Minggu, 31 Mei 2009

Jangan Tabu Bicara Seks


REMAJA perlu mendapatkan informasi tepat tentang kesehatan reproduksi. Hal ini untuk menanggulangi banyaknya kasus kehamilan tak diinginkan. Demikian diungkapkan dr. Nyoman Mangku Karmaya, Ketua PKBI Prov. Bali dalam seminar "Buka-bukaan tentang Kesehatan Reproduksi di Aula PKBI Bali, Sabtu (16/5).
Remaja sebaiknya sejak dini mengenal alat reprodukinya. Pengetahuan kesehatan reproduksi (kespro) menyangkut fungsi alat reproduksi. Ini termasuk kebiasaan mencuci alat kelamin. ”Khusus alat kelamin perempuan ada dalam lipatan yang harus dicuci bersih. Di situ biasanya tumbuh jamur. Perempuan juga harus tahu cara cebok yang benar. Sementara alat kelamin laki-laki berada terlindung. Jika testis bermasalah dan tidak berfungsi baik dapat mengakibatkan kemandulan,” ujar Ketua PKBI Bali ini.

Remaja jangan malu berbicara seks. ”Ada keputihan dibilang biasa, karena malu membicarakannya. Kena penyakit kelamin tidak berani mengungkapkan karena malu,” katanya. Hubungan seks harus dilakukan atas dasar suka sama suka. Ada unsur psikologis yang menyenangkan, sehingga tidak boleh ada paksaan. ”Jangan sampai seperti kasus yang dialami seorang ibu rumahtangga yang melaporkan suaminya ke dokter karena ia diminta melakukan oral seks, katanya.

Kesehatan reproduksi menyangkut budaya dan sosial. Ada hubungan dengan seks pranikah, seks di luar nikah, dan seks berisiko. Selain itu, terkait pula dengan kehamilan tak diinginkan, infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS. Banyak masalah muncul karena mitos, kurangnya informasi, termasuk perubahan gaya hidup. —ast

Koran Tokoh, Edisi 24 Mei 2009

Jumat, 29 Mei 2009

Workshop Membuat Blog di New Media

Hari ini, Sabtu 30 Mei 2009, Koran Tokoh bekerja sama dengan New Media mengadakan pelatihan membuat blog untuk siswa SMA dan mahasiswa di New Media. Para instruktur dari Bali Blogger Community (Saylow, Gus Tulang, Didi Suprapta, dan I Made Cock Wirawan). Materi adalah belajar membuat blog dengan wordpress. Beberapa perserta ada yang sudah mahir membuat blog, tapi ada juga yang pemula. Tapi siang itu acara pelatihan berlangsung sangat atraktif dan komunikatif.

Kamis, 28 Mei 2009

Asik, Blogku dapat Page Rank 4 di Google

Hari ini, Kemis 28 Mei 2009, blogku rathikumara mendapatkan PR 4 di Google. rasanya senang banget. Akhirnya,............. . Terbanyak pengunjung berasal dari pencarian di Google. Bagi yang ingin mendapatkan informasi kesehatan silakan datang ke blog ini. Jangan lupa komentarnya. Makasi dechhhh

Sabtu, 23 Mei 2009

Risiko PAP pada Lansia Tinggi

MENUA, suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normal tubuh. Akibatnya, mudah menderita penyakit. Salah satu penyakitnya, Penyakit Arteri Perifer (PAP) yang merupakan petanda adanya proses aterosklerosis sistemik.
Masalah ini dikupas dalam disertasi dr. R.A. Tuty Kuswardhani, Sp.Pd. K.Ger lewat kajian terhadap risiko terjadinya penyakit arteri perifer pada penderita diabetes melitus tipe 2 lanjut usia, dalam ujian doktornya yang berlangsung terbuka di Gedung Program Pascasarjana Unud, Jumat (8/5).

Menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 dan WHO, yang disebut lansia mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Diproyeksikan penduduk lansia di Indonesia tahun 2010 sebanyak 23.992.552 jiwa. Berdasarkan data US Bureau of Census tahun 1990 hingga 2020 jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami pertambahan 414%. Berdasarkan BPS 2005 ditengarai Indonesia menjadi negara keempat terbesar yang memiliki penduduk lansia setelah Cina, India, dan AS. Menua berasosiasi dengan peningkatan risiko terjadinya PAP terutama dimulai usia 40 tahun. Kejadian PAP sangat tinggi terjadi di kalangan perempuan berusia lebih dari 70 tahun.
PAP merupakan pertanda adanya proses aterosklerosis sistemik. Perkembangan aterosklerosis pada PAP sama halnya aterosklerosis koroner. Perkembangannya sangat dipengaruhi banyak faktor seperti penyakit jantung koroner klasik atau faktor tradisional seperti hiperkolesterolemia, hipertensi, riwayat diabetes melitus dan kebiasaan merokok. Beberapa peneliti menemukan proporsi PAP pada diabetes sekitar 16-30%.

Salah seorang penguji yang juga promotornya, Prof. Dr. dr. Wayan Wita, menanyakan mengapa faktor risiko baru diteliti pada usia lanjut. Mengapa bukan pada usia awal sehingga dapat dilakukan pencegahan.
Dokter Tuty mengungkapkan, melakukan penelitian ini pada lansia karena tolok ukur kesejahteraan bangsa bisa dilihat dari tingginya usia harapan hidup penduduk. Pencegahan tidak saja dilakukan pada awal tetapi saat memasuki lansia banyak faktor yang harus dihindari untuk mencegah PAP.
Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila menanyakan langkah apa yang harus dilakukan sejak dini sehingga penyakit ini dapat dicegah. Dokter Tuty menjelaskan, pencegahan dilakukan dengan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang tepat. Tidak bisa mereduksi perpanjangan usia. “Selagi muda melakukan usaha yang sehat jasmani dan rohani, psikologis dan mental agar tidak menjadi beban setelah lansia, sehingga penuaan bisa diperlambat. Begitu banyak faktor penyebab penyakit lansia.

Dalam mengajukan bertanya, Prof. Adi Putra sempat berseloroh, apa tidak sebaiknya istilah ’lansia’ (lanjut usia) diganti dengan ’sialan’ (usia lanjut).
Dokter Tuty mengatakan umur tua tidak bisa dihindari. Mereduksi usia tidak mungkin. Yang perlu dilakukan menghindari faktor risiko sejak dini seperti menjaga keseimbangan berat badan ideal,” ujar istri Dekan FK Unud Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. KEMD ini.
Menurutnya istilah ’lansia’ sudah dibakukan. Jadi tidak usah diganti menjadi ’sialan’. “Lansia rumah masa depan kita dan semua orang akan memasuki usai tua,” ujarnya.
Prof. Czeresna Heriawan menanyakan apa manfaat penelitian ini? Dokter Tuty yang adalah Kepala Divisi Geriatri SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RS Sanglah menilai hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan memberikan KIE kepada masyarakat. “Kondisi lansia harus diantisipasi. Faktor risiko harus dihindari .Faktor risiko baru dikurangi,” paparnya.

Dalam pertanyaannya, Prof. Budi mengungkapkan lansia menderita banyak penyakit sehingga perlu diberi obat-obatan. Apa strategi yang dilakukan agar obat tidak memberi efek samping bagi lansia. Menurut dr. Tuty, keadaan fisik orang muda dengan orang tua berbeda. Respons lansia sangat lemah apalagi sampai minum obat lebih dari 5 butir. “Strategi yang dilakukan dalam pemberian obat adalah tepat indikasi, dan tepat dosis. Satu golongan obat diusahakan untuk dua jenis penyakit,” kata Juara II Nasional dalam Temu Ilmiah Nasional I dan Konferensi Kerja III di Semarang Tahun 2003 ini. Sebenarnya, katanya, pemberian obat diperlukan untuk kasus tertentu atau berat. Pada kasus nyeri dapat dilakukan akupuntur, akupresur atau hypnoterapi. Mengobati lansia bukan hanya mempertimbangkan faktor fisik tetapi juga psikologisnya.

Prof. Dewa Wijana menilai penderita PAP cukup tinggi. Apa yang bisa disarankan untuk menghindari PAP? Menurut dr. Tuty usai harapan hidup Indonesia tahun 2010 yakni 71,4 tahun untuk perempuan dan 73,6 tahun untuk laki-laki. Untuk menghindari PAP, KIE dilakukan sewaktu muda.
Prof. Sutirkayasa menanyakan apa perbedaan pemberian antiaging pada usia tua atau muda? Dokter Tuty menjelaskan, proses penuaan itu terjadi justru ketika hidup itu ada. Menurutnya seharusnya antiaging diberikan saat masih janin. Namun, hal itu bisa menimbulkan efek samping. Untuk menghambat menjadi tua sudah ada rekomendasi WHO dengan kloning dan transpalasi sumsum tulang. Namun, katanya, siapa yang mau menjadi kloning tubuh mudanya untuk para lansia?

Dr. drh. Ida Bagus Komang Ardana menanyakan
tindakan apa yang dapat dilakukan penderita diabetes agar tidak menderita PAP? Menurut dr. Tuty penyebab diabetes adalah obesitas, gaya hidup, penggunaan glokosa yang banyak dan genetika. KIE harus terus dilakukan kepada pasien. “Bagi yang sudah mengidap diabetes 10 tahun bisa saja menginduksi PAP sehingga perlu dilakukan pemeriksaan akurat. Bagi penderita diabetes golongan usia di bawah 50 tahun dan sudah menderita diabetes 10 tahun perlu waspada, termasuk pasien stroke dan jantung koroner. Penderita diabetes sebaiknya melakukan regulasi gula darah 1 minggu 2 kali. Kuratif biasanya diberikan obat-obatan. Rehabilitasi PAP tergantung derajat penyakitnya apakah ringan atau sedang.

Tim penguji memutuskan dr. Tuty lulus dalam ujian disertasi doktro ini dengan predikat cumlaude. –ast

Minggu, 17 Mei 2009

Nyeri Kepala Gejala Awal Tumor Otak

Bandarlampung (ANTARA News). Nyeri kepala adalah nyeri yang paling banyak dikeluhkan penderita selain nyeri pinggang saat berobat ke dokter, dan nyeri kepala merupakan gejala awal yang diderita sekitar 30 persen pederita tumor otak. "Gejala tumor otak tergantung letak dan kecepatan pertumbuhannya. Namun gejalanya muncul secara tersamar yang biasanya dimulai dengan gangguan mental ringan yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang berhubungan dekat dengan penderita, seperti mudah tersinggung, emosinya labil, pelupa, lamban dan kurang inisiatif, serta depresi," kata dokter ahli saraf di Lampung, dr Ruth Mariva SpS di Bandarlampung.

Dalam seminar sehari tentang nyeri kepala yang diselenggarakan RS Imanuel Way Halim, di Bandarlampung itu, Ruth mengatakan nyeri kepala biasanya sulit digambarkan dan bervariasi, mulai dari yang ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut atau meletup, yang umumnya bertambah berat pada malam, saat bangun pagi dan saat perubahan posisi.

Pada awalnya, nyeri kepala tumor disebabkan pembengkakan lokal sekitar tumor atau akibat kerusakan pembuluh darah sekitar tumor, dan akhirnya disebabkan oleh tekanan tinggi di dalam kepala. Selain nyeri kepala, katanya, pada tumor otak juga ditemukan gejala mual muntah terutama jika lokasi tumor di bagian belakang, kejang- kejang, dan mengalami gangguan penglihatan dan kelemahan saraf lainnya. "Penderita biasanya datang ke dokter dengan keluhan nyeri kepala di daerah depan (dahi) dan kepala belakang, yang biasanya sudah berlangsung lama dan progresif," katanya.

Berdasarkan penelitian IHS (International Headache Society) tahun 1988 dan disepakati oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), terdapat 13 kelompok nyeri kepala, di antaranya adalah migren, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala akibat trauma kepala, nyeri kepala akibat infeksi, dan nyeri kepala akibat gangguan metabolik. Jika dilihat dari waktu dan lamanya serangan, nyeri kepala dapat dibagi atas nyeri kepala akut dan kronis. Menurut dr Ruth, nyeri kepala akut dan hebat memerlukan penanganan segera karena merupakan gejala dari penyakit- penyakit berbahaya, seperti penyakit pada pembuluh darah otak (stroke, thrombosis, hipertensi maligna), infeksi otak ( meningitis, ensefalitis, abses) dan keracunan karbon monoksida.

Disebutkannya, kebanyakan nyeri kepala merupakan gejala yang ringan, namun dapat juga sebagai gejala suatu penyakit yang serius atau berbahaya, misalnya apabila nyeri kepala hebat secara tiba-tiba, bertambah berat dan progresif, disertai kejang dan pingsan, terjadi saat aktifitas dan gangguan penglihatan. Ruth menambahkan , nyeri kepala harus ditangani secara komprehensif, tidak hanya mengobati gejala/ keluhannya saja dengan memberikan obat penghilang nyeri, tetapi juga dengan mendeteksi dan menyingkirkan penyebab terjadinya keluhan tersebut. Penggunaan obat nyeri kepala yang tidak tepat dan berlebihan akan menimbulkan ketergantungan dan nyeri kepala susulan yang berkepanjangan.

Sumber disini

Jumat, 15 Mei 2009

Cantik dengan Terapi Senyum

Kecantikan sejati bukan sebatas tampak cantik karena riasan, tapi justru dipancarkan dari mata seseorang yang merasa cantik dan sehat. Energi di dalam mata sering dikaitkan dengan kesehatan emosional, pertumbuhan fisik dan emosional dan vitalitas. Kunci untuk mendapatkam mata berbinar adalah senyum tulus dan ekspresi yang mencerminkan semua kecantikan alamiah yang terdapat di dalam diri seseorang.

Dalam kehidupan sehari-hari, kecantikan seperti ini disebut kecantikan dari dalam, inner beauty. Pikiran yang cantik dan rileks lebih berkhasiat dibanding krim wajah yang harganya paling mahal atau suntikan atau operasi plastik. Perawatan yang memperhatikan cara ekspresi wajah yang tulus dan cara mencerminkan kecantikan fisik dan kesejahteraan emosional disebut terapi ekspresi atau terapi senyum. Terapi senyum dapat dilakukan pria dan perempuan. Memperhatikan semua ekspresi untuk membantu mendapatkan dan menumbuhkan kecantikan dari dalam tak dapat ditemukan di mana pun dan dengan kosmetik apa pun. Tak heran jika senyum tulus berseri-seri dianggap sebagai aset yang tak ternilai harganya untuk kecantikan. Bayangkan betapa Anda tampak dan merasa lebih cantik ketika Anda merasa percaya pada diri sendiri dan senang dengan lingkungan sekeliling Anda. Lalu mengembangkan senyum senang yang membuat Anda tampak dan merasa lebih cantik dalam situasi apa pun.

Untuk melakukan terapi senyum, Anda perlu beberapa alat bantu. Cari kamar atau ruang dengan cermin. Siapkan lilin aromatik atau wewangian penyegar ruangan yang membuat Anda merasa rileks dan senang. Siapkan musik yang membuat Anda merasa bersemangat. Bayangkan orang dan tempat-tempat yang Anda senangi. Sesudah itu, lakukan langkah-langkah berikut:
  1. Pertama-tama, rilekskan diri Anda di area terapi. Nyalakan lilin aromatik, setel musik dan nikmati lingkungan sekeliling Anda. Pandang ke cermin. Perhatikan wajah Anda.
  2. Latihan membuat senyum palsu dengan mengangkat sudut mulut ke atas. Perhatikan dan rasakan tarikan yang di wajah ketika tak ada energi di batik senyum Anda.
  3. Sesudah akrab dengan otot senyum Anda, rileks kembali dan tersenyum tulus.
  4. Jika sulit tersenyum tulus, siapkan gambar untuk membantu mewujudkan pemikiran-pemikiran bahagia.
  5. Perhatikan beda antara perasaan dan senyum tulus dengan senyum palsu. Perhatikan juga perbedaan di mata.
  6. Semakin banyak seseorang memberikan perhatian pada caranya tersenyum dan semakin sering latihan tersenyum tulus, kecantikan alamiahnya akan makin terpancar. Bahkan senyum ketika tak seorang pun berada di sekitar Anda dapat membantu mengencangkan wajah, memberi energi kepada tubuh dan pikiran untuk tampak dan merasa cantik dalam arti yang sebenarnya.
Sumber : disini

Sabtu, 09 Mei 2009

Tertawa bisa Kurangi Risiko Diabetes

BEIJING, KOMPAS.com - Gelak tawa dapat membantu penderita diabetes meningkatkan kadar kolesterol mereka dan menurunkan risiko penyakit pembuluh darah dan jantung, demikian hasil satu studi terbaru.
Menurut Lee Berk dari Loma Linda University, yang memimpin studi itu, "Pilihan gaya hidup memiliki dampak mencolok dalam kesehatan dan penyakit dan ini semua adalah pilihan yang kami dan pasien lakukan sebagaian tindakan pencegahan dan pengobatan." Para peneliti membagi 20 pasien diabetes yang berisiko tinggi -- semuanya juga menderita darah tinggi dan hyperlipidemia (faktor risiko bagi penyakit pembuluh darah dan jantung)-- menjadi dua kelompok. Kedua kelompok tersebut diberi obat diabetes standar.

Kelompok L diberi waktu 30 menit untuk menikmati humor yang mereka pilih, sementara Kelompok C --kelompok pemantau--- tidak. Proses itu berlangsung selama satu tahun pengobatan. Sekitar dua bulan proses pengobatan, semua pasien di kelompok tertawa (L) memiliki tingkat hormon epinephrine dan norepinephrine yang lebih rendah, keduanya dipandang sebagai penyebab stres. Stres diketahui sangat mematikan. Setelah 12 bulan, kolesterol HDL (kolesterol baik) telah naik 26 persen pada Kelompok L tapi hanya 3 persen di dalam Kelompok C. Dalam pengukuran lain, protein C-reaktif, penanda radang dan penyakit pembuluh darah serta jantung, turun 66 persen di dalam kelompok tertawa tapi hanya 26 persen pada kelompok pemantau. "Dokter terbaik mengerti bahwa ada campur-tangan psikologis hakiki yang ditimbulkan oleh emosi positif seperti gelak tawa dengan riang-gembira, optimisme dan harapan," kata Lee Berk.

Kendati demikian, Berk mengatakan tawa tentu saja dapat menjadi obat yang bagus dan sama berharganya dengan obat diabetes, tapi berkeras bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan guna memastikan apa maksud dari semua hasil itu.

ABI
Sumber : Ant

http://www.kompas.com

Minggu, 03 Mei 2009

Tips Memahami Pasangan dan Menghindari KDRT

Perkawinan merupakan hasil kesepakatan bersama untuk memadu cinta menjadi sebuah kenyataan. Setiap orang dilahirkan dan dibesarkan dalam kondisi yang berbeda. Setiap orang memiliki kepribadian yang unik baik dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam kehidupannya.
  1. Setiap orang melihat dan memahami apa yang dihadapinya, sesuai dengan dasar kemampuan yang dimiliki. Setiap orang memunyai pilihan tertentu dalam hidupnya.
  2. Setiap orang memunyai kekurangan dan kelebihan dalam dirinya. Perkawinan bukan untk melebur keunikan yang dimiliki atau untuk mengubah pasangan sesuai dengan yang Anda inginkan. Perkawinan adalah untuk memperkaya nuansa masing-masing sehingga bisa melahirkan keturunan yang lebih baik. Perkawianan juga dapat memperluas kekerabatan dan ikatan kekeluargaan.
Kiat Menghindari Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
  1. Sebelum menikah hendaknya masing-masing pasangan mengikuti program memahami jati diri sehingga terbebas dari beban masa lalu.
  2. Jangan melawan atau menjawab tindakan pasangan yang sedang marah. Setelah emosinya mereda, barulah bicara dengan tenang sehingga dapat menurunkan emosinya yang sedang meninggi.
  3. Usahakan tidur nyenyak sehingga terjadi penyembuhan diri sendiri yang mengubah kebiasaan melihat orang lain ke arah positif.
  4. Kalau memunyai masalah jangan bertengkar di depan anak-anak. Lakukan di kamar tidur atau di uar rumah. Belajar menyelesaikan masalah hari itu juga sehingga Anda tidur tanpa menyimpan masalah. Dengan demikian, masalah tidak terus menumpuk yang dapat menyebabkan pasangan tidak objektif lagi melihat pasangan dan ingin mengakhiri perkawinan dengan perceraian
Kiat Mendidik Anak
  1. Biarkan anak berkembang dengan wajar.
  2. Setiap anak memunyai keunikan yang bisa dibanggakannya. Jangan membandingkan anak dengan saudaranya atau orang lain. Terimalah ia sebagai seorang individu yang bernilai.
  3. Keberhasilan anak tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akademisnya, tapi lebih ditunjang oleh semangat juang untuk meraih hasil. Keberhasilan seorang anak tidak hanya menjadi anak pandai, tetapi menjadi anak mandiri, kreatif, sehat fisik, mental, dan spiritual. –ast
Disarikan dari :
“Kiat Mengatasi Badai Kehidupan Perkawinan”
Karya: Prof. Dr. dr. Luh Ketut Suryani dan
dr. Cokroda Bagus Jaya Lesmana, Sp.K.J.