliti penyakit hepatitis ini.

Hepatitis A dan E dapat menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh virus hepatitis A dan E yang berasal dari feses penderita, misalnya makanan atau minuman yang tidak dimasak dengan baik. Sedangkan hepatitis B,C, dan D menular melalui kontak dengan darah penderita. Sumber penularan seperti darah atau produk darah dan cairan tubuh penderita yang mengandung virus hepatitis, sehingga dapat menular melalui hubungan seksual, penggunan jarum suntik, transfusi darah atau transpantasi organ yang mengandung virus dari penderita.

Sekretaris SMF. Mikrobiologi Klinik FK.UNUD/RS.Sanglah mengatakan, penanganan hepatitis akut A dan E secara mutlak memerlukan istirahat total, menjaga kondisi hati agar tidak bekerja keras dan meningkatkan kondisi tubuh. Dalam beberapa minggu gejala akan menghilang dan pasien menjadi sembuh.
Ia menyebutkan, saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama beberapa bulan setelah suntikan pertama, dan memerlukan vaksinansi ulangan memperoleh kekebalan yang lebih lama.
Untuk infeksi hepatitis B, kata dokter Agus, dapat diberi penanganan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B dimana obat-obatan ini sangat mahal harganya. Vaksin hepatitis B sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu dan juga memerlukan suntikan ulangan untuk memperkuat kekebalan yang ditimbulkan.
Ia menyarankan, untuk menghindari terinfeksi oleh penyakit hepatitis akut, rajinlah mencuci tangan dengan benar sebelum menyentuh makanan atau minuman. Masaklah makanan dengan baik dan matang sehinga virus menjadi mati. Hindari makanan dan minuman yang tidak terjamin kebersihannya. Melakukan kegiatan MCK pada tempatnya. Lakukan vaksinasi secara teratur

Untuk mencegah terinfeksi oleh hepatitis kronis seperti hepatitis B,C dan D, dapat dilakukan dengan mengurangi kontak erat dengan bahan-bahan yang berpotensi menularkan seperti darah atau cairan tubuh penderita. Selain itu, hindari pemakain jarum suntik bergantian. Melakukan aktifitas seksual yang aman. Melakukan pemeriksaan darah sebelum darah ditransfusikan atau donor. Pemeriksaan dini pada calon pasangan suami-istri atau calon ibu, dan melakukan vaksinasi. –ast

Koran Tokoh, Edisi 670, 20 - 27 6 november 2011

Jumat, 04 November 2011

70% Lulusan SLB-B Jimbaran Terserap Dunia Industri


Sekelompok siswa SMP terlihat sedang duduk di serambi kelas. Salah satu anak perempuan, terlihat menjadi bahan candaan teman-temannya. Entah apa yang dibicarakan mereka, remaja putri berkulit putih itu tersipu-sipu sambil mencolek lengan temannya. Ketika saya mendekat, mereka langsung memandang dengan heran. Saya langsung menyapa dengan salam sambil menyebutkan nama. Mereka masih memandang dengan muka merengut. Saya baru sadar, mereka tidak bisa mendengar suara saya. Humas SLB-B Jimbaran Gede Suweca segera membantu saya. Ia mengenalkan saya sambil menggunakan bahasa isyarat. Menurut saya, agak sulit berkomunikasi dengan mereka. Selain harus menguasai bahasa isyarat, berbicara harus dengan suara keras dengan penekanan pada mulut dengan jelas. Waktu itu, sekitar pukul 09.30, waktunya istirahat. Tak banyak siswa yang berkeliaran di halaman seperti layaknya siswa di sekolah normal. Sebagian besar siswa lebih memilih duduk di serambi kelas, sambil mengobrol dengan bahasa isyarat.

Menurut Suweca, siswa SLB-B lebih mudah diatur dan disiplin. “Pada dasarnya, siswa tunarunggu hampir sama dengan siswa normal. Ada yang pintar dan lemah. Mereka lebih menurut dan disiplin. Kalau sudah diberi contoh mereka langsung mentaati. Begitu juga ketika mereka terjun di dunia industri. Etos kerjanya tinggi, penurut, dan disiplin. Hambatannya hanya di masalah komunikasi,” ujar Seweca.

Menurut koordinator wakil kepala Sekolah SLB-B Jimbaran Edi Prajitno, selain menampung siswa tunarunggu, SLB Jimbaran juga menerima siswa tunagrahita dan autis. Saat ini jumlah keseluruhan siswa di SLB-B Jimbaran sebanyak 211 siswa. Siswa ini terbagi dalam tiga kelompok, tunarunggu, tunagrahita, dan autis. Kelompok tunarunggu TK-B berjumlah 8 orang, SD-B 50 orang, SMP-B 28 orang, SMA-B 29 orang. Kelompok tunagrahita SD-C 59 orang, SMP-C 15 orang, SMA-C 8 orang. Kelompok Autis, SD 11 orang, SMP 5 orang, SMA 5 orang. Jumlah guru 44 orang terdiri dari PNS 39 orang dan sisanya masih honorer.
Sebagian besar guru berpendidikan sarjana pendidikan luar biasa. Bagi guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan luar biasa, mereka diberi pelatihan di P4TK PLB Bandung selama 1 ½ bulan. Mereka diberikan materi wawasan pendidikan luar biasa secara umum termasuk tunanetra, tunarunggu, dan tunagrahita. Khusus guru tunarunggu mereka mendapatkan pendidikan khusus tentang bina komunikasi persepsi bunyi dan irama dan bina wicara.

Ia mengatakan, Direktorat Bina Layanan Pendidikan Khusus Jakarta juga mengadakan pelatihan bahasa isyarat (SIBI) bagi guru tunarunggu. Namun, kecenderungan siswa menggunakan bahasa isyarat lokal yang tidak ada di kamus. Untuk memudahkan, kata Edi, SLB-B Jimbaran membedakan kamus menjadi tiga, khusus siswa TK/SD, SMP, dan SMA.


Suweca yang juga guru bina komunikasi, persepsi, bunyi, dan irama mengatakan, tujuan materi bina komunikasi ini untuk mendeteksi sisa pendengaran siswa. Materi yang diajarkan mendeteksi pendengaran anak-anak dengan alat sederhana. Tingkat TK dan SD, pendengaran siswa dilatih dengan gong. Tahap permulaan memukul gong dengan nada lemah dengan jarak dua meter dari siswa. Kemudian pemukulan lebih keras. Siswa akan memberi kode dengan mengacungkan tangan bila mereka mendengar. Selain gong, alat lain yang digunakan drum. Saat dipukul dilihat bagaimana reaksi siswa. Bagi yang mendengar mereka akan berjalan beberapa langkah. Khusus siswa SMP menggunakan alat musik jimbe. Pemukulan bertahap dan diikuti siswa. Materi ini diajarkan seminggu sekali selama dua jam.
Edi Prajitno mengatakan, pada dasarnya kurikulum yang diterapkan hampir sama dengan kurikulum sekolah normal. Hanya bobotnya lebih sedikit dan lebih mudah.

Untuk mendapatkan lulusan yang mampu hidup mandiri di masyarakat, SLB-B Jimbaran memberikan materi keterampilan pada semua siswa tunarunggu. Ada 13 keterampilan yang diajarkan di SLB-B Jimbaran diantaranya tata boga, tata busana, otomotif, komputer, musik, melukis, pertukangan kayu, menari, tata rias, keramik, dan sablon.
Lulusan SMA-B mendapat tiga ijazah yakni dari sekolah, dunia industri, dan asosiasi keterampilan. Siswa SMA mendapat kesempatan magang selama 6 bulan di beberapa hotel di Nusa Dua. Sebelum lulus mereka mengikuti ujian kompetensi selama 10 hari. Tujuannya untuk mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan nanti setelah lulus sekolah. Sebanyak 70% lulusan sudah terserap di dunia industri.
Made Wirantini, guru keterampilan tata busana mengatakan, sebagian besar keterampilan tata busana diminati anak perempuan. Peminat laki-laki hanya satu orang. Materi yang diajarkan mulai dari membuat pola, sampai menjahit dan menghias busana. Kesulitan mengajar, kata Wirantini, tata busana agak rumit, mulai dari membuat pola dengan memakai hitung-hitungan. Siswa mengaku sering lupa. Untuk mudahnya, Wirantini membuatkan pola jadi yang kemudian dijiplak dan disesuaikan dengan ukuran sendiri. –ast


Wakili Indonesia ke India
Walau pun memiliki kelemahan, beberapa siswa tuna runggu SLB-B Jimbaran memiliki segudang prestasi. Yoga, siswa kelas kelas 3 SMP-B pernah meraih juara I tingkat nasional dalam lomba tenis meja antar siswa SLB. Selain itu, Yoga juga piawai menari nusantara dan terampil dalam tata busana. Di rumahnya, Yoga memiliki guru privat untuk mengasah keterampilannya bermain tenis meja.
Dian Puji Astuti siswi kelas 2 SMP-B mendapatkan prestasi juara I tingkat nasional lomba lari lompat jauh antar siswa SLB. Dian juga penari pendet andalan SLB-B Jimbaran.
Dalam lomba sentral tingkat nasional di Yogyakarta tahun 2011, SLB-B Jimbaran mendapatkan prestasi Juara 2 lomba stan dan juara harapan 2 lomba manajemen.

Bulan November yang akan datang, 4 orang siswa SLB-B Jimbaran dipercaya mewakili Indonesia dalam festival anak berkebutuhan khusus di India. Siswa SLB-B Jimbaran akan menampilkan lima tari Bali.
Menurut Suweca, anak-anak SLB-B Jimbaran kerap diundang dalam pementasan berbagai acara seperti dalam pembukaan festival Nusa Dua, KTT Asean, Pesta Kesenian Bali dan pameran pembangunan. Beberapa siswa di SLB-B Jimbaran juga ikut sanggar kesenian di GWK. Dalam tiap pagelaran mereka diikutsertakan dan diberikan uang lelah dari sanggar. Uang itu menjadi hak pribadi siswa yang digunakan untuk keperluannya sendiri. Ada yang menarik, kata Suweca, SLB-B Jimbaran juga memiliki garapan terbaru yakni kecak kolaborasi tanpa suara. “Mereka menari cak tanpa bersuara,” ujarnya. Cak tanpa suara ini sudah pernah dipentaskan dan mendapatkan sambutan hangat dari penonton yang sebagian besar turis asing. –ast

Dilengkapi Ruang Workshop Keterampilan

Luas SLB-B Jimbaran 5 hektare, yang terdiri dari beberapa bangunan. Bangunan utama ada ruangan guru dan pegawai. Terlihat sangat luas dan nyaman. Beberapa prasarana komputer sudah melengkapi. Ruang kelas siswa tunarunggu TK-B 2 kelas, SD-B 6 kelas, SMP-B 3 kelas, dan SMA-B 3 kelas. Ruang kelas SD-C 6, SMP-C 3 kelas dan SMA-C 3 kelas. Masing-masing kelas dilengkapi dengan papan tulis. Meja dan bangku terlihat dalam kondisi baik. Karena terbatasnya kelas, kata Edi Prajitno, siswa autis dan tunagrahita dijadikan satu kelas. Ada ruangan workshop untuk pelatihan keterampilan sebanyak 13 ruangan, lengkap dengan sarana dan prasarananya. Ruang tata busana, dilengkap dengan mesin jahit, dan beberapa maneki (patung) memajang busana siswa. Ruang otomotif dilengkapi dengan sarana dan prasarana mesin, ada peralatan petukangan kayu. Beberapa komputer terpanjang di ruang komputer. Peralatan sablon tersedia di ruang sablon. Ruang tari dilengkapi dengan beberapa gamelan Bali dan pakaian tari. Ruangan tari terlihat agak luas dengan penataan panggung pertunjukkan. Ada juga ruang pameran yang memajang hasil karya siswa SLB-B Jimbaran. Ruangan terapi terdiri dari ruang komite, UKS, ruang bina wicara, perpustakaan bermain, dan ruang audiometri.

Dari ruangan yang tampak, aula terlihat sangat tak layak. Ada beberapa kerusakan sehingga tak bisa digunakan. Menurut Suweca, karena aula rusak, kalau ada kegiatan dialihkan ke ruang workshop tari. “Sebenarnya prasarana untuk perbaikan aula sudah ada. Namun, pengerjaan belum dilakukan karena ada wacana pemindahan SLB-B Jimbaran. Tapi saya dengar belum pasti akan pindah. Belum ada kabar terbaru,” ujar Suweca. Tersedia juga 17 rumah dinas guru yang diproritaskan pada guru senior. Guest house untuk penginapan anak-anak dari luar SLB-B Jimbaran yang melakukan pelatihan juga disiapkan. Guest house memiliki 24 kamar yang terdiri dari satu kamar 3 tempat tidur.

Asrama putra dan putri melengkapi SLB-B Jimbaran. Sebanyak 60 siswa tunarunggu tinggal di asrama. Pengawas asrama putri Endang Sumiati mengatakan, kegiatan rutin yang dilakukan, siswa dibiasakan bangun pagi. Kemudian membersihkan tempat tidur masing-masing. Setelah mandi dan sarapan, mereka berangkat sekolah. Sarapan disediakan khusus tukang masak. Pukul 12 siang mereka pulang sekolah. Setelah makan siang, mereka beristirahat. Pukul 4 sore, siswa bebas beraktivitas, ada yang berolah raga di lapangan atau ikut kegiatan pramuka. Sebelum makan malam, siswa rutin melakukan persembhyangan. Tiap hari Minggu, penghuni asrama diajak membersihkan halaman sekolah dan sekitar padmasana.

Menurut Endang Sumiati, penghuni asrama tidak terlalu menyulitkan. Mereka mudah diberitahu asal diberi contoh. Mereka juga rajin saling bantu.
Dian Puji Astuti, salah seorang penghuni asrama putri. Siswi yang baru setahun pindah ke SLB-B Jimbaran ini mengaku senang tinggal di asrama. Ia bisa lebih bersosialisasi dengan teman-temannya. Ia mengaku menjadi lebih percaya diri. –ast

Alat Bantu Dengar Gratis dari BaliHears

Untuk membantu siswa tunarunggu, SLB-B Jimbaran bekerja sama dengan Yayasan Kemanusiaan Ibu Pertiwi (YKIP) dalam pengadaan alat bantu dengar gratis.
Menurut Suweca, siswa yang masih memiliki sisa pendengaran, akan sangat terbantu dengan pemasangan alat bantu dengar. “Dengan alat bantu dengar pendengaran menjadi lebih jelas. Tapi sebelumnya, mereka harus diperiksa terlebih dahulu. Kalau sisa pendengarannya di atas 120 db, alat ini tidak akan membantu,” ujar Koordinator Proyek Miranti Rosalina Amd. Aud.
Bali Hears merupakan salah satu program yang digelontorkan Yayasan Kemanusiaan Ibu Pertiwi (YKIP) dengan program pemberian alat bantu dengar secara gratis. Tujuan program BaliHears meningkatkan pelayanan kesehatan telinga dan pendengaran, serta meningkatkan kulitas kehidupan para penyandang tunarunggu dam kurang dengar di Bali.

Menurut Miranti, yang bisa memakai alat bantu dengar, penyandang tunarunggu yang resonasi pendengarannya di bawah 120 db. “Sangat efektif kalau alat bantu dengar dipakai saat usia satu tahun. Bagi anak usia di atas lima tahun, fungsi alat bantu dengar ini untuk memperjelas suara. Sedangkan kualitas yang didapat dari belajar bicara kurang, dibandingkan jika alat itu dipakai saat usia setahun,” ujarnya. Setelah siswa dicek pendengarannya, kemudian dibuatkan polanya. Alat dicetak sesuai dengan pola tadi. Alat dipasang di belakang daun telinga. Alat bisa dibuka pasang. Hindari jangan sampai terkena air.

YKIP-Balihears menempati ruangan audiometri di SLB-B Jimbaran. Tapi hari Selasa dilakukan pemeriksaan dan hari Kamis pemasangan alat bantu dengar. Program yang bernama “Sentra Rehabilitasi Pendengaran” ini terbuka untuk semua masyarakat umum yang tunarunggu, dan diberikan secara gratis. Masyarakat penyandang tunarunggu bisa langsung datang ke ruangan audiometri di SLB-B Jimbaran tiap hari Selasa.
Menurut Miranti, penyebab gangguan dengar bisa karena factor keturunan maupun terkena virus toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus herpes (TORCH) pada masa kehamilan, kesulitan pada saat bayi lahir, berat badan lahir rendah, infeksi telinga tengah, obat-obatan ototoksik, proses penuaan, dan paparan bising. Gangguan pendengaran sebaiknya terdiagnosa sebelum usia 2 tahun agar dapat ditangani dengan tepat dan meningkatkan potensi untuk dapat berrkomunikasi optimal dengan pemasangan alat bantu dengar. –ast

Koran Tokoh, Edisi 667

Selasa, 01 November 2011

Gunakan Senter Deteksi dini Kebutaan pada Anak

Banyak kasus kebutaan pada anak-anak terjadi ketika mereka sudah berusia balita. Saat lahir, mereka masih mampu melihat. Namun, dengan berjalannya usia, penglihatan mereka mulai menurun dan akhirnya tidak bisa melihat. “Anak yang menderita kebutaan setelah menginjak usia tiga tahun ke atas bisa disebabkan karena katarak juvenile. Katarak ini bisa memberi harapan besar kesembuhan apabila saat diketahui segera dilakukan tindakan operasi yang akan memberi hasil cukup memuaskan,” ujar Kepala Bagian Mata dan Ketua Komite Etik Medik RSU Puri Raharja dr. Wayan Dharyata, Sp.M. (K).

Pada kasus ini, kata dia, bayi waktu lahir penglihatannya belum mengalami kekeruhan, tapi lama kelamaan berubah menjadi keruh. Katarak juvenile, bisa ditangani dengan tindakan operasi. Penanganan sebelum usia 2 tahun sebaiknya tidak ditanamkan lensa. Mengapa? Sebelum dua tahun pertumbuhan mata sedang meningkat sehingga akan mengakibatkan ukuran lensanya tidak cocok. Kalau di atas dua tahun bisa ditanam lensa yang biasa disebut intra ocular lens. Sesudah usia dua tahun pertumbuhan mata tidak sepesat sebelumnya, dan lebih pelan.
Satu-satunya konsultan oftalmologi komunitas di Bali ini mengatakan, penyebab lain kebutaan pada anak karena kecacatan kornea. Pada kasus ini, kata dia, sejak lahir pasien sebenarnya sudah mengalami gangguan. “Ada juga yang terganggu sedikit, tapi lama kelamaan mengalami kerusakan atau biasa disebut keratopati,” paparnya. Kornea yang tadinya jernih seperti kaca, berubah menjadi warna putih keruh. Keratopati atau gangguan pada kornea bisa ditanggulangi dengan operasi keratoplasti. Namun, saat dilakukan tindakan operasi, harus berusia dewasa, paling tidak 20 tahun yang paling aman. “Pada waktu mereka masih anak-anak, belum bisa dilakukan tindakan karena kornea yang dipakai kornea orang dewasa. Ada juga kasus yang pernah dilakukan pada usia 17 tahun, tapi ditolak oleh tubuh,” jelasnya.

Sebelum tahun 2002, ia mengatakan, pernah melakukan tindakan operasi keratoplasti pada beberapa penyandang tunanetra di Panti Mahatmia Kediri. Banyak yang berhasil dan bisa melihat.
Menurut Pemilik Klinik Bali Charisma Usada ini, sampai saat ini, angka penolakan tubuh untuk kasus keratopati di Indonesia berkisar 40-50%. Penolakan terjadi karena tidak dilakukan pada usia dewasa, adanya infeksi, dan secara genetik memang tidak cocok. Menurutnya, sulit menentukan agar tepat secara genetika. Yang tadinya sudah dikerjakan dengan baik, masih ada misteri yang tidak terjawab mengapa terjadi kegagalan.
Sebelum tahun 2002, dia banyak menangani kasus keratopati. Diorganisir rotaract, donor didapatkan dari Srilangka yang kemudian dikirim ke Singapura dan Australia. Sekarang ini donor mata banyak berasal dari Filipina. Namun, kata dia, walaupun kasus keratopati masih ada, penanganan keratopati di Bali buntu karena tidak ada donor mata. Kasus Keratopati disebabkan karena bawaan sejak lahir dan kecelakaan. Pasien yang berasal dari keluarga mampu mungkin bisa berobat ke Jakarta. Tapi tetap juga masih menunggu.
Penyebab lain kebutaan anak-anak bisa juga karena prematur membran. Bayi yang lahir prematur yang diserati sesak napas seringkali diberikan oksigen. Terlalu banyak pemberian oksigen malah dapat mengakibatkan retinanya rusak. Seolah-olah ada suatu membran dalam retinanya. Kasus ini disebut retinopati yang terjadi karena dilahirkan prematur (ROP). Fungsi retinanya sangat menurun lama kelamaan mengakibatkan tidak bisa melihat. Kalau itu sudah terjadi, tidak bisa lagi ditangulangi. Pencegahannya, sebaiknya sangat berhati-hati memberikan oksigen pada bayi lahir prematur.

Penyebab kebutaan pada anak juga bisa disebabkan karena tumor mata. Dengan pertumbuhan tumor pupil mulai terjadi putih dan penurunan penglihatan. Begitu usia dua tahun matanya sudah mulai menonjol. Kasus ini sering terjadi pada satu mata. Pada awalnya bisa melihat sedikit, namun, lama kelamaan tidak dapat melihat. “Harus cepat ditangani agar tidak menulari mata sebelahnya. Penyelamatan jiwa yang penting. Tumor ganas bisa menyebar ke seluruh tubuh. Menyebar lewat darah dan saraf dan bisa mengakibatkan kanker yang berakhir pada kematian,” kata Konsultan dokter spesialis mata Yayasan Kemanusiaan Indonesia (YKI) ini.
Cara paling sederhana mengetahui fungsi penglihatan anak dapat menggunakan senter untuk menyinari pupil mata. Teknik ini sudah bisa dilakukan saat bayi baru lahir. “Saat disinari senter, pupil mengecil. Tapi kalau tetap membesar dan mengecil secara pelan-pelan perlu diwaspadai. Apalagi di dalam pupil terlihat ada putihnya seperti mata kucing segera harus dibawa ke dokter. Ketika anak sudah bisa jalan atau lari, mereka sering menabrak tembok dan sering jatuh. Kasus ini juga perlu diwaspadai,” ujarnya.
Ia menyarankan, pemeriksaan dengan senter ini dapat dilakukan tiap bulan sekali. Karena bisa saja, saat dicek pertama tidak ada gangguan, tapi muncul gangguan pada bulan berikutnya. -ast

Koran Tokoh Edisi 667