Senin, 18 Juni 2012

Tertawa Obat Mujarab Sembuhkan Penyakit

Beberapa karyawan Diparda Bali duduk melingkar di aula. Tanpa ba bi bu, setelah  berkumpul mereka tertawa terpingkal-pingkal sekitar 5 menit. Ada apa gerangan? Hari itu, Jumat (8/6), hari keempat mereka mengikuti terapi ketawa yang diajarkan Made Suambara dari Bali Happy Movement.  Bahkan, Kadisparda Bali Ida Bagus Subikshu turutserta dalam terapi ketawa tersebut.  Setelah tertawa terpingkal-pingkal selama 5 menit, tiba-tiba musik ceria menghentakkan aula Diparda Bali itu. Semua peserta berdiri dan menari ceria, ada yang bergoyang sambil tertawa. Mereka benar-benar larut dalam suasana, tanpa batas. Yang ada hanya tertawa dan bahagia.

Made Suambara menyebutkan terapi ketawa sebagai penyembuhan tanpa obat.  Bersama Bali Happy Movement sejak tahun 2006, Made mengajarkan terapi ketawa ini kepada masyarakat untuk mendapatkan kebahagiaan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Made menuturkan, sejak kecil punya hobi tertawa. Kapan pun ia melihat sesuatu yang lucu, ia cepat tertawa sampai terpingkal-pingkal. Made baru tahu tertawa sebuah terapi ketika tahun 2004 ia bertemu Dr. Madan Kataria dari India yang menemukan terapi ini dan menjadi gurunya. Sejak itu Made memahami tertawa merupakan obat.  Dengan tertawa, Made telah mengantar ribuan masyarakat lokal dan manca negara menuju kesembuhan. “Tertawa membentuk pola pikir positif sehingga kita akan berpikir dengan cara yang lebih positif. Tertawa merupakan meditasi dinamis atau teknik relaksasi yang dinamis. Bedanya kita tidak perlu memusatkan pikiran. Karena tertawa merupakan meditasi paling mudah yang membuat kita rileks dalam waktu singkat,” ujar Made Suambara.

Dalam terapi ini, Made menggabungkan antara gerak, napas dan tawa. Ditambahkan pula dengan penyadaran diri. Ia sudah melakukan sosialisasi terapi ketawa ke banjar-banjar bahkan sampai ke lembaga permasyarakatan.   Saat ini ia beralih ke berbagai instansi pemerintahan yang menurutnya, karena beban tugas kerap membuat pegawai instansi pemerintahan stres.
Made mengatakan, hampir 80% penyakit disebabkan  stres. Pada dasarnya, penyakit digolongkan menjadi tiga, penyakit magis, medis, dan manah. Penyakit manah atau pikiran ini belum mendapatkan penanganan serius. Hebatnya penyakit pikiran ini tidak bisa dituntaskan dengan  obat maupun herbal. “Ada tiga obatnya dan tidak dijual di apotek yakni rileks, tenang, dan bahagia. Obat itu ada di dalam diri kita sendiri,” ungkap Made.
Menurut Made, saat kita tertawa, kita seperti telah melakukan olah raga.  Kita tertawa hahahahahahha  napas yang kita keluarkan jauh lebih panjang yang membuat kita mendapat ketenangan. Dengan hahahhahahahha, hati kita terbuka sehingga kebahagiaan muncul.  Made menggabungkan terapi ketawa ini dengan tradisi Bali seperti taria Rejang, dan Gopala. Setelah itu, diikuti pula dengan penyadaran diri.

Made  memberikan tips untuk mengobati berbagai penyakit. Untuk penyakit pada bagian perut bawah seperti maag, kencing manis, asam urat, menstruasi tidak teratur, lakukan terapi ketawa hahahhahahah 5 menit di pagi hari dan 5 menit pada malam hari sebelum tidur. Getaran halus akan menghidupkan kembali syarat yang mati.  Sakit pada bagian dada seperti asma, jantung, keluhan hati dan jantung, lakukan tertawa hehehehehe selama  5 menit di pagi hari dan 5 menit di sore hari.  Penyakit sering gelisah, takut tanpa sebab jelas, susah tidur, tidak percaya diri, lakukan terapi ketawa yang dipusatkan di tenggorokan, Hohohohohoohohoho Untuk sakit kepala lakukan tertawa ememememeememe. Jika terasa semua sakit, lakukan tertawa sekeras-kerasnya tanpa suara. 
Dalam penyadaran diri agar selalu bahagia,  ada tiga langkah yang dianjurkannya. Berusaha harmonis dengan diri kita sendiri.  Kedua, harmonis dengan orang di sekitar kita.  Ketiga harmonis dengan alam sekitarnya.

Tertawa Penangkal Stres
Satu hari bisa tertawa tiga kali, tak akan membuat Anda mati muda. Demikian  pepatah Cina yang patut kita resapi. Salah satu anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia adalah tertawa. Hahahahahhahahah, sudahkah Anda tertawa hari ini?
Menurut pakar biologi manusia dari Berlin Prof. Carsten Nietmitz, tertawa merupakan hasil evolusi yang menyelamatkan manusia dari kepunahan. Ia mengatakan, hanya manusia dan beberapa jenis monyet yang dapat tertawa. Primata sudah mengembangkan teknik tertawa untuk mencegah konfliks sejak 35 juta tahun lalu. Hal ini dilakukan mencegah agresivitas sesame jenis.
Pada beberapa studi ditemukan pula, tertawa membantu meringankan berbagai penyakit yang dipicu stres,  jantung, diabetes dan lainnya. Tawa adalah penangkal stres paling baik, murah dan mudah. Tawa juga mendorong terjadinya relaksasi. Karena, pada saat tertawa tubuh dirangsang melepaskan zat kimia positif seperti endorphin, serotin, dan melatonin. Di Amerika sudah dikembangkan terapi tertawa untuk pasien yang menderita kanker.

Lalu dengan begitu besar manfaat tertawa mengapa kita terkadang masih malas tertawa?
Psikolog Jerman Dr. Michael Titze mengatakan, seringkali kita mencari alasan tepat untuk tertawa. Kita akan bahagia kalau punya uang banyak, wajah cantik, naik pangkat. Tanpa kita sadari, kebahagiaan tawa kita tergantung pada begitu banyak syarat dan kondisi. Berbeda dengan anak-anak. Mereka bisa tertawa tanpa alasan. Terkekeh-kekeh hanya karena Anda bertepuk tangan atau membuat mimik lucu. Sebuah survei menyatakan, anak-anak bisa tertawa 300-400 kali sehari. Namun, ketika dewasa frekwensi ini menurun menjadi hanya 15 kali sehari.
Terapi Ketawa merupakan gabungan antara gerak, napas,dan tawa. Terapi ini telah dikembangkan di 60 negara dengan 600 klub tertawa. Di Indonesia terapi ketawa dikembangkan kadek Suambara yang langsung belajar dari guru kelas dunia di India Dr. Madan Kataria. 

Kadisparda Bali Ida Bagus Subikhu mengatakan, banyak manfaat yang dirasakannya khususnya bagi dirinya sendiri. Stres pekerjaan, kadang stress juga karena jalan macet sudah mulai bisa dikurangi dengan terapi ketawa ini. Ia berharap, staf Diparda Bali dapat mengambil manfaat dari terapi ketawa ini. “Mereka dapat melayani dengan lebih bahagia dan lebih bersemangat,” ujarnya.
Riani menuturkan selama empat kali terapi ia tidak pernah absen mengikutinya. Baginya, terapi ketawa sangat bermanfaat. Ia mengaku merasa lebih segar dan tenang. “Dengan penyadaran diri saya baru ngeh banyak sekali sudah kesalahan yang saya lakukan kepada pasangan maupun kepada orangtua,” kata staf Disparda Bali ini.  Hal senada juga dituturkan Suyastini. Ia menuturkan, pikirannya lebih rileks, dan kini mulai intropeksi diri. “Mudah-mudahan saya bisa menjadi lebih baik. Terapi ini akan saya terapkan di rumah sehari-hari,” katanya.

Jangan hanya Jadi Penonton
Public Relation Bali Happy Movement Eny Marheni berharap, Diparda Bali tidak hanya membuat program untuk mendatangkan wisatawan ke Bali, tapi juga memikirkan bagaimana agar orang Bali sendiri bisa menjadi wisatawan di daerahnya sendiri. “Jangan sampai orang Bali hanya jadi penonton. Kita sesungguhnya yang punya Bali, tidak hanya lewat, tapi kita sempat menikmati keindahan Bali. Bali Happy Movement akan membantu membuatkan  program-program khusus agar kita punya kebanggaan.  Bagaimana kita bisa melayani  wisatawan sebelum kita sendiri yang menjadi wisatawan. Bali Happy Movement memiliki banyak program seperti penyembuhan luka hati. Jangan hanya slogan mari kita melayani dengan hati, sedangkan hati kita sendiri masih luka,” ujar Marheni.
Marheni, berharap, para  pengajar jangan hanya mengejar gelar akademis, tapi juga mengimbangi dengan kualitas hidup dengan membangun karakter agar bisa menghasilkan generasi muda tidak hanya pintar tapi juga memiliki karakter.

Ikut Klub  Tertawa
Ada cara untuk dapat tertawa secara sehat, yakni dengan ikut kegiatan klub tertawa. Di klub ini, orang akan dapat tertawa sebebas-bebasnya bersama-sama. Memang mungkin pada awalnya orang akan sulit memulai tertawa. Mulailah dengan cara berpura-pura tertawa, lalu bisa tingkatkan menjadi sungguhan. Mirip dengan efek domino, satu sama lain dapat saling menertawakan. Akibat tawa pura-pura ini akan menjadi tawa sungguhan, masing-masing orang akan tertawa terpingkal-pingkal. Di luar negeri saat ini sudah menjamur klub tertawa. Di kadanada dan AS sedikitnya terdapat 300-an klub tertawa, di India sudah ada 1400 klub tertawa. Bagaimana dengan Anda, sudahkah Anda membuat klub tertawa?
Saat hidup makin berat, tertawalah.  Jangan hidup terlalu serius sampai tak bisa menertawakan diri sendiri atau situasi Anda. Marilah kita terima dengan ikhlas kebahagiaan adalah masalah keputusan. Waktu terbaik untuk berbahagia adalah sekarang. Tempat terbaik untuk berbahagia adalah di sini. Jadi, segera setelah Anda putuskan untuk berbahagia, semua pikiran, perasaan, dan tindakan Anda akan berfokus pada yang membahagiakan. –ast

Koran Tokoh, Edisi 69811 sd. 17 Juni 2012

Rabu, 13 Juni 2012

Cegah Penyakit Lakukan Donor Darah tiap Tiga Bulan

Ina mengeluh, ia kebingungan mencari donor darah. Kakaknya mengalami kecelakaan dan memerlukan  tranfusi darah segera. Persediaan Unit Donor Darah (UDD) PMI  untuk golongan darah yang dibutuhkan minim. Ina kelimpungan. Setelah mendapatkan donor pengganti, Ina malah bingung karena ia diharuskan membayar.
Mengapa  pasien yang memerlukan darah harus bayar?

Dokter Kadek Mulyantari Sp. P.K., staf unit Donor Darah Pembina PMI Daerah Bali menyatakan,  darah yang diambil dari donor tidak langsung bisa digunakan oleh pasien. Darah masih harus mengalami serangkaian proses sehingga menghasilkan darah yang benar-benar aman untuk pasien. Biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi tanggungan pasien. ”Biaya ini dikenal dengan service cost yang ditetapkan berdasarkan komponen-komponen untuk mengolah darah yang didapat dari donor seperti  kantong darah dan sarana lain untuk mengambil darah dan alat-alat laboratorium. Biaya juga diperlukan  untuk reagen pemeriksaan uji saring terhadap sejumlah penyakit infeksi yang bisa ditularkan lewat transfusi darah seperti HIV&AIDS, hepatitis B, hepatitis C, sifilis. Reagen juga diperlukan untuk pemeriksaan uji pretransfusi seperti pemeriksaan golongan darah dan uji kecocokan darah pasien dengan donor. Biaya operasional mobil unit yang membantu penyelenggaraan donor darah di luar gedung UDD. Honor pegawai yang melaksanakan tugas dan alat tulis dan cetak,” papar istri dr. I Ketut Widiyasa, M.P.H. ini lebih jauh. 

Staf Bagian SMF Patologi Klinik FK Unud/RS Sanglah ini mengatakan,  beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan donor darah, siapkan fisik yang sehat, tidur yang cukup, jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan, perhatikan syarat-syarat donor, siapkan mental, tidak takut dan stres.
Syarat-syarat donor, usia 17 -60 tahun, berat badan ≥ 45 kg, kadar hemoglobin  (Hb) ≥ 12,5 g/dL, tekanan darah 100-180/50-100 mmHg, denyut nadi 50-100/menit, regular, tidak sedang menderita penyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, tidak mengalami perdarahan, kejang, sesak nafas dan alergi, kulit lengan donor sehat, tidak menerima transfusi darah/komponen darah dalam 6 bulan terakhir, tidak menderita penyakit infeksi malaria, hepatitis, sifilis, HIV&AIDS, bukan pecandu alkohol dan narkoba, tidak mendapat imunisasi dalam 4 minggu terakhir dan tidak demam, tidak digigit binatang yang menderita rabies dalam 1 tahun terakhir, bagi wanita : tidak sedang hamil, menyusui dan menstruasi.

Donor darah dibedakan menjadi 2,  donor sukarela dan donor pengganti. Donor sukarela adalah  mereka yang dengan sukarela menyumbangkan darahnya secara rutin ke Unit Donor Darah (UDD).  Sedangkan. donor pengganti adalah mereka yang menyumbangkan darahnya untuk kepentingan keluarga atau sahabat karena golongan darah yang diperlukan saat itu tidak tersedia di UDD. 
Donor sukarela lebih dianjurkan dibandingkan donor pengganti karena secara fisik maupun mental umumnya mereka  lebih siap.  Disamping itu donor sukarela yang sudah rutin mendonorkan darah, darahnya lebih aman. ”Pendonor sukarela memiliki risiko yang lebih rendah untuk menularkan penyakit infeksi ke pasien yang menerima darah karena sudah rutin melakukan medical check up pada donor-donor sebelumnya dan mereka sudah mendapatkan edukasi bagaimana menjadi seorang pendonor yang aman,” ujarnya.

Donor bisa dilakukan di mana saja, baik di sekolah, kampus, atau tempat ibadah.  Donor darah tidak harus selalu dilakukan di Unit Transfusi Darah (UTD) atau sekarang sudah berganti nama menjadi Unit Donor Darah (UDD). Donor darah yang dilakukan di UDD bisa kapan saja selama 24 jam dan bisa secara perorangan/kelompok. Donor darah yang dilakukan di luar UDD umumnya secara berkelompok dan biasanya dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan penyelenggara dan UDD. Kegiatan tersebut dikoordinir oleh seorang koordinator atau panitia dan koordinator tersebut   akan mengkontak UDD dan menyesuaikan jadwal. Selanjutnya tim dari UDD akan mendatangi tempat kegiatan tersebut.

Ia menegaskan, kerugian donor darah hampir tidak ada. Donor darah yang dilakukan dengan tata cara yang benar  dan aman sesuai standar prosedur operasional  justru akan memberikan manfaat tidak hanya bagi pada donor tetapi juga bermanfaat bagi pasien yang menerima darah donor.
Manfaat  donor darah, dapat memeriksakan kesehatan secara gratis dan berkala setiap donor (3 bulan sekali). Selain pemeriksaan fisik langsung oleh dokter juga sejumlah pemeriksaan laboratorium seperti deteksi adanya infeksi hepatitis B, hepatitis C, HIV&ADIS dan sifilis.  Sejumlah penelitian di luar negeri menyebutkan bahwa donor darah dapat mengurangi risiko kejadian penyakit jantung dan stroke serta mencegah penumpukan zat besi dalam dalam tubuh. Donor darah merupakan bagian dari ibadah/yadnya. Selain itu, mendapatkan piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbangkan darahnya, antara lain : 10, 25, 50, 75, 100 kali. Donor darah 100 kali mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden dan Gubernur.
Ia menganjurkan, sebelum mendonor hendaknya pendonor harus siap mental. Bagi pendonor yang tidak siap, bisa saja muncul kemungkinan komplikasi pascadonasi. Setelah dilakukan pengambilan darah, pendonor bisa  mengalami pusing, nyeri kepala, mual, muntah  bahkan ada yang pingsan. Kejadian tersebut sebagian besar disebabkan  faktor psikologis yang tidak siap. Hal tersebut sering dialami oleh donor yang baru pertama kali. Masih banyak yang takut sakit saat disuntik, takut melihat darah, takut darahnya habis.

Ia menganjurkan, donor darah rutin tiap 3 bulan sekali. Waktu donor yang paling cepat 75 hari (2,5 bulan). Dalam waktu 1 tahun maksimal diperbolehkan donor hanya 5 kali. Waktu donor yang tidak tepat justru akan mengurangi manfaat donor. Dengan jarak waktu 3 bulan semua kompenen darah yang sebelumnya telah dikeluarkan akan kembali ke keadaan awal sebelum donor. Jika donor darah dilakukan terlalu sering atau melebihi waktu yang ditentukan justru akan berdampak buruk bagi donor itu sendiri. Kehilangan darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya kekurangan darah (anemia).

Jumlah darah yang akan disumbangkan bervariasi, tergantung volume kantong dan berat badan pendonor. Volume kantong ada yang 250 cc, 350 cc, 450 cc, 500 cc. Saat ini yang banyak dipakai di Bali adalah volume 350 cc. Volume darah maksimal yang bisa diambil adalah 10,5 cc/ kg BB. Sebagai contoh : BB 50 kg, volume darah total adalah 50  x 70 cc : 3500 cc. Jika didonorkan 350 cc maka darah yang keluar hanya 10 % dari total volume darah. 

Bagi yang tertarik menjadi pendonor rutin,  ia mengajak bergabung dengan  Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI), yang merupakan sebuah perhimpunan sosial kemasyarakatan yang mandiri serta merupakan wadah persatuan dan kesatuan dari para donor darah sukarela di Indonesia.  ”Untuk dapat diterima sebagai anggota PDDI, seorang donor darah harus memenuhi persyaratan kesehatan yang ditetapkan oleh UDD dan menyatakan diri untuk menjadi anggota PDDI dengan sukarela melalui perangkat organisasi terdekat secara tertulis,” jelasnya. –ast

Tips bagi pendonor
•    Siapkan fisik yang sehat
•    Siapkan mental, tidak usah takut dan cemas untuk memulai donor
•    Perhatikan persyaratan donor
•    Lakukanlah donor darah secara rutin tiap 3 bulan
•    Jika mempunyai permasalahan yang bekaitan dengan donor darah segera hubungi Unit Donor darah terdekat
•    Ajaklah teman, saudara untuk menjadi donor sukarela yang secara rutin bisa mendonorkan darah. –ast


Koran Tokoh, Edisi 697, 5 s.d 11 Juni 2012

Kamis, 07 Juni 2012

Waspadai Benjolan Membesar dan Tidak Sakit

Tumor jinak sering dikatakan tidak berbahaya karena tidak sampai berkembang menjadi kanker. Namun, penyakit ini tetap tidak bisa dianggap enteng karena dapat berakibat fatal pada kesehatan tubuh. Karena sifatnya yang jinak membuat penderitanya kurang tanggap melakukan pengobatan. Padahal, semakin cepat tumor jinak diobati, akan semakin baik hasilnya. Demikian diungkapkan ahli bedah onkologi RS Sanglah Prof. Dr. dr. Ida Bagus Tjakra Wibawa, Sp. B. Onk (K). 

Ahli kanker Prima medika Hospital ini mengatakan, tumor jinak biasanya dikelilingi oleh permukaan luar yang menghambat pertumbuhannya sehingga tak sampai berkembang menjadi tumor ganas. Namun pada beberapa kasus, tumor jinak justru dapat berkembang menjadi tumor yang ganas, seperti  polip kolon merupakan tanda timbulnya kanker kolon. Sel pada adenoma, menunjukkan tidak normalnya bentuk perkembangan sel. Ketidaknormalan sel tersebut mengakibatkan kasus tumor  meningkat menjadi kanker.

Tumor jinak biasanya diawali oleh hal-hal yang dianggap sepele seperti timbul benjolan. Tanda lainnya adalah sakit pada bagian yang ditekan. Ketika suatu bagian tubuh yang diduga terserang kanker ditekan dan menimbulkan sakit, hal ini perlu juga dicurigai. Namun, ia menegaskan, Anda justru waspada, jika benjolan tersebut tidak merasa sakit dan terus membesar. Beberapa kanker justru ditandai dengan benjolan tanpa rasa sakit.  “Pada kasus tumor jinak, benjolan biasanya mengalami proses yang lama untuk berkembang menjadi besar. Biasanya membutuhkan waktu puluhan tahun. Namun, jika benjolan cepat membesar, apalagi sebesar bola tenis, hendaknya  waspada,” paparnya lebih jauh.

Beda Tumor Jinak dan Ganas
Perbedaan tumor jinak dan ganas adalah, tumor jinak tidak memiliki sel kanker, ketika diangkat jarang tumbuh kembali, tidak menyerang jaringan di sekitarnya. Tumor yang tumbuh di bagian otak yang sensitif kadang – kadang dapat mengancam nyawa. Sedangkan tumor ganas memiliki sel kanker yang dapat memisahkan diri dan berkembang. Walaupun sudah diangkat, tumor ganas sering tumbuh kembali. Tumor ganas menyerang jaringan di sekitarnya baik itu jaringan sehat atau tidak. Sel kanker dapat menyebar ke bagian lain dan berkembang membuat tumor ganas lainnya. Tumor ganas sering mengacam nyawa.
Ia mengatakan, benjolan pada daerah sekitar leher dapat dicurigai sebagai kanker  kelenjar getah bening. Secara fisik gejala kanker kelenjar getah bening dapat timbul benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan, dan tidak ada tanda-tanda radang. Namun, tidak semua benjolan yang terjadi di sistem limfatik ini merupakan limfoma.  Gejala kanker kelenjar getah bening lainnya meliputi pembengkakan kelenjar getah bening pada leher, ketiak atau pangkal paha.
Seringkali penderita tidak menunjukkan gejala khas hanya memiliki semacam benjolan atau pembengkakan kelenjar getah bening pada leher. Karena tidak ada keluhan khas banyak pasien baru berobat saat masuk stadium lanjut sehingga sel kanker sudah menyebar dan sulit diangkat dengan operasi. Hingga kini penyebab kanker kelenjar getah bening belum diketahui secara pasti.

Jika Anda mengalami gejala timbul sebuah benjolan dan tidak menimbulkan rasa sakit di daerah telinga, pipi, rahang, bibir, atau di dalam mulut, cairan mengalir dari telinga, kesulitan menelan atau membuka mulut secara luas, perlu dicurigai sebagai kanker kelenjar ludah.
Ia menegaskan, penanganan operasi di bagian leher atau pipi, merupakan hal yang sulit. Walaupun itu hanya dideteksi sebagai tumor jinak, perlu beberapa  prosedur yang harus dilakukan dokter yang memang ahlinya.

Beberapa pemeriksaan dilakukan untuk memastikan benjolan yang ada apakah tumor jinak atau kanker. Setelah melalui beberapa pemeriksaan dan hasil sudah dipastikan, dokter juga akan mempertimbangkan risiko setelah operasi. Biasanya dokter akan menyampaikan terlebih dahulu, tindakan apa yang dilakukan dan risiko yang terjadi.  “Tidak begitu mudah untuk menentukan operasinya kapan. Sebaiknya, pemeriksaan juga dilakukan dokter ahli sehingga informasi yang didapat lebih jelas dan akurat,” paparnya.

Ia menyarankan, sebaiknya pengobatan dilakukan sedini mungkin. Saat seseorang merasakan gejala, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter dan melakukan beberapa pameriksaan yang tepat. Jangan mudah percaya dengan pengobatan alternatif yang belum tentu hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Ia menyebutkan, tindakan medis yang dilakukan untuk tumor jinak biasanya hanya sampai operasi. Setelah tumor diangkat biasanya tidak akan kembali lagi. Namun, pada kanker, setelah operasi akan dilakukan  tindakan kemoterapi dan radioterapi untuk mengantisipasi sel kanker yang menyebar. –ast


Edisi 676, 31 mei s.d. 4 Juni 2012
http//www.cybertokoh.com

Minggu, 03 Juni 2012

Diskriminasi ODHA kena Sanksi Rp 50 Juta

Sudikerta sedang berdiskusi dengan Komunitas Jurnalis Peduli HIV/AIDS
Sebanyak 1.259 orang di Kab. Badung  dinyatakan sudah terinfeksi virus HIV/AIDS. Dari 1259 ini, sebanyak 793 orang dengan HIV/AIDS (ODHA),  sedangkan sisanya  469 belum terdeteksi keberadaannya. Demikian diungkapkan Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA)  Kab. Badung  I Ketut Sudikerta ketika melakukan dialog dengan  Komunitas Jurnalis Peduli AIDS (KJPA) Provinsi Bali, Sabtu (19/5).

Badung sudah melakukan langkah cepat dalam penanggulangan HIV/AIDS ini dengan kebijakan hukum Perda Nomor I Tahun 2008 tentang HIV/AIDS. Salah satu isinya, ada sanksi yang diberikan kepada warga masyarakat yang menulari virus HIV/AIDS dengan hukuman  kurungan maksimal  6 bulan penjara dan denda maksimal  Rp 50 juta. Begitu juga bagi orang yang mendiskriminasikan ODHA bisa dituntut dan dipidana dengan sanksi yang sama.

Walau pun terkesan sangat mengerikan, namun, bagaimana bisa mengawasi dan mengetahui orang dapat menularkan virus mematikan ini ke orang lain. 
Menurut Sudikerta, saat ini sedang dibentuk tim pengawas yang terdiri dari  unsur aparat keamanan, penyidik umum dan penyidik PNS, dan Satpol PP. Tata cara pengawasan juga sedang digodok. Targetnya,  tahun 2012 bisa terlaksana. Sasaran utama, kata Sudikerta, fokus bagi yang menyebarkan HIV/AIDS dengan unsur kesengajaan. Bagi yang melakukan diskriminasi pada ODHA bisa dilaporkan ke aparat keamanan.

"Untuk mensinergikan program KPA dengan unit SKPD Badung tidak mudah. Jangan sampai satu program dibiayai sama-sama oleh SKPD. Sehingga perlu koordinasi dan sinkronisasi," ujarnya.
Wakil Bupati Badung ini menambahkan program tidak bisa bersamaan, semua harus ada biaya.  Namun, ada saja kekurangan karena  anggaran terbatas. Ia menegaskan sekarang sudah dianggarkan  Rp 1,43 miliar.Program yang sedang digencarkan dengan menyasar petani dan kafe.
Untuk mendukung program ini, Badung sudah memiliki 4 klinik VCT, 1 klinik CST dan PMTCT, dan "harm reduction" di Puskesmas Kuta I, siswa KSPAN, dan pelatihan tutor sebaya.

Pengelola Program KPA Bali Yahya Ashori mengatakan, sejak tahun 2006 proses penularan HIV/AIDS meningkat prevalensinya 20-25%. Artinya satu dari 4 PSK sudah terpapar HIV/AIDS.  Bukan  hanya cewek kafe, tetapi sudah mengarah ke petugas kafe. Sebanyak 50 kafe berada di sepanjang Kapten Japa  sampai Klungkung.  Ia memperkirakan ada 100.000 lelaki pembeli seks.
Menurutnya manajemen perlu diperlukan untuk mengatasi masalah lokalisasi.  ”Fenomena sekarang kos-kosan karena tidak ada lokalisasi,” ujarnya.

Ia mengatakan, walaupun di Bali, tidak ada lokalisasi tetapi lokasi hendaknya dibina dengan kegiatan masyarakat dengan tetap memperhatikan rumus A,B,C,D,E yakni abstinence (tidak melakukan seks pranikah), be faithful (setia pada satu pasangan), use condom (menggunakan kondom apabila melakukan hubungan seks yang tidak  aman), don’t inject (tidak menggunakan narkoba jenis jarum suntik), dan education (selalu mencari informasi-informasi yang akurat mengenai HIV/AIDS). ”Use condom dan pencegahan sekunder pengobatan IMS dapat kita lakukan di lokasi. Kami berharap, para stakeholder  jangan melakukan pendekatan hukum yang pragmatis,” tambahnya.

Menurutnya, komitmen Lurah Benoa patut ditiru. Lurah Benoa sudah memunyai komitmen ada aturan untuk mucikarinya mereka punya catatan bagi  yang  tidak mau pakai kondom diberi sanksi. Pengelola wisma juga menyediakan kondom. Yang dulunya hanya 30-40 orang yang mau memeriksakan diri, sekarang sudah hampir 100 orang mau periksa termasuk pasangannya.
Apakah ini tidak melegalkan prostitusi atau lokalisasi. Menurut Yahya Ashori, yang dilakukan adalah pendekatan kesehatan masyarakat di tempat-tempat yang perlu upaya pencegahan. ”Program ini merupakan implementasi perda, dan MDGs poin 6,” ujar Yahya.

Menurut Yahya, program untuk penanggulangan HIV/AIDS ini juga menyasar lelaki dengan risiko tinggi. Sebanyak 13.000 ABK di Benoa juga disasar dan Ogawata (organisasi kelompok gay dan waria di Seminyak) ikut bekerja sama.

LSM Citra Usadha mempertanyakan komitmen Badung menargetkan getting to zero. Sebelum memutuskan mungkin kasus sudah bertambah. Bicara HIV/AIDS bicara desa. Banyak yang belum siap untuk klinik Prevention mother to child transmittion (PMTCT). Saat ini baru ada di Buleleng dan RS Sanglah.
Sudikerta mengatakan,  persoalan memang ada di desa. Ke depan, puskemas akan ditingkatkan menjadi tempat pelayanan rawat inap. "Sekarang masih fokus ke rumah sakit induk RSUD Badung. Setelah lengkap dan sempurna,  bisa memberi pelayanan ringan sampai terberat pelan-pelan akan meningkatkan status puskemas untuk pelayanan rawat inap.  Yang penting komitmen  SDM-nya," tegas Sudikerta.--ast

KOran Tokoh, Edisi 695 , 21 s.d 27 Mei 2012