Minggu, 11 Desember 2011

Tuna Grahita Belajar Kepandaian Hidup agar Mandiri

Pasien dengan kasus gangguan keterbelakangan mental seringkali datang berobat ke RS Sanglah dalam kondisi yang sudah parah, baik itu ke poliklinik maupun IRD. Kunjungan berkisar 10 kasus per hari. Kasus terbanyak, gangguan keterbelakangan mental atau retardasi mental. Kasus depresi dan cemas jumlahnya lebih sedikit, termasuk kasus pada anak. Demikian diungkapkan ahli jiwa dr. Lely Setyawati, Sp.K.J (K). Retardasi mental atau biasa disebut kekurangan kepandaian memakai standar IQ. Biasanya, kata Dokter Lely, IQ mereka kurang dari 70. “Kategori kasus ringan mereka masih bisa diajarkan belajar kepandaian hidup yang tujuannya setelah dewasa mereka bisa mandiri dan tidak tergantung lagi,” jelas dokter Lely.

Ia menyayangkan, semua kasus gangguan keterbelakangan mental sering disamaratakan dengan idiot. Padahal, idiot merupakan gangguan keterbelakangan mental yang paling berat dengan IQ di bawah 20. “Nilai IQ 50-70 termasuk gangguan keterbelakangan mental ringan yang masih bisa dilatih. Mereka dilatih di SLB C, dengan model pengajaran satu per satu untuk mengetahui sejauh mana kemampuannya termasuk hobinya. Tujuannya, agar penderita tunagrahita mampu berjuang bertahan hidup,” ujarnya. Ia menyebutkan, dilihat dari pertumbuhan grafik secara umum, sekitar 70% -80% anak-anak memiliki IQ normal. Hanya 10% anak yang memiliki IQ superior di atas normal, dan 10% anak yang ber-IQ rendah. IQ normal berkisar di atas 90-110, batas 70-90 disebut IQ borderline.

Ia menyebutkan dua penyebab retardasi mental. Penyebab primer dibawa sejak lahir dan penyebab sekunder karena menderita penyakit radang otak saat berusia di bawah dua tahun. “Penyakit radang otak dapat menurunkan kecerdasan bayi yang berakibat terjadi gangguan keterbelakangan mental yang bersifat permanen,” paparnya lebih jauh.
Gangguan kecacatan mental secara bawaan dari lahir memang bisa dideteksi mulai dari dalam kandungan. Namun, dilemanya, kata dia, kapan bisa mendeteksinya. Ketika ditemukan kasus usia kehamilan 2-5 bulan dan sudah terbentuk janin, apakah tega untuk dibunuh. Hukum juga melarang aborsi. Ia menegaskan, ada satu kalimat bijaksana yang perlu ditekankan untuk membangun motivasi bagi orangtua yang memiliki anak tuna grahita. “Memunyai anak cacat mental bukanlah kiamat. Mereka dapat dilatih untuk diberdayakan.” Anak yang pandai bermain musik hidupnya tetap berguna. Anak yang jago melukis bisa membuat pameran. Anak yang memunyai fisik yang kuat dapat dilatih olahraga. Itu juga merupakan prestasi. -ast

Koran Tokoh, Edisi 673, 11 s.d 17 Desember 2011

Minggu, 04 Desember 2011

Rani Paramitha Iswara Maliawan

Lulusan Terbaik FK Unud 2011

“Dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan”. Kalimat ini selalu tergiang di kepala dr. Rani Paramitha Iswara Maliawan, S.Ked. Lulusan terbaik Fak. Kedokteran Unud yang diwisuda (26/10) ini sudah siap konsekuensinya menghabiskan waktu belajar untuk meraih cita-citanya menjadi dokter dan menjadi kebanggaan keluarganya. Bahkan, kata peraih IP 3,88 ini, nama besar ayahnya Prof. Dr. Sri Maliawan, Sp.B.S. membuatnya makin terpacu untuk meraih sukses.

Ia mengaku ada rasa malu, jika tak bisa meraih nilai yang bagus. Dukungan, semangat, dan kegigihan sang ayah banyak memberinya motivasi untuk menjadi yang terbaik.


Rani mengaku tak punya resep khusus dalam belajar. Semua ia jalani dengan santai. Ada satu hal penting yang ditekankan gadis yang suka aerobik ini. Mengenal diri sendiri. Artinya, kapan otak bisa menerima pelajaran dan kapan otak sudah jenuh, yang artinya jangan dipaksa. Rani selalu menyiapkan waktu dua jam untuk belajar. Waktunya tidak tentu, tergantung mood. Sehari sebelum kuliah, ia selalu menyempatkan diri membaca mata kuliah yang akan diajarkan besok.

Ia mengatakan, kuliah di Fak. Kedokteran lebih banyak diberikan diskusi kelompok. “Mahasiswa harus aktif belajar sendiri. Tinggal pilih, mau pintar atau ketinggalan, semua pilihan ada pada kita,” ujar kakak Made Gemma Daniswara Maliawan dan Rataya Paramitha Maliawan ini. Ada satu kebiasaan sejak kecil yang menurut Rani, telah menumbuhkan semangat belajarnya. “Kami dibiasakan sejak kecil belajar bersama di meja makan. Sampai besar, kami sudah terbiasa belajar walau pun tidak ditunggu dan tidak perlu disuruh lagi,” kata gadis manis usia 23 tahun ini. Apalagi, kata Rani, buku-buku kedokteran sebagian besar berbahasa Inggris. Menurutnya, mau tidak mau harus rajin membaca. Namun, bagi Rani, justru karena berusaha keras untuk mengerti dalam bahasa Inggris, pelajaran lebih lama mengena di otak. Ia mengatakan, satu hari harus dapat membaca sepuluh halaman.
Kepadatan kuliah kadang membuatnya jenuh. Hari Sabtu Minggu merupakan hari yang dinantinya, waktunya bersama keluarga. Biasanya, Rani sekeluarga makan bersama di luar atau nonton. Walau pun sudah dewasa dan kedua adiknya juga sudah remaja, mereka tetap tidak melewatkan kebersamaan bersama keluarga.

Bagi Rani, justru kebersamaan dengan keluarga makin mendorongnya untuk lebih bersemangat dalam meraih cita-citanya. Menurut ibunya Ketut Ayu Sanjiwani, ia selalu menerapkan komunikasi terbuka kepada ketiga anaknya. “Tiap pulang sekolah atau kuliah, atau pulang jalan-jalan bersama teman-temannya, pasti ada saja yang dceritakan termasuk urusan pacar,” kata Sanjiwani. Menurut Rani, kedua orangtuanya sangat bersikap demokratis. “Papa dan mama tidak pernah memaksakan keinginan mereka. Anak-anak sudah diberi kepercayaan dan kepercayaan itu kami jaga dengan baik,” ujar Rani. Bukan hanya kedekatan soal komunikasi, kebersamaan Rani bersama keluarga juga terjalin saat persembahyangan bersama. Menurut Rani, kedua orangtuanya selalu menekankan untuk bersyukur.
Sebelum menjadi co as, ia masih memunyai banyak waktu untuk menyalurkan hobinya senam aerobik. Malah, ia mengaku, dengan senam, semua kepenatan kuliah bisa teratasi. Setelah waktunya tersita untuk praktik di rumah sakit, waktu senggangnya makin menipis. Tiap ada kesempatan, naik sepeda menjadi pilihannya, main piano atau menyalurkan hobinya menyanyi. Waktu di SMA dulu, Rani tergabung dalam anggota paduan suara SMANSA Denpasar. Selain jago nyanyi, prestasi akademiknya saat SMA juga menonjol. Rani tercatat sebagai juara umum I saat kelas III di SMAN 1 Denpasar.

Ada satu kisah unik dikisahkan Sanjiwani ketika Rani bertugas di Puskesmas di salah satu wilayah di Kabupaten Bangli. Salah seorang anak guru di sekolah tempat ia tinggal sementara bertugas, begitu dekat dengannya. Anak tersebut sampai sakit lantaran Rani sudah mengakhiri tugasnya melakukan pengabdian di sana. Orangtua anak itu sampai kebingungan mencari Rani agar dapat bertemu. Untunglah mereka bisa dipertemukan. Anak itu berharap, suatu ketika dapat mengunjungi dokter Rani idolanya itu di Denpasar. –ast

Koran Tokoh, 672, 4-10 Desember 2011

Selasa, 22 November 2011

Sarah, Anak Kedua Nana Mirdad dan Andrew White

Selasa, 15 November 2011 merupakan hari yang istimewa bagi pasutri, Nana Mirdad dan Andrew White. Nana melahirkan anak keduanya, Sarah, berjenis kelamin perempuan dengan berat 3060 gram, panjang 49 cm. Sarah lahir pukul 16.30 di Prima Medika Hospital. Menurut Nana Mirdad, selama kehamilan anak keduanya ia lebih santai. Namun, sempat deg-degan ketika dokter mengatakan ada masalah dengan kondisi jabang bayi. Ia harus segera di operasi caesar. Dokter Putu Sarjana, Sp.O.G yang menangani kehamilan Nana dari pertama termasuk proses persalinannya mengatakan, berdasarkan hasil USG ada dua belitan yang dapat menghambat jabang bayi keluar lewat persalinan normal. Disamping itu, usia kehamilan Nana sudah 10 bulan dan tidak ada tanda sakit perut melahirkan. Akhirnya diputuskan untuk operasi caesar. Anak pertama mereka Jason yang kini sudah duduk di bangku TK kecil dilahirkan normal.

Menurut Andrew White, wajah Sarah lebih mirip kakeknya yang bule asli Australia. Nana Mirdad mengatakan sempat ngidam anak keduanya. “Saya ngidam masakan mama (Lidya Kandau),” ujar putri sulung pasangan artis Jamal Mirdad-Lidya Kandau ini. Sejak menikah 13 Mei 2006 Nana Mirdad dan Andrew White memutuskan tinggal di Bali. Selain disibukkan syuting beberapa sinetron, pasutri ini memiliki bisnis restoran dan resort di Bali. –ast

Koran Tokoh, Edisi 670, 20 s.d. 26 November 2011

Kiat Gemar Membaca

Banyak hal dapat dilakukan mendidik anak menjadi gemar membaca. Ada yang mengajarkan anaknya selalu membawa buku kemana pun pergi. Kiat lain, memiliki buku diari dan mencatat semua istilah atau kata baru yang ditemui. Ny. Suwitri Riyasse selalu membiasakan kepada putra-putrinya untuk membaca sejak kecil. Perempuan usia 82 tahun ini membiasakan anaknya mengenal bacaan dengan berlangganan koran. Balipost menjadi koran acuannya untuk mengetahui kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi. Tiap kata penting atau peristiwa baru selalu dilingkarinya, dan ia menganjurkan anak-anaknya untuk membacanya. Tiap pagi, membaca koran menjadi awal aktivitas rutinnya. Ia selalu mencontohkan hal tersebut kepada enam putra-putrinya. Halaman per halaman dibacanya dengan seksama, tanpa ada satu pun yang dilewati.

Ia mengatakan, dari koran ia banyak belajar kata baru dan perkembangan bahasa. Ketika suaminya pulang dari tugas luar kota maupun luar negeri, hadiah yang selalu dibawa adalah buku. “Bapak paling banyak membawa buku bahasa Inggris tentang pariwisata dan pengetahuan umum. Dari keinginan membaca, akhirnya saya dipaksa secara otomatis belajar bahasa Inggris,” ujar istri alm. I.G.P Riyasse ini. Banyak hal yang ia pelajari dari almarhum suaminya. Setiap ada istilah baru, ia selalu memberitahu anak-anaknya. Pesannya, kalau belum mengerti arti bahasa asing tersebut, lebih baik gunakan bahasa Indonesia. Bahkan, ketika kini Bu Riyasse sudah memiliki cicit, ia tetap memotivasi mereka untuk gemar membaca. “Tiap cucu dan cicit datang menengok saya, selalu saya beritahu istilah atau kata baru,” ujarnya. Bahkan, tak jarang, ia mengirim sms kepada cucunya, untuk membahas suatu topik yang dianggap menarik di koran. Begitu juga ketika melihat tayangan berita di televisi. Ia meminta pendapat anak, cucu, dan cicitnya. Ia memiliki buku diari yang khusus mencatat istilah baru yang ditemuinya. Beberapa buku koleksi miliknya dan almarhum suaminya tersimpan rapi dalam satu rak. Selain itu, buku teka teki silang (TTS) menjadi kegemaran perempuan yang masih sehat di usia senja ini. Hobinya ini sudah dilakoni sejak tahun 1980-an. Beberapa istilah di TTS kadang ia pertanyakan kepada cucu dan cicitnya, untuk mengetahui apakah mereka sudah mengetahui istilah –istilah tersebut. Kebiasaan gemar membaca yang dilakoni Bu Riyasse sudah menular kepada semua keluarganya. Bu Riyasse kini lebih sering meminjam buku kepada anak dan cucunya. Buku motivatasi dan kata bijak menjadi favoritnya.

Sedangkan kiat yang dilakukan I Wayan Adi Sudiawan, S.Pt. selalu membawa buku kemana pun ia pergi. “Menunggu periksa di dokter saya ajarkan anak-anak biasa membawa buku,” kata PNS yang juga penyiar radio ini.
Putri sulungnya yang kini sudah kelas 2 SMA sudah lancar membaca sejak TK. “Waktu usia anak masih balita, cara saya mengajar membaca lebih banyak dengan bermain. Misalnya, dalam pengenalan huruf saya menggunakan contoh langsung. Huruf A ada di buah apel,” ujarnya memberi contoh. Selain berlangganan koran, bapak Adiyani dan Divarani ini beruntung memiliki seorang teman loper koran. Tiap hari ia diberi majalah bekas gratis. Ada majalah tentang wanita, ilmu pengetahuan dan budaya. “Walaupun bekas, anak dan istri saya otomatis menjadi terbiasa membaca,” kata Adi. Pas liburan sekolah, ia mengajak keluarganya berkunjung ke perpustakaan daerah Bali. Ia mengatakan tak banyak memiliki dana untuk membeli buku secara rutin, kecuali buku pelajaran sekolah. Saat belanja ke mal, anak-anaknya selalu menyempatkan diri masuk ke toko buku. Walaupun tak membeli, mereka suka melihat-lihat buku.

Untuk mengetahui informasi berita, selain dari koran dan majalah bekas, ia memberi kesempatan anaknya belajar lewat internet. Ia menaruh komputernya di ruang keluarga sehingga ia bisa memantau apa saja yang dilakukan anaknya dengan internet. Adi selalu memotivasi kedua anaknya dengan cerita orang-orang sukses yang gemar membaca. “Saya katakan pada anak, bapak bisa seperti sekarang juga karena suka baca. Coba lihat orang asing kemana-mana selalu bawa buku. Mereka pintar karena suka baca,” kata Adi. Walaupun tak banyak, buku motivasi dan spiritual juga melengkapi koleksi perpustakaan mininya di lemari. –ast

Koran Tokoh, Edisi 669, 13-19 november 2011

Hindari Virus Hepatitis dengan Rajin Cuci Tangan

Penyakit Hepatitis virus cukup sering terjadi di Indonesia. Pengidap hepatitis B tidak menunjukkan gejala pada populasi yang tampak sehat di Indonesia dilaporkan berada pada kisaran 4-20,3%. Artinya, Indonesia termasuk negara dengan prevalensi infeksi virus hepatitis B yang tinggi. Dosen pengajar Mikrobiologi Klinik FK.UNUD/RS.Sanglah dr. Made Agus Hendrayana,M.Ked mengatakan, istilah hepatitis berarti keradangan pada organ hati. Penyebabnya bisa berbagai macam seperti virus, bakteri, parasit, akibat obat-obatan sampai alkohol. Jenis hepatitis dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, misal disebabkan oleh virus disebut dengan infeksi hepatitis virus.

Menurutnya, semua penyakit hepatitis berbahaya karena hati merupakan salah organ tubuh yang sangat vital, jadi apabila terjadi keradangan atau bahkan kerusakan pada organ hati akan bisa fatal akibatnya menimbulkan kematian. Hepatitis akibat infeksi virus berarti adanya proses keradangan pada organ hati akibat adanya infeksi virus yang menyerang hati.
Ia menyebutkan, hepatitis virus dikenal ada beberapa jenis, hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Masing-masing virus hepatitis memunyai karakteristik yang berbeda. Gejala penyakit yang ditimbulkan dapat bersifat akut yang biasanya disebabkan oleh hepatitis A dan E, serta ada yang bersifat kronis seperti pada hepatitis hepatitis B dan C. Hepatitis kronis akibat infeksi virus hepatitis B dan C dapat berkembang menjadi kerusakan hati yang lebih parah seperti sirosis hati bahkan menjadi kanker hati.

Infeksi oleh hepatitis A dan E bersifat akut menunjukkan gejala yang hampir sama. Hepatitis ini sering menginfeksi anak-anak karena daya tahan tubuhnya lebih lemah, walaupun orang dewasa juga bisa terkena. “Gejalanya yang ditimbulkan awalnya dapat berupa seperti flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, nafsu makan menurun dan kemudian baru menunjukkan gejala nyeri di perut kanan atas dan mata menjadi kuning. Apabila segera ditangani gejala dapat hilang dalam beberapa minggu,” papar Wakil Sekretaris IDI Cabang Denpasar
Infeksi oleh hepatitis yang kronis B dan C menunjukkan gejala yang hampir sama juga. Infeksi virus hepatitis B dan C tersebut dapat menyebabkan berbagai macam menifestasi klinik, mulai hepatitis akut, hepatitis kronis, sirosis hati, dan kanker hati. Menurutnya, banyak pasien yang terinfeksi hepatitis B dan C tidak menunjukkan gejala. “Sebagian besar penderita hepatitis B (sekitar 80%) bisa sembuh, namun tetap sebagai pembawa. Sedangkan sisanya sekitar 20% akan berkembang menjadi penyakit hati kronis antara lain hepatitis kronis, sirosis hati dan kanker hati,” jelas peneliti penyakit hepatitis ini.

Hepatitis A dan E dapat menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh virus hepatitis A dan E yang berasal dari feses penderita, misalnya makanan atau minuman yang tidak dimasak dengan baik. Sedangkan hepatitis B,C, dan D menular melalui kontak dengan darah penderita. Sumber penularan seperti darah atau produk darah dan cairan tubuh penderita yang mengandung virus hepatitis, sehingga dapat menular melalui hubungan seksual, penggunan jarum suntik, transfusi darah atau transpantasi organ yang mengandung virus dari penderita.

Sekretaris SMF. Mikrobiologi Klinik FK.UNUD/RS.Sanglah mengatakan, penanganan hepatitis akut A dan E secara mutlak memerlukan istirahat total, menjaga kondisi hati agar tidak bekerja keras dan meningkatkan kondisi tubuh. Dalam beberapa minggu gejala akan menghilang dan pasien menjadi sembuh.
Ia menyebutkan, saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama beberapa bulan setelah suntikan pertama, dan memerlukan vaksinansi ulangan memperoleh kekebalan yang lebih lama.
Untuk infeksi hepatitis B, kata dokter Agus, dapat diberi penanganan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B dimana obat-obatan ini sangat mahal harganya. Vaksin hepatitis B sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu dan juga memerlukan suntikan ulangan untuk memperkuat kekebalan yang ditimbulkan.
Ia menyarankan, untuk menghindari terinfeksi oleh penyakit hepatitis akut, rajinlah mencuci tangan dengan benar sebelum menyentuh makanan atau minuman. Masaklah makanan dengan baik dan matang sehinga virus menjadi mati. Hindari makanan dan minuman yang tidak terjamin kebersihannya. Melakukan kegiatan MCK pada tempatnya. Lakukan vaksinasi secara teratur

Untuk mencegah terinfeksi oleh hepatitis kronis seperti hepatitis B,C dan D, dapat dilakukan dengan mengurangi kontak erat dengan bahan-bahan yang berpotensi menularkan seperti darah atau cairan tubuh penderita. Selain itu, hindari pemakain jarum suntik bergantian. Melakukan aktifitas seksual yang aman. Melakukan pemeriksaan darah sebelum darah ditransfusikan atau donor. Pemeriksaan dini pada calon pasangan suami-istri atau calon ibu, dan melakukan vaksinasi. –ast

Koran Tokoh, Edisi 670, 20 - 27 6 november 2011

Jumat, 04 November 2011

70% Lulusan SLB-B Jimbaran Terserap Dunia Industri


Sekelompok siswa SMP terlihat sedang duduk di serambi kelas. Salah satu anak perempuan, terlihat menjadi bahan candaan teman-temannya. Entah apa yang dibicarakan mereka, remaja putri berkulit putih itu tersipu-sipu sambil mencolek lengan temannya. Ketika saya mendekat, mereka langsung memandang dengan heran. Saya langsung menyapa dengan salam sambil menyebutkan nama. Mereka masih memandang dengan muka merengut. Saya baru sadar, mereka tidak bisa mendengar suara saya. Humas SLB-B Jimbaran Gede Suweca segera membantu saya. Ia mengenalkan saya sambil menggunakan bahasa isyarat. Menurut saya, agak sulit berkomunikasi dengan mereka. Selain harus menguasai bahasa isyarat, berbicara harus dengan suara keras dengan penekanan pada mulut dengan jelas. Waktu itu, sekitar pukul 09.30, waktunya istirahat. Tak banyak siswa yang berkeliaran di halaman seperti layaknya siswa di sekolah normal. Sebagian besar siswa lebih memilih duduk di serambi kelas, sambil mengobrol dengan bahasa isyarat.

Menurut Suweca, siswa SLB-B lebih mudah diatur dan disiplin. “Pada dasarnya, siswa tunarunggu hampir sama dengan siswa normal. Ada yang pintar dan lemah. Mereka lebih menurut dan disiplin. Kalau sudah diberi contoh mereka langsung mentaati. Begitu juga ketika mereka terjun di dunia industri. Etos kerjanya tinggi, penurut, dan disiplin. Hambatannya hanya di masalah komunikasi,” ujar Seweca.

Menurut koordinator wakil kepala Sekolah SLB-B Jimbaran Edi Prajitno, selain menampung siswa tunarunggu, SLB Jimbaran juga menerima siswa tunagrahita dan autis. Saat ini jumlah keseluruhan siswa di SLB-B Jimbaran sebanyak 211 siswa. Siswa ini terbagi dalam tiga kelompok, tunarunggu, tunagrahita, dan autis. Kelompok tunarunggu TK-B berjumlah 8 orang, SD-B 50 orang, SMP-B 28 orang, SMA-B 29 orang. Kelompok tunagrahita SD-C 59 orang, SMP-C 15 orang, SMA-C 8 orang. Kelompok Autis, SD 11 orang, SMP 5 orang, SMA 5 orang. Jumlah guru 44 orang terdiri dari PNS 39 orang dan sisanya masih honorer.
Sebagian besar guru berpendidikan sarjana pendidikan luar biasa. Bagi guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan luar biasa, mereka diberi pelatihan di P4TK PLB Bandung selama 1 ½ bulan. Mereka diberikan materi wawasan pendidikan luar biasa secara umum termasuk tunanetra, tunarunggu, dan tunagrahita. Khusus guru tunarunggu mereka mendapatkan pendidikan khusus tentang bina komunikasi persepsi bunyi dan irama dan bina wicara.

Ia mengatakan, Direktorat Bina Layanan Pendidikan Khusus Jakarta juga mengadakan pelatihan bahasa isyarat (SIBI) bagi guru tunarunggu. Namun, kecenderungan siswa menggunakan bahasa isyarat lokal yang tidak ada di kamus. Untuk memudahkan, kata Edi, SLB-B Jimbaran membedakan kamus menjadi tiga, khusus siswa TK/SD, SMP, dan SMA.


Suweca yang juga guru bina komunikasi, persepsi, bunyi, dan irama mengatakan, tujuan materi bina komunikasi ini untuk mendeteksi sisa pendengaran siswa. Materi yang diajarkan mendeteksi pendengaran anak-anak dengan alat sederhana. Tingkat TK dan SD, pendengaran siswa dilatih dengan gong. Tahap permulaan memukul gong dengan nada lemah dengan jarak dua meter dari siswa. Kemudian pemukulan lebih keras. Siswa akan memberi kode dengan mengacungkan tangan bila mereka mendengar. Selain gong, alat lain yang digunakan drum. Saat dipukul dilihat bagaimana reaksi siswa. Bagi yang mendengar mereka akan berjalan beberapa langkah. Khusus siswa SMP menggunakan alat musik jimbe. Pemukulan bertahap dan diikuti siswa. Materi ini diajarkan seminggu sekali selama dua jam.
Edi Prajitno mengatakan, pada dasarnya kurikulum yang diterapkan hampir sama dengan kurikulum sekolah normal. Hanya bobotnya lebih sedikit dan lebih mudah.

Untuk mendapatkan lulusan yang mampu hidup mandiri di masyarakat, SLB-B Jimbaran memberikan materi keterampilan pada semua siswa tunarunggu. Ada 13 keterampilan yang diajarkan di SLB-B Jimbaran diantaranya tata boga, tata busana, otomotif, komputer, musik, melukis, pertukangan kayu, menari, tata rias, keramik, dan sablon.
Lulusan SMA-B mendapat tiga ijazah yakni dari sekolah, dunia industri, dan asosiasi keterampilan. Siswa SMA mendapat kesempatan magang selama 6 bulan di beberapa hotel di Nusa Dua. Sebelum lulus mereka mengikuti ujian kompetensi selama 10 hari. Tujuannya untuk mendapatkan sertifikat yang bisa digunakan nanti setelah lulus sekolah. Sebanyak 70% lulusan sudah terserap di dunia industri.
Made Wirantini, guru keterampilan tata busana mengatakan, sebagian besar keterampilan tata busana diminati anak perempuan. Peminat laki-laki hanya satu orang. Materi yang diajarkan mulai dari membuat pola, sampai menjahit dan menghias busana. Kesulitan mengajar, kata Wirantini, tata busana agak rumit, mulai dari membuat pola dengan memakai hitung-hitungan. Siswa mengaku sering lupa. Untuk mudahnya, Wirantini membuatkan pola jadi yang kemudian dijiplak dan disesuaikan dengan ukuran sendiri. –ast


Wakili Indonesia ke India
Walau pun memiliki kelemahan, beberapa siswa tuna runggu SLB-B Jimbaran memiliki segudang prestasi. Yoga, siswa kelas kelas 3 SMP-B pernah meraih juara I tingkat nasional dalam lomba tenis meja antar siswa SLB. Selain itu, Yoga juga piawai menari nusantara dan terampil dalam tata busana. Di rumahnya, Yoga memiliki guru privat untuk mengasah keterampilannya bermain tenis meja.
Dian Puji Astuti siswi kelas 2 SMP-B mendapatkan prestasi juara I tingkat nasional lomba lari lompat jauh antar siswa SLB. Dian juga penari pendet andalan SLB-B Jimbaran.
Dalam lomba sentral tingkat nasional di Yogyakarta tahun 2011, SLB-B Jimbaran mendapatkan prestasi Juara 2 lomba stan dan juara harapan 2 lomba manajemen.

Bulan November yang akan datang, 4 orang siswa SLB-B Jimbaran dipercaya mewakili Indonesia dalam festival anak berkebutuhan khusus di India. Siswa SLB-B Jimbaran akan menampilkan lima tari Bali.
Menurut Suweca, anak-anak SLB-B Jimbaran kerap diundang dalam pementasan berbagai acara seperti dalam pembukaan festival Nusa Dua, KTT Asean, Pesta Kesenian Bali dan pameran pembangunan. Beberapa siswa di SLB-B Jimbaran juga ikut sanggar kesenian di GWK. Dalam tiap pagelaran mereka diikutsertakan dan diberikan uang lelah dari sanggar. Uang itu menjadi hak pribadi siswa yang digunakan untuk keperluannya sendiri. Ada yang menarik, kata Suweca, SLB-B Jimbaran juga memiliki garapan terbaru yakni kecak kolaborasi tanpa suara. “Mereka menari cak tanpa bersuara,” ujarnya. Cak tanpa suara ini sudah pernah dipentaskan dan mendapatkan sambutan hangat dari penonton yang sebagian besar turis asing. –ast

Dilengkapi Ruang Workshop Keterampilan

Luas SLB-B Jimbaran 5 hektare, yang terdiri dari beberapa bangunan. Bangunan utama ada ruangan guru dan pegawai. Terlihat sangat luas dan nyaman. Beberapa prasarana komputer sudah melengkapi. Ruang kelas siswa tunarunggu TK-B 2 kelas, SD-B 6 kelas, SMP-B 3 kelas, dan SMA-B 3 kelas. Ruang kelas SD-C 6, SMP-C 3 kelas dan SMA-C 3 kelas. Masing-masing kelas dilengkapi dengan papan tulis. Meja dan bangku terlihat dalam kondisi baik. Karena terbatasnya kelas, kata Edi Prajitno, siswa autis dan tunagrahita dijadikan satu kelas. Ada ruangan workshop untuk pelatihan keterampilan sebanyak 13 ruangan, lengkap dengan sarana dan prasarananya. Ruang tata busana, dilengkap dengan mesin jahit, dan beberapa maneki (patung) memajang busana siswa. Ruang otomotif dilengkapi dengan sarana dan prasarana mesin, ada peralatan petukangan kayu. Beberapa komputer terpanjang di ruang komputer. Peralatan sablon tersedia di ruang sablon. Ruang tari dilengkapi dengan beberapa gamelan Bali dan pakaian tari. Ruangan tari terlihat agak luas dengan penataan panggung pertunjukkan. Ada juga ruang pameran yang memajang hasil karya siswa SLB-B Jimbaran. Ruangan terapi terdiri dari ruang komite, UKS, ruang bina wicara, perpustakaan bermain, dan ruang audiometri.

Dari ruangan yang tampak, aula terlihat sangat tak layak. Ada beberapa kerusakan sehingga tak bisa digunakan. Menurut Suweca, karena aula rusak, kalau ada kegiatan dialihkan ke ruang workshop tari. “Sebenarnya prasarana untuk perbaikan aula sudah ada. Namun, pengerjaan belum dilakukan karena ada wacana pemindahan SLB-B Jimbaran. Tapi saya dengar belum pasti akan pindah. Belum ada kabar terbaru,” ujar Suweca. Tersedia juga 17 rumah dinas guru yang diproritaskan pada guru senior. Guest house untuk penginapan anak-anak dari luar SLB-B Jimbaran yang melakukan pelatihan juga disiapkan. Guest house memiliki 24 kamar yang terdiri dari satu kamar 3 tempat tidur.

Asrama putra dan putri melengkapi SLB-B Jimbaran. Sebanyak 60 siswa tunarunggu tinggal di asrama. Pengawas asrama putri Endang Sumiati mengatakan, kegiatan rutin yang dilakukan, siswa dibiasakan bangun pagi. Kemudian membersihkan tempat tidur masing-masing. Setelah mandi dan sarapan, mereka berangkat sekolah. Sarapan disediakan khusus tukang masak. Pukul 12 siang mereka pulang sekolah. Setelah makan siang, mereka beristirahat. Pukul 4 sore, siswa bebas beraktivitas, ada yang berolah raga di lapangan atau ikut kegiatan pramuka. Sebelum makan malam, siswa rutin melakukan persembhyangan. Tiap hari Minggu, penghuni asrama diajak membersihkan halaman sekolah dan sekitar padmasana.

Menurut Endang Sumiati, penghuni asrama tidak terlalu menyulitkan. Mereka mudah diberitahu asal diberi contoh. Mereka juga rajin saling bantu.
Dian Puji Astuti, salah seorang penghuni asrama putri. Siswi yang baru setahun pindah ke SLB-B Jimbaran ini mengaku senang tinggal di asrama. Ia bisa lebih bersosialisasi dengan teman-temannya. Ia mengaku menjadi lebih percaya diri. –ast

Alat Bantu Dengar Gratis dari BaliHears

Untuk membantu siswa tunarunggu, SLB-B Jimbaran bekerja sama dengan Yayasan Kemanusiaan Ibu Pertiwi (YKIP) dalam pengadaan alat bantu dengar gratis.
Menurut Suweca, siswa yang masih memiliki sisa pendengaran, akan sangat terbantu dengan pemasangan alat bantu dengar. “Dengan alat bantu dengar pendengaran menjadi lebih jelas. Tapi sebelumnya, mereka harus diperiksa terlebih dahulu. Kalau sisa pendengarannya di atas 120 db, alat ini tidak akan membantu,” ujar Koordinator Proyek Miranti Rosalina Amd. Aud.
Bali Hears merupakan salah satu program yang digelontorkan Yayasan Kemanusiaan Ibu Pertiwi (YKIP) dengan program pemberian alat bantu dengar secara gratis. Tujuan program BaliHears meningkatkan pelayanan kesehatan telinga dan pendengaran, serta meningkatkan kulitas kehidupan para penyandang tunarunggu dam kurang dengar di Bali.

Menurut Miranti, yang bisa memakai alat bantu dengar, penyandang tunarunggu yang resonasi pendengarannya di bawah 120 db. “Sangat efektif kalau alat bantu dengar dipakai saat usia satu tahun. Bagi anak usia di atas lima tahun, fungsi alat bantu dengar ini untuk memperjelas suara. Sedangkan kualitas yang didapat dari belajar bicara kurang, dibandingkan jika alat itu dipakai saat usia setahun,” ujarnya. Setelah siswa dicek pendengarannya, kemudian dibuatkan polanya. Alat dicetak sesuai dengan pola tadi. Alat dipasang di belakang daun telinga. Alat bisa dibuka pasang. Hindari jangan sampai terkena air.

YKIP-Balihears menempati ruangan audiometri di SLB-B Jimbaran. Tapi hari Selasa dilakukan pemeriksaan dan hari Kamis pemasangan alat bantu dengar. Program yang bernama “Sentra Rehabilitasi Pendengaran” ini terbuka untuk semua masyarakat umum yang tunarunggu, dan diberikan secara gratis. Masyarakat penyandang tunarunggu bisa langsung datang ke ruangan audiometri di SLB-B Jimbaran tiap hari Selasa.
Menurut Miranti, penyebab gangguan dengar bisa karena factor keturunan maupun terkena virus toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus herpes (TORCH) pada masa kehamilan, kesulitan pada saat bayi lahir, berat badan lahir rendah, infeksi telinga tengah, obat-obatan ototoksik, proses penuaan, dan paparan bising. Gangguan pendengaran sebaiknya terdiagnosa sebelum usia 2 tahun agar dapat ditangani dengan tepat dan meningkatkan potensi untuk dapat berrkomunikasi optimal dengan pemasangan alat bantu dengar. –ast

Koran Tokoh, Edisi 667

Selasa, 01 November 2011

Gunakan Senter Deteksi dini Kebutaan pada Anak

Banyak kasus kebutaan pada anak-anak terjadi ketika mereka sudah berusia balita. Saat lahir, mereka masih mampu melihat. Namun, dengan berjalannya usia, penglihatan mereka mulai menurun dan akhirnya tidak bisa melihat. “Anak yang menderita kebutaan setelah menginjak usia tiga tahun ke atas bisa disebabkan karena katarak juvenile. Katarak ini bisa memberi harapan besar kesembuhan apabila saat diketahui segera dilakukan tindakan operasi yang akan memberi hasil cukup memuaskan,” ujar Kepala Bagian Mata dan Ketua Komite Etik Medik RSU Puri Raharja dr. Wayan Dharyata, Sp.M. (K).

Pada kasus ini, kata dia, bayi waktu lahir penglihatannya belum mengalami kekeruhan, tapi lama kelamaan berubah menjadi keruh. Katarak juvenile, bisa ditangani dengan tindakan operasi. Penanganan sebelum usia 2 tahun sebaiknya tidak ditanamkan lensa. Mengapa? Sebelum dua tahun pertumbuhan mata sedang meningkat sehingga akan mengakibatkan ukuran lensanya tidak cocok. Kalau di atas dua tahun bisa ditanam lensa yang biasa disebut intra ocular lens. Sesudah usia dua tahun pertumbuhan mata tidak sepesat sebelumnya, dan lebih pelan.
Satu-satunya konsultan oftalmologi komunitas di Bali ini mengatakan, penyebab lain kebutaan pada anak karena kecacatan kornea. Pada kasus ini, kata dia, sejak lahir pasien sebenarnya sudah mengalami gangguan. “Ada juga yang terganggu sedikit, tapi lama kelamaan mengalami kerusakan atau biasa disebut keratopati,” paparnya. Kornea yang tadinya jernih seperti kaca, berubah menjadi warna putih keruh. Keratopati atau gangguan pada kornea bisa ditanggulangi dengan operasi keratoplasti. Namun, saat dilakukan tindakan operasi, harus berusia dewasa, paling tidak 20 tahun yang paling aman. “Pada waktu mereka masih anak-anak, belum bisa dilakukan tindakan karena kornea yang dipakai kornea orang dewasa. Ada juga kasus yang pernah dilakukan pada usia 17 tahun, tapi ditolak oleh tubuh,” jelasnya.

Sebelum tahun 2002, ia mengatakan, pernah melakukan tindakan operasi keratoplasti pada beberapa penyandang tunanetra di Panti Mahatmia Kediri. Banyak yang berhasil dan bisa melihat.
Menurut Pemilik Klinik Bali Charisma Usada ini, sampai saat ini, angka penolakan tubuh untuk kasus keratopati di Indonesia berkisar 40-50%. Penolakan terjadi karena tidak dilakukan pada usia dewasa, adanya infeksi, dan secara genetik memang tidak cocok. Menurutnya, sulit menentukan agar tepat secara genetika. Yang tadinya sudah dikerjakan dengan baik, masih ada misteri yang tidak terjawab mengapa terjadi kegagalan.
Sebelum tahun 2002, dia banyak menangani kasus keratopati. Diorganisir rotaract, donor didapatkan dari Srilangka yang kemudian dikirim ke Singapura dan Australia. Sekarang ini donor mata banyak berasal dari Filipina. Namun, kata dia, walaupun kasus keratopati masih ada, penanganan keratopati di Bali buntu karena tidak ada donor mata. Kasus Keratopati disebabkan karena bawaan sejak lahir dan kecelakaan. Pasien yang berasal dari keluarga mampu mungkin bisa berobat ke Jakarta. Tapi tetap juga masih menunggu.
Penyebab lain kebutaan anak-anak bisa juga karena prematur membran. Bayi yang lahir prematur yang diserati sesak napas seringkali diberikan oksigen. Terlalu banyak pemberian oksigen malah dapat mengakibatkan retinanya rusak. Seolah-olah ada suatu membran dalam retinanya. Kasus ini disebut retinopati yang terjadi karena dilahirkan prematur (ROP). Fungsi retinanya sangat menurun lama kelamaan mengakibatkan tidak bisa melihat. Kalau itu sudah terjadi, tidak bisa lagi ditangulangi. Pencegahannya, sebaiknya sangat berhati-hati memberikan oksigen pada bayi lahir prematur.

Penyebab kebutaan pada anak juga bisa disebabkan karena tumor mata. Dengan pertumbuhan tumor pupil mulai terjadi putih dan penurunan penglihatan. Begitu usia dua tahun matanya sudah mulai menonjol. Kasus ini sering terjadi pada satu mata. Pada awalnya bisa melihat sedikit, namun, lama kelamaan tidak dapat melihat. “Harus cepat ditangani agar tidak menulari mata sebelahnya. Penyelamatan jiwa yang penting. Tumor ganas bisa menyebar ke seluruh tubuh. Menyebar lewat darah dan saraf dan bisa mengakibatkan kanker yang berakhir pada kematian,” kata Konsultan dokter spesialis mata Yayasan Kemanusiaan Indonesia (YKI) ini.
Cara paling sederhana mengetahui fungsi penglihatan anak dapat menggunakan senter untuk menyinari pupil mata. Teknik ini sudah bisa dilakukan saat bayi baru lahir. “Saat disinari senter, pupil mengecil. Tapi kalau tetap membesar dan mengecil secara pelan-pelan perlu diwaspadai. Apalagi di dalam pupil terlihat ada putihnya seperti mata kucing segera harus dibawa ke dokter. Ketika anak sudah bisa jalan atau lari, mereka sering menabrak tembok dan sering jatuh. Kasus ini juga perlu diwaspadai,” ujarnya.
Ia menyarankan, pemeriksaan dengan senter ini dapat dilakukan tiap bulan sekali. Karena bisa saja, saat dicek pertama tidak ada gangguan, tapi muncul gangguan pada bulan berikutnya. -ast

Koran Tokoh Edisi 667





Kamis, 27 Oktober 2011

Pengidap HIV/AIDS di Bali 4833 Orang

Kasus HIV/AIDS menyita perhatian semua kalangan masyarakat di Indonesia. Data Menkes RI menunjukkan, secara kumulatif jumlah HIV positif terbanyak di DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, Jawa Barat, Sumatera Utara, Bali, dan Jawa Tengah. Data KPA Prov. Bali hingga September 2011 mencatat 4833 pengidap HIV/AIDS di Bali. Usia 19-20 tahun menduduki persentase 43,55 %, menyusul usia 30-39 tahun 35,11%.
Denpasar menduduki posisi teratas dengan jumlah ODHA 2179, Buleleng 1059, Badung 732, Tabanan 301, Gianyar 213, Karangasem 138, Klungkung 81, Jembrana 78, dan Bangli 52. Kelompok risiko heteroseksual menduduki 73,93%, pengguna narkoba suntik 16,10%, dan homoseksual 4,22%. Data ini dipaparkan saat diskusi yang digelar Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Daerah Bali, Selasa (18/10) di FK Unud.
Selain dihadiri para aktivis yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS dan mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unud, diskusi menjadi sangat istimewa karena kehadiran ahli Epidemologi asal Inggris Elizabeth Pisani yang juga pengarang buku “Kearifan Pelacur”.
Menurut Elizabeth, kondom merupakan salah satu cara dalam pencegahan virus HIV ini. Namun, pemakaian kondom relatif masih kecil di tingkat kelompok berisiko. Dalam bukunya, ia mengkritisi berbagai kebijakan dalam menanggulangi HIV/AIDS. Saat ini, PSK sudah menjadi pilihan pekerjaan. Dibanding bekerja di pabrik, menjadi PSK lebih menjanjikan untuk mendapatkan uang. Bahkan, PSK dijadikan ajang pencarian modal. Saat ini, tercatat 12.000 PSK di Indonesia. Satu diantara 4 PSK sudah terkena HIV/AIDS.
Elizabeth yang melakukan wawancara langsung dengan beberapa PSK di Indonesia ini mengaku miris. Dari penemuannya, 28 PSK di Sentani Papua, tercatat sebagai pengidap HIV. Namun, mereka tak berani membuka amplop hasil pemeriksaaan tes. Karena ketakutan ini, mereka tetap menjalankan profesi sebagai pelacur dan menulari pelanggan mereka tanpa berani mengobati dirinya.
Berbagai stigma telah membuat para PSK tak berani menerima diri mereka sebagai pengidap HIV/AIDS. Padahal, HIV/AIDS sama dengan penyakit lain seperti kanker yang bisa juga mengakibatkan kematian. Namun, stigma masyarakat yang membuat terlalu ketakutan berlebihan, akhirnya malah memberikan dampak negatif yang justru merugikan penderita. Mereka takut dites dan takut berobat padahal gratis. Menurutnya, HIV/AIDS malah sudah menjadi life style, seperti mobil yang bisa juga diiklankan, agar PSK mau dites HIV. Tidak usah takut dan tidak menakutkan.
Agus dari Diskes Badung mencoba berbagi cerita. Dulu ia pernah bertugas di KPA Atambua selama 7 tahun. “Dana untuk program penanggulangan HIV/AIDS memang tergantung dari pejabatnya. Kebetulan pejabat yang memimpin adalah dokter, banyak program bagus digelontorkan dengan dana yang cukup. Ganti pejabat, program mandeg karena pemimpinnya tidak konsen untuk masalah itu. Begitu juga kalau ada keluarga pejabat yang terkena HIV/AIDS banyak dana digelontorkan untuk mengatasi masalah HIV/AIDS itu,” katanya.
Ironisnya, masyarakat bangga di daerahnya tidak ada lokalisasi atau kafe. Namun, justru mereka malah menjadi pelanggan dan mau datang ke lokalisasi walaupun tempatnya sangat jauh.
Menurut Elizabeth, memang sulit mendapatkan bantuan dana untuk masalah HIV/AIDS. Mencari dana dengan program ibu hamil, bayi atau anak-anak, lebih mudah dibandingkan untuk kasus HIV/AIDS.
Ia menilai, sistem otonomi daerah di Indonesia menimbulkan dua sisi yang berbeda. Keuntungannya, ada dana dari APBD. Namun, kelemahannya, jika pemimpinnya tidak tertarik, usaha penanggulangannya akan mogok. Menurutnya, memang tak bisa mengarahkan prilaku tiap orang.
Untuk itu, pemerintah, polisi, dan germo perlu bekerja sama. Satu contoh dibeberkan Elizabeth dalam penanggulangan HIV/AIDS di Thailand. Salah satu upaya pencegahan dengan penggunaan kondom 100% di kelompok berisiko, bisa meniru model yang diterapkan di Thailand. Pemilik rumah bordir atau germo di Thailand diberi peringatan, agar seluruh PSK-nya tidak boleh terinfeksi HIV. Tiap dua minggu dilakukan tes. Jika ada tiga perempuan yang terkena virus HIV dalam satu bulan, rumah bordir itu harus ditutup. Program ini program nasional. Semua rumah bordir terkena aturan ini. Ancaman tersebut, membuat takut si pemilik rumah bordir maupun germonya. Mereka berusaha menjaga agar semua PSK-nya tidak ada yang terkena HIV. Akhirnya, terjadi negoisasi penggunaan kondom antara pelanggan dan para germo.
Salah seorang aktivis HIV/AIDS yang turut hadir di diskusi mengatakan, tidak semua PSK bisa diatur. Satu kisah diungkapkannya ketika ikut pendampingan ke salah satu lokalisasi tahun 1999. Seorang PSK malah berani berbohong, dengan memasukkan air cucian beras ke dalam kondom saat diperiksa.
Ketut Sukerata mempertanyakan, slogan untuk mengampanyekan penggunaan kondom 100% apa mudah untuk diterapkan. Menurut Elizabeth, kampanye penggunaan kondom 100% maksudnya diterapkan pada kelompok berisiko seperti di lokalisasi, kelompok waria dan gay. Bukan di sekolah atau di masyarakat.
Ari Murti, salah seorang anggota Rotary Club Nusa Dua ikut berbagi pengalaman. Dalam kegiatan sosialnya, ia mengajak para PSK di Nusa Dua untuk mengikuti spiritual healing. Tiap bulan mereka datang untuk mengikuti kegiatan tersebut. Setelah mengikuti spiritual healing beberapa bulan, beberapa PSK sadar menularkan virus HIV ke orang lain merupakan dosa. Mereka takut akibatnya nanti setelah meninggal. Sebanyak 25 orang akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi PSK. Ada juga beberapa PSK, setelah mengikuti spiritual healing berusaha memaksa pelanggannya agar mau memakai kondom.
Menurut Christian dari Gaya Dewata, beberapa data menunjukkan kasus terus meningkat. Namun, belum ada tindakan atau upaya pemerintah untuk mengimbangi dengan jumlah layanan kesehatan. Apalagi khusus bagi kaum gay dan waria, mereka kesulitan melakukan pemeriksaan. Puskesmas belum mencakupi keperluan mereka. Akhirnya mereka terpaksa tidak berobat.
Prof. D.N. Wirawan, M.P.H., mengatakan, khusus para waria dan gay, kini dapat menikmati layanan kesehatan di Bali Medika. Mereka tidak perlu bingung harus kemana melakukan pemeriksaan, karena sudah ada Bali Medika. “Awal buka mulai bulan September 2011 baru melayani IMS. Ke depannya diharapkan bisa melayani semuanya. Kami juga sedang mencari bantuan sponsor untuk melengkapi peralatan kesehatan untuk menunjang semua layanan. Pelayanan Senin sampai Sabtu,” ujarnya.
Menurut Elizabeth, jumlah orang yang mengidap HIV/AIDS terus meningkat. Alasannya, karena pengobatan di tingkat global termasuk Indonesia sudah efektif dengan mendapatkan obat gratis. Otomatis jumlah orang yang hidup dengan HIV meningkat karena mereka tidak meninggal. Namun, program pencegahan tidak seefektif pengobatan. Dalam program pencegahan tidak berjalan optimal. Kelompok berisiko tinggi seperti perempuan, laki-laki, dan gay yang suka berganti banyak pasangan, dan pengguna narkoba suntik paling banyak tertular HIV di Indonesia. Peningkatan terjadi pada gay. Penelitian tahun 2002 menunjukkan hanya 3% gay di Jakarta mengidap HIV. Sekarang sudah berkembang menjadi 18%.
Berdasarkan penelitiannya, penjara merupakan pabrik HIV/AIDS. Alasannya, seks antara sesama napi laki-laki dan narkoba cukup gampang masuk di penjara. Untungnya sekarang sudah ada dua klinik untuk para gay dan waria. Satu di Jakarta dan satu di Bali. Namun, kata Elizabeth, dua klinik tersebut belum cukup untuk menangani semua kebutuhan dibandingkan dengan jumlah kenaikan pengidap HIV bagi kelompok gay dan waria. –ast

Edisi 666


Nikmati Lezatnya Sate Kakul


Mau rapat penting di tempat yang tidak biasa? Cobalah datang ke Bale Timbang. Namun, kalau Anda sedang terburu-buru, sebaiknya tunda dulu. Anda akan kecewa karena tak cukup waktu menikmati kebun alam sembari menikmati lezatnya kuliner khas Bali yang hanya tersaji di Bale Timbang, Jalan Trenggana Penatih Denpasar ini. Ada sate kakul, lawar biu batu, lindung suna cekoh atau lindung sere lemo, urab paku, gurame menyatnyat. Minuman segar organik daluman dan rujak tibah spesial melengkapi hidangan yang akan membuat Anda betah berlama-lama duduk sambil memandang pepohonan langka yang tumbuh mengelilingi Bale Timbang. Ada pohon gatep, Badung, sentul, boni, juwet, bekul, kepundung, langsat, jerungga, tibah, tenggulun, dan masih banyak lagi, sekitar 60 jenis tanaman tumbuh subur di sana.

Menurut Manajer Bale Timbang, Ida Bagus Dalem Setiarsa, Bale Timbang dalam bahasa Bali berarti tempat untuk bertimbang rasa, sehingga tempat ini sangat cocok untuk dijadikan tempat merenung maupun tempat berdiskusi. Dengan luas 30 are, hanya 10% dimanfaatkan untuk bangunan, sisanya 90% kebun alam. Beberapa bale mengitari Bale Timbang. Tiang bale berasal dari kayu kecemcem yang daunnya bisa digunakan untuk loloh dan pelengkap bumbu masakan laut. Halaman yang luas dapat dimanfaatkan anak-anak untuk bermain. Apalagi, satu sarana olahraga panjat tali disiapkan untuk melatih saraf motorik anak-anak. Harapan ke depan, Bale Timbang dapat dijadikan salah satu destinasi wisata alternatif. ”Anak-anak tidak hanya tahu mal, tapi juga mereka tahu masakan Bali dan mengenal tanaman khas Bali peninggalan leluhur,” ujar Ida Bagus Dalem Setiarsa.

Menjelang petang, keindahan sunset makin melengkapi susana eksotik Bale Timbang. Kalau sedang pembibitan pohon, pengunjung yang datang akan mendapatkan bibit labu dan pohon pinang secara gratis. Bale Timbang cocok untuk rapat, arisan, gathering, dan pesta ulang tahun.

Masakan khas Bali yang disajikan, dibuat berdasarkan resep asli para leluhur yang disadur berdasarkan lontar. Masakan diracik para koki yang sudah piawai membuat makanan khas Bali. Paket sate kakul terdiri dari nasi liwet beraroma pandan yang dibungkus daun pisang, sate kakul yang disajikan di atas pemanggangan tembikar, dilengkapi ares biu batu dan kakul, serta lawar biu batu. Paket-paket makanan yang ditawarkan, namanya disesuaikan dengan nama buah khas Bali, seperti paket sentul manis, paket juwet, paket kencarum. Selain makanan tradisional Bali unggulan Bale Timbang, Anda bisa juga memesan menu makanan Indonesia dan makanan penutup. Sekali datang, Anda pasti kembali lagi kangen menikmati semua sensasi yang ditawarkan Bale Timbang. Tidak percaya, silakan coba. Dijamin Anda akan ketagihan. -ast

Jumat, 21 Oktober 2011

Bali Menuju Pencapaian MDGs


KEPALA Litbang Bappeda Bali Dra. Wayan Trisningsih M. Si. mengungkapkan, Millenium Development Goals ( MDGs) merupakan komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. MDGs terdiri atas delapan tujuan utama; memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian, meningkatkan kesehatan ibu hamil, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan, dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Target tujuan MDGs ini diharapkan tercapai tahun 2015, sejak dideklarasikan tahun 2000 oleh pemimpin dunia di New York, AS.
Ia memaparkan, bagaimana kondisi Bali dalam pencapaian MDGs tahun 2015. Tujuan MDGs nomor 1-6 merupakan domainnya perempuan. Program sudah disusun berdasarkan rencana aksi daerah dalam rencana pembangunan jangka menengah.
Pembangunan milenium Prov. Bali dalam memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem dilakukan dengan berbagai program, di antaranya, pembinaan upaya kesehatan dengan JKBM, program kependudukan dan KB, beasiswa untuk siswa SD, SMP, SMA. Program wajib belajar 12 tahun digiatkan. Contohnya, ada sekolah satu atap, SD dan SMP. SMK mulai digalakkan, dan bagi siswa yang tidak mampu sudah disiapkan beasiswa di beberapa SMK diantaranya SMK Bali Mandara. Beasiswa mahasiswa miskin pada fakultas langka peminat. Program rehabilitasi sosial seperti pelayanan lansia di Panti Wana Seraya Denpasar dan Panti Jara Mara Pati Singaraja dan pelayanan penyandang cacat, program perlindungan dan jaminan sosial kepada korban bencana alam dan bencana sosial, program bantuan bedah rumah, dan bantuan modal usaha KK miskin, pelaksanaan bursa kerja, fasilitas PNPM mandiri perdesaan, penyediaan proyek air bersih, simantri, pengembangan industri kecil dan menengah. Selain itu, ada juga perbaikan gizi masyarakat, pemberdayaan posyandu, dan peningkatan ketahanan pangan.
Ia mengatakan, Bali menduduki posisi nomor dua setelah DKI Jakarta dalam persentase kemiskinan. Persentase kemiskinan tahun 2009: 5,13%, tahun 2010: 4,88%, dan tahun 2011 diharapkan mampu 3,95%. – ast.

Cegah Eksodus Anak-anak ke Kota
Bukan hanya dengan Program Beasiswa

KONSULTAN gender Dra. Sita Thamar Van Bemmelen, M.A. mngatakan, berbicara kemiskinan dan kelaparan, sebaiknya kita menengok ke desa terpencil. Penelitian pernah dilakukannya bersama Luh Arjani dari Pusat Studi Wanita Unud, di Desa Baturinggit, Kubu, Karangasem. Hal itu ditegaskan di depan peserta Pelatihan Gender dan MDGs (Millenium Development Goals) di Kantor LSM Bali Sruti Denpasar, 8-9/10.

Masalah mereka, kata Sita, minat untuk sekolah tidak ada. “Anak-anak di sana melihat teman-temannya bekerja ke kota mendapatkan uang banyak, bisa beli baju dan ponsel dan saat hari raya bawakan orangtua mereka di kampung uang dan oleh-oleh. Hal ini sangat menarik minat mereka untuk ikut datang ke kota mencari pekerjaan. Para orangtua mereka juga tidak bisa mengarahkannya karena kehidupan mereka miskin tidak ada solusi lain yang dilakukan kecuali menyetujui anak mereka menjadi urban bekerja ke kota. Walaupun pemerintah memberikan beasiswa, itu tidak akan menyelesaikan masalah,” ujarnya.
Seharusnya, kata Sita, ada kebijakan pemerintah untuk mencegah eksodus anak-anak di bawah umur bekerja sebagai pembantu rumah tangga ke kota. “Ada suatu aturan yang melarang anak-anak usia di bawah 15 tahun bekerja. Ada juga sanksi kepada orangtuanya dan si penerima pembantu,” ujarnya. Kalau tidak, kata Sita, apa mungkin program MDGs bisa tercapai. “Bagaimana mau sekolah, makan saja susah,” katanya.

Sita mengungkapkan, saat penelitian ia bertemu seorang guru SD di Baturinggit yang atas inisiatif sendiri mendirikan SD dan SMP satu atap dengan harapan lebih mudah bagi siswa untuk melanjutkan pendidikannya. Sita sangat menyayangkan, tidak dibukanya SMK pertanian di sana. Hanya ada satu SMK jurusan pariwisata. Padahal, kata dia, daerah pariwisata hanya ada di Tulamben dan Amed. “Di sana daerahnya kering hanya tanaman tertentu yang cocok. Seharusnya, pemerintah membuka SMK pertanian yang mengajarkan pembudidayaan tanaman tertentu yang bisa menghasilkan untuk menopang kehidupan mereka,” paparnya. Berdasarkan data yang diberikan kepala sekolah di Desa Baturnggit, tahun 2006-2007 dari 38 siswa SD yang lulus, hanya 18 orang yang melanjutkan ke SMP. Dari jumlah itu hanya dua perempuan.
Ia menilai, program beasiswa untuk anak yang kurang mampu, bukanlah solusi, apalagi untuk mencapai target MDGs. Wajib belajar 9 tahun mungkin bisa berhasil di beberapa bagian wilayah di Bali tertentu saja.
Ia mengharapkan, pemerintah memiliki basic plan. “Bukan tahun ini program begini, tahun depan program begitu, tanpa ada kelangsungan dan kesinambungan program. Apalagi tidak punya data yang valid,” kata Sita. Ia sempat berkunjung ke salah satu LSM yang bergerak di bidang pendidikan. Ironisnya, yang ikut kegiatan belajar kejar paket C adalah para calon legislator.

Problem Ketiadaan Data
Pembicara lainnya, Agung Wasono, peneliti di Kemitraan mengatakan, mengungkapkan MDGs memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya, MDGs memberikan panduan yang jelas dan dapat diukur secara sendiri maupun bersama-sama negara lain. Kekurangannya, pendekatan MDGs yang terlalu kuantitatif (numerik), sehingga acapkali abai terhadap kualitatif (problem mapping dan problem solving). Di Indonesia, problem paling utama dalam menghitung pencapaian MDGs adalah ketiadaan data, sehingga acapkali harus memakai indikator pengganti (proxy).
Ia menyebutkan, beberapa kritik terhadap implementasi MDGs di Indonesia; Program-program MDGs tersebar tidak karuan dan tumpang tindih antar-SKPD, alokasi belanja APBD yang sangat minim, untuk pelayanan publik kurang dari 40%, bahkan ada yang hanya 20-10%. Untuk MDGs mungkin hanya 1-5% APBD. Laporan pencapaian MDGs di Indonesia hanya memberikan porsi bagi program-program pemerintah. Laporan MDGs di Indonesia disusun dengan pendekatan kuantitatif bukan kualitatif, sehingga sulit menyusun rekomendasi yang pas. Masyarakat sipil menyusun laporan tandingan yang lebih kuantitatif, kelemahannya adalah data yang minim. Kegagalan MDGs sering menjadi alat untuk meminta utang baru oleh pemerintah.
Menurut Agus, menyiapkan data yang komprehensif (baik kuantitatif maupun kualitatif 5W+1H), mengetahui problem utama kegagalan pencapaian MDGs secara terperinci tiap target atau indikatornya, menyusun alokasi program dan anggaran yang tepat wilayah dan sasaran, melakukan evaluasi secara partisipatif, advokasi terhadap MDGs harus tetap berlanjut sampai setelah 2015.

Perlu Pencalonan Mandiri
Prof. Dr. Tjok Istri Putra Astiti, S.H. M.S. menyebutkan bentuk ketidakadilan gender yakni diskriminasi, subordinasi, eksploitasi, beban kerja yang berat, marginalisasi, ketidakadilan, ketimpangan, isu kekerasan (fisik, psikologis, seksual, dan ekonomi).
Ia mengungkapkan, angka buta huruf perempun lebih tinggi. Angka partisipasi sekolah dan tamatan SMP ke atas serta usia sekolah, lebih banyak laki-laki. Contoh, sebuah keluarga yang secara ekonomis pas-pasan memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan. Si adik rela berhenti sekolah agar si kakak yang laki-laki bisa meneruskan sampai kuliah. Dalam bidang ketenagakerjaan, upah laki-laki lebih tinggi, persyaratan kerja menguntungkan laki-laki. Contoh, yang diterima bekerja dengan syarat belum menikah. Setelah bekerja, selama bekerja beberapa tahun tidak boleh hamil. Bagaimana meningkatkan jumlah perempuan sebagai pembuat keputusan politik? Ketua LSM Bali Sruti Dr. Ir. Luh Riniti Rahayu, M.Si., berpendapat, pahami pentingnya keterwakilan perempuan dalam lembaga politik dan mendukung upaya meningkatkan jumlah perempuan yang duduk dalam memengaruhi proses pembuatan keputusan politik. Ia mendesak parpol agar mencantumkan kualifikasi/syarat menjadi caleg secara terbuka dan adil gender. Menetapkan minimal 30% perempuan sebagai calon anggota pengurus parpol, mendesak pemerintah agar menetapkan UU Pemilu membolehkan pencalonan mandiri sebab ini memberi kesempatan yang lebih besar bagi perempuan untuk mencalonkan diri. Selain itu, sosialisasikan pentingnya keterwakilan perempuan dalam pembuatan keputusan politik kepada media, lingkungan masyarakat dan keluarga. Mendorong perempuan untuk berani mengisi jabatan strategis pembuat keputusan. Mendesak parpol dan lembaga lainnya untuk mendukung dan menerapkan peningkatan jumlah perempuan dalam lembaga politik. Buat jaringan kerja sama antara kelompok perempuan baik di lokal, nasional, dan internasional. Pilih kandidat perempuan dalam pemilu mendatang untuk mewujudkan keterwakilan perempuan dalam politik.
Sebanyak 20 perempuan mengikuti pelatihan Gender dan MDGs di Kantor Bali Sruti tersebut. Sebagian besar peserta anggota Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/kota se-Bali.
Narasumber; Prof. Dr. Tjok Istri Putra Astiti, S.H. M.S. (Pakar Gender Unud), dan Drs Wayan Trisningsih, M.Si (Kepala Litbang Bappeda Prov. Bali). Fasilitator; Ir. Anny Partiwi, M.Pd (Widyaiswara Badan Diklat Pemprov. Bali), dan Dra. Sita Thamar van Bemmelen, M.A. (konsultan gender). -ast

Senin, 17 Oktober 2011

Bersepeda Kurangi Risiko Jantung Koroner

Bersepeda menjadi olahraga yang sedang tren akhir-akhir ini. Olahraga ini melibatkan berbagai usia dari berbagai kalangan masyarakat. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan kesadaran untuk menghabiskan waktu luang dengan berolahraga.
Menurut Dosen Fisiologi Olahraga FK Unud dr. I Putu Adiartha Griadhi, bersepeda memberikan banyak manfaat bagi tubuh, bila dilakukan dengan baik dan benar. “Kegiatan bersepeda termasuk ke dalam olahraga erobik, yang melibatkan otot, sistem jantung pembuluh darah dan metabolisme erobik. Gerakan mengayuh sepeda dengan beban tertentu akan melatih otot tungkai hingga otot bokong. Sehingga bila dilakukan dengan beban yang tepat, bersepeda dapat membentuk tungkai bawah dan bokong menjadi lebih atletis,” jelasnya.

Ia mengatakan, gerakan ritmik mengayuh sepeda akan melibatkan kelompok otot-otot besar tubuh. Sehingga, gerakan ini memberikan beban latihan kepada sistem jantung dan pembuluh darah. “Bersepeda akan melatih kemampuan jantung dan pembuluh darah mendistribusikan nutrisi ke setiap bagian tubuh, mengurangi penumpukan lemak dalam pembuluh darah, mengurangi risiko jantung koroner dan stroke,” ujarnya. Selain itu, kata dia, gerakan ritmik mengayuh sepeda juga akan memberikan efek pembakaran terhadap lemak tubuh, lemak digunakan sebagai sumber energi. Pembakaran lemak ini secara langsung memperbaiki komposisi tubuh, mengurangi kadar kolesterol jahat dan membantu menurunkan berat badan dengan pembakaran cadangan lemak.

Menurutnya, bersepeda dapat dianjurkan sebagai olahraga pilihan bagi mereka yang kelebihan berat badan karena termasuk olahraga yang tidak menunjang berat badan (non weight bearing) sehingga aman bagi sendi lutut mereka. “Manfaat bersepeda dapat dirasakan pada anak, dewasa dan usia lanjut. Pada anak dan usia lanjut manfaat utamanya adalah rekreasi. Karena pada anak olahraga terbaik adalah yang menunjang berat badan seperti lompat tali, loncat-loncat yang akan membantu pertumbuhan. Bersepeda pada usia lanjut dapat membantu sosialisasi kelompok yang memang diperlukan pada kelompok usia tersebut,” paparnya lebih jauh.
Ia menyarankan, bersepeda seperti sebaiknya dilakukan pagi hari. Alasan utamanya, keadaan dan kondisi udara yang masih bersih, belum terkontaminasi oleh polusi kendaraan bermotor. “Pada pagi hari, suhu lingkungan juga tidak terlalu tinggi. Hal ini dapat mencegah kelelahan akibat suhu lingkungan yang panas. Kegiatan bersepeda saat siang dan malam akan terbentur pada suhu lingkungan panas, mengakibatkan kelelahan dan adanya risiko keamanan saat bersepeda di malam hari,” ujar dokter Adiartha .

Ia menyarankan, persiapan yang perlu dilakukan sebelum bersepeda antara lain pemilihan sepeda, mengatur posisi mengayuh sepeda yang tepat, dan akhirnya menentukan takaran bersepeda yang sehat. “Ukuran sepeda hendaknya dipilih sesuai dengan kelompok usia.J angan sampai terjadi salah pilih yang berakibat pada cedera dan kecelakaan saat bersepeda. Pilihlah sepeda yang memiliki kelengkapan keamanan seperti penanda reflektif, lampu, bel yang baik. Persiapkan juga pakaian bersepeda yang baik, helm bersepeda. Hindari pakaian berumbai-rumbai. Jangan lupa membawa air minum,” ujarnya memberi saran.
Posisi mengayuh yang tepat perlu dipikirkan untuk menghindari cedera saat bersepeda. Pertama aturlah sadel sepeda sedemikian rupa sehingga saat pedal berada pada posisi terbawah tungkai kita hampir lurus dengan telapak sedikit menjinjit. Hal ini memberikan ruang gerak maksimal bagi tungkai kita. Kedua, aturlah tinggi setang sepeda pada posisi yang ergonomis kira-kira setinggi pusar.Setang sepeda juga harus berada pada jarak jangkauan kita, lengan ketika memegang setang hampir lurus. Posisi ini menghasilkan tubuh yang sedikit membungkuk ke depan yang dapat memberikan latihan tungkai lebih efektif.

Menurutnya, takaran bersepeda yang benar akan memberikan pencapaian manfaat yang maksimal. Lakukanlah gerakan bersepeda secara ritmis, kecepatan mengayuh diusahakan tetap stabil, sedemikian rupa sampai pada beban sedang stabil, sedemikian rupa sampai pada beban latihan sedang. “Kita dapat mengetahuinya dengan cara tes ucap satu bait lagu. Latihan sedang tercapai bila kita hanya mampu menyanyikan satu baris syair dalam satu bait dengan satu kali menarik nafas. Beban ini dianjurkan dapat dipertahankan selama 15 – 20 menit untuk memberikan efek pembakaran lemak tubuh,” jelas tamatan S2 Fisiologi Olahraga FK Unud ini .
Ia menambahkan, lemak tidak akan terbakar bila beban latihan lebih ringan ataupun durasinya lebih singkat. Latihan bersepeda dengan takaran tersebut dianjurkan dilakukan 3 – 4 kali seminggu . –ast

Koran Tokoh, Edisi 665

Kelas Memasak Diminati Turis Asing


Cooking class atau kelas memasak sangat digemari para perempuan. Bahkan, di Ubud, cooking class sangat diminati turis asing yang datang ke Bali. Salah satu pengajar cooking class Janet De Neefe, mencoba berbagi pengalamannya mengajar. Pemilik Casa Luna Restaurant ini mengatakan, sebagian besar turis asing yang tertarik mencoba cooking class berasal dari Australia. “Ada juga beberapa turis Amerika Serikat, Taiwan dan turis Jepang. Turis lokal juga ada, tapi prosentasenya sedikit,” tutur istri Drs. Ketut Suardana , M.Phil.
Kelas memasak ini pertama kali dibuka tahun 1993. Cooking class dilakukan sekali dalam seminggu. Sejak tahun 1994 dengan banyaknya permintaan, kelas memasak dilakukan enam kali, mulai Hari Senin sampai Jumat dan Minggu. “Hari Sabtu kelas memasak libur,” ujar ibu empat anak ini. Satu kelas minimal diisi 8 siswa dan paling banyak 15 orang. Awal dibuka, Janet terjun langsung mengajak memasak. Namun, sejak sepuluh tahun lalu, salah seorang karyawannya di Casa Luna Restaurant Gusti Ayu Made Madiani menggantikannya mengajar. Cooking class mengambil tempat di rumah Janet, biasa disebut guest house honeymoon. “Memasak dengan peralatan masak yang simpel. Tidak semua siswa menggunakan kompor. Kalau ada yang ingin membantu, boleh-boleh saja. Sebagian besar mereka duduk sambil melihat dengan seksama,” kata Janet.

Masakan yang diajar meliputi makanan yang familiar di Indonesia seperti nasi goreng, mie goreng, sate ayam, kare ayam, dan masakan khas Bali seperti lawar, sate lilit, tum, betutu, dan pepes. Peserta kelas memasak juga diajak turun langsung ke pasar Ubud. Mereka diberi kesempatan ikut berbelanja dan melihat cara transaksi tawar menawar antara penjual dan pembeli. Menurut Janet, kegiatan tur ke pasar sangat diminati siswa kelas memasak. Mereka langsung bisa belajar jenis bumbu dan sayuran yang akan dimasak. Waktu berbelanja bisa menghabiskan dua jam, karena keasyikan melihat-lihat bahan-bahan makanan yang dijual di pasar, dan keseharian para pedagang di Pasar Ubud.

Tiap siswa dikenai biaya Rp 350 ribu untuk belajar memasak. Siswa boleh ikut kelas lebih dari sekali. Namun, kata Janet, sebagian besar siswa hanya ikut dua kali.
Menurut Janet, beberapa siswa mengaku kesulitan dalam mencampur bumbu dan menjaga keseimbangan rasa. Ada yang keasinan, kepedasan, atau kurang garam. Untuk itu, hal pertama yang diajarkan Janet, mengenal bumbu. Menurutnya, bumbu merupakan fondasi makanan. Badan, energi, dan jiwa merupakan energi yang dapat ditemui dalam bumbu. Bumbu mampu menghasilkan makanan yang lezat, tapi bumbu juga berfungsi untuk kesehatan. Ia mencontohkan, jahe bersifat menghangatkan bisa untuk menyembuhkan sakit tenggorokan, kunyit untuk antibiotik bisa menyembuhkan memar, bawang bersifat mendinginkan tubuh. Menurutnya, bumbu memiliki kekuatan penyembuhan dan kekuatan magis untuk herbal tonik. Kemurnian rempah-rempah untuk membersihkan hati, memperlancar peredaran darah, dan menjaga kesehatan tubuh. Ia mengatakan, tidak pernah melakukan penelitian tentang khasiat rempah-rempah Indonesia, tapi berdasarkan beberapa buku yang dibacanya, selain untuk bahan masakan bumbu juga bisa dipakai bahan jamu kesehatan. “Kalau semua bumbu yang kita pakai memasak mengandung manfaat bagi tubuh, makanan juga dapat menjadi obat untuk menjaga kesehatan,” ujar Janet.

Untuk keharuman masakan, ia selalu menekankan pada siswanya, untuk menggoreng bumbu. Janet tak lupa menyelipkan informasi seputar kebudayaan Bali sambil mengajar memasak. Walau terkesan sulit, para siswa mengaku ke Janet sangat puas dan terkesan dengan cooking class. Bahkan, diantara para siswanya merupakan penggemar masakan Indonesia dan makanan Bali. Menurut Janet, tujuan mereka belajar memasak karena ingin tahu bagaimana proses pembuatan makanan yang mereka makan. Hari Senin, Rabu, dan Jumat kelas memasak mulai pukul 09.30 sampai 1 siang. Hari Selasa dan Kamis mulai pukul 8 sampai 1 siang. Hari Minggu pukul 17.30 -21.00
Jadwal tur ke pasar hanya dilakukan Hari Selasa dan Kamis untuk pembelian bahan. Menu yang dimasak, Hari Senin fokus pada masakan ikan laut seperti pepes ikan, kare, plecing kangkung dan sambal. Hari Selasa dan Kamis sebagian makanan vegetarian dan masakan rumah seperti tempe goreng dan sambal terung. Rabu makanan khas Bali seperti lawar, sate lilit, gado-gado, dan plecing buncis. Hari Jumat sate tusuk, asinan, dan acar. Hari Minggu, masak ayam betutu dan nasi kuning. Setelah acara memasak selesai, para siswa makan bersama-sama hasil masakan tadi.

Menurut Direktur Festival Ubud Writers & Reader ini, makanan yang paling gampang dibuat gado-gado dan nasi goreng. Ia menuturkan, ingin sekali belajar membuat coto makasar. Saat ke makasar, ia mencoba makanan khas tersebut. “Rasanya enak sekali, tapi saya belum mampu membuat seenak aslinya,” tuturnya sembari tertawa. Janet bukan hanya suka memasak, tapi ia juga hobi makan. Semua makanan Bali disukainya, mulai dari lawar, sate lilit, babi guling, betutu, dan sambal matah. Ia tidak mengajarkan membuat babi guling. Tapi kalau ada tamu yang tertarik ingin makan, ia sarankan datang ke warung babi guling Bu Oka yang sangat terkenal di Ubud.

Menurut Gusti Ayu Made Madriani, pengajar cooking class milik Janet, sebelum menjadi guru, ia supervisor di Casa Luna Restaurant. Sejak sepuluh tahun lalu, ia ditarik untuk menggantikan Janet mengajar kelas memasak.
Gusti Ayu menuturkan, ia belajar memasak secara otodidak. Awalnya, ia hanya belajar dari orangtuanya, dan mencoba sendiri dari resep yang ia baca. Kadang, pergaulannya dengan tamu, memberinya banyak informasi masakan Indonesia, Bali, maupun masakan Barat. Menurutnya, ada beberapa orang Bali yang mengikuti kelas memasak. Sebagian besar, mereka bekerja di rumah orang asing. Ia mengatakan, turis yang datang belajar dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat sampai orang biasa. “Sebagian besar memang perempuan,” ujar perempuan asal Ubud ini. Saat mengajar, ia dibantu tiga asisten untuk menyiapkan bumbu dan peralatan memasak. Ia mengaku senang, sejak jadi guru kelas memasak, ia lebih banyak menguasai teknik memasak karena ia dituntut terus belajar. -ast

Pertamakali Datang Langsung Jatuh Cinta

Kecintaan Janet pada masakan Bali, berawal dari kecintaannya pada kebudayaan Bali yang mampu menarik seluruh perhatiannya hingga akhirnya dia memutuskan untuk menetap di Bali dan menikahi lelaki asal Ubud Drs. Ketut Suardana , M.Phil. Janet mengarang sebuah buku dalam bahasa Inggris berjudul “fragrant rice” yang menceritakan ketertarikannya pada masakan Bali dan berisi beberapa resep masakan, dan kisah hidupnya.
Janet pertamakali datang ke Bali tahun 1974. Waktu itu usianya baru menginjak 15 tahun. Ia datang bersama keluarganya untuk berlibur ke Ubud. Ia menginap di Hotel Tjampuhan. Janet remaja begitu terpesona melihat keindahan pemandangan Ubud dan keramahtamahan masyarakat Bali yang dilihatnya. Saat berjalan-jalan ke luar hotel, sapaan ramah helo, helo, yang ia dengar begitu berkesan dan sangat memikat hatinya. Ia mengaku, keindahan Bali terasa sampai mengoncang jantung dan hatinya untuk suatu hari kembali lagi ke Bali. “Saya langsung jatuh cinta pada Bali,” katanya.
Tahun 1984 ia datang lagi ke Ubud bersama teman kuliahnya Jo. Kedatangan keduanya ini mempertemukannya dengan Ketut yang suatu hari kelak akan menjadi suaminya.
Perkenalannya dengan Ketut membuahkan rasa simpatik di hati Janet. Walau hanya tiga minggu, pertemuan itu begitu berkesan. Sampai di Australia, Janet mencari infromasi tentang buku masakan Bali. Ia mulai mempelajari bumbu-bumbu Bali untuk merasakan sensasi Bali kembali.

Tahun 1985 ia kembali ke Bali untuk serius mempelajari masakan Bali dan menulis buku tentang masakan Bali dan ingin memperkenalkan kepada dunia. Janet banyak belajar kepada Kasi, saudara perempuan Ketut. Menurut Janet, ia tukang masak yang hebat. Kasi selalu sabar mengajar Janet belajar memasak. Disamping itu, Ketut Ngetis, ayahanda Ketut juga seorang ahli pembuat makanan Bali. Tiap hari Janet selalu mencatat resep makanan yang dimakan. Kemana-mana ia selalu membawa catatan, pulpen, dan kamera. Janet bukan hanya belajar masakan Bali, ia juga belajar budaya Bali lewat keluarga Ketut.
Delapan bulan berikutnya, Janet mengajak Ketut ikut bersama ke Merlbourne untuk dikenalkan dengan keluarga besarnya. Tahun 1987 mereka berdua berangkat ke Melbourne. Janet sempat mengajar masakan Indonesia di salah satu kampus di sana. Ketika kesepakatan dua sejoli ini sudah terjalin, tahun 1989, mereka memutuskan untuk menikah di Ubud. Seiring perjalanan perkawinan mereka, bisnis pasutri ini juga berkembang. Selain memiliki galeri, dan penginapan, mereka juga memiliki dua restoran yang terkenal di Ubud yakni Indus dan Casa Luna. Dari pasutri beda negara ini lahirlah empat orang anak, Dewi, Krishna, Laksmi, dan Arjuna. -ast


Koran Tokoh, Edisi 664

Metabolisme Lancar tak Mudah Sakit

Metabolisme adalah cara tubuh menggunakan lemak, karbohidrat, dan protein untuk membentuk energi yang dapat digunakan oleh tubuh. Menurut dr. I Wayan Surudarma, M.Si, sekretaris lab. biokimia FK Unud, tubuh manusia ibarat mobil yang berjalan karena makanan sebagai bahan bakar. Jika mengisi bahan bakar berlebihan, bahan bakar itu akan tumpah. Tetapi jika Anda memberikan bahan bakar berlebihan kepada tubuh, kalori ekstra itu akan disimpan sebagai lemak.

Pengajar FK Unud /RS Sanglah dr. Made Agus Hendrayana, M.Kes, mengatakan, proses metabolisme dalam tubuh dipengaruhi beberapa faktor diantaranya asupan nutrisi yang dimakan oleh manusia, yang mengandung karbohidrat, kalori, protein, lemak, vitamin dan mineral yang merupakan bahan dasar metabolisme tubuh manusia. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya, enzin-enzim yang diproduksi oleh tubuh manusia untuk membantu memproses asupan nutrizi yang masuk tadi. Enzim ini ada berbagai macam yang masing-masing ada fungsinya tergantung kebutuhan metabolisme tersebut. Proses metabolisme dalam tubuh manusia didahului oleh masuknya asupan nutrizi di dalam tubuh, kemudian setelah di dalam tubuh diproses lebih lanjut dengan bantuan enzim untuk dimetabolisme menjadi apa yang diperlukan tubuh, seperti menjadi energi atau tenaga, atau menjadi bahan pertumbuhan sel sehingga tubuh menjadi tinggi dan membesar, atau untuk metabolisme di sel saraf untuk berfikir dan keperluan tubuh manusia lainnya.

Dokter Agus yang juga Wakil Sekretaris IDI Denpasar ini mengatakan, metabolisme dalam tubuh manusia dapat terganggu apabila faktor-faktor metabolisme tersebut terganggu, misalnya asupan nutrisi manusia yang kurang atau tidak seimbang seperti akibat kelaparan, pola makan yang salah atau kandungan nutrisi makanan yang dimakan tidak seimbang sehingga karbohidrat, kalori, protein, lemak, vitamin dan mineral sebagai bahan dasar untuk metabolism tubuh manusia. Adanya kelainan dalam tubuh manusia itu sendiri, seperti pasien yang produksi enzimnya terganggu, contohnya pasien diabetes mellitus atau kencing manis dimana hormone insulinnya terganggu. Contoh lain, ada kerusakan pada suatu organ yang memproduksi enzim dan hormon sehingga tidak tersedianya enzim atau hormon yang diperlukan. Adanya infeksi pada tubuh manusia oleh agen infeksi sehingga metabolisme terganggu oleh proses inflamasi/peradangan yag terjadi di dalam tubuh manusia.

Dokter Wayan Surudarma mengatakan, factor usia juga dapat mempengaruhi terhambatnya metabolisme. Makin tua usianya, maka metabolisme tubuhnya makin menurun. Jenis kelamin juga berpengaruh. Perempuan lebih cepat gemuk dibandingkan laki-laki karena proses metabolismenya lebih lambat dari laki-laki. Dokter Agus Hendrayana menegaskan, apabila metabolism tubuh terganggu, penyakit akan gampang terjangkit pada tubuh manusia. Contohnya, apabila metabolisme tubuh seseorang terganggu, maka kemampuan tubuhnya untuk memproduksi sistem kekebalan tubuh dapat terganggu, sehingga seseorang akan rentan terkena suatu penyakit infeksi, atau orang tersebut bisa saja menjadi gampang sakit. “Metabolisme tubuh manusia menjadi lancar apabila faktor-faktor yang mempergaruhi tersedia dengan baik. “Tersedianya asupan nutrizi yang cukup dan seimbang ke dalam tubuh, tersedia dan mampunya enzim dalam tubuh untuk membantu proses metabolisme dan kondisi fisik tubuh manusia yang tidak sedang sakit atau sedang tidak ada kelainan lainnya. Apabila ini terpenuhi makan metabolism dalam tubuh menjadi lancar,” jelasnya.
Dokter Agus Hendrayana menyebutkan, beberapa hal dapat dilakukan untuk menjaga metabolisme menjadi lancar, cukupi asupan nutrizi ke dalam tubuh dan usahakan dalam komposisi yang seimbang. Jangan sampai terjadi kelainan atau kerusakan organ dalam tubuh sehingga enzim-enzim atau hormon didalam tubuh tetap bekerja. Selain itu, tetap jaga kebugaran tubuh agar semua faktor-faktor metabolism tubuh dapat bekerja dengan baik dengan berolah raga dengan teratur. Hindari pola hidup yang tidak sehat seperti merokok, stress, minum alcohol, begadang, serta kurang istirahat.

Dokter Surudarma mengatakan, untuk memperbaiki metabolisme, manusia perlu makanan seimbang baik sumber kalori, zat pembangun, vitamin, mineral, dan air. Kalau kurang, bisa menghambat metabolisme. Olahraga juga dapat meningkatkan metabolisme. “Kalau tubuh sering dilatih, hormon dan enzim sudah siap bekerja dengan baik,” ujarnya. Menurut Dokter Suradarma ,kalau peredaran darah lancar dan zat yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh juga lancar, otomatis proses metabolisme juga berjalan lancar. Contohnya, zat makanan dan oksigen yang mengalir ke dalam darah berjalan lancar tanpa hambatan otomatis metabolisme berjalan dengan baik. Kalau metabolisme bagus, kerja dari semua organ tubuh juga bagus. Tubuh tak mudah terserang penyakit. -ast

Koran Tokoh, Edisi 633
Akupuntur kini makin mendapat pilihan di hati masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit. Teknik pengobatan dengan menggunakan media jarum ini, sudah dikenal sejak 4000 tahun yang lalu dan biasa digunakan untuk pengobatan zaman kerajaan di Cina. Selain lebih praktis harganya juga lebih murah dan tanpa efek samping. Perserikatan Bangsa Bangsa malah sudah mengakui akupuntur dapat mengobati 45 jenis penyakit. Akupuntur mengandalkan kekuatan alam yang sudah ada sejak janin diproses dalam kandungan.
Menurut Ketua Asosiasi Ikatan Naturopatis Indonesia Bali Badra teknik akupuntur digunakan untuk memperlancar peredaran darah yang terhambat atau kaku atau menggumpal. Dengan lancarnya peredaran darah, otomatis metabolisme tubuh juga menjadi lancar sehingga gangguan penyakit yang mungkin timbul dapat diminimalisir.

Ia mengatakan, dalam pengobatan akupuntur ada 4 cara mendiagnosa pasien yakni dengan melihat, mencium, mendengar, dan perabaan. Melihat kondisi pasien, contohnya, jika perut ada gangguan bibirnya akan terlihat pecah-pecah seperti sariawan. Jika mukanya kuning mungkin yang terganggu lever atau limpa. Kalau terlihat seperti ada cincin di sekitar matanya, mungkin ada masalah dengan ginjalnya. Jika mukanya merah bisa saja jantungnya ada masalah.
Deteksi lewat pendengaran contohnya pasien batuk sangat dalam artinya paru-parunya terganggu. Batuk mendehem, mungkin hanya masuk angin. Deteksi lewat penciuman, misalnya, bau badannya keras dan menyengat ada masalah di pencernaan. Jika bau mulutnya keras artinya ada masalah di paru-paru. Dengan perabaan terapis akan mengecek kondisi mata, lidah, dan nadi pasien. Mata merah timbul bintik dan ada warna cokelat mengelilingi bagian putih di mata, mungkin pasien mengidap kanker atau tumor. Lidah parit artinya pencernaannya terganggu. Lidahnya berwarna biru ada gangguan ginjal, pinggir lidah berwarna kuning kemungkinan lever terganggu.

Ia menyatakan, untuk memastikan diagnosa, semua deteksi tadi dicocokkan dengan nadi pasien. Setelah nadi dipegang, apakah jantungnya berjalan normal atau tidak.
Lelaki usia 67 tahun yang masih energik ini menyebutkan, jenis penyakit dibedakan menjadi dua, berkarakter yang (ekstrim) contohnya perut panas, atau suka marah. Penyakit berkarakter ying contohnya nadi tidak bertenaga atau mual muntal.
Dalam pengobatan akupuntur menggunakan media jarum. Jarum yang dipakai sudah diatur sedemikian rupa di sesuaikan dengan biologis tubuh. Mulai dari jarum rambut sampai jarum kaki. Jumlahnya ribuan, dengan ukuran mulai dari 2 milimeter sampai 23 cm. Pengobatan dengan mencari titik penting di dalam tubuh yang harus dilemahkan dengan tusuk jarum. Tujuan ditusuk untuk memberi rangsangan membuyarkan pembekuan darah.
Lelaki yang pernah belajar akupuntur langsung ke Cina ini mengatakan, ada penyakit yang cukup menggunakan satu jarum, 6 jarum, 10 jarum, 12 jarum, atau 24 jarum, tergantung derajat penyakitnya. “Yang ditusuk hanya kulit ari bagian luar sehingga rasanya tidak sakit hanya seperti digigit semut. Malah terasa seperti dipijat,” jelas Badra.
Ia mengatakan, terapi dilakukan mulai dari satu menit sampai ½ jam. Penyakit luar cukup tiga kali terapi, penyakit dalam 6 sampai 24 kali. Terapi dilakukan tiap tiga kali atau seminggu sekali tergantung kronis atau tidaknya penyakit.
Pengobatan akupuntur termasuk dalam pengobatan CTM ( chinese traditional medical). Artinya, pengobatan ini juga dikombinasikan dengan meminum ramuan herbal untuk mempercepat penyembuhan dan teknik pengobatan tradisional lain, misalnya dengan pemanasan moksa. Akupuntur cocok untuk menjaga kesehatan terutama bagi pasien yang sering terkena masuk angin. Akupuntur sangat baik untuk pengobatan penyakit stroke, diabetes, tekanan darah tinggi, migrain, dan vertigo. –ast

Koran Tokoh, Edisi 662

Jumat, 30 September 2011

Kebutaan dan Katarak

Kebutaan di Indonesia sudah menjadi masalah sosial karena angka kebutaan sudah mencapai 1,5%. Untuk itu, penanggulangannya harus dilakukan seluruh rakyat Indonesia.
Menurut dr. Wayan Daryatha, Sp.M. (K), banyak penyebab kebutaan seperti katarak, glaukoma, kelainan reflaksi, dan gangguan saraf dan kornea. Yang paling penting diketahui masyarakat dan yang paling banyak menjadi penyebab kebutaan, katarak dan glaukoma.

Konsultan dokter spesialis mata Yayasan Kemanusiaan Indonesia (YKI) ini mengatakan, tiap kekeruhan pada lensa mata disebut katarak mulai dari menurunnya penglihatan sampai kebutaan. “Katarak bisa diderita mulai dari sejak lahir. Penyebabnya, karena gangguan waktu hamil dan keturunan. Segala macam gangguan saat kehamilan bisa menyebabkan kecacatan. Penyebabnya bisa virus atau kandungan sempat digugurkan tetapi tak berhasil,” ujar Kepala Bagian Mata dan Ketua Komite Etik Medik RSU Puri Raharja ini.
Ia mengatakan, katarak usia muda, erat kaitannya dengan keturunan. “Waktu lahir dia belum katarak, tetapi menjelang remaja ada kekeruhan yang tidak disertai keluhan,” ujar satu-satunya konsultan oftalmologi komunitas di Bali ini.

Katarak bisa juga karena usia degeneratif. Begitu masuk usia 50 tahun kemungkinan terjadi katarak 50%. Usia 60 tahun bisa 60%. Usia 70 tahun bisa 70%. Ada juga katarak karena traumatika benturan dan kecelakaan, atau komplikasi panyakit kencing manis. Gangguan yang dialami mulai dari menurunnya penglihatan sampai pada kebutaan.
Ia menyebutkan, ada dua jenis kebutaan, sosial dan ekonomi. “Kebutaan sosial, apabila seseorang buta karena katarak dimana tajam penglihatannya hanya bisa menghitung jari kurang dari tiga meter. Dia sudah tidak mampu bersosialisasi. Kebutaan ekonomi, apabila seseorang tidak bisa menghitung jari lebih dari enam meter,” papar Pemilik Klinik Bali Charisma Usada ini.

Bagaimana penanggulangannya? Ada dua indikasi kapan sebaiknya melakukan operasi katarak. Indikasi medis, apabila seseorang sudah mengalami kebutaan sehingga perlu dioperasi agar tidak berlanjut. Ini disebut sebagai pencegahan. Indikasi sosial, operasi dilakukan ketika diperlukan. Misalnya, seorang mahasiswa membutuhkan penglihatan yang lebih baik. Dia belum masuk kategori kebutaan, tetapi membaca saja sudah susah. Artinya, seseorang membutuhkan penglihatan lebih baik sesuai kebutuhan pekerjaannya.
Penyebab kebutaan lainnya, glaukoma yang merupakan kumpulan beberapa keadaan yang disebut sindroma seperti adanya kerusakan pada saraf penglihatan, penyempitan lapang pandang, dan peningkatan tekanan bola mata.

Pada kasus lain, ada juga glaukoma yang tidak disebabkan karena peningkatan tekanan bola mata. Hanya lapang pandangnya sudah menyempit. “Salah satu contoh kasus, saat menyeberang jalan, kita masih bisa melihat mobil-mobil yang melintas di samping. Sementara bagi penderita glaukoma, mereka tidak bisa melihat ada kendaraan yang melintas, tiba-tiba saja mobil sudah menabraknya saat menyeberang jalan,” ujarnya.
Sebagai pencegahan, ia menyarankan, ketika memasuki usia 40 tahun sebaiknya setahun sekali memeriksakan tekanan bola mata. Kalau kecenderungannya tinggi, bisa memeriksakan mata tiap enam bulan, tiga bulan, sebulan atau seminggu sekali. Tekanan bola mata normal harusnya berada di bawah 20 milimeter hg. Apabila sudah lebih dari 20, itu sudah disebut tekanan bola mata tinggi bisa menjadi salah satu penyebab penyakit glaukoma.
Awalnya bisa dengan pengobatan, tetapi kalau sudah parah perlu ditangani dengan operasi. Penyebab glaukoma, keturunan atau komplikasi kelainan mata karena infeksi. Katarak bisa menyebabkan glaukoma, begitu juga sebaliknya glaukoma bisa mengakibatkan katarak. Bayi baru lahir bisa mengidap glaukoma karena gangguan saluran air dalam mata.
Kebutaan waktu lahir yang disebabkan karena keturunan tidak berarti langsung diturunkan. Orangtua bisa sebagai pembawa sifat. Apabila pembawa sifat bertemu dengan pembawa sifat maka muncullah kebutaan karena keturunan. Cara pencegahannya, hindari perkawinan keluarga dan lakukan pemeriksaan pranikah.
Dalam rangka penanggulangan kebutaan, rumah sakit perlu pendekatan ke masyarakat. Banyak masyarakat miskin berada di perdesaan. Bagaimana upaya kita membawa rumah sakit dengan kelengkapan operasi sedekat mungkin dengan masyarakat. Target orang buta miskin yang tinggal di desa sehingga diperlukan mobil klinik mata keliling dan operasi katarak. Upaya ini, untuk mendekatkan pelayanan ke masyarakat. Hal ini kata dia, harus melibatkan semua pihak mulai dari tenaga profesional yang punya kompetensi, punya kepedulian sosial, dan yang tak kalah penting mampu bekerja sama. Pemerintah juga harus mampu memfasilitasi dengan regulasi kebijakan dan komitmennya kepada masyarakat yang miskin di desa.
Sektor swasta juga ikut berperan dalam kegiatan CSR, LSM seperti YKI yang turut berperanserta dalam penanggulangan kebutaan, dan peran masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diperlukan, sebagai bentuk kepedulian terhadap masalah kesehatan yang ada. “Kalau melihat ada masyarakat yang mengalami kebutaan atau infeksi mata, perlu datang ke puskesmas. Hal-hal seperti ini yang harus dipahami semua masyarakat. Puskesmas sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan diharapkan mampu menarik masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya ketika mengalami gangguan,” ujarnya.

Mencegah gangguan pada organ penglihatan, ia menyarankan, biasakan menjaga kebersihan mata. Menghindari sesuatu masuk ke mata, termasuk trauma pada mata. Mata jangan dikucek-kucek, atau saat mandi jangan sering disiram air. Selalu makan yang sehat dan bergizi, terutama saat hamil. Virus morbili yang menyerang waktu hamil, tidak hanya bisa mengenai jantung, bisa juga mengakibatkan gangguan mata. Untuk itu, pemeriksaan rutin saat hamil perlu dilakukan termasuk tambahan pemberian vaksin vitamin A, dan vaksin antivirus. –ast

Koran Tokoh, Edisi 622, 26 sept s.d 1 Okt 2011

Minggu, 25 September 2011

Museum d’topeng

Untuk belajar kebudayaan Indonesia kita tidak usah jauh-jauh pergi ke luar Bali. Informasi lengkap tentang kebudayaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke dapat ditemui di Museum d’topeng, Simpang Siur Kuta. Museum yang berdiri sejak setahun lalu ini menyediakan koleksi benda-benda warisan budaya Indonesia mulai dari topeng, patung, keris, batik, dan pernak pernik budaya Indonesia.

Menurut Pemilik Museum Elly Tumiwa, ia bersama suaminya Reno sudah mengoleksi benda-benda sejarah sejak 25 tahun silam. Mereka prihatin, banyak benda bersejarah dibeli turis asing. Museum d’topeng menjelaskan semua suku di Indonesia. “Ruang ke ruang menyajikan kebudayaan tiap daerah menunjukkan ada satu benang merah dari Sabang sampai Merauke yang membuktikan Indonesia merupakan satu bangsa yang kreatif dan memiliki nilai budaya khas. Pengunjung akan mengerti bahwa perbedaan budaya yang ada di masing-masing daerah merupakan kekayaan yang harus dihargai,” ujarnya.

Elly mengatakan, koleksi museum lebih dari 2000 buah topeng dari bagian Kepulauan Indonesia. Topeng-topeng tersebut memiliki nilai sejarah tinggi, karena beberapa dari koleksi dibuat pada abad 18 sampai abad ke-20. Beberapa topeng digunakan untuk upacara keagamaan, ritual ibadah dengan tarian sakral dari berbagai suku dan beberapa istana kerajaan di Indonesia. “Topeng merupakan bagian bentuk drama tari. Penari memakai topeng dan memainkan kisah-kisah kuno tentang raja-raja kuno atau mitos dan pahlawan. Tarian topeng yang paling menonjol di Bali dan Jawa,” jelas Elly.

Kebudayaan Indonesia telah dibentuk oleh interaksi yang panjang antara budaya asli dan beberapa pengaruh asing. Praktik budaya banyak dipengaruhi banyak agama, termasuk Hindu, Buddha, Konghucu dan Islam. Hasilnya, campuran budaya kompleks.Ruang-ruang galeri terbagi menjadi beberapa sekat. Di bagian tengah museum ada sebuah layar untuk menonton film kebudayaan Indonesia.
Saat menginjak pintu masuk, pengunjung akan langsung menemui berbagai koleksi kebudayaan dari Bali. Ada kisah Barong dan Rangda dan berbagai topeng khas Bali.

Galeri Jawa Barat menyajikan benda-benda peninggalan Kerajaan Pajajaran yg dipimpin Prabu Siliwangi. Genteng penolak bala, berbagai topeng khas Jawa Barat, serta keris.Galeri Jawa Tengah banyak dihiasi kendi dan tombak asli kerajaan Mataram. Galeri Jawa Timur menyajikan topeng yang menggambarkan karakter dan budaya Jawa timur seperti reog. Ada topeng reog dan keris bertuliskan Arab dari Sumenep. Ada macam-macam perhiasan dari emas, perak, dan tembaga khas Jawa Timur. Lorobonyo, figur pengantin dari berbagai daerah di Jawa Timur. Mandi kembang dengan tujuh warna dan tempat rujak yang berumur ratusan tahun.

Galeri Nusa Tenggara Timur memajang salah satu kanon atau meriam peninggalan Portugis. Ada alat musik drum zaman dulu berbahan tembaga. Kain tradisional khas NTT yang dipakai pahlawan atau pangeran dengan warna cokelat, hitam, dan merah. Ada juga pedang pangeran dan perhiasan cincin, dan gelang yang dipakai para keturunan kerajaan. Galeri Nusa Tenggara Barat menyajikan berbagai topeng khas daerah tersebut. Bentuk topeng hampir mirip dengan Bali. Begitu juga dengan keseniannya. Ada juga patung kesuburan yang berumur 1500 tahun dan kurungan yang indah. Beberapa keris khas lombok juga ada.
Galeri Sumatra memajang umbu, tempat pakaian yang mirip peti mati serba kayu tanpa paku. Ada juga tempat pengikir gigi untuk upacara potong gigi daerah Sumatra.

Galeri Papua banyak menyajikan benda yang bersifat spiritual. Salah satunya bulu dan tulang kaswari.
Galeri khusus wayang menceritakan sejarah wayang di Indonesia. Bahkan, Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam dan al quran lewat wayang. Ada juga buku sejarah al quran. Galeri Asia memajang piring-piring dinasti Cina. Galeri Sulawesi memajang patung tau tau khas Toraja. Patung yang ditaruh di perbukitan ini, seolah-olah dianggap arwah yang belum meninggal. Ada juga pedang bawah laut yang ditemukan di perairan Sulawesi. Ada juga penolak bala dan topeng kematian. Galeri Kalimantan menyajikan sejarah Mandau dan orang Dayak.

Galeri Kolonial Belanda zaman VOC menyajikan benda-benda yang digunakan waktu penjajahan. Ada koin dan uang dengan empat bahasa, Inggris, Belanda, Cina, dan Arab. Berbagai topeng para pejabat Belanda yang sempat menjabat di Indonesia. Galeri Majapahit memajang berbagai jenis keris zaman kerajaan Majapahit dan ada juga gada Gajahmada. Galeri keris memajang berbagai koleksi kepala keris di berbagai daerah di Indonesia. Galeri topeng dengan berbagai karakter mulai dari binatang, punakawan, dan raja. Galeri batik memajang batik khas di Indonesia seperti batik Bali, Solo, Pekalongan, Yogyakarta, Lombok, bahkan batik Toraja yang berumur 600 tahun. Di akhir perjalanan museum, pengunjung akan melihat patung Yene yang ditemukan di Kepulauan Leti yang kini sudah tenggelam. Patung tersebut dulunya digunakan sebagai sarana upacara dengan menggunakan darah manusia

Elly berharap, suatu saat apa yang sudah dikumpulkan dalam museum d’topeng dapat dijadikan tempat pembelajaran kebudayaan Indonesia bagi anak-anak generasi masa depan bangsa. –ast

koran tokoh, edisi 662, 26 s.d 1 okt 2011