Selasa, 30 November 2010

Jangan Remehkan Nasi Sela

BANYAK orang memandang remeh ubi jalar merah. Padahal, ubi yang satu ini mengandung beragam zat gizi yang sangat baik bagi tubuh. Masyarakat Bali memiliki makanan tradisional nasi sela. Apakah kandungan gizi nasi sela mampu memberi kontribusi optimal bagi tubuh?

”Selain untuk memenuhi unsur gizi dalam tubuh, makanan yang dikonsumsi sehari-hari hendaknya beragam agar tidak menimbulkan kebosanan. Dengan beragamnya makanan, beragam pula zat gizi yang dikonsumsi, karena tidak ada satu pun makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan manusia,” ujar Ahli gizi Poltekes Denpasar Ida Ayu Eka Padmiari, S.K.M., M.Kes.
Ia menyarankan, untuk mengonsumsi ragam bahan makanan perlu dilakukan pencampuran makanan atau biasa disebut makanan campuran, misalnya beras dengan ubi jalar atau nasi sela, beras dengan jagung, beras dengan kacang kedelai. Campuran bahan ini, kata Dayu Padmiari, akan memaksimalkan zat gizinya dan akan melengkapi zat gizi yang dibutuhkan.

Makanan campuran yang merupakan makanan tradisional Bali khususnya dan di Asia umumnya adalah campuran beras dengan ubi jalar yang sangat khas yang disebut nasi sela. Bahan pangan pokok yang selalu dimakan orang Indonesia umumnya tiap hari adalah nasi. Namun, sebenarnya masih banyak bahan makanan lain yang memiliki kandungan gizi tidak kalah daripada nasi. Jadi, makan besar tidak harus dengan nasi, masih banyak bahan makanan lainnya.

Ia mengatakan, masyarakat Indonesia sudah tergantung pada nasi dan menganggap kalau belum makan nasi berarti belum makan. Sumber karbohidrat lain seperti roti, ubi, mi, bihun, kentang, jagung, umbi, talas, singkong, termasuk makaroni, spageti, dan aneka pasta yang kini makin populer itu masih dianggap sekadar bahan pangan selingan atau pengganjal lapar sebelum makan nasi. Padahal, fungsinya tetap bisa digunakan sebagai makanan pokok. Persepsi masyarakat yang mengatakan makanan yang membuat kenyang dan cocok di lidah itu hanya nasi putih harus diluruskan. Ia mengharapkan para orangtua dapat menyosialisasikan keanegaragaman bahan pangan pokok tersebut kepada anak-anak, mengingat pembentukan selera dan kebiasaan makan dimulai sejak balita.

Mencermati fenomena global di bidang pangan, kata dia, budaya mengonsumsi jenis makanan impor perlu diperbaiki melalui berbagai kampanye dan promosi. Jepang sebagai negara besar dan maju pun sudah mulai berpikir untuk mengubah pola konsumsi pangannya, dengan tidak menggantungkan pangan impor ke arah konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Indonesia sebagai negara berkembang dengan penduduk yang banyak harus mulai melakukan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal. Banyak orang memandang remeh ubi jalar merah. Padahal, kata dia, ubi yang satu ini mengandung beragam zat gizi yang sangat dibutuhkan tubuh.

Sumber utama karbohidratnya baik untuk penderita diabetes karena kandungan gulanya sederhana. Ubi jalar merah juga sangat kaya pro vitamin A atau retinol. Dalam 100 gram ubi jalar merah terkandung 2310 mcg (setara dengan satu tablet vitamin A). Bahkan dibandingkan bayam dan kangkung, kandungan vitamin A ubi jalar merah setingkat lebih tinggi. Keistimewaan ubi ini juga terletak pada kandungan seratnya yang sangat tinggi. Ubi jalar bagus untuk mencegah kanker saluran pencernaan dan mengikat zat karsinogen penyebab kanker di dalam tubuh.

Di Jepang, harga tepung ubi jalar dihargai empat kali lipat harga tepung terigu. Penelitian mengenai ubi jalar pun makin sering, karena memunyai kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Ubi jalar bahkan dapat dijadikan sebagai bahan makanan alternatif lain bagi pasien penyakit tertentu di rumah sakit. Tepung ubi jalar lebih mahal daripada tepung gandum (terigu). Untuk mendapatkan manfaat fisik dan emosional, ia menganjurkan, ada baiknya dicoba membuat roti menggunakan tepung ubi jalar, baik sebagai bahan utama maupun bahan pewarna. “Pencampuran dua bahan makanan, beras dan ubi jalar, saling melengkapi zat gizi seperti tiamin yang tidak terdapat di ubi jalar akan dilengkapi tiamin yang terdapat dalam beras, dan sebaliknya antioksidan dan vitamin A yang tinggi di ubi jalar akan melengkapi kekurangan zat tersebut dalam beras,” paparnya.
Ia menambahkan, jika digabungkan kedua bahan tersebut, kita sudah memperoleh hampir 10 jenis mineral di antaranya kalsium, fosfor, Fe/zat besi, kalium, magnesium, dan seng. Begitu pula dengan kandungan protein terutama asam-asam amino esensial yang akan diperoleh lengkap dengan pencampuran berbagai bahan tersebut, contohnya nasi sela ditambah ikan, atau nasi sela ditambah tempe/tahu. –ast


Sosialisasikan Diversifikasi Pangan, Lewat Kelompok Wanita Tani
DIVERSIFIKASI pangan bukan diartikan sebagai tidak makan nasi, namun, bagaimana kebutuhan karbohidrat sebagai gizi keluarga juga dipenuhi dari sumber karbohidrat lain selain beras. Demikian diungkapkan Kadis Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Ir. Made Putra Suryawan.

Kabohidrat dari beberapa sumber seperti beras, jagung, umbi-umbian lokal terdapat di sekitar kita. Selain harganya relatif lebih murah umbi-umbian juga merupakan pelengkap gizi. Ia menegaskan, tujuan diversifikasi menu sejak dini, di samping meningkatkan kesehatan dan melengkapi kebutuhan gizi, juga untuk ketahanan pangan.
Di Bali saat ini, kata dia, usaha sedang digiatkan dalam upaya pengembangan ubi kayu sebagai komoditas andalan, seperti ubi jalar, talas kuning, dan sukun. Sosialisasi diversifikasi pangan telah dilakukan lewat pembinaan kelompok wanita tani melalui unit pembinaan pengembangan pengolahan hasil pertanian (UP3HP). “Para kelompok wanita tani diajari bagaimana mengolah bahan karbohidrat selain beras ini menjadi berbagai menu makanan yang enak dan bergizi. Bahkan, sebagian mereka sudah memasarkan hasil produksinya sampai ke pasar swalayan,” paparnya.

Selain itu, ada program pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah. Siswa diajari makan nasi campur seperti nasi sela. “Kalau di rumah disuruh makan nasi sela tidak mau, tetapi kalau ibu gurunya yang menganjurkan mereka mau,” ujarnya. Kegiatan ini, kata Suryawan, sekarang sudah diambil alih Badan Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan (BPMD).
Peningkatan optimalisasi lahan kering juga terus digencarkan. Pengembangan ubi kayu jenis song landak dilakukan di Bangli, Nusa Penida, Klungkung dan Karangasem. Pengembangan jagung hibrida di lahan sawah di Tabanan, Gianyar dan Klungkung. Pengembangan sukun 2000 pohon tahun 2010 di Buleleng Barat dan Timur. Kabid Pascapanen dan Pemasaran Hasil Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Lihadnyana menambahkan, pelatihan pengolahan pangan lokal dilakukan dengan harapan, konsumsi beras dapat berkurang. “Sumber karbohidrat tidak hanya beras. Kendalanya, masih berkembang persepsi masyarakat jika belum makan nasi belum makan. Dengan penumbuhan UP3HP di semua kabupaten Bali dan dibantu fasilitas alat pembuatan tepung, harapan diversifikasi menu mulai diminati masyarakat,” ujarnya. Ia berharap, konsumsi beras di Bali makin lama makin berkurang dengan diversifikasi pangan lokal. Seperti di Yogyakarta, yang konsumsi berasnya paling rendah di Indonesia. –ast

Koran Tokoh, Edisi 28 s.d. 5 Desember 2010

Minggu, 28 November 2010

Jangan pernah Katakan "Anak ‘Goblok"

Pendidikan usia dini menjadi hal utama dan penting dalam pendidikan anak. Orangtua merupakan pendidik utama yang memegang peranan penting mengantarkan kesuksesan anak. Ironisnya, tak banyak orangtua yang memberikan pendidikan usia dini yang baik kepada putra-putrinya. Bahkan, ketika mereka besar dan tidak mampu menjadi anak seperti yang mereka inginkan, celaan tak urung mereka lakukan. Ini kesalahan fatal. Demikian ditegaskan praktisi pendidikan Gidion Hidarto.

Ayah Dominic Brian seorang anak Indonesia pemecah rekor dunia ini mengungkapkan pengalaman masa kecilnya.Ia mengaku akses untuk melakukan perlawanan dan penolakan terhadap kemauan keras orangtua tidak didapatkan. Ia berasal dari keluarga keturunan Tionghoa, bertempat tinggal di desa, yang dididik keras dan disiplin, harus menuruti semua kemauan orangtuanya. Gidion mengaku, tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan ayahnya.

Ketika tamat SMA, ia tidak diterima di ITS. Ia diharuskan kuliah ke Amerika Serikat. Ia tidak punya kekuasaan untuk menolak perintah orangtuanya sampai ia menyelesaikan pendidikan S-2 di sana. Setelah dewasa, ia menikah dan memiliki anak yang bernama Dominic Brian. Ia mencoba mengembangkan konsep baru dalam mendidik putra tunggalnya itu. Ia tidak ingin mengulang kesalahan orangtuanya, yang memaksakan kehendaknya kepada dirinya.
Tak tanggung-tanggung, sejak Brian dalam kandungan, ia sudah diajarkan menjadi anak yang berkarakter. “Saya tidak mau mengulang kesalahan orangtua. Saya diajari tidak bisa mengambil keputusan. Saya tumbuh dan besar tanpa menjadi diri saya sendiri,” tuturnya.

Setelah Gidion terjun sebagai pengajar tahun 2002 dan membuka kursus, ia mulai menyelami dunia anak-anak dengan baik. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, pikirnya.
“Saya biarkan Brian bereksperimen. Saya biarkan ia mencoret tembok, bahkan mencoret mobil. Menggambar daun dengan warna merah, atau warna apa saja terserah dia. Saya bebaskan dia menjadi dirinya sendiri. Saat dia bermain bola, dan jatuh di rumput, saya biarkan. Dia akan banyak belajar dari pengalamannya itu,” kata Gidion tentang kiatnya mendidik Brian.

Saat usianya satu tahun, Brian diajari kata-kata dengan menunjukkan dan membacakannya. Tiap malam istrinya, Debora, membacakan buku sebelum ia tidur. Ketika usia tiga tahun, Gidion terkaget-kaget, karena Brian sudah mampu membaca dan menunjukkan kepiawaiannya membaca di depannya. Sejak itu, Gidion rajin mengajak Brian ke Gramedia untuk membeli apa pun buku yang ia suka. Usia 5 tahun Brian sudah mahir membaca koran.
Gidion menuturkan, buku Brian semuanya dalam bahasa Inggris. Saat usianya tiga tahun, Brian sangat lancar berbahasa Inggris. Semua itu dipelajari Brian, karena tiap malam ia selalu mendengar ibunya membacakan cerita dalam bahasa Inggris untuknya. Brian tumbuh dalam dua bahasa tanpa stres.
Ada orangtua yang protes. Anak diajari matematika atau bahasa Inggris sejak kecil bisa stres. Gidion berpandangan, yang membuat anak menjadi stres karena cara pengajarannya yang salah. Kurang pendekatan orangtua dengan anak. “Kalau orangtua dekat dengan anak potensinya mudah dikenali. Kalau waktu kecil anak suka memotong sayur, suka masak, besarnya nanti mungkin bisa menjadi koki terkenal. Dengan pendekatan seperti itu, orangtua mampu mengenali potensi anak dengan baik,” paparnya.

Fungsi orangtua diibaratkan pemantik korek api. Potensi anak tidak terbendung. Orangtua sebagai sumber ispirasi dengan melakukan hal kecil. Seperti yang ia lakukan. Hanya dengan membacakan buku tiap malam, Brian mahir membaca tanpa harus diajari huruf demi huruf. Anak akan bisa membaca tanpa disadari.
Ia menyayangkan sikap orangtua yang sering menghardik anak dengan kalimat yang kurang mengenakkan. Melihat anaknya suka musik, langsung berkata, ’jika besar nanti kamu mau jadi tukang ngamen’.
Kalau itu diucapkan orang lain, mungkin anak tidak peduli. Namun, ketika kalimat itu dilontarkan bapaknya akan membuat mental anak menjadi drop.

Ia menilai, anak merupakan titipan Tuhan. Tuhan yang mengetahui, apa yang menjadi panggilan jiwa anak itu. Kalau orangtua memberi kebebasan mengekspresikan dirinya, ia akan menjadi anak yang berkarakter.
Gidion mengatakan, ia selalu menekankan kepada Brian, sahabat terbaik adalah orangtuanya.
Dengan dekat kepada anak, para orangtua akan tahu seberapa besar keinginan anak, seberapa besar ketakutan anak, dan mengerti kebutuhan anak. Tiap hari, ia selalu mengucapkan kalimat “I love you” untuk Brian.

’Home Schooling’
Ketika Brian kelas VI, ia mengambil suatu keputusan besar. Ia tidak ingin masuk ke sekolah normal. Brian ikut home schooling alias belajar di rumah. Hanya Gidion dan istrinya, Debora, yang mengajar Brian. Tidak ada guru yang dipanggil. Tidak ada rapor. Kelas bisa di kamar, supermarket, atau di bioskop.
Bagaimana kita melihat kehidupan, ada panggilan jiwa yang diajarkan. Rumah adalah tempat yang terbaik. Guru yang terbaik adalah para orangtua. Menurut Gidion ia memberi anaknya kebebasan dari awal. Pilihan pasti ada konsekuensinya. “Saya ajarkan Brian untuk mengambil keputusan sendiri. Saya belum pernah mengatakan ’kamu goblok’, atau ’kamu tidak bisa diatur’. Kadang Brian juga lupa, dan teledor. Tetapi, saya menganggap dia orang yang harus dihargai. Bukan diberi kata-kata kasar seperti itu,” ujar Gidion.

Ketika ia memutuskan untuk home schooling, Brian sudah memikirkan matang-matang. Walaupun Brian home schooling bukan berarti ia tidak bersosialisasi dengan teman-temannya. Brian biasa menjadi pembicara dalam seminar, ia suka berenang, main musik, temannya banyak di facebook, ia ikut komunitas di gereja. Banyak hal dilakukan Brian sama seperti anak lainnya.
Prestasi Brian memang membuat decak kagum banyak orang. Brian mendapatkan penghargaan Muri tahun 2002 dalam usia 5 tahun karena mampu mengingat 100 angka dalam waktu 12 menit. Tahun 2009, Brian kembali mendapatkan rekor Muri. Tak berselang lama, Brian memecahkan rekor dunia (guinness world record) mengingat angka terbanyak. Tahun 2010, kembali prestasi spektakuler diraihnya. Rekor dunia mengingat angka terbanyak 216 dalam waktu satu menit mengalahkan pemegang rekor dunia yang lama, Nischal Narayanan dari India yang hanya mampu mengingat 132 angka.

Gidion menolak jika dirinya dikatakan mengekpoitasi anak. Tiap anak punya potensi yang terpendam. Einstein yang autis hanya menggunakan kemampuan otaknya sekitar 8%, apalagi anak normal tentu potensinya lebih besar. Selama anak diajari menjadi pribadi yang bertanggung jawab, ia akan mampu tumbuh secara optimal.
Ia berpandangan, para orangtua tidak bisa mengatakan, anak tidak boleh main internet. Orangtua cukup memberi bekal kedewasaan dan kebijaksanaan kepada anak. Godaan tidak bisa dicegah. Namun, dengan bekal yang cukup dalam usia dini, itu akan menancap di otaknya dengan baik.
Apalagi, kata dia, itu dilakukan sejak bayi dalam kandungan. Pendidikan Brian sudah disiapkan dengan baik mulai dalam kandungan. Saat ia berusia satu bulan saya bahas karakter kejujuran. Bulan berikutnya saya bahas karakter baik lainnya. Saya rasa itu sangat berpengaruh dan bermanfaat bagi Brian.

Kuliah karena Pacar
Gidion mengaku tergelitik, saat mengikuti seminar Andy Noya pemandu Kick Andy di Metro TV di kampus Unud. Ketika ditanya, apa alasan para mahasiswa kuliah di sana, sebagian menjawab karena ajakan teman, bahkan karena pacar, dan mengikuti keinginan orangtua.
Kalau kita telusuri, kata Gidion, kesalahan memilih sekolah berasal dari kesalahan sebelumnya. Kesalahan waktu SMA, SMP, SD, TK bahkan sebelumnya. Anak tidak mampu menentukan pilihannya sendiri, sesuai dengan panggilan jiwa mereka. Ia menilai, pendidikan usia dini yang harus dibenahi agar harapan orangtua untuk mendapatkan anak yang berkarakter dapat tercapai.

Ia mengaku, terinspirasi dengan dua orang penyandang cacat Aceng dan Stephani yang ditampilkan dalam acara Kick Andy. Aceng tidak punya tangan, bisa SMS-an, bisa main gitar, menikah pula. Stephani cacat mental. IQ tidak sampai 90. Namun, ia mampu mewakili Indonesia dalam kejuaraan renang di Yunani. Ironisnya, angka bunuh diri di Indonesia tinggi, padahal seorang Aceng dan Stephani mampu menjadi motivator bagi banyak orang. Sementara, bagi orang yang terlahir normal, mereka tidak mampu menghadapi persoalan dalam hidupnya.

Ia berencana membuat buku tahun depan yang menuturkan bagaimana perjalanan Brian dalam meraih kesuksesan. Buku dengan judul “Panggilan Jiwa” ini rencananya akan dihiasi kata pembuka dari Presiden SBY dan Gubernur Bali. –ast.

Tokoh, Edisi 620, 28 Nov s.d 4 Desember 2010

Senin, 22 November 2010

Kesiapan Denpasar Antisipasi Bencana

Badan Pemadam Kebakaran Dilebur Jadi BPBD. SARANA MCK (mandi, cuci, kakus) sering terabaikan dan karenanya dikeluhkan para pengungsi di tempat-tempat pengungsian, sebagaimana yang terjadi di tempat-tempat pengungsian korban meletusnya Gunung Merapi sekarang ini. Bagaimana kesiapan Kota Denpasar mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana alam?

Bencana datang tanpa diduga. Mengantisipasinya, diperlukan suatu manajemen agar saat terjadi bencana penanganannya lebih maksimal. Saat ini baru ada tiga kabupaten/kota yang memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Bali yakni Denpasar, Gianyar, dan Buleleng.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar dr. I Made Sudhana Satrigraha mengungkapkan, manajemen bencana meliputi penanganan mulai dari prabencana, saat terjadinya bencana, dan pascabencana.
Sistem yang diterapkan BPBD Kota Denpasar dalam penanganan bencana melalui instruksi lembaga dan pengaduan masyarakat melalui call centre 0361- 223333. BPBD Kota Denpasar memiliki 4 pos pengaduan yakni Pos Induk di Jalan Imam Bonjol, Pos Juanda di Renon, Pos Cokroaminoto di Terminal Ubung, dan Pos Merpati di depan Stadion Kompyang Sujana.

Mantan kepala Rumah Sakit Wangaya ini mengatakan, prabencana meliputi pencegahan dan kesiapsiagaan. Pencegahan mencakup penyuluhan kepada masyarakat umum, mulai dari pelajar, sampai ibu rumah tangga. Tahun 2010 ini BPBD Kota Denpasar memprioritaskan penyuluhan kepada masyarakat di wilayah pesisir seperti Kelurahan Serangan, Kelurahan Sanur, Desa Sanur Kauh, Desa Sanur Kaja, dan Kesiman Kertalangu. Wilayah ini dianggap rawan bencana tsunami. Penyuluhan lain, juga menyasar 9 pasar di Denpasar. BPBD memberikan bantuan alat bantu pemadam api ringan (APAR) sekaligus penggunaannya kepada pengelola pasar agar mereka dapat melakukan penanggulangan ketika terjadi kebakaran. Bagi anak-anak TK, siswa SD, SMP, SMA ada program pelatihan mematikan api yang dilakukan di Pos Induk. “Agar program ini mencapai sasaran, tahun lalu kami mengadakan lomba mengatasi bahaya kebakaran ‘bagaimana cara mematikan api’. Pesertanya masyarakat umum dan siswa. Tahun depan bertepatan dengan HUT Kota Denpasar, lomba yang sama akan kami gelar lagi. Pesertanya ibu-ibu PKK,” katanya.

Kesiapsiagaan diprioritaskan pada kompetensi para kru di lapangan dan membuat peta wilayah rawan bencana dan peta evakuasi. Saat terjadinya bencana, BPBD melakukan penanganan darurat dan penyaluran logistik. BPBD berkoordinasi dengan stakeholder lain seperti TNI, polisi, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, SAR, dan PMI.
Menurutnya, dalam penanganan darurat petugas akan bergerak dengan analisis cepat seperti saat bencana gunung meletus. Beberapa analisis dilakukan seperti berapa kawasan yang dianggap rawan bencana, ke mana arah lahar mengalir, dan wilayah mana yang paling berbahaya. Berdasarkan analisis cepat tadi, kata dia, dapat dilakukan beberapa tindakan tepat seperti bagaimana evakuasi korban, penyelamatan korban sakit atau meninggal, dan membuat tempat pengungsian.
Di bidang logistik, kebutuhan pokok pengungsi menjadi prioritas, seperti pangan berupa makanan dan air bersih, sandang pakaian, papan seperti tenda atau balai banjar untuk berteduh, pelayanan kesehatan dan pelayanan psikologi.

Mobil MCK
Saat bencana, biasanya selalu dikeluhkan minimnya fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK). Saat ini DKP Kota Denpasar memiliki satu mobil MCK. Mobil ini biasanya dimanfaatkan untuk kegiatan besar seperti pameran. Hal ini dibenarkan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Denpasar I Ketut Wisada, S.E. “Memang dengan satu mobil tentu kekurangan. Instansi seperti TNI dan Polri juga memiliki masing-masing satu mobil MCK yang siap membantu jika diperlukan. Selain pemanfaatan mobil MCK, akan dibuatkan tenda-tenda darurat untuk mengatasi masalah MCK,” ujar Dokter Sudhana.
Pascabencana meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Rehabilitasi meliputi perbaikan fasilitas umum seperti kantor pemerintahan yang rusak terkena bencana. Sedangkan rekonstruksi dilakukan setelah masa rehabilitasi. “Kalau perlengkapan atau banyak peralatan rusak dan tidak dapat digunakan lagi, akan diganti barang baru. Kami bertugas membantu pengadaannya,” ujarnya.
BPBD didirikan dua tahun lalu sebagai pengganti Badan Pemadam Kebakaran. “Dulu petugas kami hanya mampu menangani bencana api. Kini setelah badan ini dilebur menjadi BPBD, semua regu memiliki kompetensi dalam mengenal bencana air, api, angin, alam, dan sosial,” jelasnya. BPBD diperkuat 170 personal, terdiri atas siap regu 120 orang dan sisanya 50 orang di manajemen. Petugas siap regu mendapatkan penyegaran seminggu sekali tiap hari Jumat. Mereka diberi pengetahuan agar mahir melakukan pertolongan dan menggunakan alat bantuan. -ast

Tokoh, Edisi 619, 21 - 27 November 2010

Kencing Normal 5 – 8 Kali tiap Hari

BATU ginjal, merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak diderita. Insiden batu ginjal cukup banyak di Bali. Indonesia sebagai daerah tropis, memudahkan orang menderita penyakit tersebut. Batu ginjal merupakan salah satu penyebab utama terjadinya gagal ginjal. Batu ginjal dapat menyerang semua golongan usia. Namun, paling banyak diderita laki-laki usia dewasa. Belum ada penjelasan mengapa laki-laki lebih banyak menderita penyakit ini.

Dr. G. Wirya K. Duarsa, M.Kes., Sp.U. dari Divisi Urologi Bedah Rumah Sakit Sanglah mengatakan, banyak penyebab batu ginjal, mulai dari faktor keturunan, diet, olahraga, pekerjaan, dehidrasi, penyakit imun. “Batu bukan satu-satunya yang merusak ginjal. Beberapa penyakit seperti kencing manis, hipertensi, asam urat, penyakit infeksi juga dapat merusak ginjal,” ujarnya.
Ia menyatakan, tanda atau gejalanya tidak selalu ditemukan pada penderita batu ginjal. Jika batunya masih kecil, dan tidak menyumbat permukaan saluran kencing tidak akan timbul gejala apa pun.

Ia menjelaskan, gejalanya tergantung letak batunya, besar kecilnya batu, dan kronis atau akutnya penyakit. Jika batu letaknya di kantung kencing mengakibatkan tidak bisa kencing. Jika batu menyangkut di kandung kemih, dapat timbul nyeri saat buang air kecil, buang air kecil tidak tuntas (anyang-anyangan).
Jika batu letaknya di saluran ureter muncul keluhan kolik sakit di pinggang. Jika batu sudah masuk ke ginjal penderita akan mengalami keluhan sakit pinggang. Biasanya jika sudah terjadi keluhan, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang. Untuk mendiagnosanya, dokter menyarankan pemeriksaan laboratorium untuk darah dan air seni, USG, atau rontgen khusus.

Penanganannya dari dua sudut, dari bagian penyakit dalam dan dari bedah. Kalau batu sudah terbentuk, harus segera ditangani dari sudut medis. Ada jenis batu hanya dengan obat dapat dilarutkan, sehingga dapat keluar bersama air kencing. “Selama ginjal berfungsi normal, batu kecil ukuran 4 mm dapat didorong. Kalau batu itu sudah besar harus ditangani dengan pembedahan,” ujarnya.
Saat ini, RS Sanglah sudah mampu menangani semua keluhan batu ginjal. Semua teknik penanganan dapat dilakukan di rumah sakit ini, sama dengan penanganan di rumah sakit di luar Bali dan luar negeri.
Penanganan endoskopi merupakan teknik tanpa melukai samasekali. Suatu alat dimasukkan ke dalam saluran kencing untuk mengahancurkan batu. Ada juga penghacuran batu dengan mesin SWL. Teknik penanganan lain dengan pembedahan terbuka.

Membuang batu bukanlah akhir pengobatan, tetapi merupakan awal pencegahan. Kalau batu berhasil dibuang atau ditembak tidak sertamerta batu tidak akan tumbuh lagi. “Bisa saja batu akan tumbuh kembali tergantung pola hidup pasiennya, dan faktor genetik juga memegang peranan. Pola hidup sehat harus dilakukan dengan menjaga berat badan seimbang, banyak berolahraga, minum air putih yang cukup,” sarannya.
Ia menambahkan, jika fungsi ginjal normal produksi kencing harus dua liter per hari. Minum 2-3 liter air. Normalnya orang kencing 5-8 kali per hari. “Kalau ada kelainan fungsi ginjal, makan dan minumnya akan diatur dokter,” paparnya. Selain pola hidup sehat, perlu dilakukan general check up, dengan melakukan foto rontgen perut dan USG. Jika pasien datang dalam kondisi derajat penyakit yang belum kronis, dan mendapat penanganan dengan baik, umumnya fungsi ginjal normal.

Infeksi Saluran Kencing
Infeksi ini penyebabnya bakteri, dan 80% karena bakteri ecoli. Keluhan muncul sering anyang-anyangan atau nyeri saat kencing. Infeksi saluran kencing yang biasa, dapat sembuh dengan minum air putih dan pengasaman urine. Namun, ada juga yang membutuhkan obat antibiotika. Penanganan serius diperlukan jika terjadi komplikasi. Kelainan anatomi ginjal juga dapat memicu infeksi saluran kencing. Penanganannya lebih sulit, selain koreksi anatomi, juga memerlukan antibiotika cukup kuat untuk menghancurkan bakteri. “Kalau infeksi tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan infeksi ginjal yang kronis dan gagal ginjal,” ujarnya. –ast

Tokoh, Edisi 619, 21 - 27 November 2010

Rabu, 10 November 2010

Paola dan Gobind Ungkapkan Pengalaman Spritualnya

SALAH seorang praktisi yoga asal Italia yang bekerja di India Paola Clodoveo menyatakan, suatu kebanggaan dapat menimba ilmu dari pakar yoga di Bali. Perempuan usia 52 tahun ini kebetulan berada di Ubud selama sebulan.
Ia menuturkan, awal mula ia tertarik yoga ketika berusia 20 tahun. Ia berkonsentrasi pada karma yoga. Waktu itu Paola belajar selama dua minggu di Lama Tzong Khapa Institute di Pomma Pisa, Italia. Kemudian ia menjalani vipassanna (silent meditation) seminggu di Ladak India.
Ia mengatakan, banyak manfaat diperoleh dengan bermeditasi. “Saya merasa lebih tenang, mampu lebih berkonsentrasi, dan lebih bersemangat,” tuturnya.
Kini ia rutin melakukan yoga tiap hari. Ia mengaku, yoga telah memberikan banyak energi dan spirit dalam menjalani rutinitasnya sebagai pekerja kemanusiaan untuk perempuan dan anak di India.

Masalah Kita Ego
Praktisi Yoga Gobind menuturkan, ada suatu pengalaman spiritual yang mengantarkannya akhirnya menekuni meditasi. Gobind pernah merasakan dirinya meninggal. Setelah itu, ia banyak membaca buku spiritual dan mulai bergerilya mencari guru spiritual. Akhirnya ia menemukan jawabannya. Daripada susah mengubah pikiran lebih baik mengubah gerakan. Kemudian ia mulai fokus bermeditasi.
Ia menyadari, dalam kehidupan, kita sebenarnya tidak memunyai masalah dengan dunia luar. Masalah kita adalah ego kita sendiri. “Manfaat yoga adalah menimbulkan kesadaran pada diri kita bahwa saya, kamu dan kalian adalah sama yakni satu badan. Apa pun masalah itu, ada dalam diri kita,” ujarnya. –ast

Bali dan Peru Miliki Sinar Spiritual Tinggi


PENEKUN meditasi usadha Merta Ada mengatakan, orang Bali sepatutnya bersyukur bertempat tinggal di Bali. Energi magma bumi bersilangan di bawah pulau Bali. Ini merupakan pertemuan luar biasa antara energi positif dan negatif. “Kalau kita ingin menjadi tenang dan mencapai moksa, Bali tempatnya. Beberapa ahli spiritual dunia menemukan dua tempat yang diyakini memiliki sinar spiritual tinggi yakni Bali dan satu tempat di sebuah danau di Peru,” ujarnya.
Ia menyatakan, ada empat unsur alam yakni air yang bersifat mengurai dan melekat, tanah bisa dirasakan berat atau ringan, kasar atau halus, keras atau lembut, api dirasakan bagai panas atau dingin, dan angin terasa kembang kempis. Keempat unsur ini membentuk komponen tubuh kita. Ia memberi contoh, buah purna jiwa. Sifatnya panas yang mampu menguatkan pikiran. Orang yang memakan buah purna jiwa diyakini menjadi sangat berwibawa. Orang yang mencapai semadi, mampu melihat aura.

Dengan mata terpejam ia dapat melihatnya. Dengan belajar spiritual, kita bisa melihat dari yang halus. Materi terbentuk dari atma dan jiwa kita. Ilmu modern hanya melihat jiwa kasar. Padahal, untuk mencapai spiritual yang tinggi perlu keseimbangan lahir dan batin. Saat bersembahyang pikiran kita bersih. Namun, setelah itu kembali kotor karena karma dan jnana yoga belum dipraktikkan. Apalagi kita mampu menyempurnakan dengan raja yoga, maka moksa akan dapat dicapai.

Yoga Mudah Dipelajari
Pelajaran kanda pat kini tidak sulit lagi dipelajari. Dr. Gede Kamajaya yang membawakan materi tantra yoga mengupasnya dengan gamblang. Yoga ini mudah dipelajari bahkan oleh orang sibuk sekalipun. Ia mendapatkan ilmu ini dengan belajar dari para tetua di Nusa Penida tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Ia ramu menjadi pelatihan yang praktis dan mudah diikuti.
Pada prinsipnya, tantra yoga merupakan pencapaian semua yoga, untuk kesehatan dan kedamaian batin. Tantra menunjukkan usaha keras dalam mentransformasikan kehidupan dari bentuk yang kasar menuju persatuan dengan Tuhan dengan kesadaran tanpa batas yakni suatu keadaan melampaui ikatan-ikatan relativitas. Tantra pada dasarnya merupakan cara meditasi praktis dengan prinsip yang positif.

Meditasi Angka
Prabu Darmayasa mengungkapkan, tiap orang memiliki cinta kasih spiritual terhadap sesama. Tetapi, jika tidak awas maka perbedaan-perbedaan lahiriah seperti suku, warna kulit, tinggi-rendah atau kaya-miskin di masyarakat, akan menghancurkan cinta kasih spiritual tersebut.
Lewat pelatihan yoga dan meditasi akan tercapai kesehatan, ketenangan, kesadaran diri, konsentrasi lebih baik, kemantapan batiniah, pemikiran positif, dan kebangkitan spiritual.
Materi meditasi angka yang diberikan bertujuan untuk membangkitkan tenaga kundalini demi terwujudnya cinta kasih spiritual di dalam hati setiap insan Tuhan di dunia. –ast

Selasa, 09 November 2010

Konsep Yoga Saling Mencintai

SEHARI-HARI kita sudah praktikkan yoga. Saling mencintai merupakan konsep yoga. Kita bisa belajar dari konsep jari tangan. Tetapi, mengapa sebagian orang Bali takut belajar yoga karena dianggap dapat membuat gila? Ada yang mencuri pratima, ada yang saling membunuh.

Di depan peserta Bali Yoga Festival 2010 di Ubud, Jumat (5/11), Ida Pedanda Made Gunung mengungkapkan, orang Bali sebenarnya sejak dulu sudah menerapkan konsep yoga dalam kehidupan sehari-hari. Istilah yoga kurang dikenal, padahal sudah dilakoni turun-temurun, mulai dari makan, berpakaian, tidur, termasuk terefleksikan dalam arsitektur rumah.
Ia mengungkapkan beberapa contoh. Saat makan dilarang menghadap ke selatan. Saat makan tidak boleh bicara. Sebelum makan harus berdoa dulu.
Arsitektur tradisional Bali juga menggunakan konsep yoga. Saat menghaturkan banten ke merajan, umat Hindu naik turun pelinggih. Ini sudah termasuk asana. Kemudian napas tersengal-sengal angkian ngansur itu termasuk pranayama.
Kita sering mengeluh, mengapa letak pura sulit dicari. Saat menapaki pura yang letaknya di atas gunung, napas kita tersengal-sengal. Ini implementasi terjadinya hubungan manusia dan lingkungan. Kita berterima kasih kepada tumbuh-tumbuhan di sepanjang perjalanan. Paru-paru menjadi dingin dan sejuk. Sesampai di pura, kita merasa `plong dan melupakan yang lain, hanya memikirkan Tuhan. Setelah menenangkan diri, sampai di pelantaran pura terdengar suara binatang dan suara genta yang indah dari pemangku. Kemudian umat bersembahyang dan nunas tirta, dan terakhir menikmati lungsuran.
Kita mengatakan tidak tahu yoga, padahal sudah mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semua lini kehidupan kita dipenuhi konsep yoga. Artinya, orang Bali semuanya bersaudara. Namun, ia menyayangkan konsep yoga sudah tidak terpakai lagi ketika terjadi degradasi moral. Sudah ada orang Bali mencuri pratima, dan saling membunuh.
Ia menuturkan, bhakti pada Tuhan, cinta sesama, dan kasih pada semua makhluk hidup merupakan konsep yoga. Namun, sebagian orang Bali sudah kehilangan rasa cinta, kasih, dan rasa sayang sehingga semuanya dianggap musuh.
”Sebagian orang Bali takut belajar yoga karena dianggap dapat membuat gila. Padahal, di dunia ini banyak kegilaan: gila perempuan, gila judi, juga gila materi. Dengan belajar yoga kita memang menjadi gila. Namun, gila untuk mencintai Tuhan dan kebenaran,” ujarnya.
Ia menegaskan, yoga bukan hanya terbatas pada gerakan. Seperti tukang sapu sudah melakukan gerakan yoga dan meditasi. Dengan kesabarannya ia membersihkan sampah yang terus-menerus jatuh dan melaksanakan kewajibannya. “Lagu de ngaden awak bisa menjadi cermin konsep yoga untuk mensyukuri segala sesuatu yang kita dapatkan. Menurunnya rasa cinta pada Tuhan, karena kita tidak paham Tuhan itu berada di mana. Tuhan itu apa yang engkau lihat dan apa yang engkau rasakan. Tuhan ada di mana-mana, memenuhi alam semesta, menciptakan semuanya dan ada dalam ciptaan-Nya,” paparnya.
Ia menegaskan, saling mencintai merupakan konsep yoga. Kita dapat belajar dari konsep jari tangan. Mulai dari ibu jari, telunjuk, jari tengah, jari manis hingga telunjuk memunyai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kalau salah satunya tidak ada, kita tidak akan mampu melakukan sesuatu secara sempurna. Yoga merupakan gabungan olah badan dan olah pikiran menyatu menjadi satu keindahan.
Menurut Ida Pedanda Gunung, ada tingkatan belajar yoga di Bali. Awalnya senang belajar yoga. Kemudian akan melewati tahap-tahap mulai dari ego, samara, dan sunia.
Awalnya, kenal yoga dan tahu sedikit, egonya mulai muncul. Kemudian merasakan samara, ada murid perempuan mulai ada perhatian. Misalnya mengucapkan, “Kamu cantik pakai baju itu”, meskipun dalam hati. Kita memang akan melewati fase ini. Terakhir melewati sunia artinya semuanya indah.
Ketika dipukul orang lain sampai kepala kita benjol, kita tidak melakukan apa-apa. Ada yang mengatakan itu tindakan bodoh. Namun, itulah seorang spiritualis. Apakah Anda bisa bersikap seperti itu? Jika bisa, tingkatan sunia sudah Anda capai. Artinya, yoga menimbulkan kesadaran, kesehatan jasmani dan rohani, dan kebahagiaan serta kedamaian bagi umat manusia. –ast

Gaungkan Kedamaian ke Seluruh Dunia

Jadikan 5 November Hari Yoga Nasional. BALI Yoga Festival 2010 berlangsung di Museum Rudana, Ubud. Ide ini muncul dari sekelompok orang yang menamakan diri seka demen Bali yang sangat mencintai Bali. Tema “Energy from Nature” diangkat atas saran Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Peserta Bali Yoga Festival 2010 dari berbagai kalangan, mulai dari praktisi yoga, masyarakat umum, mahasiswa, hingga pelajar, tanpa dipungut biaya. Ketua Panitia Made Suardewi berharap, Bali Yoga Festival 2010 dapat memberi kedamaian lahir dan batin bagi masyarakat Bali, Indonesia, dan dunia.
Bali Yoga Festival 2010 diisi kegiatan pencerahan dan edukasi yang disampaikan para yogi yang sudah dikenal dan dikagumi masyarakat Bali, di tingkat nasional, dan internasional seperti Ida Pedanda Made Gunung, Merta Ada, dr. Gede Kamajaya, Kadek Suambara, Prabu Dharmayasa, dan Ida Pandita Nabe Ratu Bagus. Festival juga diisi kegiatan mencetak telapak tangan para yogi di batu, dan penanaman pohon Budhhis bersama Gubernur Bali Mangku Pastika.
Pemilik Museum Rudana Nyoman Rudana berharap, momentum ini dapat menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan dunia, dan akan dikenang serta dilaksanakan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Ia berharap, gagasan Presiden Direktur Museum Rudana Putu Supadma Rudana menjadikan tanggal 5 November sebagai hari yoga nasional dapat dijadikan cikal bakal para yogi mendoakan bumi agar selamat. “Melalui yoga kita mohonkan agar beban para korban bencana nasional menjadi lebih berkurang, dan tidak ada bencana menerpa bumi,” ujarnya. Ia menegaskan, peringatan hari yoga bukan untuk berfoya-foya tetapi sebagai pengingat agar kita lebih mendoakan bumi. Para yogi diyakini memiliki kekuatan yang lebih dari manusia biasa.

Gubernur Bali menyambut baik kegiatan Bali Yoga Festival 2010. Hal itu selaras dengan pernyataannya dalam simakrama (30/10) di Wantilan DPRD Bali, ketika seorang penanya Made Sudana meminta Gubernur memberi bantuan Rp 1 juta untuk tokoh yang suka yoga semadi untuk memperdalam yoga.
Gubernur Bali menanggapinya dengan mengatakan, banyak orang asing datang belajar yoga. Bahkan, 70% buku yoga ditulis orang asing. Ia ingin ada yoga yang khusus dikembangkan di Bali yang memiliki ciri khas Bali.
Gubernur mengharapkan, ke depan pariwisata Bali dikenal sebagai pariwisata budaya yang salah satu motivasinya turis datang ingin belajar yoga. Apalagi banyak pakar yoga di Bali. Dengan ditunjang lingkungan bersih, makanan sehat dan organik akan terwujud green province.
Ia mengharapkan Bali Yoga Festival 2010 dapat membangun sumber daya manusia yang sehat dan kompetitif sekaligus bersemangat, dan dapat menyelaraskan kearifan lokal. “Kita hendaknya mampu memaknai berbagai bentuk yoga dalam konsep holistik, untuk membangun integritas diri mewujudkan keharmonisan tatanan masyarakat Bali,” tandas Gubernur Bali.
Ia mengatakan, ada tiga kekuatan yang sering dilupakan, yakni mental, moral, dan nilai kebersamaan. Ketiga kekuatan ini merupakan landasan universal. Ia mengajak para pencinta yoga mampu mengembangkan nilai universal dan menyinergikan kearifan lokal dengan nilai modern. -ast

Rabu, 03 November 2010

Penyebab Cikungunya Mirip DB

Mira mendadak demam tinggi. Ototnya nyeri, kakinya tidak dapat digerakkan. Ia ketakutan karena dari informasi yang didengar apa yang dialami itu gejala orang menderita cikungunya. Bertambah gundah hatinya karena ia pun pernah mendengar, penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan.
“Penyebab penyakit chikungunya hampir mirip demam berdarah. Sama-sama disebarkan nyamuk aedes aegypti. Namun, jarang menimbulkan kematian. Anggapan penyakit ini menimbulkan kelumpuhan tidak benar,” ujar dr. I Ketut Agus Somia , Sp. P.D., KPTI.

Dokter Rumah Sakit Sanglah yang membidangi penyakit tropik dan infeksi ini mengatakan, penyakit ini disebabkan sejenis virus yang disebut virus chikungunya, yang disebarkan nyamuk aedes aegypti.
Virus menyerang semua usia, anak-anak maupun dewasa. Gejalanya hampir mirip infeksi virus demam berdarah. “Virus ini masuk ke dalam tubuh dan meresponsnya menjadi demam, dan seluruh tubuh terasa nyeri. Cikungunya berawal dari gejala yang sangat biasa, demam tinggi, kemudian seluruh tubuh terasa nyeri. Tidak sedikit penderita cikungunya sulit untuk sekadar menggerak-gerakkan tubuh,” jelasnya.
Virus mencari target sel, sel otot, sel saraf, atau jaringan ikat. Gejala paling dominan, misalnya jika menyerang otot yang mengatur gerak, pasien menjadi lumpuh. Namun, lumpuh yang diderita bukan disebabkan ototnya layu, tetapi pasien tidak bisa bergerak karena nyerinya teramat hebat sampai takut bergerak.

Muncul rasa mual, bahkan muntah dan bercak merah di kulitnya. Bercak merah yang timbul bukan karena terjadi pendarahan. Dalam cikungunya disebut ras. Bedanya dengan demam berdarah, pada chikungunya tidak ada perdarahan hebat, maupun kematian. Dengan istirahat cukup, obat demam, minum yang cukup, biasanya sembuh. Namun, khusus bagi penderita penyakit tertentu sebelumnya, seperti gagal jantung atau ginjal, perlu diwaspadai. “Penyakit infeksi disebabkan karena masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Penyembuhan tergantung daya tahan tubuh orang yang bersangkutan. Walaupun ada gejala cikungunya, kalau ada tahan tubuhnya bagus, gejalanya tidak menjadi kronis. Virus ini juga sudah diprogram, ketika masa inkubasi sudah selesai, otomatis mati,” papar Dokter Agus.
Untuk mengetahui virus ini, perlu pemeriksaan darah PCR. Biasanya setelah dicek dokter dan diduga cikungunya, biasanya pasien disarankan melakukan tes darah.

Pengobatannya, tidak memberikan antivirus. Namun, hanya diberikan obat penghilang gejala, dengan memberikan obat antinyeri, dan penurun panas. Kalau ada penyakit lain yang menyertainya seperti gagal jantung atau ginjal, diberikan obat juga yang khusus untuk penyakitnya itu. “Tidak ada obat spesifik untuk membunuh virus ini. Virus biasanya berada di dalam darah sekitar 7 hari. Pengobatannya hanya memberikan cairan,” ujarnya.
Penyakit cikungunya, kata dia, hanya menyerang orang dengan sistem imun yang lemah. Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, dan minum secukupnya. Perbanyak mengonsumsi buah-buahan segar. Demam akan berangsur-angsur reda, rasa ngilu maupun nyeri di persendian dan otot berkurang, dan penderitanya akan sembuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup dapat membuat rasa ngilu di persendian cepat hilang. Minum air putih bagus menghilangkan demam. Prinsipnya, diberikan cairan yang sehat, air putih, atau jus buah. ”Kadang warga masyarakat juga mengonsumsi air kelapa (klungah) untuk menurunkan demam. Boleh-boleh saja, tetapi hindari kopi,” katanya.
Ia menyarankan, penderita tidak harus dirawat di rumah sakit. Penderita cukup istirahat di rumah dan makan yang sehat serta minum yang cukup sesuai kebutuhan. Namun, jika kondisi pasien lemah dan tidak mampu menelan cairan, harus dirawat di rumah sakit untuk diberi cairan infus. Kebutuhan cairan normal 3-4 liter. Namun, kata Dokter Agus, tidak semua orang penderita membutuhkan cairan yang sama. ”Tergantung jumlah cairan yang hilang dari tubuhnya, dan kebutuhan minimal yang harus dipenuhi untuk beraktivitas sehari-hari,” jelasnya.
Ia menambahkan, orang yang gagal ginjal atau gagal jantung kebutuhan cairannya berbeda. Jangan minum terlalu banyak. Agar beban jantung dan ginjalnya tidak berat. Akibatnya fatal, bisa komplikasi dan mengakibatkan kematian. Kuncinya, kata Dokter Agus, jaga kebersihan lingkungan agar nyamuk aedes aegypti tidak berkembang biak. Lakukan 3M, menguras bak mandi, membuang benda yang sudah tidak diperlukan, dan menutup tempat air. Jaga kebersihan diri, dan lakukan pola hidup sehat. –ast

Tokoh, Edisi 616, 31 Okt s.d 4 nop 2010

IRI Peduli Pengembangan Pemuda dalam Demokrasi






Penampilan Kelompok perempuan Bali dalam malam budaya





JIKA kita amati kehidupan demokrasi di banyak negara, keterlibatan pemuda dan perempuan masih minim. Hal ini yang menggerakkan International Republican Institute (IRI) memberikan pelatihan Advokasi dan Leadership bagi perempuan dan pemuda di 4 provinsi di Indonesia (Bali, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Maluku).

Demikian disampaikan Resident Country Director Indonesia Program John Cavanaugh, dalam pembukaan Konferensi Nasional “Generation Next: Women and Youth Leadership Development”, yang diikuti 56 perempuan dan pemuda dari 4 provinsi.

IRI lembaga nonpartisan yang khusus membidangi pengembangan demokrasi dunia yang berpusat di Washington DC, AS. IRI berada di 70 negara, dan
bekerja dalam berbagai aspek kehidupan dan khususnya pengembangan pemuda di negara yang sedang berkembang. Dengan berbagai profesi peserta pelatihan yakni pewakilan parpol, LSM, dan media, ia berharap, dapat membantu misi IRI dalam pengembangan kaum muda dalam demokrasi. Ia menyatakan, perempuan dan pemuda perlu diberi dorongan agar mereka mampu ikut berperan lebih aktif dalam demokrasi. Setelah mengadakan pelatihan di 4 provinsi, konferensi nasional ini menjadikan satu wadah untuk saling bertukar pengalaman dan hasil advokasi di masing-masing wilayah. Ia berharap, hasil advokasi yang sudah dirumuskan dapat menjadi masukan dan pembelajaran bagi perempuan dan pemuda dalam pembangunan demokrasi ke depan.

Dalam Konferensi Nasional “Generation Next: Women and Youth Leadership Development” delegasi Bali diwakili 8 perempuan dan 9 pemuda. Kelompok perempuan menyampaikan rumusan advokasi kekerasan dalam rumah tangga dan pemuda menyampaikan advokasi persampahan di Bali. Delegasi Yogyakarta diwakili 8 perempuan dan 9 pemuda. Kelompok perempuan menyampaikan advokasi pernikahan yang tidak dicatatkan, dan kelompok pemudanya menyampaikan advokasi buruh. Delegasi Jawa Timur diwakili 7 perempuan dan 3 pemuda. Kelompok perempuannya menyampaikan advokasi kekerasan seksual terhadap anak. Delegasi Maluku diwakili 5 perempuan dan 7 pemuda. Kelompok perempuannya menyampaikan advokasi KDRT dan pemudanya advokasi hak–hak pengungsi. -ast

Koran tokoh, edisi 616, 31 okt - 6 nop 2010

Kiat Sukses Elnino Berpolitik, Punya Modal Sosial

BERPOLITIK tidak harus selalu memiliki banyak uang. Itu sudah dibuktikan Elnino M. Husein Mohi, S.T., M.Si. anggota DPD 2009-2014 dari Provinsi Gorontalo. Ia salah seorang senator yang berusia muda di lembaga tinggi tersebut. Saat ini, ia menjabat koordinator parliamentary’s group on MDGs DPD-RI.
Sebelum menjadi anggota DPD, Elnino seorang wartawan dan aktivis yang sering menyampaikan ide perubahan untuk membuat Provinsi Gorontalo menjadi lebih baik. Ia masih aktif menulis di media massa dan telah menerbitkan beberapa buku tentang keadaan sosial dan politik Gorontalo.

Elnino menilai, banyak orang partai salah persepsi, masuk politik harus banyak uang. “Menjadi politisi tidak selamanya dengan uang. Dalam pencalonan bukan urusan menang kalah, namun cara berpolitiknya yang harus bisa diteladani,” ujarnya.
Di depan peserta Konferensi Nasional “Generation Next: Women and Youth Leadership Development” ia mengungkapkan kesannya, di Gorontalo orang tidak percaya parpol. Siapa yang memberi uang, itu yang dipilih. Ada anggapan, politik bukan untuk orang miskin. Justru orang miskin hanya jadi korban politik. Orang dermawan lebih terhormat daripada orang pintar.
Opini masyarakat yang berkembang, politik itu tidak beres dan tidak bisa dipercaya. Di televisi sering ditayangkan rapat DPR kacau, ribut, ada unjuk rasa. “Inilah yang harus diubah. Yang harus ditunjukkan, mengubah opini orang di sekitar kita. Tidak semua politisi kotor,” ujarnya.
Melawan keadaan itu, Elnino punya strategi. Ia memunyai modal sosial sejak menjadi wartawan mulai tahun 1999. “Saya sering mendatangi desa-desa dan membuat profilnya. Setelah dimuat di koran, ditempel di kantor desa. Waktu saya mencalonkan diri, saya tinggal datang ke desa-desa tersebut. Menjadi calon itu pengabdian, bukan masalah menang kalah. Dengan itu, saya mampu mengubah opini 50.000 orang,” paparnya.

Waktu pencalonan, ia mengaku melakukan pengkajian peradaban. Bagaimana jatuh bangunnya peradaban Mesir, menjadi acuannya. Ia mencoba membangkitkan kesadaran masyarakat Gorontalo. Hal yang harus diperbaiki tingkat pengetahuan dan kelakuannya. Ia menggali dan bercerita tentang sejarah Gorontalo, Dengan cerita-cerita kisah nenek moyang, masyarakat akan tersentuh.
Tidak perlu banyak, kata dia, hanya 12 orang tokoh yang dilibatkan seperti kepala desa dan sekretaris desa. Ia ngobrol di rumah mereka dalam suasana santai, namun ada kajian. “Saya tidak pernah mengatakan pilih saya menjadi anggota DPD. Namun, saya katakan sudahlah lupakan Elnino calon DPD No. 9. Ini hanya masalah teknis,” ujarnya membagi kiat suksesnya.
Ia menyarankan, dalam berkampaye ke desa-desa, jangan bicara tentang politik. Tanyakan apa yang dibutuhkan keluarga itu.
Secara individu Elnino kenal 3200 orang yang saling mengenal, kemudian membentuk jaringan sosial untuk memilihnya. Ia menilai, masyarakat saat ini justru tidak terikat simbol parpol. Dari 64 pilkada yang ada, menunjukkan kekuatan individu lebih menang daripada kekuatan organisasi.
Jangan bicara politiknya, tetapi bicara orangnya. Artinya tidak ada artinya bicara tentang politik, tetapi lebih baik membicarakan kepentingan orang yang akan diperjuangkan. Triknya ini menuai sukses. Pendukungnya datang dari banyak kalangan, perempuan maupun laki-laki.

Para calon legislator umumnya lebih peduli pada bagaimana ia bisa terpilih, sedangkan yang sudah menjadi anggota DPR dan DPD memikirkan bagaimana ia terpilih lagi. Selama ini pendidikan politik seperti disembunyikan di bawah meja. Banyak caleg yang tidak siap, justru dipilih secara instan.
Masa kepemimpinannya di HMI, menjadi ajang pembelajaran Elnino dalam politik. Secara individu, ia sudah siap ketika masuk dalam politik. Ia memunyai pemetaan konsep dan ilmu berpolitik.

Jangan hanya Mengkritik
Ketua Bidang Komunikasi & Politik DPP PAN Bimo Arya Sugiarto berpandangan, pemimpin sejati seharusnya memberi inspirasi ke depan. Ada beberapa karakter yang harus dipenuhi seorang pemimpin, tidak mudah menyerah, jangan hanya bisa mengkritik tetapi mampu memberikan solusinya. Berani tampil dan memimpin, jangan hanya jadi pengikut. Memiliki kemampuan dan keahlian, serta transformatif yakni pemimpin mencari nilai untuk suatu perubahan.

Tentang fenomena yang ada di kalangan anggota parpol yang dia amati, kapasitas manajerial mereka lemah, visi lemah, dan tidak memiliki kemampuan membuat keputusan. Datangi rapat tidak tepat waktu. Tiap rapat energi habis karena konflik. Kalau begini, bagaimana bisa menarik simpati pemuda? Anak muda/kaum muda parpol cukup dominan. Saatnya kaum muda memimpin. Mereka ingin merebut, tetapi tanpa kapasitas untuk merebut, tentu tidak bisa. Sekarang ini, ia menilai, kekuasaan dan posisi itu diminta. bukan diambil. Padahal, seharusnya dengan banyaknya parpol, kekuasaan itu harus diambil bukan diminta. “Yang dibutuhkan sekarang paham membangkitkan semangat dan membangun nilai trasnformasi. Menurutnya, merebut suara anak muda perlu dengan pendekatan sosial kultural. Cari ikon anak muda dan mampu masuk ke dalam dunia anak muda. –ast

Tokoh, edisi 616, 31 okt - 6 nop 2010

70% Anggota DPR Baru dari Kekuatan Uang dan Dinasti

Lena Maryana Mukti, mantan anggota DPR RI dan anggota MPP PPP menilai, saat ini terjadi gerakan Indonesia baru. Setelah ada reformasi di bidang politik, terjadi perubahan di Indonesia. Harapannya, agar Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan dan pilar demokrasi yang kuat.
Di depan peserta Konferensi Nasional “Generation Next: Women and Youth Leadership Development” ia mengungkapkan pandangannya, etika berpolitik masih menjadi masalah sekarang ini. Sebagian LSM mengibaratkan “seperti sedang berjalan di lorong gelap.” Ia menilai, baru sebagian anggota lembaga legislatif yang paham hak publik dan mekanisme kerja di parlemen. Hal ini bisa dianalisis dalam rekrutmen di partai politik. “70% anggota parlemen baru dan dari kekuatan uang dan dinasti, popularitasnya sedikit dan tidak berjuang dari bawah. Perekrutan tidak transparan dan tidak demokratis. Akibatnya, bangsa menderita. Rekrutmen tidak berdasarkan prinsip pemilu yakni UU Nomor 10 tahun 2008,” papar Lena.

Perempuan Diberdayakan
Hetifah Siswanda anggota DPR RI dari Golkar mengungkapkan sulitnya perempuan mengambil peran yang signifikan (bermakna). Pengetahuan sering diabaikan sehingga perempuan tidak bisa eksis. Agar perempuan mampu memengaruhi orang lain, perlu diberdayakan. Tingkat kelulusan perempuan lebih banyak, namun, tak banyak yang punya nyali untuk menyuarakan aspirasinya. “Oleh karena itu perlu kesiapan dan keberanian perempuan untuk tampil,” tandasnya. –ast

Koran Tokoh, Edisi 615, 31 Okt - 6 Nop 2010

Tanpa Partisipasi Perempuan dan Pemuda, Peluang Politisi Busuk Berkuasa


PERIHAL kiat merebut kekuasaan dalam kehidupan politik dan demokrasi, perempuan Indonesia dapat belajar dari pengalaman salah seorang perempuan India, Vani Tripathi, yang kini menjabat sekretaris nasional Partai Bharatiya Janata, partai oposisi utama di India. Sebelum terjun ke dunia politik, Vani, begitu ia akrab disapa, merupakan artis Bollywood yang sudah banyak membintangi film dan drama di India.

Didasari keinginan untuk membuat perubahan bagi masyarakat India, Vani akhirnya memutuskan terjun langsung dalam bidang sosial dan politik. Kegiatan sosial yang dilaksanakan banyak berhubungan dengan masalah kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak. Ia melakukan advokasi untuk menyosialisasikan kegiatan imunisasi dan kesehatan perempuan di berbagai tempat di India.
Salah satu caranya, menyosialisasikan pesan lewat media teater dan film. Pesan-pesannya bisa dinikmati berbagai kalangan tanpa merasa bosan atau sedang mendengarkan ceramah. Selain menguasai kemampuan akademis di bidang politik, Vani juga menekuni ilmu jurnalistik dan broadcasting.
Vani membagi pengalamannya berpolitik itu di depan peserta Konferensi Nasional “Generation Next: Women and Youth Leadership Development”, 20-21 Oktober 2010 di Hotel Ambhara, Jakarta.
Menurut Vani, ada beberapa poin yang harus dikuasai seorang pemimpin yakni komunikasi, membuat perubahan, menjadi teladan, kemampuan memberi informasi, dan yang paling penting, kekuatan mengubah opini publik.
Ia menuturkan selama ini berkembang kesan, politisi identik dengan koruptor dan banyak kebijakannya yang tidak mengakomodir aspirasi perempuan dan pemuda. Namun, kata Vani, apakah karena alasan itu masyarakat patah arang. “Kita akan memberi kesempatan praktik korup itu terus berkuasa, apabila perempuan dan pemuda tidak melakukan perubahan. Kekuatan melakukan perubahan terletak di tangan pemuda dan perempuan,” tandasnya.
Ia berpandangan, pemuda dan perempuan merupakan katalis perubahan. Ia mengutip dari satu pepatah Hindu “Membela satu laki-laki sama dengan kita membela satu orang. Namun, membela perempuan sama dengan kita membela semua komponen.”
Ia mengungkapkan, tahun 2009 Partai Bharatiya Janata menjadi partai oposisi di India dan tidak berhasil memenangkan pemilu. Berdasarkan pengalamannya, kekalahan itu disebabkan, pemuda dan perempuan di India tidak banyak berpartisipasi dalam pemilu. Mereka tidak suka politik dan tidak mau mengawasi proses pemilu.
Ia menilai, dengan tidak berpartisipasinya pemuda dan perempuan dalam politik, memberikan peluang politisi busuk berkuasa. Menurutnya, jika mau terjadi perubahan, kita tidak hanya bisa mengatakan politisi orang yang busuk dan korup, dan selanjutnya tidak peduli. Harus ada perubahan, dan perubahan itu harus dimulai dari diri kita masing-masing. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Mahatma Gandhi, “perubahan harus datang dari orang yang bersangkutan.”
Menurutnya, kekuatan melakukan perubahan harus dilakukan dengan komunikasi efektif. Politik harus membuat senang. Bicara tentang pembangunan politik dan demokrasi harus membuat orang senang dan berbahagia.

Melawan Tradisi
Vani mengungkapkan, perempuan melawan tradisi merupakan konflik tradisional yang pernah terjadi di India. Perempuan sangat dipuja, namun tidak dibuatkan sekolah. Saat budaya berlawanan dengan hukum modern, perempuan harus berani melawan.
Ada budaya sati di India yang sangat merugikan kaum perempuan. Saat laki-laki meninggal dan dikremasikan, si istri harus meloncat ke api ikut membakar diri. Sepuluh tahun lalu, tradisi ini dihapuskan dan tidak boleh diteruskan. Keputusan ini menimbulkan banyak protes. Di Rajastan, salah satu negara bagian di India, budaya ini masih diterapkan. Namun, hukum segera ditegakkan demi kepentingan kaum perempuan. “Kalau istri ikut bunuh diri, bagaimana dengan anak-anak mereka?” kata Vani.
Partai Bharatiya Janata yang didirikan tahun 1998 itu telah banyak melakukan perubahan radikal. Selama 50 tahun, India memiliki satu parpol yang berkuasa.
Dalam pemilu terakhir, banyak orang yang cemerlang. Sekarang ini, kata Vani, yang dilihat bukan lagi partainya. Simbol partai memang perlu. Namun, penampilan individu yang lebih penting. –ast

Tokoh, 616, 31 okt - 6 nop 2010