Kamis, 26 Februari 2009

Trauma Penyebab Gangguan Jiwa

SEBANYAK 7000 orang di Bali diperkirakan mengalami gangguan jiwa berat yang tidak tertangani dari hasil survei Layanan Hidup Bahagia (LHB) dibawah koordinasi Suryani Institute for Mental Health (SIMH). Gejala-gejala seperti menarik diri dari pergaulan, lebih sering berada di kamar, bengong, berbaring atau melamun, emosinya tumpul, mukanya datar tidak berekpresi baik saat sedih ataupun tertawa hingga mengamuk merupakan bentuk yang banyak dijumpai.

Menurut Prof. Dr. dr. L.K. Suryani, Sp.KJ. (K)., Ketua Suryani Institue for Mental Health, banyak dari masyarakat menganggap gangguan jiwa sebagai kutukan Tuhan dan tidak kena dapat disembuhkan. “Siapapun dapat terkena ganguan jiwa, baik itu orang kaya, atau orang miskin, pejabat atau masyarakat biasa,” ujarnya dalam seminar “Gangguan Skizofrenia”, Sabtu (14/2) di Wantilan DPRD Bali.

Ia mengatakan tak jarang penderita gangguan jiwa harus dirantai, dikurung atau dikucilkan. Namun, pada kenyataannya, kata Ahli Kejiwaan FK. Unud ini, banyak dari mereka berhasil untuk bangkit dan mampu merasakan indahnya hidup jika ditangani dengan baik.

Menurut Koordinator Wilayah LHB dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ skizofrenia atau lebih dikenal gangguan jiwa mulai muncul pada akhir masa remaja sampai dewasa muda.
Ia menyebutkan Satu diantara 100 orang menderita gangguan jiwa. Ada 3 hal berat dalam gangguan jiwa yakni fungsi pola berpikir terganggu, fungsi bahasa dan komunikasi terganggu, serta terganggunya fungsi dalam prilaku. “Tak jarang kita jumpai ketika diajak mengobrol mereka tidak menyambung, atau berprilaku aneh, bahkan tidak menggunakan pakaian,” jelasnya.

Ia menyebutkan ada dua gejalanya yakni positif dan negatif. Pada gejala positif gangguan ini tidak terjadi seketika. Ada proses yang mendahuluinya. Gejala ini berlangsung sekitar satu bulan. Ciri pertama seperti mendengar suara-suara atau halusinasi. Ciri kedua, adanya waham yakni suatu keyakinan salah yang terus dipertahankan meskipun secara logika, maupun nalar tidak sesuai. “Misalnya dia mengaku yakin sebagai keluarganya Presiden Sukarno atau mereka merasa sebagai utusan Tuhan. Mereka berpakaian seperti nabi. Padahal, sehari-hari sembahyang pun tidak pernah,” papar Dokter Spesialis Kejiwaan FK Unud ini.

Sedangkan gejala negatif seperti penarikan diri, tidak mau bergaul, atau tidak mau sekolah. Ia mengatakan Aada kesulitan bagi mereka untuk merasakan kesenangan seperti yang tadinya bermain sepak bola, menyanyi, tapi kini mulai merasakan tidak nyaman. “Mereka mulai tidak mandi, dan mengalami gangguan tidur. Sering bermimpi buruk dan mengerikan. Bahkan tidak tidur lebih dari 7 hari, tidak mampu mengontrol dirinya, dan mulai tidak menggunakan pakaian,” ujarnya.

Penyebab gangguan jiwa ini tidak ada yang pasti. Teori kedokteran mengungkapkan ada yang melihat dari sudut biologis karena gangguan nerotrasmitter di otak sehingga sulit mengontrol dirinya. Penyebab lain dari sudut piskologis. Bagaimana perkembangannya sejak mereka dilahirkan sampai mereka dibesarkan saat ini. Tak jarang, cara mendidik orangtua sangat besar pengaruhnya sampai terjadi gangguan jiwa.

Penyebab lain adalah trauma. Ada trauma yang membuat mereka melihat kejadian itu sangat mengerikan sehingga mereka tidak mampu bereaksi atau merespon atau beradaptasi sampai normal kembali.
Ia menilai masyarakat Bali banyak mengalami trauma luar biasa sejak pembunuhan besar-besaran tahun 1965-1966. Banyak dari mereka yang masih hidup sampai saat ini mengalami trauma. Bahkan, tak jarang mereka menularkan trauma itu kepada anak dan cucu mereka. Faktor lain karena stres dan psikososial, karena putus cinta, atau memiliki utang akhirnya membuat mereka jatuh dalam gangguan jiwa.

Menurut Prof. Suryani kalau kita berpandangan gangguan jiwa disebabkan ini faktor keturunan atau genetik mereka tidak akan pernah punya harapan sembuh. Namun, kita jika mampu berpikir, gangguan jiwa terjadi karena ada faktor trauma masa lampau apakah itu saat mereka dalam kandungan, dilahirkan, waktu dibesarkan, dewasa, trauma politik, lingkungan, mereka ini dapat disembuhkan.

Kasus bunuh diri di Bali sangat tinggi. 48% kasus disebabkan ganguan jiwa berat atau depresi. Komang Adi, S.E., relawan LHB melakukan penelitian di Kabupaten Karangasem yang merupakan pilot project LHB. “Lebih dari 1000 orang menderita ganguan jiwa berat. “Mereka ini tidak sekadar tidak mau makan, tidak mau minum, hanya merenung saja, namun, mereka dipasung, dibiarkan tidur di tanah dekat kandang babi, tidak ada yang mengurus. Mereka dibiarkan begitu saja tanpa berpikir mereka juga manusia,” ungkap Komang.

Data ini pun didapatkan Komang, setelah terjun langsung ke rumah-rumah penduduk. Kepala desa maupun Puskesmas di sana tidak mempunyai data pasti berapa jumlah masyarakat yang menderita ganggan jiwa psikosis. Banyak kejadian unik dilukiskan Komang saat ia melakukan riset di lapangan. “Masyarakat malu mengatakan jika ada keluarganya yang menderita gangguan jiwa. Bahkan tak jarang dari mereka marah kalau keluarganya dikatakan gila. Setelah dijelaskan apa tanda-tanda ganggun jiwa dan efek dari gangguan jiwa ini, akhirya mereka mau menerima saya,” tutur Komang.

Salah satu penderita gangguan jiwa yang sudah sembuh, Kobra menceritakan awal mula ia mengalami gangguan jiwa. Kobra terlahir dari sebuah keluarga sederhana. Ibunya mendidiknya sangat keras. Kobra kecil sering dipukul dengan kayu sampai ia duduk di kelas II SMP. Namun, ia mengaku saat itu ia tidak menaruh dendam pada ibunya. Ia berpikir, bahwa ia nakal memang layak untuk dipukul. Selain dipukul dengan kayu, Kobra juga selalu dicaci maki oleh ibunya. “Setiap Ibu marah dia selalu mencaci dengan kata-kata kotor dan memukul saya dengan kayu. Tiada hari tanpa pukulan dan cacian,” tutur lelaki yang kini menguasai 4 bahasa asing , Jepang, Perancis, Inggris, dan Belanda ini.

Sampai tamat SMA muncul debat dalam dirinya. Tamat SMA dia mengambil kuliah di Unhi jurusan Tradisional Healing. Saat itu pikiran buruk terus menghantuinya. Ia mencoba berkenalan dengan dunia spiritual, berburu orang spiritual, dan masuk dalam kelompok meditasi. Namun, semua usahanya sia-sia. Ia tetap mengalami halusinasi. Setelah cukup lama terjadi debat dalam dirinya, mulai muncul perintah untuk menyakiti orang lain.

Sejak itu mulai muncul rasa dendam pada ibunya. Trauma itu menyuruh Kobra melakukan kekerasan yakni untuk membunuh ibunya. Untung saja, Kobra tidak melakukan itu, karena ia mencoba untuk berjuang melawan suatu kekuatan yang membuatnya ingin melakukan kekerasan itu. Kobra berusaha berjuang sendiri, tanpa ada yang tahu ia sedang mengalami gangguan jiwa. Kobra tidak mempunyai uang untuk membeli obat. Walaupun Kobra bekerja, uang hasil jerih payahnya bekerja tidak cukup untuk membeli obat karena harga mahal.

Ia mengaku untuk dapat normal dari ganguan jiwa proses sangat panjang dan melelahkan. Sekitar dua tahun ia berjuang dengan meditasi pagi dan malam. Ia datang ke pantai meneriakkan semua masalahnya. Banyak orang bertutur padanya “Masa lalu saya juga parah, tapi saya tidak mengalami ganggun jiwa”. Mereka protes dengan Kobra. Kobra pun bertekas berjuang melawan gangguan jiwa yang menimpanya.

Kobra akhirnya menyadari, trauma masa kecil adalah penyebab gangguan jiwanya, setelah mengikuti Program Memahami Jati Diri yang digelar SIMH. Ketika itu Kobra di bawa ke masa lalunya. Ia melihat kejadian masa kecilnya membuat ia takut menghadapi hidup. Bahkan saat itu Kobra berucap, ibunya adalah setan, yang selalu merasuki dirinya. Setelah program itu, Kobra tetap berjuang untuk mengeluarkan traumanya dengan meditasi spirit arahan SIMH. Kobra akhirnya berhasil mengeluarkan masalahnya dengan mengobrol sesama teman. Kobra adalah salah satu penderita gangguan jiwa yang berhasil berjuang sendiri untuk sembuh tanpa obat. -ast


Senin, 23 Februari 2009

Terapi Air untuk Penyembuhan

Terapi Air sangat baik jika dilakukan mengikuti siklus fisik alamiah tubuh manusia. Mereka yang menginginkan kesehatan yang prima hendaknya melakukan terapi ini sebagai pola hidup sehari-hari. Inilah kunci rahasia kesehatan manusia. Demikian diungkapkan Ngurah Bagus atau yang dikenal dengan Gus Japa, Praktisi Terapi Air di Denpasar.

Pada pukul 04.00 – 12.00 siang, tubuh mengeluarkan limbah tubuh seperti buang air besar, dan buang air kecil dan lainnya. Untuk membantu proses ini beberapa hal yang dapat dilakukan seperti puasa, olahraga, berendam di laut atau merendam kaki dengan air garam, minum air dalam jumlah yang relatif banyak. “Kalau lapar dapat makan buah yang kandungan airnya banyak (pepaya, semangka), mandi matahari, bejalan tanpa alas kaki sehingga tubuh dapat menyerap prana bumi,” katanya.

Pada pukul 12.00 – 20.00, saatnya tubuh menerima makanan (menyantap dan mencernakan). Untuk mendapatkan keberhasilan dalam siklus ini, hendaknya memperhatikan, waktu terbaik untuk makan yakni pukul 12.00-14.00 dan 17.00-19.00. Minumlah air 10-15 menit sebelum makan. “Minumlah air sebelum dan sesudah makan bukan selama makan. Banyak orang makan dan minum secara bersamaan. Ini merupakan kebiasaan yang buruk karena cairan akan mengencerkan air liur,” ujarnya.
Pada pukul 20.00 – 04.00, saatnya tubuh menyerap dan mengggunaan makanan. Sebaiknya tidak makan lagi pada siklus ini. Namun jika lapar, boleh minum susu.

Terapi Air Japa Satu Setengah Liter
Terapi ini menggabungkan kehebatan efek penyembuhan dari terapi air dari India dengan kehebatan mujizat doa. Setiap orang dapat melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan terapi ini perut sebagai rumahnya penyakit akan dibersihkan oleh air dan doa pada air yang diminum serta doa terus menerus selama melakukan terapi ini berguna memohon berkah atau mujizat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Prof. S. Periasamy DIM dan D. ACC Bohiraj Vedante Maharish Charity dari Kantha Health And Research Centre, Karur, India, berbagai keluhan semisal sakit kepala, asma, darah tinggi, kencing manis, penyakit mata, rematik, batu ginjal, haid tidak teratur, kegemukan, leukemia, batuk, radang tenggorok, sambelit, dapat sembuh dengan terapi air.
Bagaimana hal itu bisa dijelaskan?
Menurut keyakinan dari India tersebut, minum air biasa dengan metode yang benar dapat memurnikan tubuh manusia. Saat tubuh digelontor banyak air, usus besar bekerja lebih efektif dengan cara membentuk darah baru, dalam istilah medis dikenal sebagai aematopaises.
“Dalam proses mucousal fold (proses penghancuran bahan yang masuk pencernaan), usus besar dan usus kecil diaktifkan. Demikian juga darah segar yang baru juga diproduksi oleh mucousal fold pada saat gelontoran air terjadi. Mekanisme ini bisa membersihkan usus. Dengan usus bersih, gizi makanan mudah diserap. Gizi makanan itu diubah menjadi darah baru. Darah merupakan hal paling penting dalam menyembuhkan penyakit dan memelihara kesehatan. Karena itu, air hendaknya dikonsumsi secara teratur,” papar lelaki kini sedang menekuni Program Pasca Sarjana Ilmu Agama dan Kebudayaan Unhi Denpasar

Tatacara melakukan terapi ini yakni pagi hari ketika bangun tidur, minumlah 1,5 liter air yang sudah didoakan. Hal terpenting yang perlu diketahui adalah jangan minum atau makan apapun satu jam sebelum dan sesudah meminum 1.5 liter air ini. Setelah selesai minum 1,5 liter, lanjutkan dengan duduk sambil melakukan japa mantra sehingga efek penyembuhannya lebih baik. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan dengan seksama, dilarang minum minuman beralkohol pada malam sebelumnya agar khasiatnya maksimal. Gunakan air yang kualitasnya bagus.
Menurutnya pada mulanya mungkin terasa sulit tapi lambat laun akan terbiasa juga. “Jika belum terbiasa minum banyak, mula-mula ketika berlatih boleh minum 4 gelas dulu, baru sisanya yang 2 gelas diminum 2 menit kemudian. Awalnya akan terasa buang air 2 sampai 3 kali dalam satu jam, tetapi setelah beberapa lama akan kembali normal seperti sedia kala,” jelas Gus Japa.
Menurut penelitian dan pengalaman beberapa penyakit dapat disembuhkan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, maag, dan sebagainya.
Untuk penderita radang persendian dan rematik, ia menganjurkan melaksanakan terapi ini tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan malam selama satu minggu. Setelah itu dua kali sehari sampai penyakitnya sembuh.

Puasa eksklusif dengan air akan memungkinkan melepaskan banyak racun. Ini dapat berakibat serius. ”Terapi ini dapat dilakukan dengan mengikuti pola puasa 12 jam ataupun puasa 24 jam atau dapat juga dengan mengikuti siklus fisik alamiah tubuh manusia yaitu pukul 04.00-12.00. Selama puasa, minumlah air dalam jumlah yang banyak dan melakukan japa sebanyak-banyaknya,” ujar lelaki yang telah menerbitkan buku Dokter Air dan Terapi Air Laut ini.

Terapi Air Japa Sambil Berendam
Terapi ini dapat dilakukan dengan cara berendam di laut sambil melantunkan doa-doa untuk memohon kesembuhan. Ia menyarankan selama terapi ini tidak sambil makan camilan. Hasil terbaik jika terapi ini dilakukan mengikuti siklus fisik alamiah tubuh manusia yaitu pukul 04.00-12.00. Mereka yang memilih laut sebagai tempat melakukan terapi ini sebaiknya tidak melewati pukul 10.00.

Sabtu, 21 Februari 2009

Depo Air Isi Ulang tak Berizin

Menjamurnya depo air minum isi ulang di seputaran Denpasar, dan Badung membuat Putu Armaya, Ketua Yayasan Perlindungan Konsumen gerah. Pasalnya, banyak dari depo air isi ulang ini tidak mempunyai izin usaha. Dari 500 responden yang diambil dengan random sampling, 80% konsumen mengatakan meminum air dalam kemasan, dan 30% konsumen mengonsumsi air isi ulang.

Dilihat dari dampak yang dirasakan 60% responden mengatakan air isi ulang kurang bagus terlihat adanya bintik-bintik, 30% responden mengatakan air berbau, dan 10% mengatakan air kurang bersih dan berwarna. Data ini sungguh mencengangkan karena depo air minum isi ulang begitu mudah didapatkan dengan biaya yang tidak terlalu mahal, yakni satu galon hanya Rp 3000.

"Depo air minum isi ulang ini semestinya diuji secara periodik agar hasil mutu air ini benar-benar memberi perlindungan pada konsumen dan tidak merugikan," ujarnya dalam Diskusi Terbatas Kerja Sama Koran Tokoh dengan Air Nonmin di Denpasar, pekan lalu.

Selama ini untuk menyelamatkan air bawah tanah Yayasan Perlindungan Konsumen telah melakukan kampanye lingkungan dengan nama “Gerakan Konsumen Hijau”. Aksi kampanye ini bukan menjadikan konsumen berbaju hijau, tapi lebih mengkampanyekan penyelamatan bumi.
30 November 2008 telah dilakukan penanaman pohon jati, dan majagau di Marga Tabanan. 30 Januari 2009 penanaman 1000 pohon cemara pandak di Danau Tamblingan.

Selain itu, ada juga gerakan pengurangan penggunaan kantong belanja plastik. Gerakan ini sudah dilakukan lelaki kelahiran Singaraja, 5 Oktober 1970 dimulai dari dirinya sendiri. Ia mengatakan orang mungkin aneh melihatnya berbelanja ke pasar swalayan membawa tempat sendiri, dan tidak menggunakan kantong plastik untuk tempat belanjaan.

Ia menyebutkan dulu di Tukad Badung ada atraksi kano untuk para wisatawan. Namun, atraksi ini sudah tidak ada lagi karena sungai sudah kotor dan banyak sampah yang mengganggu karena kiriman banjir. Tontonan ini tentu saja tidak menarik lagi dijual kepada wisatawan.

Yulius Sacramento Tarigan dari Balai BPOM Denpasar mengatakan semua masalah yang terjadi pada air minum terletak pada pemeliharaannya. Air mengalami suatu proses sebelum digunakan sebagai air minum. Masalah air minum di perkotaan muncul karena sistem pembuangan limbah yang belum maksimal, sehingga bisa saja walaupun proses pengolahan airnya sudah bersih mungkin saja dapat tercemar.

Menurutnya tidak mungkin menghimbau pengguna agar menjamin standar air karena ada kontribusi antara hilir dan hulu terutama bagi pengguna yang bersifat profit. “Sistem harmonisasi anatara hulu dan hilir yang harus diperhatikan dengan baik,” ujarnya.

Ia mengatakan registrasi bagi suatu produk prinsipnya adalah untuk evaluasi . Kenapa suatu produk dirilis dan diizinkan beredar ke masyarakat, tentunya sudah dievaluasi sebelumnya.
“Saat dievaluasi diminta sertifikat kemasan, sarana dan prasarananya diaudit, produksinya juga dievaluasi. Registrasi adalah suatu proses rangkaian evaluasi. Kalau sudah jadi dan siap dipasarkan ke masyarakat ada petunjuk penggunaan dan penyimpanan seperti disimpan di tempat yang sejuk dan tidak terkena sinar matahari,” kata lelaki kelahiran 4 Agusts 1959 ini.

Lulusan Magister Apoteker ITB ini mengatakan air dalam kemasan yang disimpan lama dan sering terpapar sinar matahari akan tampak berwarna hijau atau ada lumut dalam kemasannya. Hal ini disebabkan karena proses fotosintesa sinar matahari yang mengakibatkan spora tumbuh subur di sana. Air dalam kondisi seperti ini tidak layak dikonsumsi dan tidak baik bagi kesehatan,” jelasnya.

Ia menilai mungkin saja dalam proses pengolahan air sudah terjamin, namun, bagaimana saat pendistribusiannya? Perubahan dapat terjadi karena proses pendistribusian dan penyimpanan. Pada produk yang langsung dibuat dan langsung diedarkan ke masyarakat kadang memang belum sempat dicek Balai BPOM.

Namun, ia mengatakan, Balai BPOM setiap menemukan kesalahan pasti ada tindakan pengamanan. Contoh perusahaan tahu yang menggunakan formalin. Produknya dieksekusi, dan dilakukan investigasi pada bahan. “Tidak semua dipublikasikan ke media karena akan berdampak negatif mereka menjadi takut mengonsumsi tahu,” jelasnya. Balai BPOM menjamin tidak ada satupun produk yang bermasalah yang tidak diambil tindakan.
Ia menyarankan perlu dilakukan analisis kebutuhan pelanggan dengan maraknya air dalam kemasan dengan harga yang bersaing. Ia menilai perbedaan harga ini justru menjadi peluang terjadinya penyimpangan.

Ia menegaskan satu kata kunci yang harus benar diperhatikan perusahaan penyedia air minum adalah saat air itu diminum. Artinya, ada pencantuman tanggal, bulan, dan tahunnya sampai kapan air itu layak dikonsumsi. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Minggu Edisi 528, 22 Pebruari 2009


Jumat, 20 Februari 2009

Memilih Air Kemasan yang Aman

AIR adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka seluruh proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat berlangsung dengan lancar. Kini marak beredar air dalam kemasan. Tidak semua air minum dalam kemasan layak dikonsumsi. Bisa saja air tersebut tercemar zat-zat tertentu. Menurut Ahli Gizi dari Poltekkes Denpasar Badrut Tamam beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam memilih air dalam kemasan adalah:

  1. Pada dasarnya air yang sehat untuk diminum, secara fisik tak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa tertentu.
  2. Air tersebut juga tidak mengandung mikroba patogen dan secara kimia tidak mengandung logam berat.
  3. Telitilah penampilan fisik air minum dalam kemasan, masih bagus atau tidak. Pastikan tidak ada semacam lendir/jamur didalamnya. Tanda ini adalah indikasi air sudah tercemar.
  4. Pilihlah produk air kemasan yang mencatumkan label untuk mengetahui kandungan dalam air kemasan tersebut.
  5. Apakah tercantum alamat produsen, komposisi, proses yang dipakai untuk sterilisasi, dan petunjuk penyimpanannya.
  6. Cek juga keutuhan segelnya.
  7. Jangan membeli air minum dalam kemasan di sembarang tempat. Bisa saja penyimpanannya di tempat yang lembab atau sering terpapar sinar matahari.
  8. Jika Anda sudah membelinya simpanlah di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya matahari. -ast

Selasa, 17 Februari 2009

Open House FK Unud

Fakultas Kedokteran (FK Unud) adalah fakultas favorit di lingkungan Universitas Udayana. Hal ini dapat terlihat dari tingginya peminat yang mendaftarkan diri untuk dapat diterima sebagai mahasiswa FK Unud, termasuk calon mahasiswa dari Malaysia. Sebagai institusi yang mengedepankan kualitas, FK Unud berusaha menjamin keterbukaan informasi termasuk kejelasan tentang proses rekrutmen, proses belajar mengajar dan berbagai informasi lain yang dibutuhkan masyarakat.

Keterbukaan informasi ini diharapkan dapat mengurangi distorsi informasi yang terjadi di masyarakat, terutama tentang proses rekrutmen, pembiayaan kuliah dan beberapa kebijakan dalam proses pendidikan di FK Unud.
Strategi yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah mempertemukan secara langsung pengelola fakultas dengan peminat atau para calon mahasiswa, penyampaian informasi penting secara jelas melalui pameran dan pengenalan kegiatan-kegiatan yang ada di FK Unud. Strategi ini akan dikemas dalam bentuk kegiatan “Open house” Fakultas Kedokteran Unud, Sabtu 21 Pebruari 2009.

Open house FK Unud adalah rangkaian kegiatan yang terdiri dari pameran pendidikan, pengenalan kegiatan kemahasiswaan dan diskusi antara pengelola fakultas dengan peminat FK Unud, baik siswa maupun orang tuanya. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan informasi dan memberikan gambaran secara utuh kegiatan pendidikan di FK Unud. Kejelasan informasi ini akan memberdayakan calon siswa dan bahkan orang tuanya sebelum memasuki jenjang pendidikan tinggi. Pemberdayaan ini termasuk memberikan wawasan dan pengetahuan sebelum mereka melakukan pilihan sehingga pilihan untuk masuk FK Unud merupakan pilihan cerdas yang dilakukan berdasarkan pertimbangan yang matang.

Tujuan Kegiatan
  1. Memberikan informasi kepada masyarakat umum dan peminat FK Unud tentang proses rekrutmen, proses belajar mengajar dan kegiatan kemahasiswaan yang ada di lingkungan FK Unud.
  2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat dan peminat FK Unud untuk mendapatkan kejelasan atas berbagai distorsi informasi dari pengelola fakultas secara langsung.
Jenis kegiatan
  1. Pameran pendidikan. Pameran pendidikan akan memberikan informasi kepada pengunjung tentang proses rekrutmen mahasiswa, termasuk proses penerimaan melalui PMDK, proses seleksi dan penerimaan melalui jalur khusus; pameran tentang proses belajar mengajar di FK Unud, terutama setelah diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi dalam pendidikan dokter; dan pameran tentang kelulusan dan prosesnya serta peluang kerja yang dimiliki oleh lulusan FK Unud.
  2. Diskusi terbuka dengan pimpinan fakultas. Diskusi akan dilakukan secara terbatas antara pengelola fakultas atau pimpinan dengan pengunjung yang berminat. Diskusi akan dipandu moderator dan memberikan kesempatan pengunjung untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam dari pihak pengelola fakultas tentang berbagai isu yang berkembang di masyarakat terkait pendidikan kedokteran di FK Unud.
  3. Pengenalan kegiatan kemahasiswaan. Pameran tentang kegiatan mahasiswa akan memberikan informasi tentang kelompok kegiatan yang ada di FK Unud termasuk kelompok ilmiah, pers mahasiswa, dan kelompok bantuan medis serta kelompok lainnya. Pengunjung diberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi tentang informasi tersebut.

Rabu, 11 Februari 2009

Seminar Norwegian Seafarers Union

MEMBANTU para pelaut mengetahui informasi yang jelas tentang hak-hak pelaut, Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Bali bekerja sama dengan Norwegian Seafarers Union (NSU) mengadakan “Cruise Seminar” (4-11/2) di Hotel Sanur Beach Bali. Seminar diikuti para pekerja kapal pesiar yang sedang liburan di Bali yang dibagi menjadi dua katagori. Katagori pemula diikuti 48 orang dan advanced diikuti 30 peserta.

Pembicara seminar Jacqueline Smith (Presiden NSU), Anita Furuvik (Sekretaris Nasional NSU), Johan N. Oyen ( Director Cruise Operation NSU), Nina Espeli Allen ( Union Representative Cruise Operations NSU).
Hari pertama seminar membahas tentang persoalan kaum perempuan di kapal seperti pelecehan seksual, diskriminasi pada kaum perempuan dan kesetaraan gender. Hari berikutnya lebih menekankan informasi mengenai organisasi dan peraturan perburuhan dunia tentang pelaut (International Labor Organization dan International Maritime Organization). Informasi dan pemahaman mengenai Collective Bargaining Agreement (Kontrak Kerja Bersama). Informasi seputar HIV/AIDS. Para pelaut diberikan pengetahuan yang jelas bahaya HIV/AIDS dan cara pencegahannya, termasuk pentingnya penggunaan kondom.

Menurut Iriani Irene Thamrin, Service Officer NSU, tujuan seminar ini memberikan pemahaman para pelaut agar mengetahui dengan baik hak-haknya dengan jelas, termasuk peraturan-peraturan yang harus ditaati selama di kapal.
Selain itu merupakan ajang silaturahmi antara sesama pelaut dan keluarganya, mereka dapat berbagi pengalaman satu dengan yang lainnya. “Seminar ini diikuti para pelaut dari 4 perusahaan kapal pesiar, sehingga ajang yang tepat bagi mereka berbagi pengetahuan dan bertukar informasi peraturan perusahaan kapal masing-masing tempat mereka bekerja,” kata perempuan yang pernah berkarier selama 4 tahun di kapal pesiar ini. Seminar ini merupakan seminar yang ke-4 yang sudah diadakan NSU yang pesertanya semakin terus bertambah. Semakin banyaknya permintaan tiap tahunnya dari para pelaut untuk mengikuti seminar ini, kata Irene, menandakan kepedulian mereka semakin tinggi tentang hak dan kewajiban mereka.
NSU adalah organisasi serikat pekerja khusus pelaut. NSU bermarkas di Oslo Norwegia, dan memiliki kontrak kerja bersama dengan beberapa perusahaan kapal pesiar diantaranya Star Cruise Line, Royal Caribean Criuse Line, Norwegian Cruise Line, Fred Olsen Cruise Line, Celebrity Cruise Line. Untuk representative NSU Indonesia berkantor di Bali.

I Nyoman Arianta, Trainner NSU, mengatakan para pelaut sudah dibagikan buku Collective Bargaining Agreement, namun, masih banyak yang malas membaca ataupun tidak mengerti apa saja hak dan aturan yang harus mereka ketahui.

“Suatu contoh ketika mereka mendapatkan masalah mereka tidak mampu membela diri. Mereka hanya diam tidak berani melawan karena tidak tahu apa yang harus mereka lakukan,” kata Arianta. Padahal, keinginana NSU, kata Arianta, para pelaut berani bicara kalau memang mereka benar dan tidak melakukan kesalahan. Apalagi sampai mereka diinvestigasi dan dikeluarkan tanpa alasan yang jelas. Disinilah fungsinya NSU untuk membantu para pelaut. NSU akan memberi jaminan kepada mereka agar dapat kembali bekerja dan mendapatkan hak mereka.

Ia mengatakan saat para pelaut mendapatkan masalah di kapal mereka dapat mengadukan masalahnya kepada supervisor. Kalau tidak dapat diselesaikan langsung menghadap Hotel Manager. Kalau masalah ini tidak dapat ditangani, NSU akan turun tangan. Dengan ajang seminar ini para pelaut dilatih untuk berani mengemukan pendapat mereka dan tidak takut bicara. Mereka menjadi faham apa saja yang dapat mereka lakukan.

Para pelaut, kata Arianta, mempunyai hak sama sesuai dengan posisinya. Jadi, tidak ada perbedaan hak dan kewajiban karena perbedaan warna kulit. Menurutnya seminar memang lebih banyak diadakan di wilayah Asia seperti Indonesia, India, Tahiland karena mereka ini biasanya lebih banyak diam alias “Koh Ngomong”.
“Kalau keadaan begini terus para pelaut Asia akan tetap di bawah. Pelaut Asia pekerja keras, dan memiliki etos kerja yang baik, dan sangat disukai oleh perusahaan kapal pesiar. Hanya saja, mereka masih kurang dalam hal berkomunikasi,” tegasnya.

Seminar ini pun, kata Arianta, sudah banyak membuahkan hasil. Kini sudah banyak pelaut Asia memiliki prestasi di kapal dengan posisi yang bagus termasuk pelaut perempuan.

“Keinginan NSU adalah untuk membantu para pelaut mendapatkan hak-haknya dengan baik dan benar serta untuk meningkatkan kualitas para pelaut. NSU ada dari kita dan untuk kita,” tutur lelaki yang pernah berkarier selama 11 tahun di kapal pesiar ini.

Yuni Eka, salah satu peserta mengaku merasa beruntung dapat mengikuti seminar ini. Perempuan yang sudah 6 tahun bekerja di kapal ini bersyukur tidak pernah mendapatkan masalah di tempatnya bekerja. Beberapa kasus pelecehan pernah didengarnya dari salah seorang teman pelaut perempuan.
Dari seminar ini ia mengetahui informasi dengan jelas ketika mendapatkan masalah, apa yang harus dilakukan termasuk peran NSU dalam membantu para pelaut. “Ketika kasus terjadi, apabila atasan tidak merespon, pelaut dapat meminta bantuan kepada NSU. Walaupun kami sudah memiliki buku CBA sebagai pegangan, seminar ini memberi kami penyegaran untuk mengetahui dengan jelas apa saja hak-hak yang mesti kami perjuangkan,” kata tamatan STP Bandung ini.

Ketua KPI Bali Dewa Nyoman Budiasa menyambut baik diadakannya seminar ini. NSU dan KPI merupakan bagian dari Serikat Pekerja Transport Internasional (ITF). Ia berharap seminar ini dapat merupakan ajang pembelajaran bagi para pelaut untuk menimba ilmu pengetahuan seputar perlindungan hukum di tempat mereka bekerja.

Ia menilai selama ini sebagian besar pelaut tidak tahu bahwa banyak sekali UU Internasional yang sangat melindungi mereka. Selain mendapatkan hak atas pengupahan, asuransi, dana pensiun yang perlu diketahui juga tentang hak advokasi bagi pelaut. “Ketika mereka mendapatkan masalah di kapal, mereka berhak mendapatkan pembelaan. Selama ini yang terjadi mereka hanya menerima saja tidak memanfaatkan hak jawab mereka. Hal ini diperparah dengan kemampuan bernegoisasi yang masih kurang. Seminar yang lebih dikemas layaknya Trainner of Training (TOT) ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas para pelaut setelah nantinya mereka kembali ke kapal.

Ia juga menyarankan para pelaut segera melaporkan diri ketika mendapatkan masalah sehingga cepat ditangani karena sudah ada aturan yang jelas mengatur hak para pelaut untuk mendapatkan perlindungan hukum. Selaku Ketua KPI, ia sangat berbangga karena sampai saat ini sekitar 200 pelaut sudah mengikuti seminar ini.

Sejak tahun 2003 KPI rutin melakukan penyegaran tentang Collective Bargaining Agreement ini kepada para pelaut secara internal. Ia sangat menyayangkan keseriusan dan keingintahuan mereka masih lemah tentang hal ini, terutama dalam hal berkomunikasi.

Senin, 09 Februari 2009

Jangan Sembarangan Minum Obat

TAK selamanya orang sakit perlu minum obat. Obat selain mengobati penyakit juga dapat menjadi racun jika salah dalam penggunaannya atau dipakai berlebihan. Efek sampingnya malah dapat mengakibatkan kerusakan di ginjal.

“Obat berfungsi membantu tubuh membebaskan diri dari penyebab penyakit,” ujar spesialis Ilmu Penyakit Dalam Prof. Dwi Sutanegara, M.D. Menurutnya, penderita penyakit infeksi karena bakteri atau parasit perlu diberi obat karena fungsinya untuk membunuh penyebab penyakit itu.

“Walaupun tubuh mempunyai zat antibodi, kalau parasit atau bakterinya ganas perlu dibasmi dengan obat. Anak kecil yang tidak tahan demam juga perlu diberi obat. Panas yang tinggi kadang menimbulkan kejang, dan ini berdampak buruk bagi otaknya. Untuk itu perlu diberi obat untuk menurunkan panas,” ujarnya.

Obat diperlukan juga untuk membuat tubuh relaksasi setelah mengalami kejang. Pada penyakit terkait kurang berfungsinya metabolisme, obat berfungsi mengatur keseimbangan sistem metabolisme tubuh agar menjadi normal.

Antibiotik harus Dihabiskan
Ia menganjurkan beberapa obat harus diminum dan dihabiskan sesuai dengan dosisnya seperti antibiotik. Obat antibiotik obat yang berfungsi menghambat pertumbuhan atau menghancurkan kehidupan mikroorganisme.

Obat antibiotik terdiri atas banyak golongan yang dibagi lagi menjadi banyak jenis dengan cara kerjanya yang berbeda-beda. “Obat antibiotik hanya didapatkan dengan resep dokter. Pembelian dan penggunaan obat antibiotik tanpa resep dokter merupakan langkah salah karena penggunaan yang tidak tepat dapat menimbulkan efek samping,” tegasnya.

Ia menyarankan obat antibiotik harus dihabiskan sesuai resep dokter karena jika diminum setengahnya pengobatan menjadi tidak tuntas bahkan menimbulkan efek kekebalan pada bakteri. “Bakteri akan kebal terhadap obat antibiotik tersebut sehingga tidak mempan lagi jika obat tersebut digunakan pada infeksi bakteri yang sama,” jelasnya.

Contoh, pasien TBC yang diharuskan minum obat antibiotik 6 bulan. Walaupun kondisi pasien sudah menjadi lebih baik tetap saja obat tersebut harus dihabiskan. Jika tidak, obat yang sama tidak akan mempan lagi atau dosisnya harus ditingkatkan lagi.

Ada obat yang harus selalu diminum yakni obat untuk penyakit diabetes dan obat untuk darah tinggi, ada pula obat yang tidak perlu dihabiskan seperti obat simptomatik, obat untuk demam yang berfungsi menurunkan panas. Setelah panas menurun obat dapat dihentikan. Sisa obat dapat disimpan di tempat yang kering dalam kemasan tertutup sehingga dapat digunakan kembali jika diperlukan.

Banyak Bertanya Dokter
Ia mengatakan tidak semua obat dapat menyembuhkan, dan tidak semua penyakit harus disembuhkan dengan minum obat. Untuk mengobati pusing karena kurang tidur sebaiknya jangan minum obat. Lakukan istirahat yang cukup. Begitu juga influenza karena kurang istirahat. Dengan istirahat yang cukup dan minum vitamin penyakit ini dapat sembuh sendirinya.

Selama ini banyak orang lebih menggunakan sugestinya jika akan berobat. Pasien beranggapan akan sembuh jika ditangani dokter A. “Sugesti itu dapat berpengaruh terhadap proses kesembuhannya dan pasien akhirnya benar-benar sembuh,” katanya.

Padahal bisa saja dokter hanya memberikan vitamin, namun karena tersugesti menuruti nasihat dokter akhirnya pasien sembuh.

Saat berobat dan menerima resep, pasien berhak bertanya pada dokternya obat apa yang diberikan, bagaimana cara kerjanya, apa efek buruknya. “Pasien yang banyak bertanya akan menguntungkan dirinya. Kadang pasien tidak tahu apakah obat yang diberikan harus dihabiskan. Kurangnya informasi dapat merugikan pasien,” jelas Guru Besar FK Unud ini.

Obat juga dapat mempunyai efek samping. Kebiasaan sebagian orang, jika sakit sedikit saja sudah minum obat yang dibelinya begitu mudah di warung. “Obat-obat yang diminum dalam jangka panjang dapat merusak sel-sel tubuh akibatnya terjadi gangguan di ginjal yang akhirnya dapat mengakibatkan gagal ginjal,” paparnya.

Selain itu, minum obat berkepanjangan juga dapat merusak lambung. Lambung mengalami iritasi. “Dalam obat pusing biasanya ada rasa asam yang menyebabkan luka di lambung. Jadi, kalau memang tidak terlalu diperlukan jangan sembarangan minum obat,” tegas Dokter RS Sari Dharma ini.

Ia menegaskan, tidak ada obat serbaguna yakni satu obat untuk mengobati semua penyakit. Sehebat apa pun obat itu tidak mungkin dapat mengobati semua penyakit.

“Lebih tepatnya obat seperti parasetamol selain untuk menghilangkan nyeri juga untuk menghilangkan panas. Obat darah tinggi selain untuk menurunkan tekanan darah juga untuk memperbaiki kondisi pembuluh darah,” ujarnya.

Jamu bukan Obat
Alangkah baiknya mencegah sebelum sakit. Banyak hal yang dapat dilakukan agar tubuh tidak mudah sakit dengan menjaga kondisi tubuh agar tidak lemah. Dengan pola hidup sehat yakni makan bergizi, olahraga, dan istirahat yang cukup menghindari tubuh terserang penyakit.

Saat ini ada kecenderungan masyarakat dalam menjaga kesehatannya, rutin minum jamu. Menurutnya jamu yang terbuat dari ramuan herbal tradisional tidak mempunyai efek samping. Namun, kata Prof. Dwi, disinyalir sebagian jamu yang dipasarkan dalam kemasan selain mengandung bahan alami, juga dicampur dengan obat kimia. Contoh jamu pegal linu.

Ia mengatakan jamu ini sering dicampur dengan obat golongan kortikosteroid. Efeknya membuat badan menjadi enteng dan pegal linu hilang. Padahal golongan jenis obat ini adalah jenis hormon. Efek sampingnya justru muncul penyakit darah tinggi, diabetes, dan kolesterol.

Jamu dengan ramuan tradisional baik untuk menjaga kesehatan bukan untuk mengobati. Jamu yang sehat adalah jamu yang dibuat dari bahan alami yang segar tanpa bahan pengawet dan tanpa campuran obat kimia. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 526, 8 Pebruari 2009

Jumat, 06 Februari 2009

Perlindungan Anak Belum Maksimal

KETIKA anak bermasalah dengan kasus hukum para penegak hukum belum sepenuhnya melaksanakan perlindungan pada anak baik itu sebagai korban ataupun pelaku. Padahal, dalam Pasal 59 UU Perlindungan Anak disebutkan anak wajib mendapatkan perlindungan khusus. Demikian diungkapkan Luh Anggreni, S.H., Wakil Ketua KPAID Bali dalam diskusi terbatas yang digelar Koran Tokoh Bekerja sama dengan KPAID Bali, Rabu (28/1).

Ia menilai masih banyak fakta di lapangan, kasus hukum pada anak masih mengacu pada KUHP dan mengabaikan UU Perlindungan anak. “Ketika anak itu tidak punya akses, tidak punya pemahaman hukum, mereka bingung harus mengadu kemana, atau minta pendampingan ke mana, “ujarnya.
Ia menyayangkan, aparat hukum langsung saja menahan si anak. Padahal, kata Anggreni, penahanan pada anak adalah upaya hukum paling akhir.

Ia berpandangan, diskresi, diversi, dan restorative justice kepolisian belum efektif. “Ketika menghadapi persoalan hukum pada anak seharusnya ada kebijakan yang harus dimunculkan,” tambahnya.
Ia juga mempertanyakan bagaimana dengan jaksa anak yang sudah dilatih?
“Ketika hakim bertanya di sidang pun sering memojokkan anak. Contohnya masalah pencabulan. Psikologis anak tidak diperhitungkan. Kalau itu tidak ada pendamping, anak ini bisa stres,” kata Anggreni.

Menurutnya pelabelan pada anak berpengaruh pada aparat. “Ketika anak perempuan sebagai korban pencabulan yang dicap sebagai anak nakal terus mengejar si pelaku, aparat penegak hukum menganggap si anak yang nakal dan rusak ini tidak perlu dilindungi. Malah mereka mempertanyakan, mengapa anak yang rusak ini sampai membuat si pelaku di penjara,” ujarnya.

Ia sendiri pernah bertemu dengan jaksa yang lebih sayang germonya dibanding anak yang kena kasus hukum , karena dalam pandangan jaksa ini, si anak sudah menjadi perek dan tidak dapat diselamatkan. Padahal, kata Anggreni, anak masih punya masa depan yang panjang untuk hidupnya. Ia bahkan menilai, persepsi ini sering berpengaruh pada siding pengadilan dan putusannya seperti apa nanti, ia sudah dapat menebak dari awal.
Ia menilai, visum psykiatrikum belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan korban dalam pembuktian karena yang menjadi penekanan polisi sekarang ini adalah visum at repertum.
“Ketika si anak trauma karena kekerasan psikis, disinilah sebenarnya diperlukan visum psykiatrikum,” ujarnya.

Ia berharap ada persamaan persepsi di tingkat kebijakan untuk sepakat melakukan perlindungan anak demi kepentingan terbaik bagi anak. “Bukan kepentingan orang tua atau orang dewasa yang menganggap anak itulah yang bernasalah,” katanya. Para penegak hukum memanfaatkan UU Perlindungan Anak dalam menyelesaikan kasus hukum pada anak. “UU Perlindungan Anak harus menjadi acuan yang jelas dan tegas yang tidak dapat ditawar-tawar lagi,” ujarnya tegas. –ast

Senin, 02 Februari 2009

Tips Menghindari terjadinya Pelecehan Seksual pada Anak

PELECEHAN dan kekerasan seksual pada anak semakin meningkat. Ni Putu Suartini dari KPAID Bali yang membidangi trafficking dan Eksploitasi Seksual Komersial Anak memberi tips agar anak terhindar dari hal tersebut.

Autoblackthrough dan Black Community. Beberapa kiat yang dapat dilakukan:
  1. Memberikan pemahaman pendidikan seksual yang benar kepada anak secara dini. Si anak diajarkan untuk mengenali alat kelaminnya. Jika anak sudah mulai mengenal, maka anak bisa mengerti apakah seseorang berlaku kurang sopan terhadapnya atau tidak.
  2. Saat memandikan anak Anda, berikan juga perhatian kepada daerah sekitar alat kelamin. Jika ada memar atau anak kesakitan jika anda menyentuh daerah tersebut, anda harus segera bawa ke dokter.
  3. Rangsang anak untuk bercerita tentang aktivitas sehari-hari, baik di sekitar rumah dengan teman-temannya maupun di sekolah.
  4. Jika terpaksa menitipkan anak kepada seseorang, lebih baik titipkan pada kerabat atau teman perempuan.
  5. Berikan nasihat pada anak jangan mudah percaya pada orang yang baru dikenal dan jangan mau menerima hadiah dari orang yang tidak dikenal.
  6. Untuk para guru, jangan hanya bertugas mengajar, tetapi lebih peduli pada anak. Jangan sampai siswinya hamil tidak tahu, karena kebiasaan siswi menggunakan jaket. –ast
Sudah dimuat di Koran tokoh, Edisi 1 Februari 2009