Tampilkan postingan dengan label seksual. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label seksual. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Januari 2011

Ukuran Penis tak Pengaruhi Orgasme

Penis di samping berfungsi sebagai alat reproduksi, juga berperan penting dalam menjalankan fungsi rekreasi dalam hubungan seksual. Perbincangan menjadi hangat, ketika menyangkut ukuran ideal penis untuk kepuasan seksual bagi laki-laki dan pasangannya. Sebuah mitos tentang ukuran penis hangat diperbincangkan “Lebih besar, lebih baik.” Artinya, makin besar penis, kepuasan seksualnya makin tinggi. Padahal, memperpanjang ukuran penis, dapat mengakibatkan efek buruk, dan mengorbankan fungsi penis itu sendiri. Demikian diungkapkan dr. Oka Negara, pengamat masalah reproduksi.

Ia menyatakan, secara histologi, penis tersusun dominan oleh jaringan ikat dan serabut otot polos dan hanya sedikit serabut otot bergaris. Karena lebih banyak jaringan ikat dan hanya sedikit otot bergaris, maka sejak pubertas hingga usia 16-17 tahun, ukuran penis sudah tidak bisa lagi mengalami perubahan. Sedangkan sebelum usia tersebut, ukuran penis masih bisa berkembang karena pengaruh hormon, terutama testosteron. “Jika ketahuan penisnya kecil saat balita atau biasa disebut mikro penis dapat digunakan beberapa obat yang bersifat hormon untuk membesarkan penis,” jelas dokter yang aktif di PKBI ini. Namun, masalahnya sekarang, orang dewasa ingin membesarkan penisnya yang merupakan langkah percuma. “Ukuran penis yang dikategorikan normal masih sangat bervariasi. Salah satunya, menyebutkan ukuran panjang penis saat tidak ereksi rata-rata berkisar antara 7,6 – 10,2 cm. Sedangkan saat ereksi panjang rata-rata penis adalah 12,7 – 17,8 cm. Untuk data orang Indonesia secara resmi malah belum ada,” papar dosen FK Unud ini.
Salah seorang dokter ahli andrologi menyebutkan ukuran penis rata-rata laki-laki Indonesia, kemungkinan kisarannya adalah 7 cm saat tidak ereksi dan menjadi dua kali lipat ketika ereksi. Ia menilai, ketakutan laki-laki karena ukuran penisnya terlihat terlalu kecil dan tidak akan memuaskan pasangannya sebuah alasan tidak masuk akal. Justru sejumlah penelitian menunjukkan kebanyakan laki-laki yang berpikir penis mereka terlalu kecil sesungguhnya memiliki penis berukuran normal. Alasan lain yang sering muncul hanya untuk meningkatkan kepercayaan dirinya.

Ia menyayangkan, banyak upaya keliru yang dilakukan laki-laki untuk pembesaran penis. Hal ini malah menjadi sasaran empuk kalangan-kalangan yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan komersial yang tidak logis. Sayangnya, korban praktik-praktik tidak ilmiah seperti ini tidak muncul ke permukaan karena mereka tidak berani mengungkapkan kasusnya secara terbuka. Akhirnya, masyarakat menjadi tidak mengetahui akibat buruk dari praktik-praktik pembesaran penis yang tidak ilmiah seperti ini. Yang mengkhawatirkan, banjirnya informasi yang menawarkan berbagai jenis praktek memperbesar penis yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ia menyatakan, alat-alat bantu yang ditujukan secara komersial untuk pembesaran penis dapat berbahaya bagi kesehatan seksual laki-laki yang bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada penis.
Ia menyebutkan beberapa contoh, suntikan silikon cair sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan penis secara permanen. Beberapa riset juga menyebutkan adanya dugaan silikon cair dengan kejadian kanker. Pijatan tangan yang secara tradisional sering dikombinasikan dengan pemberian makanan tertentu (misalnya ketan lemang) dan penis dimasukkan ke alat tertentu (misalnya bambu) tetap dapat mengakibatkan efek buruk seperti luka lecet, pembengkakan hingga rasa nyeri. Pompa sempat populer sebagai alat terapi disfungsi seksual, tetapi bila digunakan dalam waktu lebih lama daripada yang direkomendasikan malah dapat merusak jaringan elastis di penis. “Sesungguhnya menggunakan pompa hanya menciptakan ilusi sehingga penis terlihat menjadi lebih besar, tetapi jarang berhasil secara permanent,” tandas dr. Oka.

Pil, obat oles, obat tempel (patch), dan bahan lain (misalnya rendaman teh), tidak satupun dari produk-produk ini terbukti bekerja dan beberapa mungkin dapat berbahaya jika dosisnya sembarang, misalnya yang mengandung hormon. Peregangan dengan beban (traction) adalah metode yang sangat riskan karena dapat menyebabkan kerusakan permanen pada penis. Tidak ada bukti ilmiah teknik ini dapat menambah ukuran penis. Operasi atau pembedahan penis (phalloplasty) secara medis masih dapat direkomendasikan untuk kepentingan non-kosmetik. Menurutnya, operasi dapat dilakukan untuk merekontruksi penis yang mengalami cedera parah, misalnya akibat kecelakaan, atau misalnya penis terpotong. Sedangkan untuk kepentingan pembesaran penis dengan memotong otot dasar penis tidak dianjurkan. ”Memang penis dapat terlihat menjadi lebih panjang tetapi hasilnya tidak memuaskan dan kemungkinan malah berdampak buruk karena bila otot dasar penis tidak kuat, penis tak akan dapat ereksi dengan baik,” katanya.

Ia menegaskan, secara fisik ukuran penis tidak berpengaruh bagi tercapainya orgasme dan kepuasan seksual perempuan, selama penis dalam keadaan normal sesuai perkembangan seharusnya. “Orgasme dan kepuasan seksual perempuan lebih ditentukan oleh kualitas ereksi, kemampuan mengontrol ejakulasi dan keterlibatan emosional terhadap pasangan,” paparnya.
Menurut Otis A sekitar 89% perempuan mengaku puas dengan ukuran penis. Namun faktanya, banyak laki-laki mengalami kekhawatiran akan ukuran penisnya yang dianggap kecil. Menurut Journal Urology BJU International, laki-laki yang mengalami sindrom tersebut 45%. Tak heran bila masih begitu banyak beredar tawaran di situs-situs internet untuk memperbesar dan memperpanjang ukuran penis.

Dokter Oka mengatakan, sebagian perempuan mengatakan laki-laki yang memiliki penis terlalu besar bukanlah sebuah kabar baik. Selama hubungan seksual, penis yang ukurannya lebih dari rata-rata dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan hingga rasa sakit. Dalam banyak kasus, ukuran penis adalah soal preverensi pribadi bagi laki-laki dan pasangannya. ”Yang lebih utama, relasi seksual dan komunikasi seksual yang baik, jadi tidak hanya ukuran fisik semata,” ujarnya.
Ia menyebutkan, ukuran kedalaman vagina 10-12 cm. Yang paling penting daerah mana yang peka rangsangan. Justru yang peka rangsangan hanya 1/3 bagian luar. ”Kalau kedalaman vaginanya 15 cm peka rangsangannya 1/3 dari itu, cuma 5 cm. Tidak usah dalam-dalam. Bagaimana laki-laki tahu dua daerah peka rangsangan pada perempuan, yang pertama bibir luar vagina namanya klitoris dan yang kedua agak ke dalam vagina disebut G.Spot. Bagaimana laki-laki menstimulasi daerah peka vagina tersebut untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” ujarnya.

Ia menilai, pengertian obat kuat seksual sangat rancu. Dalam dunia kedokteran bahan tadi disebut aprodisiak atau bantuan untuk mendukung aktivitas seksual yang sering ditujukan untuk membangkitkan dorongan seksual. Namun, banyak mitos seperti kerang, sangkur buaya, darah buaya, cula badak yang diyakini masyarakat mampu sebagai obat kuat. ”Mungkin bahan-bahan tersebut bisa membantu, asal fungsi penisnya memang normal. Mungkin sebelumnya dia capek sehingga ramuan tersebut dapat membantunya meningkatkan vitalitas. Ini lebih kepada sugesti. Kalau terjadi masalah karena hormon testosteron menurun drastis, sangat wajar dorongan seksualnya terganggu. Ini tidak bisa disembuhkan dengan ramuan tersebut. Kecuali, obat yang benar-benar diresepkan dokter yang sudah memeriksanya,” ujarnya. Pil biru dikenal banyak membantu laki-laki meningkatkan ereksi. Gunanya, membangkitkan sirkuasi darah ke penis. Agar mampu ereksi. Namun, harus dengan resep dokter.

Ia berpandangan, sangat tidak relevan memperbesar ukuran penis demi kepuasan pasangan. Banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan pemahaman seksual yang baik bersama pasangan. ”Berkomunikasi seksual yang lebih baik dengan pasangan. Termasuk berusaha berdiskusi terbuka tentang segala apa yang ada di diri dan pada pasangan, salah satunya,” ujarnya memberi tips. Selain itu, meningkatkan penampilan diri. Olahraga teratur tentu saja dapat membuat perbedaan besar. Juga kebiasaan hidup sehat, makan berimbang, menghentikan kebiasaan buruk (merokok, minum alkohol), menjaga berat badan tetap ideal. Kebugaran fisik yang lebih baik tidak hanya membuat terlihat lebih menarik, tetapi juga dapat mengembalikan performal seksual yang lebih baik. Merapikan rambut pubis atau rambut kemaluan yang tidak rapi di sekitar dasar penis dapat membuat penis tampak menarik. Bahkan pencukuran rambut pubis dapat meningkatkan sensitivitas di sekitar dasar penis. Ia menyarankan, berdiskusilah dengan dokter yang memahami kesehatan seksual.

Banyak laki-laki akhirnya merasa nyaman dengan keyakinan bahwa mereka "normal" atas rekomendasi dokter. ”Yang sangat penting dilakukan, edukasi seluruh lapisan masyarakat agar memiliki pengetahuan yang memadai, termasuk tentang seksualitasnya. Atas dasar pengetahuan yang baik ini akan terbentuk persepsi yang sehat dan dasar perilaku seksual yang sehat,” tandasnya.
Menikmati seks suatu rekreasi adalah hak manusia, tidak tergantung usia. Bagi manula, dia harus mengoptimalkan fungsi seksualnya. Caranya, pola hidup sehat, olahraga, makan teratur, tidak stres, hindari alkohol, rokok, rutin memeriksakan dirinya. ”Kalau fungsi hormonnya menurun atau metabolisme ada gangguan tentu akan menganggu fungsi seksualnya. Ini harus diterapi,” jelasnya. Sekarang ini, kata dokter Oka, gangguan fungsi ereksi bisa jadi suatu tanda gangguan dari pembuluh darah. Bisa jantung, hipertensi, atau obestitas. Solusinya terapi hormon. –ast

Koran Tokoh, Edisi 627

Minggu, 06 Juni 2010

Tatap Pasangan dengan Penuh Cinta

ANDA sudah menikah bertahun-tahun. Anda merasa bosan. Anda merasa pasangan tidak menarik lagi. Anda melihat orang lain lebih baik daripada pasangan Anda. Parahnya lagi, timbul keinginan Anda untuk mengakhiri perkawinan. Sebelum melakukan tindakan yang salah, Anda perlu menyimak penuturan Zoya D. Amirin, M.Psi, sebagaimana disampaikan dalam seminar “Jatuh Cinta Lagi”, yang digelar family care community CNI Minggu (30/5) di Gedung CNI Kuta.

“Apa sih cinta itu?” tanya Zoya, psikolog tamatan Universitas Indonesia, di hadapan sekitar tiga puluh member CNI. Zoya mengatakan, semua orang pernah merasakan cinta. Setelah menikah, kata Zoya, cinta bergeser. Suami mengalihkan perhatian pada pekerjaan atau mengejar karier, istri mengalihkan perhatian pada anak. Beberapa penelitian tentang cinta mengatakan, cinta itu abstrak seperti angin; datang dan pergi tiba-tiba.

Ia mengutip penelitian Rubin yang mengatakan ada tiga komponen cinta. Pertama, attachment. “Suami istri kalau mau pergi bisa saling mencium tangan atau kening,” ujarnya memberi contoh. Kedua caring, peduli satu sama lain. Contoh, tetap peduli saat salah seorang mitra pasangannya sakit. Atau, ketika istri ngidam muntah-muntah, suami dapat membelai rambut istrinya dan mengantarnya ke toilet, walaupun biasanya suami jijik melihat muntahan. Ketiga, ada hal-hal yang bisa dibicarakan. “Mengapa kita bisa menjadi dekat? Karena kita berbagi rahasia. Ini juga berlaku dalam persahabatan. Jika kita saling berbagi rahasia dengan teman, kita menjadi dekat,” jelas Zoya.
Coba cek, berapa kali kita melihat pasangan kita tiap hari dan menatapnya dengan penuh cinta. “Mungkin, kita merasa tidak pernah punya waktu untuk melakukan itu. Ini hal yang kecil, tetapi dampaknya bisa luar biasa,” ujarnya.

Ironisnya, kata Zoya, banyak pasangan mengatakan, buat apa melakukan hal seperti itu. Kita sudah tua. Hal itu cukup hanya ada di sinetron atau dongeng. Ia menganjurkan, tiap hari kita menyempatkan diri menatap pasangan kita; bahkan sampai lima kali dalam sehari. Hal itu akan menghindari emosi yang jauh antarsuami dan istri dan kemungkinan perselingkuhan juga menjauh.
Ia mengungkapkan, Sternberg’s menyebut tiga komponen cinta, pertama passion. Ketika sedang pacaran, hati berbunga-bunga; selalu teringat pasangan, sering tersenyum sendiri dan selalu bersemangat. Setelah setahun menjalin hubungan passion akan hilang. Kedua, diperlukan intimasi untuk menjaga kedekatan dengan pasangan. Ada satu kasus yang pernah diceritakan seorang pasien Zoya. Selama 15 tahun menikah, si istri tidak pernah membuatkan suaminya kopi. Suaminya mengeluh kepada Zoya. Lucunya, suaminya tidak protes, tetapi malah menyimpannya di dalam hati.

Menurut Zoya bukan berarti gara-gara istrinya tidak membuatkan kopi, suaminya berselingkuh. Namun, kata dia, kalau hal-hal kecil seperti itu bisa membuat suaminya berbahagia, mengapa tidak dilakukan saja.
Ketiga, cinta perlu komitmen. Ada pasangan ‘hidup bersama’ mampu bertahan lima tahun dalam membina hubungan. Namun, ketika mereka menikah, hanya bertahan dua tahun. Artinya, dalam pernikahan ada suatu komtimen yang harus mereka pertanggungjawabkan, yakni selembar kertas yang bernama surat nikah.

Tidak Ada Cinta Terlarang
Ia menegaskan, jangan pernah memakai ukuran orang lain untuk ukuran kita. Pasangan kita berbeda dengan orang lain. Buat sendiri dinamika dalam diri kita.
Zoya mengatakan, bertemu merupakan kesempatan sedangkan mencintai merupakan pilihan. Kita bukan kucing, kita bisa jatuh cinta kapan saja termasuk orang yang sudah menikah. “Tidak ada cinta terlarang. Yang ada, statusnya terlarang,” tandasnya.
Dalam beberapa hal perempuan sering kurang peka. Ketika bertemu lawan jenis, mereka merasa cocok dan bisa berbagi banyak hal termasuk pembicaraannya nyambung. Para perempuan langsung berkata pada dirinya sendiri, “Saya tidak apa-apa berteman dengan dia. Saya hanya berteman dengan dia. Saya hanya makan berdua dengan dia. Tidak ada apa-apa dengan kami. Selama dalam hati perempuan terus sibuk memikirkan itu, artinya mereka tidak peka. Sebenarnya sudah terjadi sesuatu dalam dirinya,” paparnya.
Ia menyatakan, Anda tidak bisa menuntut orang lain membahagiakan Anda. Bahagia atau tidak merupakan tanggung jawab Anda. Jangan biarkan orang lain menentukan kebahagiaan kita.

Ada anggapan, perempuan cantik, pintar, dan hebat pasti disayang suaminya. Belum tentu. Suaminya terkadang berselingkuh. Apa yang salah? “Tidak adanya ikatan emosi yang kuat,” jawab Zoya.
Dalam seminar tersebut, peserta diminta menuliskan tiga hal kecil yang disukai yang diharapkan dilakukan pasangan mereka. Salah seorang peserta perempuan menuliskan, ingin dicium keningnya oleh pasangannya ketika keluar rumah. Pasangannya langsung menjawab, “Saya jarang melakukan itu karena lupa buru-buru kerja. Saya janji nanti akan berubah. Nanti saya belikan bunga sekilo,” selorohnya yang disambut geer peserta lainnya.

Jangan Diselesaikan dengan Orang Lain
Zoya mengutip satu kalimat bijak Kahil Gibran yang mengatakan, sebaiknya di antara pasangan ada jarak. Saat menikah, kata Zoya, perempuan dipanggil sesuai dengan nama suaminya. Contoh, Nyonya Budi. Saat memunyai anak, perempuan dipanggil dengan nama anaknya. Contoh Bu Ayu. Lama-kelamaan perempuan kehilangan identitas dirinya. Malah saat bersama pasangannya, mereka sering memanggil ‘bapak’ dan ‘ibu’ atau ‘mama’ dan ‘papa’. Mereka jarang sekali menyebut nama pasangannya. Ia menyarankan, lebih baik mencari nama panggilan yang lebih bermakna, bisa kata ‘sayang’, ‘cinta’, ‘sweety’ atau yang lainnya. Saat memanggil nama pasangan, tatap matanya. Beri umpan balik dengan hati positif, jujur, dan penuh hormat.

Jika Anda sedang bingung atau sedih, ungkapkan kesedihan Anda.
Jangan pernah berasumsi pasangan Anda ahli nujum yang bisa menebak hati Anda. Sering pasangan meributkan, sudah menikah bertahun-tahun ‘kamu tidak tahu apa yang saya mau’. “Bagaimana bisa tahu, kalau tidak diungkapkan? Jangan biarkan pasangan Anda bingung. Tanyakan saja apa yang menjadi kerisauan Anda. Misalnya, mengapa ’kamu suka sekali sms-an’. Supaya tidak negative thinking padahal kejadian sebenarnya mungkin tidak seperti yang Anda pikirkan,” ujar Zoya. Zoya menyarankan, jangan lakukan aksi diam, malah dikira tidak terjadi apa-apa. Memang tidak mudah menerima perbedaan pasangan. Namun, ada kesepakatan di sana. Apa yang mengganggu Anda, jangan biarkan mengganggu hubungan Anda.

Zoya mengatakan, agar hubungan itu sehat, Anda harus mengambil bagian di sana, walaupun hal terburuk pasangan Anda tidak ikut mengambil bagian. Kalau Anda setia, tetapi pasangan kita tidak setia, terima saja.
Seorang pasien Zoya berkata, ‘suami saya sudah berselingkuh berkali-kali. Saya harus bagaimana. Dia yang selingkuh kok saya yang disuruh evaluasi diri?’ Zoya mengatakan, kita tidak bisa mengubah lingkungan, pasangan atau orang lain. Kita hanya bisa mengubah diri kita sendiri. Jangan pernah berhenti berbuat baik karena putus asa. Ini berhubungan dengan dunia akhirat. Tuhanlah yang nanti akan menilai. Ada satu filosofi yang perlu dicermati “Ketika kita kehilangan orang yang tidak mencintai kita, semestinya kita bersyukur.” Artinya, Tuhan sayang kepada Anda. Nanti akan ada orang yang tepat datang kepada Anda.
Ada puisi B.J. Habibie yang ditujukan kepada istrinya Hainun Habibie (alm) yang dikutip Zoya. Puisi itu menunjukkan bagaimana rasa cinta yang mendalam BJ Habibie kepada istrinya, kesedihan kehilangan orang yang sangat dicintainya. “Aku bukanlah orang hebat. Tapi kamulah yang hebat karena kamu sudah membuatku mencintaimu seperti ini.”

Zoya menyarankan, lakukan hal-hal yang menyenangkan berdua. Pasutri yang mampu dapat memilih jalan-jalan, makan malam, atu menonton film berdua. Dalam hal berhubungan seks bukan dilihat dari berapa kali melakukannya. Lakukan karena sama-sama menyukainya. Lakukan hal yang berbeda yang membuat Anda dan pasangan berbahagia. Kalau hal ini tidak dilakukan, Anda boleh percaya atau tidak, kenikmatan seksual tidak berimbang. Pasangan menjadi impoten jika berhubungan dengan istrinya, tetapi tidak impoten jika melakukannya dengan wanita lain. Zoya berpandangan, perempuan harus tahu di mana sensitivitas dalam tubuhnya. “Di tempat-tempat mana Anda merasa bergairah sebagai titik rangsangan seksual. Kenikmatan tidak akan terjadi karena hanya kekerasan penis, tetapi bagaimana kepuasan itu dinikmati berdua. Laki-laki lebih cepat bereaksi dengan seks karena 2,5% otaknya memikirkan seksualitas. Sedangkan perempuan, harus dirangsang terlebih dahulu dengan sentuhan. Diperlukan tahap merayu,” paparnya.
Dalam tiap hubungan harus setara. Artinya, cari kegiatan sosial agar sebagai indvidu Anda bahagia. Jangan setelah menikah Anda bagai burung dalam sangkar. Ketika Anda berpisah dengan pasangan, Anda kebingungan.

Ketika Anda memiliki konflik dengan pasangan, jangan selesaikan dengan orang lain. Selesaikan masalah Anda dengan pasangan Anda, berusaha memaafkan dan melupakannya. Marah, sedih, menangis harus dikeluarkan karena itu emosi yang mengganggu. Namun, marah dilakukan dengan tepat, dengan cara yang tepat dan waktu yang tepat. Menangislah saat Anda bersedih. Ini biasanya terjadi bagi perempuan yang mengalami perpisahan dengan pasangannya.
Zoya pernah kedatangan seorang pasien. Dia menangis hampir lima jam. Ternyata selama ini orang itu tidak pernah menangis. Mengapa? “Orang-oarang berkata saya harus kuat. Saya tidak mungkin sedih dan menangis. Saya orang yang bertanggung jawab di rumah,” ujarnya mengutip penuturan pasiennya.
Saat perempuan menceritakan masalahnya, mereka hanya ingin didengar dan dipahami. Namun, lelaki berbeda. Ketika mereka curhat, laki-laki ingin diberikan solusi. Ini yang sering tidak dimengerti. Ketika perempuan curhat, dan diberikan solusi oleh pasangannya, malah marah-marah.
Seorang peserta bertanya, bagaimana caranya menegur pasangan agar tidak membuatnya marah? Zoya memberikan tipsnya. Gunakan kata-kata positif. Mulailah dengan kalimat, ’Saya pikir………….’, ’Saya merasa……….’, ’Boleh tidak, kalau …………’. Kalimat seperti ini tidak membuat pasangan merasa dipojokkan. –ast

Koran Tokoh, Edisi 595, 31 Mei s.d 6 Juni 2010

Selasa, 02 Maret 2010

Salah Pola Asuh bisa Timbulkan Penyimpangan Seksual

TELAH banyak terungkap kasus penyimpangan seksual, khususnya pedofilia. Yang menggegerkan, Siswanto atau Robot Gedek melakukan sodomi disertai pembunuhan anak di Jakarta dan Jawa Tengah dengan korban 12 anak. Kasus lain, Baekuni alias Babe, diduga melakukan sodomi dan mutilasi pada 8 anak. Juga, pernah terungkap anak-anak di Bali juga banyak menjadi korban pedofil turis asing. Data CASA (committee against sexual abuse) menyebutkan, MM warga Italia melakukan praktik pedofilia pada 14 anak di Buleleng. WSB dan HMR asal Prancis melakukan praktik pedofilia di Karangasem, HPW asal Jerman melakukan pedofilia pada 9 anak di Serangan.

Perilaku penyimpangan seksual disebabkan tiga faktor yakni faktor genetik atau keturunan, faktor kepribadian/kejiwaan, dan faktor lingkungan sosial. Ketiga faktor ini saling berhubungan secara implisit. “Mereka umumnya tidak melewati fase falik dengan baik,” ujar Dokter Spesialis Kejiwaan RS Sanglah dr. Wayan Westra, Sp.KJ.

Ia mengatakan, anak usia 4 tahun akan melewati fase oedipus complex, saat seorang anak laki-laki dapat sangat dekat dengan ibunya atau saat anak perempuan yang sangat dekat dengan ayahnya. Jika pada masa ini berjalan dengan normal, mereka mendapatkan pendidikan yang baik, rasa kasih sayang cukup, dan pengertian dari orangtuanya, mereka dapat tumbuh dengan normal. Jika pola asuh orangtua salah, dan orangtua tidak mengerti kejiwaan anaknya, akan terjadi, anak laki-laki yang sangat dekat dengan ibunya tak jarang mereka sampai mengidolakan ibu kandungnya. Ia akan selalu bertentangan dengan ayahnya, bahkan sampai membenci ayahnya. Begitu juga pada anak perempuan yang sampai membenci ibunya. “Kalau orangtuanya tidak memiliki wawasan luas, mereka akan merespons kemarahan anak dengan kemarahan pula. Akhirnya, perkembangan jiwa anak terganggu,” ujarnya.

Dengan bertambahnya usia, anak laki-laki terus mengidolakan ibunya. Ia akan tumbuh sebagai laki-laki yang bersifat keibuan. Semua sifat perempuan masuk ke dalam jiwanya. Ia cenderung menyukai laki-laki dan menjadi homo. Begitu juga pada anak perempuan, ia akan terlahir menjadi lesbian. “Secara psikoanalisis, penyimpangan seksual terjadi karena faktor psikologis dan pola asuh orangtua yang salah,” jelasnya.

Jenis Penyimpangan
Ia mengungkapkan, banyak jenis penyimpangan seksual, di antaranya homoseksual yakni seseorang menyukai orang lain sesama jenis. Pada laki-laki disebut gay dan pada wanita isebut lesbian/lesbi.
Eshibisionisme, penyimpangan seksual yang senang memperlihatkan alat vital/alat kelamin kepada orang lain. “Penderita penyimpangan seksual ini akan suka dan terangsang jika orang lain takjub, terkejut, dan takut melihat pelaku memamerkan alat kelaminnya,” ujarnya.
Fetishisme, perilaku seks menyimpang yang suka menyalurkan kepuasan seksnya dengan cara onani /masturbasi dengan melihat dan menyimpan benda-benda kecil milik perempuan seperti gaun, bando, anting, celana dalam, BH. Voyeurisme, pelaku penyimpangan seks ini mendapatkan kepuasan seksual setelah mengintip orang lain yang sedang telanjang, atau sedang mandi. Pedofilia, penyimpangan seksual yang dilakukan orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks/kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur. Bestially, perilaku penyimpangan seksual bagi manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda.

Necrofilia, penyimpangan seksual bagi orang yang suka melakukan hubungan seks dengan mayat.
Sodomi, pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan. “Pedofil lebih menyukai sodomi. Mereka tidak melakukan hubungan seksual sebagaimana mestinya, karena dalam hati ada ketakutan untuk melakukan hubungan seksual dengan orang dewasa karena proses oedipus complex-nya tidak dilewati dengan baik,” paparnya.
Ia mengatakan, pedofil ingin mencurahkan kemampuan superiornya dengan anak-anak kecil usia 12 tahun ke bawah. Selain memiliki penyimpangan seksual karena bergairah dengan anak kecil untuk memuaskan fantasi seksualnya, tak jarang mereka juga memiliki kelainan kepribadian (psikopat) seperti kasus Babe yang melakukan mutilasi kepada 8 anak-anak. “Ketika korban menolak disodomi, ia lalu ingin melampiaskan sakit hatinya dengan melakukan mutilasi,” ungkapnya.
Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sering disebut psikopati, pengidapnya sering disebut orang gila tanpa gangguan mental.

Trauma Masa Kecil
Prof. Suryani dan dr. Tjok Jaya Lesmana, Sp.KJ dalam buku “Pedofil Penghancur Masa Depan Anak” menulis, pedofil menaruh perhatian pada anak dengan menyampaikan keinginan untuk memberi pendidikan yang lebih baik dan memberi pengalaman melihat dunia luar. Pedofil adalah seseorang yang memilih menunjukkan aktivitas seksual kepada anak prapubertas atau awal masa pubertas atau yang berumur kurang dari 13 tahun.
Aktivitas seksual dapat berupa fantasi, keinginan, atau perilaku seksual yang terjadi karena penderitaan atau penghinaan dari seseorang atau pasangan hidupnya. Juga, sering terjadi pada orang-orang yang sewaktu kecil mengalami trauma seksual yang dilakukan pedofil.
Berdasarkan usia anak-anak yang disasar, pedofilia dikelompokkan dalam teleiofilia, orang dewasa yang menyenangi pasangan yang sudah matang secara fisik, infantofilia, orang dewasa yang tertarik dengan anak yang berumur di bawah 5 tahun. Mereka yang aktivitas seksualnya memilih remaja pubertas atau anak di bawah umur (13-16 tahun) diklasifikasikan hebofil (tertarik terhadap perempuan) atau efebofilia (tertarik pada laki-laki).

Cara pelaku pedofilia melampiaskan dorongan seksualnya pada anak-anak beraneka ragam di antaranya memamerkan diri mereka pada anak-anak, menanggalkan pakaian anak-anak, memerhatikan anak-anak yang tanpa busana sambil melakukan masturbasi tanpa diketahui korban atau masturbasi di depan anak-anak dengan meraba genitalia korban.
Pedofil perempuan cenderung memiliki usia lebih muda, 22-23 tahun. Biasanya mereka dimasukkan dalam kriteria gangguan psiatri khususnya depresi atau gangguan kepribadian.
Pedofil mengalami masa kecil dengan kekerasan, isolasi, atau penghinaan. Setelah dewasa menjadikan dirinya sebagai orang yang menyenangi kekerasan.
Prof. Suryani menulis, trauma akibat kekerasan seksual yang dialami waktu kanak-kanak, dapat juga menimbulkan gangguan panik setelah ia dewasa. Sering kali mereka ketakutan berada sendirian atau di tempat umum.

Gangguan stres pascatrauma, gejalanya, bayangan kejadian traumatik terulang kembali, mudah marah, sulit tidur, dan tegang. Jika anak mengalami kekerasan seksual dan tidak mampu mengatasi penderitaannya, kemungkinan anak itu depresi seperti kosentrasi berkurang, kepercayaan dirinya berkurang, merasa masa depan suram, pesimis, nafsu makan berkurang.
Penderitaan yang dialami anak-anak yang sukar dipahaminya, dapat menyebabkan gangguan jiwa berat berupa gangguan psikosis (gila). Ia sering mengamuk, menjerit, curiga, menarik diri dari pergaulan, alami ketidakmampuan dalam bekerja yang biasa dilakukan.

Rawan HIV/AIDS
Berdasarkan penelitian, kata Dokter Westra, setelah korban dewasa, ada kecenderungan seolah-olah dia ingin meneruskan kenikmatan yang pernah dirasakan. “Dulu dia menjadi korban kini dia menjadi pelaku, apakah dengan maksud balas dendam atau menikmati kedaan itu dan ingin mempraktikkannya,” ujarnya. Jika pelaku sodomi orang yang mengidap virus HIV/AIDS besar kemungkinan korban pedofil akan tertular karena sodomi dapat merusak jaringan anus anak. “Virus masuk lewat aliran darah karena rusaknya jaringan anus,” katanya. –ast

Sabtu, 27 Juni 2009

Harm Reduction Terbukti Hasilnya

INDONESIA sedang menghadapi masalah besar. Penularan HIV/AIDS lewat narkoba suntik terus meningkat. Dalam UU Narkotika dan Psikotropika pengguna narkoba dianggap pelaku tindak kriminal. Konsekuensinya, ia masuk lembaga pemasyarakatan. “Persoalan baru timbul. Di lapas mereka malah menyuntik bareng-bareng. Akibatnya, lapas menjadi ladang pembibitan penularan HIV/AIDS. Keluar dari lapas mereka kembali ke istri atau berhubungan seks dengan perempuan lain,” ujar Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A. M.P.H.

Perempuan kelahiran Sulsel tahun 1940 ini mengatakan, saat pertama kali kasus HIV/AIDS ditemukan tahun 1987 di Bali penularannya masih lewat hubungan seks. Saat itu kemampuan untuk mendeteksi masih minim. Ketika UU Narkotika dan Psikotropika menempatkan pengguna sebagai pelaku tindak kriminal, revelensi pengguna narkoba suntik meningkat tajam.

Satu-satunya dan orang pertama di Asia yang duduk sebagai ketua Komisi di PBB bagian Hak Anak ini mengatakan, perkembangan estiminasi jumlah pengguna narkoba suntik tahun 2002 berjumlah 160.000. Tahun 2006 meningkat menjadi 220.000. Sebanyak 52% pengguna berusia produktif, 15-24 tahun.

Penyebarannya mulai merambah ke beberapa wilayah di Indonesia. “Bencana HIV/AIDS menyebar ke masyarakat umum. Akibatnya daya tahan masyarakat menurun. AIDS menyebabkan peningkatan TBC, kanker, liver, penyakit kulit, dan mata. Pengguna narkoba yang terinfeksi virus HIV/AIDS dapat menderita kebutaan,” ungkap istri mantan gubernur NTT Ben Mboi ini. Ia menegaskan, pengguna narkoba suntik adalah pasien. Mereka, kata Nafsiah, harus dirangkul dengan pendekatan kesehatan masyarakat.

Ia berpandangan untuk mengatasi masalah narkoba diperlukan pendekatan komprehensif. “Selain dengan pengurangan pemasokan, pengurangan permintaan, diperlukan juga harm reduction karena masih ada 200.000 yang menyuntik. Mereka berhak mendapat pengobatan dan pemulihan dari ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya. Mereka korban para pengedar. Mereka berhak mendapat upaya pencegahan dengan harm reduction dan juga pemulihan,” paparnya dalam Workshop Komunikasi Akomodatif dan Konsultatif Media Massa untuk P4GN (Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) dan Penanggulangan HIV/AIDS, Kamis (25/6) di Denpasar.

Harm reduction adalah pengurangan dampak buruk narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya. Harm reduction meliputi pendidikan konseling dan layanan pencegahan dengan layanan jarum suntik steril. Hal ini, kata dia, agar pengguna tidak menyuntik bareng-bareng dan menghindari mereka tertular virus hepatitis B, C, atau HIV/AIDS. Harm reduction juga meliputi layanan pengobatan substansi obat dengan metadon. “Dengan pemberian metadon dalam bentuk oral, pasien tidak sakaw. Cukup diminum sekali sehari,” ujar anggota DPR RI tahun 1992 s.d. 1997 ini. Selain itu, menurut Nafsiah, pengguna juga harus dibekali pengetahuan tentang penggunaan kondom. Para pemakai biasanya melakukan hubungan seks sembarangan. Yang sudah terinfeksi HIV/AIDS memunyai hak akses pengobatan. Mereka diberi obat ARV.

Ia mengatakan tahun 2004 s.d. 2007 terjadi peningkatan jumlah pengguna narkoba suntik di Medan, Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Dengan layanan ini terjadi perubahan tingkah laku dengan menurunnya keinginan menyuntik bareng-bareng di kota-kota tersebut. Disayangkan, di Jakarta malah terjadi peningkatan. Menurut dia, hal ini disebabkan maraknya urbanisasi yang tak terkendali. Harm reduction terus ditingkatkan di lapas. Keberhasilannya sudah terbukti “Kematian akibat HIV/AIDS menurun. Tahun 2008 kematian menurun dari 20 % menjadi 17%,” katanya. Tahun 2008 harm reduction sudah diterapkan di 38 tempat di 14 provinsi (44 kabupaten/kota). Tahun 2010 diharapkan dapat mencapai 120 di 19 provinsi.

Nafsiah menegaskan, segala cara diupayakan agar dalam kurun waktu tahun 2009-2010 keadaan menjadi lebih baik. Dengan harm reduction terbukti penularan HIV/AIDS menururn. “Pencegahan lebih murah. Dengan harm reduction ratusan generasi muda bisa diselamatkan. Mereka dapat produktif kembali,” tandasnya. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 546, 28 Juni 2009





Rabu, 03 Juni 2009

Cari Daun Muda agar Awet Muda

Kesehatan reproduksi bukan hanya melulu masalah pengetahuan tentang alat kelamin perempuan dan laki-laki. Banyak hal yang tercakup didalamnya yakni masalah sosial, budaya dan gaya hidup.
Menurut Ketua PKBI Prov. Bali dr. Mangku Karmaya secara budaya masih banyak mitos yang harus diluruskan. Kesehatan reproduksi bukan hanya pengetahuan untuk para perempuan tapi juga untuk laki-laki. “Banyak mitos yang salah seperti sering berhubungan seksual dan mencari daun muda membuat awet muda,” ujar Ketua PKBI Prov. Bali dr. Mangku Karmaya.

Mitos ini, kata dia, mengakibatkan banyak remaja terjerumus ke dunia prostitusi karena iming-iming uang. Malah, kata Dokter Mangku, alat reproduksi para remaja belum matang, robek dan paling fatal dapat mengakibatkan penyakit kelamin atau ada masalah dalam alat reproduksinya. Bagi para lelaki, mitos ini mengakibatkan mereka ingin mencoba berganti-ganti pasangan. Mitos lain yang juga salah, kata Dokter Mangku, perempuan atau istri yang berkelakuan baik tidak mungkin terkena HIV/AIDS. Menurutnya ketika mitos itu diyakini, mengakibatkan penyakit kelamin tidak terobati dengan tuntas. “Ada persepsi hanya PSK yang bisa kena HIV/AIDS,” jelasnya. Ia menilai masyarakat masih malu bicara seks dan menganggap hal itu kotor sehingga penyakit kelamin jarang diketahui sejak dini.

Ia mengatakan posisi perempuan menjadi lemah dan tidak berdaya. “Perempuan mendapatkan diskriminasi. Contohnya perempuan disunat. Klitorisnya dipotong karena dianggap sebagai perempuan penggoda. Dalam kehamilan tak diinginkan perempuan selalu disalahkan,” ujar Dokter Mangku.
Ia mencontohkan salah satu daerah di NTT ada budaya sunat untuk laki-laki. Setelah itu ada suatu ritual, setelah laki-lakinya disunat mereka harus mencoba melakukan hubungan seksual dengan perempuan. “Kalau mereka tidak memunyai istri, mungkin saja hubungan seksual dilakukan dengan PSK. Ini tentu rawan penularan virus HIV,” paparnya. Lanjutnya, kondom selalu dicerca dan diharamkan karena dituding melegalkan prostitusi. Padahal, kata dia, penggunaan kondom mengurangi penularan virus HIV/AIDS.

Secara sosial, kedudukan perempuan di masyarakat lebih rendah, dan perempuan selalu tersubordinasi. Ia mengatakan keputusan selalu ada ditangan laki-laki termasuk menentukan kapan memunyai anak dan berapa jumlah anak. Bahkan, kata Dokter Mangku, laki-laki diizinkan poligami. “Laki-laki memaksa istrinya harus melayaninya walaupun dalam keadaan mabuk. Istri tidak memuyai negoisasi dalam urusan seks,” ujarnya.
Malah, yang lebih parah, kata dia, laki-laki masih menganggap urusan keputihan, dan menstruasi adalah urusan perempuan.

Menurut Dokter Mangku, kesehatan reproduksi secara sosial juga menyangkut masalah gender. Perempuan selalu termarginalkan. Perempuan kurang mendapat akses pendidikan dan gizi kurang. “Anak laki-laki boleh mengenyam pendidikan tinggi, sedangkan perempuan toh nantinya akan masuk dapur,” jelasnya. Lapangan pekerjaan untuk perempuan susah. Ia mencontohkan supir truk khusus laki-laki sehingga jok mobil truk disetting khusus untuk laki-laki. Para perempuan dalam kenyataannya sering melakukan peran ganda. Selain sebagai istri dan ibu, mereka juga mencari nafkah. Perempuan menjadi lemah dan tidak berdaya karena terlalu banyak beban yang dipikul.
Kesehatan reproduksi, kata Dokter Mangku, juga menyangkut masalah gaya hidup. “Keinginan untuk hidup glamour dan konsumerisme akhirnya mengorbankan alat kelaminnya untuk kebutuhan semu. Akhirnya muncul penyakit kelamin di usai remaja. –ast

Koran Tokoh, Edisi 542, 31 Mei 2009

Minggu, 31 Mei 2009

Jangan Tabu Bicara Seks


REMAJA perlu mendapatkan informasi tepat tentang kesehatan reproduksi. Hal ini untuk menanggulangi banyaknya kasus kehamilan tak diinginkan. Demikian diungkapkan dr. Nyoman Mangku Karmaya, Ketua PKBI Prov. Bali dalam seminar "Buka-bukaan tentang Kesehatan Reproduksi di Aula PKBI Bali, Sabtu (16/5).
Remaja sebaiknya sejak dini mengenal alat reprodukinya. Pengetahuan kesehatan reproduksi (kespro) menyangkut fungsi alat reproduksi. Ini termasuk kebiasaan mencuci alat kelamin. ”Khusus alat kelamin perempuan ada dalam lipatan yang harus dicuci bersih. Di situ biasanya tumbuh jamur. Perempuan juga harus tahu cara cebok yang benar. Sementara alat kelamin laki-laki berada terlindung. Jika testis bermasalah dan tidak berfungsi baik dapat mengakibatkan kemandulan,” ujar Ketua PKBI Bali ini.

Remaja jangan malu berbicara seks. ”Ada keputihan dibilang biasa, karena malu membicarakannya. Kena penyakit kelamin tidak berani mengungkapkan karena malu,” katanya. Hubungan seks harus dilakukan atas dasar suka sama suka. Ada unsur psikologis yang menyenangkan, sehingga tidak boleh ada paksaan. ”Jangan sampai seperti kasus yang dialami seorang ibu rumahtangga yang melaporkan suaminya ke dokter karena ia diminta melakukan oral seks, katanya.

Kesehatan reproduksi menyangkut budaya dan sosial. Ada hubungan dengan seks pranikah, seks di luar nikah, dan seks berisiko. Selain itu, terkait pula dengan kehamilan tak diinginkan, infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS. Banyak masalah muncul karena mitos, kurangnya informasi, termasuk perubahan gaya hidup. —ast

Koran Tokoh, Edisi 24 Mei 2009

Jumat, 17 April 2009

Mencegah Kehamilan Tak Diinginkan

BABLASNYA pergaulan masa kini, kalahnya kontrol diri, serta melemahnya pengawasan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan, dan pengaruh teknologi informasi semuanya menyumbang benih bagi kerawanan kehamilan tak diinginkan (KTD) di kalangan remaja. Mencari siapa yang yang salah hanyalah mengeruhkan masalah. Untuk itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

Remaja perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, memiliki jiwa/kepribadian yang mantap, dan memiliki konsep cinta yang benar. Selain itu remaja juga perlu pengendalian diri, agar tidak terjerumus menjadi penderita KTD. Kesehatan reproduksi bukan hanya menyangkut masalah fisik biologis, tetapi juga menyangkut masalah mental sosial dan budaya masyarakat. Kesehatan reroduksi menyangkut masalah kesehatan alat-alat reproduksi manusia, kesehatan seksual, dan fungsi reproduksi secara sehat. Sejak dini remaja memerlukan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi agar ia mampu menjalankan fungsi reproduksinya dengan baik.

Upaya meraih keberhasilan di masa depan dengan melakukan pacaran yang sehat seperti saling memahami dan memupuk cinta sejati. Konsep cinta yang benar lebih mementingkan dimensi penghayatan hati bukan nafsu seksual. Pacaran yang sehat memacu prestasi dan melakukan aktifitas positif.
Keluarga /orangtua perlu memberikan kasih sayang, perhatian, pengawasan, dan pendampingan kepada anak remajanya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Orangtua perlu memahami pergaulan putra-putrinya di luar rumah, sehingga secara dini mengetahui masalah yang dihadapi mereka di lingkungan pergaulan sebayanya.

Lembaga pendidikan/sekolah perlu memberikan materi tentang seksualitas dan reproduksi sehat kepada para siswa, baik melalui jalur intrakurikuler maupun jalur ekstrakurikuler. Selain itu, perlu ada aturan dalam pergaulan remaja /siswa di lingkungan sekolah. Adanya bimbingan dari guru yang khusus menangani siswa bermasalah, dan adanya keteladanan yang baik dari guru/pendidik. Lingkungan pergaulan sosial yang etis yang perlu dikembangkan, termasuk adanya peraturan khusus tata pergaulan antarjenis di tempat-tempat penginapan, hotel, dan tempat kos, sehingga praktik seksual pranikah yang dilakukan oleh pasangan remaja dapat dihindari.Perlu pembatasan peredaran materi yang bersifat pornografi, dan pornoaksi baik yang dimuat di media massa, sehingga pengatuh negatifnya bisa dikurangi. -ast

Sumber:
Buku “Remaja Menantang Bahaya”
Karya: Dyah Pradnyaparamita Duarsa

Rabu, 13 Agustus 2008

Lakukan Hubungan Seksual Dua Kali Seminggu

PASUTRI yang mengangkat anak menjadi anak pancingan, diyakini mampu membuat mereka mempunyai keturunan. Secara ilmu kedokteran anggapan tersebut tidak benar. Jika kualitas sperma jelek, tentu tidak mampu membuahi. Walaupun sudah mengangkat banyak anak untuk pancingan tetap saja tidak ada keturunan. Demikian diungkapkan Prof. J. Alex Pangkahila, Ahli Adrologi dan Seksologi FK Unud.

Pengajar Program Pascasarjana Fisiologi Olahraga Unud ini mengatakan anggapan anak pancingan mampu membantu pasutri mempunyai keturunan lebih dikarenakan faktor psikologi. “Mungkin saja selama ada anak angkat, kehidupan pasutri tersebut bahagia dan harmonis, sehingga dengan ketenangan tersebut timbul gairah seksual dan hubungan badan terjadi pada waktu yang tepat yakni saat masa subur,” paparnya.

Hal itu berlaku bagi pasutri yang memang tidak ada gangguan fisik. Namun, kata Prof. Alex, kalau sudah buntu tidak ada sperma/sel telur tidak bisa diobati.
Masa subur adalah saat sel telur keluar pada pertengahan antara dua menstruasi, ditambah dan dikurangi dua hari. Contohnya jika siklus menstruasinya 28 hari, masa suburnya sekitar hari ke 14. Ditambah dan dikurangi dua hari, jadi rentang masa subur hari ke 12 – 16.

“Jika berhubungan badan pada masa subur, walaupun hanya sekali berhubungan kemungkinan besar terjadi kehamilan. Kalau diluar masa subur harapannya kecil,” ujarnya. Mitos melakukan hubungan seksual pada jam-jam tertentu akan mempengaruhi kekuatan sperma ditepis Prof. Alex.

Menurutnya untuk menjaga vitalitas seksual sebaiknya pasutri menerapkan pola hidup sehat, hindari lingkungan yang menimbulkan racun bagi tubuh, makan yang sehat dan cukup istirahat. Pengunaan obat dengan pengawasan dokter.

Ia menyarankan jangan terlalu banyak pekerjaan sampai melebihi batas kemampuan (over working), dan hindari olahraga berlebihan (over training). “Terlalu banyak kerja dan olahraga yang berlebihan, bagi kaum laki-laki malah dapat menurunkan hormon testosteron, yakni hormon yang berfungsi memacu pembentukkan sperma. Bagi kaum perempuan perlu menerapkan pola hidup sehat, dan tidak stres, agar sel telurnya dalam kondisi baik. Ada kasus gara-gara stres mengakibatkan jadwal menstruasi terganggu, bahkan sampai tidak haid,” ujarnya.

Faktor yang penting diperhatikan juga adalah frekuensi melakukan hubungan seksual. Sebaiknya, kata Prof. Alex, lakukan dua kali seminggu. “Sperma matangnya tiga sampai lima hari. Kalau terlalu sering spermanya belum matang, kalau terlalu lama gerakan spermanya lambat,” paparnya.
Dalam melakukan hubungan seksual, lanjut Prof. Alex, usahakan minimal dua jam sesudah makan, tidak dalam keadaan payah dan sakit, dan waktunya jangan tengah malam.

Menurutnya tidak ada makanan khusus untuk memacu gairah seksual, yang penting makan makanan yang cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Hormon testosteron juga merupakan salah satu obat. Namun, tidak boleh digunakan terus menerus yang akibatnya dapat mengganggu hormon lain dalam tubuh.

Hormon testosteron dapat ditingkatkan dengan olahraga fisik seperti lari, jalan, berenang, sepeda, atau senam. Namun, olahraga disesuaikan kondisi dan umur seseorang. “Asal tidak melewati batas maksimum denyut nadi, dengan patokan 220 dikurangi umur. Kalau melewati batas ini bisa pingsan,” jelas Prof. Alex.

Salah satu yang menentukan kualitas prilaku seksual ialah faktor kebugaran fisik secara umum, kebugaran otot dasar panggul, paha, pantat dan pinggul. Untuk itu, diperlukan pelatihan kebugaran seksual bagi pasutri yang bermasalah. Ada beberapa tahap latihan yang disesuaikan dengan keluhan.

Ia menyarankan sebelum menikah pasutri sebaiknya mengikuti pemantapan pranikah. Didalamnya termasuk melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh. Jika ada gangguan dapat ditangani secepatnya. Hal penting lain yang harus diketahui pasangan yang akan menikah adalah komunikasi seksual. Sebagai pasangan baru, mereka tentunya belum faham betul keinginan masing-masing pasangan termasuk kebutuhan seksualnya, dan apa yang diinginkan. “Bagaimana cara memulai hubungan seksual? Apa harus memaksa membuka celana? Hubungan seksual dikomunikasikan dengan body language. Lucu memang, tapi ada ilmunya yang harus diketahui calon pengantin. Dengan pengetahuan pranikah, calon pasutri sudah siap memasuki bahtera rumah tangga,” sarannya. –ast.
*Sudah dimuat di Koran Tokoh Edisi 501/ 10 Agustus 2008