Jumat, 30 September 2011

Kebutaan dan Katarak

Kebutaan di Indonesia sudah menjadi masalah sosial karena angka kebutaan sudah mencapai 1,5%. Untuk itu, penanggulangannya harus dilakukan seluruh rakyat Indonesia.
Menurut dr. Wayan Daryatha, Sp.M. (K), banyak penyebab kebutaan seperti katarak, glaukoma, kelainan reflaksi, dan gangguan saraf dan kornea. Yang paling penting diketahui masyarakat dan yang paling banyak menjadi penyebab kebutaan, katarak dan glaukoma.

Konsultan dokter spesialis mata Yayasan Kemanusiaan Indonesia (YKI) ini mengatakan, tiap kekeruhan pada lensa mata disebut katarak mulai dari menurunnya penglihatan sampai kebutaan. “Katarak bisa diderita mulai dari sejak lahir. Penyebabnya, karena gangguan waktu hamil dan keturunan. Segala macam gangguan saat kehamilan bisa menyebabkan kecacatan. Penyebabnya bisa virus atau kandungan sempat digugurkan tetapi tak berhasil,” ujar Kepala Bagian Mata dan Ketua Komite Etik Medik RSU Puri Raharja ini.
Ia mengatakan, katarak usia muda, erat kaitannya dengan keturunan. “Waktu lahir dia belum katarak, tetapi menjelang remaja ada kekeruhan yang tidak disertai keluhan,” ujar satu-satunya konsultan oftalmologi komunitas di Bali ini.

Katarak bisa juga karena usia degeneratif. Begitu masuk usia 50 tahun kemungkinan terjadi katarak 50%. Usia 60 tahun bisa 60%. Usia 70 tahun bisa 70%. Ada juga katarak karena traumatika benturan dan kecelakaan, atau komplikasi panyakit kencing manis. Gangguan yang dialami mulai dari menurunnya penglihatan sampai pada kebutaan.
Ia menyebutkan, ada dua jenis kebutaan, sosial dan ekonomi. “Kebutaan sosial, apabila seseorang buta karena katarak dimana tajam penglihatannya hanya bisa menghitung jari kurang dari tiga meter. Dia sudah tidak mampu bersosialisasi. Kebutaan ekonomi, apabila seseorang tidak bisa menghitung jari lebih dari enam meter,” papar Pemilik Klinik Bali Charisma Usada ini.

Bagaimana penanggulangannya? Ada dua indikasi kapan sebaiknya melakukan operasi katarak. Indikasi medis, apabila seseorang sudah mengalami kebutaan sehingga perlu dioperasi agar tidak berlanjut. Ini disebut sebagai pencegahan. Indikasi sosial, operasi dilakukan ketika diperlukan. Misalnya, seorang mahasiswa membutuhkan penglihatan yang lebih baik. Dia belum masuk kategori kebutaan, tetapi membaca saja sudah susah. Artinya, seseorang membutuhkan penglihatan lebih baik sesuai kebutuhan pekerjaannya.
Penyebab kebutaan lainnya, glaukoma yang merupakan kumpulan beberapa keadaan yang disebut sindroma seperti adanya kerusakan pada saraf penglihatan, penyempitan lapang pandang, dan peningkatan tekanan bola mata.

Pada kasus lain, ada juga glaukoma yang tidak disebabkan karena peningkatan tekanan bola mata. Hanya lapang pandangnya sudah menyempit. “Salah satu contoh kasus, saat menyeberang jalan, kita masih bisa melihat mobil-mobil yang melintas di samping. Sementara bagi penderita glaukoma, mereka tidak bisa melihat ada kendaraan yang melintas, tiba-tiba saja mobil sudah menabraknya saat menyeberang jalan,” ujarnya.
Sebagai pencegahan, ia menyarankan, ketika memasuki usia 40 tahun sebaiknya setahun sekali memeriksakan tekanan bola mata. Kalau kecenderungannya tinggi, bisa memeriksakan mata tiap enam bulan, tiga bulan, sebulan atau seminggu sekali. Tekanan bola mata normal harusnya berada di bawah 20 milimeter hg. Apabila sudah lebih dari 20, itu sudah disebut tekanan bola mata tinggi bisa menjadi salah satu penyebab penyakit glaukoma.
Awalnya bisa dengan pengobatan, tetapi kalau sudah parah perlu ditangani dengan operasi. Penyebab glaukoma, keturunan atau komplikasi kelainan mata karena infeksi. Katarak bisa menyebabkan glaukoma, begitu juga sebaliknya glaukoma bisa mengakibatkan katarak. Bayi baru lahir bisa mengidap glaukoma karena gangguan saluran air dalam mata.
Kebutaan waktu lahir yang disebabkan karena keturunan tidak berarti langsung diturunkan. Orangtua bisa sebagai pembawa sifat. Apabila pembawa sifat bertemu dengan pembawa sifat maka muncullah kebutaan karena keturunan. Cara pencegahannya, hindari perkawinan keluarga dan lakukan pemeriksaan pranikah.
Dalam rangka penanggulangan kebutaan, rumah sakit perlu pendekatan ke masyarakat. Banyak masyarakat miskin berada di perdesaan. Bagaimana upaya kita membawa rumah sakit dengan kelengkapan operasi sedekat mungkin dengan masyarakat. Target orang buta miskin yang tinggal di desa sehingga diperlukan mobil klinik mata keliling dan operasi katarak. Upaya ini, untuk mendekatkan pelayanan ke masyarakat. Hal ini kata dia, harus melibatkan semua pihak mulai dari tenaga profesional yang punya kompetensi, punya kepedulian sosial, dan yang tak kalah penting mampu bekerja sama. Pemerintah juga harus mampu memfasilitasi dengan regulasi kebijakan dan komitmennya kepada masyarakat yang miskin di desa.
Sektor swasta juga ikut berperan dalam kegiatan CSR, LSM seperti YKI yang turut berperanserta dalam penanggulangan kebutaan, dan peran masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diperlukan, sebagai bentuk kepedulian terhadap masalah kesehatan yang ada. “Kalau melihat ada masyarakat yang mengalami kebutaan atau infeksi mata, perlu datang ke puskesmas. Hal-hal seperti ini yang harus dipahami semua masyarakat. Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan diharapkan mampu menarik masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya ketika mengalami gangguan,” ujarnya.

Mencegah gangguan pada organ penglihatan, ia menyarankan, biasakan menjaga kebersihan mata. Menghindari sesuatu masuk ke mata, termasuk trauma pada mata. Mata jangan dikucek-kucek, atau saat mandi jangan sering disiram air. Selalu makan yang sehat dan bergizi, terutama saat hamil. Virus morbili yang menyerang waktu hamil, tidak hanya bisa mengenai jantung, bisa juga mengakibatkan gangguan mata. Untuk itu, pemeriksaan rutin saat hamil perlu dilakukan termasuk tambahan pemberian vaksin vitamin A, dan vaksin antivirus. –ast

Koran Tokoh, Edisi 622, 26 sept s.d 1 Okt 2011

Minggu, 25 September 2011

Museum d’topeng

Untuk belajar kebudayaan Indonesia kita tidak usah jauh-jauh pergi ke luar Bali. Informasi lengkap tentang kebudayaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke dapat ditemui di Museum d’topeng, Simpang Siur Kuta. Museum yang berdiri sejak setahun lalu ini menyediakan koleksi benda-benda warisan budaya Indonesia mulai dari topeng, patung, keris, batik, dan pernak pernik budaya Indonesia.

Menurut Pemilik Museum Elly Tumiwa, ia bersama suaminya Reno sudah mengoleksi benda-benda sejarah sejak 25 tahun silam. Mereka prihatin, banyak benda bersejarah dibeli turis asing. Museum d’topeng menjelaskan semua suku di Indonesia. “Ruang ke ruang menyajikan kebudayaan tiap daerah menunjukkan ada satu benang merah dari Sabang sampai Merauke yang membuktikan Indonesia merupakan satu bangsa yang kreatif dan memiliki nilai budaya khas. Pengunjung akan mengerti bahwa perbedaan budaya yang ada di masing-masing daerah merupakan kekayaan yang harus dihargai,” ujarnya.

Elly mengatakan, koleksi museum lebih dari 2000 buah topeng dari bagian Kepulauan Indonesia. Topeng-topeng tersebut memiliki nilai sejarah tinggi, karena beberapa dari koleksi dibuat pada abad 18 sampai abad ke-20. Beberapa topeng digunakan untuk upacara keagamaan, ritual ibadah dengan tarian sakral dari berbagai suku dan beberapa istana kerajaan di Indonesia. “Topeng merupakan bagian bentuk drama tari. Penari memakai topeng dan memainkan kisah-kisah kuno tentang raja-raja kuno atau mitos dan pahlawan. Tarian topeng yang paling menonjol di Bali dan Jawa,” jelas Elly.

Kebudayaan Indonesia telah dibentuk oleh interaksi yang panjang antara budaya asli dan beberapa pengaruh asing. Praktik budaya banyak dipengaruhi banyak agama, termasuk Hindu, Buddha, Konghucu dan Islam. Hasilnya, campuran budaya kompleks.Ruang-ruang galeri terbagi menjadi beberapa sekat. Di bagian tengah museum ada sebuah layar untuk menonton film kebudayaan Indonesia.
Saat menginjak pintu masuk, pengunjung akan langsung menemui berbagai koleksi kebudayaan dari Bali. Ada kisah Barong dan Rangda dan berbagai topeng khas Bali.

Galeri Jawa Barat menyajikan benda-benda peninggalan Kerajaan Pajajaran yg dipimpin Prabu Siliwangi. Genteng penolak bala, berbagai topeng khas Jawa Barat, serta keris.Galeri Jawa Tengah banyak dihiasi kendi dan tombak asli kerajaan Mataram. Galeri Jawa Timur menyajikan topeng yang menggambarkan karakter dan budaya Jawa timur seperti reog. Ada topeng reog dan keris bertuliskan Arab dari Sumenep. Ada macam-macam perhiasan dari emas, perak, dan tembaga khas Jawa Timur. Lorobonyo, figur pengantin dari berbagai daerah di Jawa Timur. Mandi kembang dengan tujuh warna dan tempat rujak yang berumur ratusan tahun.

Galeri Nusa Tenggara Timur memajang salah satu kanon atau meriam peninggalan Portugis. Ada alat musik drum zaman dulu berbahan tembaga. Kain tradisional khas NTT yang dipakai pahlawan atau pangeran dengan warna cokelat, hitam, dan merah. Ada juga pedang pangeran dan perhiasan cincin, dan gelang yang dipakai para keturunan kerajaan. Galeri Nusa Tenggara Barat menyajikan berbagai topeng khas daerah tersebut. Bentuk topeng hampir mirip dengan Bali. Begitu juga dengan keseniannya. Ada juga patung kesuburan yang berumur 1500 tahun dan kurungan yang indah. Beberapa keris khas lombok juga ada.
Galeri Sumatra memajang umbu, tempat pakaian yang mirip peti mati serba kayu tanpa paku. Ada juga tempat pengikir gigi untuk upacara potong gigi daerah Sumatra.

Galeri Papua banyak menyajikan benda yang bersifat spiritual. Salah satunya bulu dan tulang kaswari.
Galeri khusus wayang menceritakan sejarah wayang di Indonesia. Bahkan, Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam dan al quran lewat wayang. Ada juga buku sejarah al quran. Galeri Asia memajang piring-piring dinasti Cina. Galeri Sulawesi memajang patung tau tau khas Toraja. Patung yang ditaruh di perbukitan ini, seolah-olah dianggap arwah yang belum meninggal. Ada juga pedang bawah laut yang ditemukan di perairan Sulawesi. Ada juga penolak bala dan topeng kematian. Galeri Kalimantan menyajikan sejarah Mandau dan orang Dayak.

Galeri Kolonial Belanda zaman VOC menyajikan benda-benda yang digunakan waktu penjajahan. Ada koin dan uang dengan empat bahasa, Inggris, Belanda, Cina, dan Arab. Berbagai topeng para pejabat Belanda yang sempat menjabat di Indonesia. Galeri Majapahit memajang berbagai jenis keris zaman kerajaan Majapahit dan ada juga gada Gajahmada. Galeri keris memajang berbagai koleksi kepala keris di berbagai daerah di Indonesia. Galeri topeng dengan berbagai karakter mulai dari binatang, punakawan, dan raja. Galeri batik memajang batik khas di Indonesia seperti batik Bali, Solo, Pekalongan, Yogyakarta, Lombok, bahkan batik Toraja yang berumur 600 tahun. Di akhir perjalanan museum, pengunjung akan melihat patung Yene yang ditemukan di Kepulauan Leti yang kini sudah tenggelam. Patung tersebut dulunya digunakan sebagai sarana upacara dengan menggunakan darah manusia

Elly berharap, suatu saat apa yang sudah dikumpulkan dalam museum d’topeng dapat dijadikan tempat pembelajaran kebudayaan Indonesia bagi anak-anak generasi masa depan bangsa. –ast

koran tokoh, edisi 662, 26 s.d 1 okt 2011

Senin, 19 September 2011

Harapkan Pemerintah Subsidi Vaksin HPV untuk Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan penyakit kanker yang menduduki urutan kedua terbanyak setelah kanker payudara yang diderita perempuan di dunia termasuk di Indonesia. Menurut WHO, tiap tahunnya terdapat 500.000 kasus baru kanker serviks dimana separuhnya berakhir dengan kematian. Di Indonesia, lebih dari 70 % kasus kanker serviks ditemukan saat sudah stadium lanjut, dengan angka kejadian tiap satu jam seorang perempuan meninggal karena kanker serviks. Penyebab kanker ini infeksi human papillomavirus (HPV). Penyakit ini dapat dicegah melalui vaksin HPV dan deteksi dini pap smear. Demikian dipaparkan Ketua Persatuan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI) dr. Made Suyasa Jaya, Sp.OG (K). di depan 106 kepala sekolah dan komite SMP-SMA se-Kota Denpasar dalam ”Seminar Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja di Sekolah,” Jumat (16/9) di Inna Grand Bali Beach Sanur.

Berdasarkan data tahun 2007, yang paling banyak mengakses internet adalah remaja. Ironisnya, kata dia, hanya 20% untuk mengakses masalah-masalah pendidikan. Sisanya 80% digunakan untuk membuka situs porno. ”Kembali lagi kepada tanggung jawab keluarga yang memberikan karakter individu tersebut. Jangan hanya sibuk bekerja, tapi melupakan tugas sebagai orangtua. Populasi remaja sangat tinggi. Kami mendapatkan pasien seorang siswi SMP hamil tiga bulan, ibunya menangis histeris,” paparnya. Kehamilan remaja ujung-ujungnya aborsi yang tidak sehat. Selain itu infeksi mengancam nyawa. Data yang dikantongi sebagai dokter yang bekerja di bayi tabung, sekitar 80% penyebab fertilitas (kemandulan) karena infeksi. Bahkan, kata dia, infeksi penyakit menular HIV/AIDS sudah menginfeksi remaja usia 16 tahun. ”Anak SMP sudah biasa pergi ke lokalisasi,” tandasnya. Ironisnya, penderita kanker selalu datang dalam keadaan stadium lanjut.
Ia menyebutkan, dari semua kanker yag ada, hanya kanker serviks yang bisa dilakukan deteksi dini. Namun, ia menyayangkan, para ibu malas untuk pap smear. ”Sekarang sudah ada vaksin HPV. Peluang melawan kanker lebih besar. Vaksin HPV dilakukan sebanyak tiga kali, pada bulan ke pertama, kedua dan ke tujuh,” ujarnya.
Ia menegaskan, semua perempuan wajib divaksin karena siapa saja bisa kena. Virus ini menular lewat kontak seksual berganti-ganti pasangan. Data menunjukkan sekitar 300 PSK di Denpasar malah sudah terkena kanker serviks, dan mereka tetap melakukan pekerjaan.
Menurutnya, pencegahan kanker serviks dapat dilakukan di sekolah ”Sekolah merupakan pilihan tepat dijadikan gerbang awal untuk eradikasi kanker serviks,” ujarnya. Idealnya, kata dia, vaksinasi dilakukan pada remaja putri yang belum kontak seksual. Untuk itu, POGI Cabang Denpasar melakukan gerakan vaksinasi berbasis sekolah dengan memberikan biaya vaksinasi yang jauh sangat ringan dibandingkan harga normalnya. ”Tiga kali vaksin siswa hanya dikenai biaya Rp 1 juta. Biaya juga bisa dicicil, yang pertama Rp 500 ribu, kedua Rp 300 ribu, dan ketiga Rp 200 ribu,” jelasnya. Ia berharap, sekolah memanfaatkan kesempatan ini untuk menyosialisasikan kepada siswa dan orangtua mereka.

dr. Made Darmayasa, Sp.OG (K) mengatakan, tantangan remaja sekarang berbeda dengan remaja dulu. Orangtua tidak bisa lagi hanya menentukan di awal tapi harus kuat dan membidikan sasaran yang tepat seperti busur menbidikan anak panah. Fakta kasus HIV/AIDS tahun 2004. Sudah ada program pencegahan agar tiga tahun ke depan hasilnya lebih baik. Namun, sekarang Bali malah menduduki urutan kedua di Indonesia dalam kasus HIV/AIDS. HIV akan menjadi pandemi global jika tidak dilakukan pencegahan. Kekerasan seksual menimpa anak-anak. Begitu susahnya menjaga alat reproduksinya sendiri. Malah remaja usia 14 tahun hamil karena diperkosa iparnya sendiri. Pelaku KDRT bukan orang jauh tapi orang terdekat. Usia yang dianggap rawan kematian karena kanker serviks 40 sampai 50 tahun. Korban HIV/AIDS meninggal usia termuda 16 tahun.
Menurut dokter Made Suyasa Jaya, program vaksin kanker serviks masuk sekolah ini merupakan program yang pertama di Indonesia dan Denpasar sebagai pilot project. Sekolah yang sudah menjalankan program ini, sekolah Tunas Daud.
Vonny Susanta bagian bidang pengembangan sekolah Tunas Daud mengatakan, ceramah kesehatan reproduksi ini sudah dilakukan saat orientasi sekolah siswa SMP Tunas Daud. POGI juga sudah melakukan tatap muka dengan para orangtua saat konferensi orangtua di Tunas Daud. ”Karena yang bisa divaksin mulai usia 10 tahun – 55 tahun. Kami juga meminta bukan saja siswi SMP, tapi siswi kelas 5 SD dan SMA. Bahkan para orangtua juga ikut vaksin. Para orangtua dikenai biaya Rp 1,8 juta untuk tiga kali vaksin,” katanya.
Menurut dokter Made Suyasa Jaya, untuk siswa memang cukup membayar 1 juta. Khusus orangtua dikenai biaya Rp 1,8 juta atau Rp 600 ribu sekali vaksin. POGI tidak mengambil keuntungan sepeser pun. Harga vaksin ini memang mahal. Satu kali vaksin sebenarnya harganya Rp 1 juta. Ini sebagai kepedulian POGI untuk masa depan generasi bangsa.
Wakasek SMAN 2 Denpasar I Gusti Ngurah Arjana mengatakan, memang vaksin ini perlu dan sangat mendesak, tapi harganya sangat mahal. Bagaimana mau membayar vaksin, SPP saja masih nunggak. Kalau bisa harga diturunkan atau dapat subsidi dari pemerintah.
Mudita, guru SMAN 6 Denpasar mengatakan, banyak sekali persoalan remaja. Pendidikan karakter mau masuk kurikulum, berlalu lintas, begitu juga kesehatan reproduksi. Banyak sekali yang akan masuk kurikulum. Apa yang harus dilakukan.
Tri, guru sekolah Taman Rama menanyakan, apa jenis vaksin yang akan diberikan POGI. Apakah ada efek sampingnya?

Ketua Komite SMAN 2 Denpasar Prof. A.A. Gede Agung mengatakan, disamping sosialisasi kepada sekolah dan orangtua, perlu juga dilakukan kerjasama dengan Depkes, Pemprov. Bali, DPRD untuk bersama-sama ikut mengatasi masalah ini terutama subsidi biaya vaksin. Untuk memasukkan ke kurikulum juga perlu kebijakan DPRD karena semua ada kaitannya dengan kepentingan politik. “Program jelek saja bisa berjalan, apalagi ini program bagus untuk generasi muda ke depan,” ujarnya.
Komite SMPN 5 Denpasar Murjana mengatakan, baru pertamakali mendengar ada vaksin kanker serviks. Mungkin perlu disosialisaskan lebih banyak. Kurikulum sekolah sangat padat bagimana kalau dikemas dengan model lain untuk tolok ukur kebijakan ke depan.
Pengurus Yayasan SMK Rekayasa Ngurah Sundia mengatakan program ini sangat baik. Namun, kata dia, sebagian besar siswa yang masuk ke sekolahnya berasal dari keluarga yang pas-pasan. ”Kami berharap agar bisa subsidi dari pemerintah,” katanya.
Komite SMA PGRI 2 Denpasar Ketut Kontra berharap, agar kesehatan reproduksi masuk kurikulum. Menurutnya, pemerintah masih mencari-cari bentuk pendidikan yang cocok. Ganti menteri ganti kurikulum. Remaja usia labil. Mereka sulit mengambil keputusan tepat. Ia meminta pemerintah memangkas kafe dan lokalisasi.
Ketua Komite SMAN 8 Denpasar A.A. Ngurah Widiada mengatakan, sudah dua kali ikut workshop POGI. Sebagai orang awam ia membayangkan sangat ngeri suasana yang bakal terjadi ke depan jika terjadi pandemi kanker serviks. Ia menyarankan, pengurus POGI sebaiknya datang sosialisasi ke DPRD dengan data-data karena sebagai artikulasi terhadap kebijakan ada anggaran yang bisa diposkan ke Pemkot dan Gubernur Bali. Sebagai anggota legislatif ia sangat mendukung program ini.
Ketua Komite Taman Rama A.A. Puspa mengatakan bagaimana dengan biaya vaksin untuk anak-anak di pedesaan karena justru sebagian besar yang terkena orang-orang yang tinggal di desa. Sebaiknya POGI mengandeng pihak ketiga seperti para pengusaha untuk melakukan CSR sehingga biaya vaksin bisa tertalangi.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Denpasar Dr. Ir. I Putu Rumawan salain, M.Si mengatakan, antusias terhadap program vaksinasi kanker serviks berbasis sekolah ini. “Makin banyak remaja putri yang tervaksinasi maka cita-cita menuju Bali bebas kanker serviks 2010 dapat tercapai,” katanya.
Rumawan Salain sangat setuju dengan usulan Agung Puspa agar POGI menjalin kerja sama dengan pihak ketiga. Yayasan Smansa siap membantu.

Dokter Made Suyasa Jaya mengatakan, sudah mengajukan penawaran ke Sosro. ”Kami sangat berharap para pengusaha turut membantu untuk meringankan biaya vaksin ini,” ujarnya.
Ia setuju pendidikan karakter masuk ke ke kurikulum. Lebih baik mendidik orang bodoh daripada orang jahat.
Ia menyebutkan, semua vaksin kanker serviks sama saja hanya beda merk. Efek samping sangat rendah. Namun, kata dia, jarang terjadi. Vaksin ini berbeda karena dihasilkan dari rekayasa genetika sehingga tidak ada reaksi panas setelah divaksin.
Menurutnya, gerakan sekarang ini memang tidak tampak hasilnya seketika. Namun, ke depan, dapat dilihat dari menurunnya angka kematian kanker serviks. Ini yang bisa dilakukan POGI. Sekarang giliran pemerintah untuk turut berpartisipasi. Kalau bisa masuk APBD bisa gratis. Awal membangun program ini ia mengaku sempat pesimis mengingat harga vaksin mahal. Mudah-mudahan Pemprov Bali turut memberi subsidi. Hongkong bisa sukses dalam gerakan ini karena dibiayai pemerintah.

Dokter Darmayasa berharap, tiap sekolah ada guru dan siswa sebagai juru bicara yang mengampanyekan ini sehingga POGI tidak perlu lagi sosialisasi tiap tahun. Pencegahan ini juga harus didukung dengan kebijakan terkait. POGI tidak bisa menyelesaikan semuanya.
Rumawan Salain menilai ini merupakan tanggung jawab pemerintah. Sampai sekarang belum ada juklak atau wacana besar upaya untuk menangani kanker serviks ini. “Kami di dewan pendidikan sudah menularkan isu ini ke Dewan Pendidikan Klungkung. Kami juga sudah bicara dengan Dewan Pendidikan Badung. Malah Dewan Pendidikan Bangli sudah minta agar POGI segera sosialisasi. Dewan Pendidikan Kota Denpasar sudah mendampingi POGI ke DPRD Kota Denpasar dan melapor ke Walikota Denpasar agar ada anggaran yang bisa dimasukkan ke APBD,” paparnya. -ast

Koran Tokoh, Edisi 661, 19-24 September 2011

Senin, 12 September 2011

Kisah Koh, Penderita Gangguan Jiwa


Laki-laki berkulit sawo matang dan berperawakan sedang ini, dulunya terkesan sangat ramah dan terlihat cerdas. Orangnya sangat aktif dalam berbagai diskusi. Namun, beberapa hari, ia terlihat sangat pendiam. Di kantor ia tak banyak bicara. Ia terlihat murung dan pandangannya kosong. Melihat tingkah Koh, sebut saja begitu nama laki-laki itu, Gunadjar, salah seorang temannya mencoba bertanya ada apa gerangan. Koh mulai mencurahkan kegalauan hatinya sambil ditemani rokok kretek sampoerna kesukaannya. Ia terlahir 11 bersaudara. Sejak bapaknya mengalami kecelakaan dan kakinya harus diamputasi, Koh menjadi tumpuan hidup keluarganya. Ibunya berjualan kain keliling. Namun, tetap saja tidak menutup kebutuhan sekolah dan keperluan sehari-hari keluarganya. Koh sangat berharap, ia dapat meringankan beban ibunya itu. Tapi hasilnya tetap tidak maksimal karena biaya pengobatan bapaknya dan biaya sekolah adik-adiknya belum menutupi.

Selain masalah keluarga, Koh juga mencurahkan kesedihan hatinya karena gadis yang ditaksirnya tidak meresponnya sama sekali. Koh mengaku, kedua masalah ini sangat membebaninya. Bahkan, kata Gunadjar, masalah berat ini, membuat Koh sampai tidak tidur berhari-hari. Tingkah Koh, mulai menarik perhatian Gunadjar ketika dia membuat laporan. ”Biasanya tulisannya sistematis, baik, dan enak dibaca. Namun, sekarang banyak kejanggalan. Ketika dia membuat laporan tentang pembuatan bak ikan hias air tawar, ia mengatakan bak dalam bentuk fisik seperti bemo. Aku ingat, sebelum ke lapangan kami ngobrol bercanda tentang bemo. Kok, bemo bisa masuk ke tulisan,” tutur Gunadjar. Melihat banyaknya kejanggalan, Gunadjar mencoba berkonsultasi ke dokter jiwa. Menurut dokter, diduga Koh mengalami gangguan jiwa. Beberapa orang yang sering datang ke kantor dan melihat Koh, juga menyarankan agar ia sebaiknya diperiksakan ke dokter ahlinya. Setelah dibawa ke dokter ahli jiwa, Koh dinyatakan menderita skizofrenia dan perlu penanganan serius.

Menurut Gunadjar, Koh sehari-harinya tinggal di kantor. ”Kebetulan kami ada beberapa kamar di kantor yang bisa dijadikan tempat tidur,” kata Gunadjar. Suatu hari, Gunadjar menemukan tindakan Koh yang sangat berbahaya. Koh melakukan chatting dengan teman-temannya di internet. Tapi dari penuturan beberapa temannya kepada Gunadjar, apa yang disampaikan Koh sangat tidak nyambung. Mereka bingung. Setelah chatting, Koh mem-print out hasil obrolan itu dan membakarnya di atas kompor di dapur. Gunadjar yang kebetulan sedang di kantor dan ingin ke toilet kaget karena melihat ada asap. ”Ada apa ini, kok di sini membakar kertas. Bisa-bisa terjadi kebakaran,” tutur Gunadjar. Dengan santainya Koh menjawab, ” Aku lagi menghilangkan berkas. Ini diskusi penting dan gawat.”. Gunadjar penasaran dengan isi berkas itu. Salah satu berkas yang belum terbakar dibacanya. Ia sendiri geleng-geleng kepala karena isinya tidak karuan. Melihat gelagat yang tidak baik, Gunadjar segera berkomunikasi dengan beberapa teman kantornya. Mereka tidak bisa mengawasi Koh tiap waktu. Walau pun Koh sudah diberi obat oleh dokter jiwa, tapi Koh harus tetap diawasi karena bisa membahayakan. Setelah berkonsultasi lagi ke dokter jiwa, Koh disarankan di bawa ke RS Jiwa Bangli. Menurut pemeriksaan dokter dari RS Jiwa Bangli, Koh dinyatakan positif mengalami gangguan jiwa dan harus dirawat. Menurut dokter di sana, Koh perlu waktu sekitar dua tahun untuk pemulihan. Setelah ditinggal Gunadjar pulang, Koh sempat menangis tidak mau dirawat di RS Jiwa Bangli. Dokter menyuntiknya agar Koh lebih tenang dan tidak meraung-raung.

Sekitar dua bulan kemudian, dokter RS Jiwa Bangli menelepon Gunadjar, Koh dikabarkan kabur. Gunadjar langsung menyusul ke Bangli dan mencari ke seluruh kantor polisi di Bangli. Dua hari kemudian, Koh muncul di kantor. Gunadjar kaget tapi bersyukur Koh selamat. Walau pun sulit, Gunadjar tetap mencoba berkomunikasi dengannya. Ia menanyakan kepadanya, kenapa ia lari dari RS Jiwa Bangli. Koh mengaku, tidak diperbolehkan masak sehingga ia tidak betah di sana. Hanya alasan itu ia tidak betah. Atas saran beberapa teman, Gunadjar mencoba mencari orang pintar yang bisa mengobati Koh secara spiritual. “Ada makhluk halus yang mendiami kantor yang menyayangi Koh,” ujar ahli spiritual tersebut kepada Gunadjar. Koh diharuskan melakukan pengobatan nonmedis sperti mandi ke laut dan beberapa upacara persembahyangan digelar di kantor. Namun, upaya tersebut belum juga membuahkan hasil. Akhirnya Gunadjar sepakat membawanya kembali ke RS Jiwa Bangli.

Untungnya, dengan surat keterangan tidak mampu, Koh mendapatkan perawatan gratis di RS Jiwa Bangli. Seminggu sekali Gunadjar dan beberapa teman rutin menengoknya. Namun, belum ada satu setengah bulan, Koh kembali dinyatakan kabur. Gunadjar sangat kaget mendapat telepon dari Jakarta yang menyatakan Koh sedang berada di sana. Seorang teman Gunadjar mengatakan, dia melihat Koh membawa tas plastik sambil mengumpulkan sampah menaruhnya di pojokan. Orang-orang yang melihat di sekitarnya khawatir dengan isi kantong plastik tersebut dikira benda yang berbahaya. Atas bantuan seorang teman, Koh berhasil dipulangkan ke Bali dengan selamat. Gunadjar langsung menjemputnya di Terminal Ubung. Koh terlihat sangat kotor dan tak terawat dengan rambutnya yang gondrong. Setelah tiba di kantor, Koh diberikan kesempatan rileks sebelum diminta penjelasan bagaimana caranya ia sampai ke Jakarta. Dengan cueknya Koh menjawab, saat bus berhenti, dia langsung lari saja. Koh ditanya maunya apa. Ia mengatakan ingin tetap tinggal di sana tidak mau lagi kembali ke RS Jiwa Bangli. Koh diberikan izin, asal dia mau menuruti nasihat dan tidak lagi main api atau berbuat hal-hal yang membahayakan. Ibu dan bibinya Koh sempat menengoknya. Suatu ketika Koh diajak makan oleh Gunadjar. Saat makan, Gunadjar mengambil bungkusan krupuk dan menghancurkan dengan tangan. ”Krek”. Namun, tiba-tiba Koh bereaksi aneh,”Apa maksudnya ini,” katanya dengan nada marah. Gunadjar bingung,

Contoh lain dilukiskan Gunadjar tenatng sikap Koh yang aneh. Ketika sedang terjadi obrolan beberapa orang, tiba-tiba Koh bangun dari kursi dan mengambil sandal, sepatu, atau kayu dan ditaruh di atas kursi tempatnya duduk sambil berkata,” Saya permisi ini wakil saya.”
Suatu ketika, Koh menanyakan alamat gadis yang ditaksirnya dulu kepada Gunadjar. Karena tidak diberitahu, Koh marah dan pergi seharian tidak balik lagi ke kantor,. Tiba-tiba esoknya dia datang dengan tampang seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. seeprti tak ada apa-apa.
Gunadjar sempat menelepon gadis itu dan menanyakan apakah Koh datang ke sana. Ternyata tidak.
Saat ibu dan bibinya datang, Koh tampak normal. Dia menjawab obrolan mereka dengan baik. Setelah ibunya pulang, komunikasi dengan Gunadjar pun terlihat nyambung. Gunadjar bingung dengan kondisi Koh yang berubah-ubah. Beberapa teman di kantor malah berpikiran, Koh hanya pura-pura untuk mencari perhatian.
Gunadjar kembali berkonsultasi ke dokter jiwa dan psikolog, hasilnya Koh tetap dinyatakan sakit. Kalau dibawa ke RS Jiwa Bangli, nanti Koh melarikan diri lagi. Koh tetap tinggal di kantor.

Beberapa bulan kemudian, Koh minta pulang ke kampung halaman untuk liburan. Ia dijemput saudaranya. Setelah selesai liburan Koh kembali ke kantor dan tinggal lagi di sana. Suatu ketika, Gunadjar dan teman-teman ada acara ke Buleleng. Di Kantor hanya tinggal Koh dan office boy. Mereka bertengkar gara-gara office boy menyembunyikan tabung gas karena takut Koh melakukan hal aneh. Koh marah dan melempar kaca. Mereka bertengkar dan berkelahi. Tangan Koh patah. Koh akhirnya dibawa ke Besakih untuk diurut. 20 hari setelah kejadian itu, Koh minta pulang dengan kondisi tangannya belum sembuh benar. Anehnya, kata Gunadjar, office boy bersikap aneh ketika Koh pulang. Dia seperti ketakutan luar biasa, berlari-lari ke sana kemari di kantor, seperti ada yang mengejar dan bersembunyi di bawah meja. Ada apa lagi ini, pikir Gunadjar. Setelah dibawa ke dokter jiwa, office boy dinyatakan menderita gangguan jiwa ringan. Akhirnya, kembali ritual nonmedis menjadi pilihan.

Malam sebelum ritual tiba-tiba Koh datang. Tangannya sembuh dan penampilannya bersih tidak seperti waktu dia sakit. Setelah Koh datang, prosesi ritual mulai dilakukan di pura dekat kantor. Office boy menangis tersedu-sedu mengapa dia mengalami kejadian seperti itu. Gunadjar memopongnya untuk duduk karena dia terlihat lemas. Tiba-tiba dari tubuh office boy keluar keringat yang berbau nanah. Melihat kejadian aneh tersebut, Gunadjar menanyakan kepada mangku yang memimpin ritual tersebut. Office boy disuruh meminta maaf atas semua kesalahan yang dia sudah perbuat. Ternyata, dia pernah membunuh monyet dan anjing di sana tanpa sepengetahuan orang lain. Namun, kondisi office boy belum ada perubahan sehingga akhirnya diputuskan di bawa ke RS Jiwa Bangli. Setelah beberapa bulan di RS Jiwa Bangli, dokter menyatakan office boy sudah ada perubahan yang baik. Akhirnya, atas kesapakatan, office boy kembali ke kantor.

Namun, anehnya sampai di kantor, office boy kembali ketakutan dan sembunyi di bawah meja. Akhirnya, atas pertimbangan keluarga, office boy pulang ke kampung halamannya. Walau pun Kos kembali ke kantor kondisi mentalnya masih belum normal. Keprihatinan membuat Gunadjar dan teman-temannya tetap menerima Koh kembali ke kantor. Mereka ingin membantu Koh bisa kembali normal karena ia tidak mau lagi di bawa ke RS Jiwa Bangli. Koh mau menurut tidak melakukan hal yang membahayakan. Koh diberi tugas untuk menyapu dan bersih-bersih di kantor. –ast

Koran Tokoh, Edisi 659, 4-9 September 2011

Kamis, 01 September 2011

Lahir Sungsang bisa Sebabkan Lumpuh

Bayi yang lahir sungsang bisa menyebabkan lumpuh,” kata Dokter Ahli Saraf dr. I G.P. Purwa Samatra, Sp. S. Seharusnya, kata dokter Purwa, saat lahir kepala bayi yang muncul duluan, bukan bagian tubuh lainnya seperti kaki atau pantat. Kelainan waktu lahir ini, kata dia, dapat memicu kelainan saraf yang dapat menimbulkan kelumpuhan pada bagian tubuhnya. Namun, menurutnya, jika segera ditangani dokter, kelainan saraf tersebut tidak menimbulkan efek yang buruk, tubuh pasien bisa normal kembali. “Bayi yang lahir sungsang dengan kaki yang muncul duluan dapat juga disebabkan karena pendarahan di otaknya saat lahir,” kata mantan Ketua IDI Wilayah Bali ini.

Kelainan saraf ini dapat menimbulkan kelumpuhan pada kedua kaki bayi. Selain karena pendarahan otak waktu lahir, bisa juga disebabkan karena penyakit lain. Ironisnya, pasien sering terlambat datang berobat. Setelah bayi berusia tiga bulan baru dikonsultasikan karena ada kelainan. Gejala kelumpuhan ini, kata dokter Purwa, bisa dilihat dari tingkah bayi yang tidak normal seperti tangan atau kakinya tidak bergerak. ‘Gejala ini sudah dapat terlihat ketika bayi baru lahir. Salah satu organ tubuhnya tidak bisa bergerak normal,” katanya.
Selama menjadi dokter saraf, ia menemukan 10 pasien dengan kasus seperti ini. Untungnya, pasien segera berobat sehingga bisa ditangani segera mungkin dan dapat normal kembali.

Ia menambahkan, penyakit lumpuh ini bisa juga disebabkan karena penyakit bawaan. ”Perkembangan motorik bayi sudah terganggu sejak dalam kandungan. Begitu bayi lahir langsung muncul kelainan. Bisa saja orangtuanya lahir normal, sedangkan bayinya tidak,” jelasnya. Ia menyarankan, jika ditemukan kelainan pada bayi segera konsultasikan ke dokter. Jangan sampai usianya lebih dari sebulan. Makin lama ditangani makin sulit dalam penanganannya. Namun, tak semua bayi yang lahir sungsang menyebabkan lumpuh pada salah satu organ tubuhnya. “Mungkin kebetulan jalan lahirnya bagus dan juga tergantung sikap penolongnya yang sesuai prosedur,” jelasnya. Namun, dengan perkembangan teknik kedokteran yang makin canggih, seksio dapat menjadi pilihan bagi janin yang berada dalam posisi sungsang di dalam perut ibunya untuk menghindari hal buruk yang mungkin terjadi.

Pada prinsipnya, penanganan lumpuh secara umum, berdasarkan ketepatan diagnosa dan penanganan cepat. Makin cepat makin baik. ”Jika terlambat, bisa menimbulkan kecacatan tidak bisa beraktivitas, cacat tapi bisa beraktivitas, bisa beraktivitas tapi tidak terampil. Kalau sudah terjadi kelumpuhan, sulit untuk bisa normal kembali,” paparnya lebih jauh. Menurutnya, kelainan saraf sangat cepat menyebabkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. “Kelainan saraf berhubungan dengan dengan lancarnya aliran darah ke otak. Begitu cepat dialiri darah, organ tubuh dapat berfungsi normal kembali seperti pada kasus stroke,” jelasnya.
Pada dasarnya, ada beberapa penyebab lumpuh, kelainan di otak, batang otak, dan di sumsum tulang belakang. Tipe kelumpuhan berbeda-beda. Jika kelainan di otak dan batang otak akan mengalami kelumpuhan setengah tubuh. Jika kelainan di sumsum tulang belakang, kelumpuhan akan terjadi pada kedua tangan, kedua kaki atau keempat-empatnya.

Penyakit-penyakit yang ada di otak bisa infeksi, stroke pada orangtua, atau kecelakaan cedera kepala berat dan tumor otak. Kasus yang banyak sekarang ini,kata dia, menurunnya daya tahan tubuh karena infeksi HIV bisa menyebabkan kelainan pada otak dan batang otak.
Kelainan sumsum tulang belakang bisa karena jatuh atau kecelakaan, infeksi, atau tumor.
Ia mengatakan, semua rumah sakit di kabupaten sudah menyediakan pelayanan saraf. Jika terjadi kempuluhan karena kelainan saraf segera di bawa berobat. Makin cepat makin baik dan bisa ditangani lebih baik,” ujarnya. –ast

Koran tokoh, edisi 658, 28 agustus s.d 3 september 2011