Sabtu, 28 Maret 2009

Sehat dan Cantik dengan Yoga

YOGA sebaiknya dilatih sejak dini. Yoga dapat bermanfaat bagi peningkatan daya tahan tubuh serta mendorong daya ingat dan konsentrasi. Pakar yoga Dr Somvir mengatakan yoga sebaiknya diterapkan pada anak-anak sejak usia empat tahun. "Bila dilatih sejak dini maka anak akan lebih tahan terhadap serangan penyakit," ujar Ketua Bali India Foundation ini.
Menurut Somvir, bila dilatih sejak umur empat tahun maka ia akan memiliki kekuatan fisik yang jauh lebih sehat, karena tidak mudah diserang penyakit. “Jika dilakukan secara rutin dan disiplin, hampir semua jenis penyakit bisa disembuhkan,” ujarnya dalam seminar “Yoga untuk Kesehatan dan Kecantikan” Kamis (5/3) di Bali India Foundation Renon. Namun yang paling baik, kata dia, mencegah penyakit melalui yoga.

Ia mengatakan yoga pada dasarnya mengajarkan tiga aspek disiplin diri kepada manusia yakni disiplin tubuh (asana), disiplin napas (pranayama), disiplin mental/meditasi (dhyana). Ia menilai yoga tak ada kaitannya dengan agama tertentu. Yoga bersifat universal. Menurutnya Patanjali yang menciptakan yoga pertamakalinya hidup kira-kira 5000 tahun yang lalu. Yoga dalam filsafatnya telah ada sebelum agama-agama besar sekarang datang seperti Hindu, Budha, Kristen Katolik, Protestan, maupun Islam.

Patanjali menyusun 8 tahapan yoga (astangga yoga). Pertama yama (pengendalian diri). Orang yang memenerima yoga harus memegang 5 prinsip etika dasar yaki tanpa kekerasan, kebenaran, tidak mencuri, mengendalikan nafsu dan indria, hidup sederhana. Kedua niyama (aturan moralitas). Aturan yang harus dilaksanakan kebersihan luar dalam badan, sabar, kerja keras, membaca buku yang bermanfat dan selalu merenungkan kebesaran Tuhan. Ketiga asana (sikap tubuh).

Ia menjelaskan patanjali tidak mengajarkan sikap tubuh tertentu tetapi hanya menekankan sikap duduk yang stabil dan nyaman. Konsep gerakan dalam yoga dikembangkan oleh orang bijak swatmaram (dalam harthayogapradipika) menjadi 32 gerakan, kemudian dipersempit menjadi 4 gerakan yakni siddhasan (sikap duduk yang lurus), padmasan (sikap duduk teratai), bhadrasan ( sikap duduk diatas tumit yang terbalik), singhasan (sikap duduk seperti singa).

Ia menyebutkan ada gerakan dan pose tertentu yang cocok untuk terapi penyakit tertentu diantaranya kundalini yakni berputar seperti roda atau berbentuk ular pada kundalini (bagian tubuh yang terletak pada posisi 1-3 inci diantara atas anus dan kemaluan). Menguasai teknik ini manusia menjadi sehat fisik dan bebas dari penyakit. Keempat pranayama (latihan napas). Teknik pengaturan napas yang bertujuan pengendalian pikiran yang berdampak pada kesehatan. “Semakin panjang dan dalam pernapasan akan semakin sehat dan lebih panjang umur. Ada empat tekniknya yakni menarik dan menhan napas, mengeluarkan dan menahan napas seketika, menahan saat napas keluar dan juga saat di dalam,” kata Dr Somvir.

Kelima patayahara (menarik semua indria ke dalam)
. Artinya, mengontrol dan melepaskan diri dari ikatan indria itu. Keenam dharana (memusatkan diri dengan Tuhan) sebagai upaya mengontrol diri untuk lebih mendekat kepada Tuhan. Ketujuh dhyana (meditasi). Setelah membersihkan badan dan pikiran manusia perlu mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara merenungkan-Nya. Tujuannya untuk memperoleh kebijaksanaan.

Ia mengatakan meditasi sebagai metode perenungan diri tidak ada bertentangan dengan ajaran manapun. Patanjali tidak menegaskan nama-nama Tuhan dalam meditasi. “Dengan demikian umat agam apapun dapat menerima meditasi yoga dengan menyesuaikan dengan doa-doa yang mereka ucapkan sesuai dengan agamanya masing-masing,” katanya. Kedelapan samadhi (menyatukan/merealisasikan diri yang sempurna).


Menurut Prof. Dr. H. Salman Harun, Pemerhati Budaya, yoga tidak bertentangan dengan agama Islam. Yoga sesungguhnya sebuah aliran filsafat yang ingin memberikan kebahagiaan bagi manusia dalam kehidupan di dunia dan setelahnya dengan fokus utama menyehatkan manusia. “Sikap-sikap dalam salat antara lain berdiri, ruku, sujud dan duduk yang khas ada kesamaan dengan yoga,” ujarnya.


Ada dua sikap duduk yang khas pula sehingga diberi nama. Pandangan harus selalu tertuju ke tempat sujud. Gerakan-gerakan yang khas misalnya meletakkan tangan di bawah dada ketika berdiri, diatas sendi lutut ketika ruku dan duduk. Menunjuk lurus ke depan dengan telunjuk kanan di atas lutut. “Sikap-sikap gerakan itu sederhana dan relatif mudah dikerjakan. Umat Islam meyakini semua sikap dan gerakan itu bermanfaat untuk kesehatan,” kata Prof. Salman.

Ia berpandangan meditasi tidak ada pertentangan apapun dengan ajaran Islam. Dalam Islam merenungkan diri dikenal dengan tafakur, dan merenungkan nama Tuhan dengan zikir.
Salat disamping mengandung sikap dan gerakan tertentu juga memiliki bacaan dan doa tertentu yang diantaranya doa untuk kesehatan. “Jelaslah meditasi dengan menyebut nama Tuhan tidak bertentangan dengan Islam. Yoga tidak identik dengan agama Hindu atau Budha. Yoga bersifat universal,” tegasnya. Tujuan utama yoga sesungguhnya menciptakan manusia yang baik supaya terwujud kebahagiaan umat manusia.

Artis Sinetron Marissa Haque yang turut hadir sebagai pembicara dalam seminar itu mengatakan banyak sekali persamaan Yoga dalam Islam. Marissa yang juga mempunyai darah keturunan India ini mengatakan dalam Taj Mahal banyak benang merah yang dapat diambil dari pertemuan Islam dan Hindu.
Begitu juga di Indonesia, saat Wali Songo datang. Mereka mendekatkan diri dengan budaya setempat sehingga mudah diterima. Dari benang merah ini dapat disimpulkan banyak kesamaan yang ada, termasuk dalam yoga. Dalam ajaran islam juga sama. Semakin kita pasrah disitulah kita bersatu dengan Allah. Istri Ikang fauzi mengatakan pada dasarnya setiap manusia mencintai ilahi. Dunia ini begitu kompleks, manusia diserang berbagai kebutuhan yang kuat.

Bagiamana cara kita melepaskan diri? Bagaimana cara menjadi wujud yang dekat dengan ilahi? Berlatih yoga. Dalam sebuah kesunyian tetapi tidak sepi. “Dalam yoga ego kita ditekan. Kita menjadi pasrah. Hati menjadi bersih, lepaskan urusan dunia. Kalau kita mengomel itu lumrah karena kita juga manusia biasa. Ketika itu terjadi kembali kita sadari. Latihan yoga membuat kita belajar bersabar,” papar Icha yang sudah belajar yoga sejak 7 tahun lalu.
Menurutnya yoga memberi jalan perdamaian dunia, menenangkan hati yang gelisah. Sebaiknya yoga dimulai dari diri sendiri, dilanjutkan diterapkan dalam keluarga.

Grace Tangkudung, Pemilik Lala Studio sudah menerapkan yoga dan meditasi sejak tahun 1999. Ia merasakan banyak manfaat untuk kesehatan tubuhnya dan awet muda. Ia menekankan untuk menjaga kebugaran tubuh harus ada keseimbangan olah tubuh dan napas. “Sering kita mendengar kalimat sehat jasmani dan rohani. Namun, masih banyak orang yang hanya mengembangkan kesehatan jasmani. Padahal, keseimbangan keduanya sangat diperlukan untuk mendapatkan kesehatan menyeluruh dan optimal,” ujar Grace yang sudah menekuni dunia senam selama 32 tahun ini. Menurutnya yoga mampu menekan kebencian, rasa iri hati, marah, dengki, kesombongan, dan proteksi diri. Artinya, ketika ada orang yang bermaksud kurang baik, ada suatu firasat yang dirasakan Grace. Gerakan yoga yang sederhana dapat dilakukan di rumah. –ast

Rabu, 25 Maret 2009

Misteri Kerauhan (bag-4) Tamat

MADE telah berhasil mengendalikan kekuatan energi itu ketika kerauhan itu muncul. Ia mampu mengolah energi itu menjadi suatu kekuatan yang bermanfaat bagi Made. Sejak ia mampu mengendalikan kekuatan itu, ada yang berubah dalam diri Made. Ia menjadi sangat percaya diri. Made selalu bisa fokus pada setiap aktivitas yang dilakoninya.

Nilai Made pun mulai terdongkrak naik. Wajah Made menjadi lebih bersinar. Pribadinya yang menarik membuatnya mudah mencari teman. Made pun mulai memperhatikan penampilannya. ”Saya memutuskan diet dengan makanan kombinasi rendah karobhidrat. Saya hanya makan sereal untuk sarapan. Pukul 10 pagi makan buah-buahan berair. Pukul 12 siang makan dengan menu lengkap seperti biasa. Pukul 2 siang makan buah lagi dan pukul 6 sore makan malam seperti biasa,” tutur Made tentang jadwal dietnya. Selain diet makan, Made juga rajin berolah raga, dan tetap rutin meditasi. Awalnya berat badan Made 75 kg. Dengan diet ketat, ia berhasil menurunkan berat badannya hingga mencapai 55 kg.

Tahun 2004 Made dipercaya menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa (HMJ) Teknik Mesin Unud. Ia juga mendapatkan kesempatan mengikuti pertukaran mahasiswa ke Jepang. Tahun 2005 Made menamatkan pendidikannya di Faklutas Teknik Mesin Unud dengan IP 3,0. Made bukan saja terkenal di kampus. Ia juga terpilih sebagai salah satu wakil Kota Denpasar dalam Pemilihan Putri Bali tahun 2006. Walaupun Made hanya menduduki peringkat 6 besar dalam ajang bergengsi itu, namun, Made sangat mensyukuri prestasi yang diraihnya itu. Setelah menamatkan sarjananya, Made melanjutkan pendidikannya ke Program Pascasarjana Unud dan bergelar Magister Teknik. Setelah itu, Made membantu usaha ayahnya di bidang properti.

Kesendirian Made mulai mengusik hatinya. Dalam doanya Made memohon pada Tuhan agar dikirimkan pendamping hidup yang sesuai dengan keinginannya. Made sering menggambarkan sosok lelaki yang diimpikannya untuk menjadi suaminya kelak.
Suatu ketika, Made bertemu dengan seorang lelaki asal Klungkung yang bernama Oma Sugandi. Lelaki ini sehari-hari berprofesi sebagai waiter di kapal pesiar Celebrity Criuse Line. Ia tertarik membeli satu unit properti yang ditawarkan Made. Setelah liburannya selesai di Bali, Oma kembali ke kapal.

Enam bulan berikutnya jadwal Oma pulang ke Bali. Made kembali mengontak Oma untuk menawarkan properti yang baru. Merasa tertarik dengan tawaran Made, Oma pun mengatur janji untuk bertemu. Ternyata, pertemuan itu bukan saja melibatkan mereka dalam transaksi bisnis, namun, benih-benih cinta tumbuh di hati mereka berdua. Selama 19 hari mereka berusaha mengenal pribadi satu sama lain.

Hari ke-19 Oma seketika melamar Made menjadi istrinya. Begitu cepat lamaran itu datang, tanpa disangka Made. Namun, Made sangat bersyukur karena Oma memiliki kesamaan dengan lelaki dalam impiannya. ”Oma begitu sempurna di mata saya. Dia begitu baik, pengertian, dan sayang pada saya dan keluarga saya. Ia juga memahami masa lalu saya,” tutur Made memuji suaminya itu dengan mata berbinar. Pesat pernikahan pun segera digelar. Masa-masa indah pun dilalui Made bersama Oma.


Setelah Made mampu mengendalikan kekuatan energi itu, ia kini mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya. Ia mengandaikan bagai ada tombol on dan off dalam dirinya. Untuk hal-hal yang berbau gaib seperti melihat makhluk gaib tombol itu tidak berfungsi. Artinya, Made tidak mau lagi melihat hal gaib seperti itu. ”Kalaupun mata saya tetap melihat, saya berusaha mengendalikannya agar pandangan tidak fokus ke arah itu,” ujar Made dengan mantap.


Sedangkan tombol on, kata Made, akan berfungsi ketika ia membutuhkan suatu motivator untuk meraih cita-citanya. Saat ini Made bekerja di Indo Bali dengan posisi yang bagus. Made pun diterima rekan kerjanya dengan penuh keakraban. Dengan meditasi spirit, Made mampu memanfaatkan indra keenamnya untuk keberhasilan dalam hidupnya. Sebelum melakukan pekerjaan apapun, Made mencoba hening sejenak untuk berkonsentrasi. Indra keenamnya pun membantu Made menyelami prilaku orang lain yang sedang berkomunikasi dengannya.

Made pun yakin, semua orang mempunyai kasus sama dengan dirinya, jika mereka mau belajar untuk melawan kekuatan itu pasti akan sembuh. Bahkan, Made sangat mensyukurinya kelebihan yang diberikan Tuhan padanya. Made tetap kerauhan, tetapi ia mampu mengendalikan kekuatan itu agar berfungsi positif baginya. Memang usaha itu tak mudah karena memerlukan waktu yang lama dan disiplin serta kemauan kuat. ”Asalkan tekun dan disiplin serta yakin berhasil, saya yakin semua masalah pasti ada jalan keluarnya,” tutur Made sambil tersenyum. –ast


Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 529

Minggu, 22 Maret 2009

Misteri Kerauhan (bag-3)

PERJUANGAN Made mengatasi kerauhan yang terjadi pada dirinya ternyata tidak sia-sia. Setelah berjuang hampir 4 tahun, Made akhirnya mampu mengendalikan kekuatan yang datang padanya. Made tetap kerauhan tapi tidak lagi berteriak atau mengamuk. Ia mampu mengendalikan kekuatan itu agar berguna bagi dirinya.

Ketika itu tahun 2002, Made diajak ikutserta bersama rombongan Prof. Suryani pergi menonton pertunjukan sakral Shanghyang Dedari di Desa Kintamani, Bangli. Saat itu Prof Suryani sedang melakukan penelitian kesurupan di Bali khususnya pada penari Shanghyang Dedari.
Begitu mendengar lagu upacara, para penari Shyanghyang Dedari ini tiba-tiba saja menari dengan mata tertutup. Mereka tidak jatuh atau menabrak penonton ataupun temannya. Bahkan sampai melakukan adegan naik ke punggung temannya yang mungkin dalam kehidupan nyata sangat sulit dilakukan dengan mata tertutup.

Made diajak ikutserta dalam rombongan itu untuk belajar mengendalikan kekuatan energi yang selama ini menganggunya. Beberapa saat ketika para penari mulai beraksi, tiba-tiba Made mulai merasakan sesuatu kekuatan energi datang menghampirinya. Tubuh Made bergetar, namun ia terus diperingati Prof Suryani untuk terus melawan kekuatan itu. Made berusaha melawan dengan sekuat tenaga. Suara Made sempat terdengar lirih ”Saya tidak kuaaaaaaaatttt.” Namun, Prof Suryani terus mendampinginya dan memberikan intruksi agar Made bertahan untuk melawannya.

Made dibimbing untuk terus melakukan meditasi, agar ia mampu melawan kekuatan itu. ”Saya berusaha fokus agar tidak dipengaruhi kekuatan itu,” tutur Made. Setelah 1 jam beraksi, penari Shanghyang Dedari selesai melakukan tugasnya. Mereka diberikan tirta oleh pemangku agar kembali sadar. Dengan berakhirnya pertunjukkan Shanghyang Dedari tersebut, Made pun terlepas dari pengaruh kekuatan energi luar biasa itu. Perjuangan Made berhasil. Itulah pertamakali ia mampu mengendalikan kekuatan itu.

Setelah Made bebas dari pengaruh kekuatan itu, ia merasakan letih yang luar biasa. Sekujur tubuhnya seperti usai melakukan pekerjaan berat. Sejak itu, Made sering pergi ke pertunjukkan sakral yang mampu membangkitkan kekuatan energi tinggi seperti pertunjukan calon arang atau yang sejenisnya. Made belajar untuk mengendalikan kekuatan energi yang tiba-tiba merasukinya.

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 528

Rabu, 18 Maret 2009

Misteri Kerauhan (bag-2)

PERISTIWA kerauhan yang sering dialami Made Suryaningsih sangat mengganggu konsentrasi belajarnya. Namun, ia tetap optimis dapat menyelesaikan pendidikannya hingga tuntas. Setelah tamat SMA, Made diterima di Fakultas Teknik jurusan Mesin Unud. Dari 70 orang teman satu angkatannya, hanya ada tiga perempuan, Made salah satunya. Rasa kebersamaan dan setia kawan teman-temannya di kampus membuat Made tetap bersemangat kuliah di tengah keterbatasan kondisi tubuhnya.

Nama Made Suryaningsih menjadi terkenal di kampusnya gara-gara pada hari pertama masa perkenalan calon mahasiswa ia sempat membuat geger seluruh peserta. Suasana perkemahan di dekat kuburan Desa Batungsel di Tabanan itu seketika kacau-balau ketika Made kerauhan. Made mengaku terus dikendalikan suatu kekuatan yang tidak bisa ia lawan. ”Hari pertama sampai hari ketiga saya tidak dapat mengikuti kegiatan. Akhirnya panitia memutuskan agar saya beristirahat di rumah,” tutur finalis Putri Bali tahun 2006 ini.


Tiada hari tanpa kerauhan, begitulah ungkapan yang dilontarkan teman-teman kampusnya. Pernah, saat berlangsung kuliah, dosen sedang berbicara di depan kelas, tiba-tiba Made kerauhan dan mengamuk. Kegiatan kuliah terhenti. Teman-teman Made yang sebagian besar laki-laki segera mencari pemangku untuk menyadarkannya.

Teman-temannya cukup memaklumi keadaan Made. Beberapa dosen memperlihatkan rasa simpati kepadanya. Namun, ada yang terasa menganjal di hati Made.
Salah seorang dosen menganggap Made hanya berpura-pura. Menurut dosennya itu, Made hanya mencari sensasi. Sikap itu diawali marahnya sang dosen ketika saat kuliah berlangsung tiba-tiba Made keluar meninggalkan kelas tanpa permisi.

Tiba-tiba Made berdiri, langsung berlari ke luar kelas. Sikap Made itu dinilai sebagai sikap yang tidak sopan oleh dosen tersebut. Akibatnya fatal bagi Made. Dosen itu memberikan nilai merah pada Made untuk mata kuliah yang diajarkannya. Made berusaha menjelaskan, namun, sang dosen tak peduli.

”Saya tidak sempat permisi keluar kelas karena serangan itu tiba-tiba saja datang dan mengendalikan diri saya. Saya segera melarikan diri ke luar kelas karena tidak ingin membuat gaduh suasana kelas. Saya tidak mampu berbicara saat itu. Kekuatan itu begitu menguasai saya. Kalau tidak segera berlari, bisa-bisa saya mengamuk di dalam kelas,” tutur Made kepada wartawati Koran Tokoh.

Made tidak peduli terhadap nilai merah yang ia peroleh. Ia tetap bersemangat menempuh kembali mata kuliah yang tertinggal itu. Made pun pernah mengalami kejadian aneh di jalan raya. Ia melihat ada kecelakaan lalu lintas. Orang berkerumun di sekitar tempat kejadian. Hal itu menarik perhatian Made. Ia datang mendekat.

Ada korbannya yang meninggal. Namun, Made kaget. Ia melihat ada seseorang yang wajah dan tubuhnya mirip dengan wajah dan tubuh korban. Orang itu berdiri di samping korban kecelakaan tadi tergeletak. ”Saya heran mengapa ada dua orang yang sama. Satu berbaring dan yang satu lagi berdiri seperti patung dengan wajah diam,” ungkap Made tentang makhluk gaib itu.

Mengingat Made sering mengalami kerauhan dan melihat makhluk gaib, salah seorang teman kuliahnya yang juga temannya saat di SMAN 6 Denpasar, menganjurkan Made berkonsultasi dengan ahli kejiwaan Prof. L. K. Suryani. Made melaksanakan anjuran itu.

Itulah awal Made menemukan jalan untuk kesembuhannya. Made seolah mendapatkan semangat baru untuk keluar dari penderitaan yang dialaminya. ”Saya diminta melawan kekuatan itu dengan fokus,” ujar Made tentang saran guru besar FK Unud itu.

Ia rutin mengikuti meditasi di Wantilan DPRD Provinsi Bali tiap Sabtu mulai pukul 17.00. Ia juga diberi obat penenang selama satu bulan yang diminum dua kali sehari. Tiap pagi usai bangun tidur sekitar pukul 05.30, ia rutin melakukan meditasi.

Perjuangan Made melawan kekuatan yang selalu tiba-tiba datang menyerang, hampir membuat ia frustrasi. Namun, ia teringat saran Prof. Suryani yang mengatakan bahwa meditasi tidak seperti makan cabai, yang cepat dirasakan reaksinya. ”Meditasi harus dilakukan dengan sabar dan tekun,” saran Prof. Suryani kepada Made waktu itu. Serangkaian saran ahli kejiwaan itulah yang selalu menyadarkan Made ketika semangatnya dalam kondisi ingin menyerah. Kebulatan tekad dan semangat Made untuk sembuh dan tak ingin disebut ”orang aneh” akhirnya membuahkan hasil. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 527

Senin, 16 Maret 2009

Misteri Kerauhan (bag-1)

Made Suryaningsih Makan Banyak karena Stres.

“MADE kumat lagi,” ujar beberapa siswi SMP N 9 Denpasar yang sedang mengobrol di depan kelas waktu itu. “Ngeri melihat dia mengamuk. Semua benda yang ada disampingnya dilempar. Aku takut sama Made,” tutur salah satu diantara mereka. “Kita menjauh saja. Dia seperti orang aneh,” tambah yang lainnya ikut bicara. Begitulah sikap teman-teman Made Suryaningsih saat pertamakali sesuatu yang aneh terjadi pada perempuan kelahiran Denpasar, 6 Oktober 1981 ini.

Ketika itu, Made begitu ia akrab disapa, sering kerauhan. Made mengaku ada suatu energi kekuatan yang luar biasa yang mengendalikannya membuat ia tak mampu menolaknya. Bukan hanya kerauhan, Made mampu melihat dengan mata telanjang makhluk lain di dunia gaib. Nasib baik berpihak pada Made. Seorang teman mengenalkannya dengan Ahli Kejiwaan Prof. L.K. Suryani.

Dengan belajar meditasi Made mampu mengendalikan kekuatan energi itu. Made kini mampu memanfaatkan kelebihan indra keenamnya untuk kehidupannya sehari-hari. Bahkan kesuksesan ia raih dalam segala bidang mulai dari prestasi di kampus, dunia organisasi, pekerjaan, termasuk urusan jodoh. Bagaimana perjuangan Made sehingga ia mampu menjadi manusia normal kembali?

Made mungkin tidak mengira hidupnya akan berubah sejak ia duduk di kelas III SMP. Ada suatu kekuatan yang membuatnya sering kerauhan. Jika dia melewati tempat yang angker, indra penglihatannya mampu melihat kehidupan para penghuni dunia gaib. Made merasa takut dengan semua yang dilihatnya. ”Saya berusaha memejamkan mata agar tidak melihat itu semua,” tutur Made. Jika sembahyang ke pura-pura, Made sering melihat sebuah sinar datang menghampirinya. Kekuatan sinar itu tidak mampu ditolaknya. Made akan mengeluarkan suara ngeregeh suara khas orang kerauhan, kemudian pingsan.

Melihat keadaan Made yang tidak sewajarnya, ayahnya Nyoman Rindi Paramarta dan ibunya, Ni Ketut Rini, mencoba mencarikan Made obat. Hati Ketut Rini sedih melihat keadaan putri keduanya itu. Beberapa balian sudah didatanginya. Menurut mereka, apa yang Made alami sekarang akibat proses reinkarnasi. Suatu proses kelahiran kembali yang lebih sempurna dibanding orang lain sehingga Made memiliki suatu kekuatan indra keenam.

Sehari Made kadang kerauhan dua sampai tiga kali. Made mengaku keadaan ini sangat menyiksanya. Selain ia tidak dapat berkonsentrasi belajar, Made tidak memiliki teman. ”Semua takut pada saya dan mereka mengatakan saya manusia aneh,” ujar Made.
Dengan tertatih-tatih, Made mampu menyelesaikan pendidikannya dan melanjutkan ke SMAN 6 Denpasar. Semester pertama, Made nyaris tidak pernah sekolah. Kondisinya makin parah. Kadang ia pingsan mendadak, kadang kerauhan, dan mengamuk. Ia pun menjalankan rutinitas pengobatan ke beberapa balian di Bali.

Namun, hasilnya nihil. Made menjadi pendiam di sekolah. ”Tak ada yang mau jadi teman saya. Keadaan ini benar-benar membuat saya stres,” tuturnya. Menyalurkan kegundahan hatinya, Made melampiaskannya dengan makan. Dia sudah tidak peduli lagi dengan bentuk tubuhnya yang makin hari makin subur.
Biasanya Made kerauhan sekitar 1 jam. Setelah dicarikan pemangku dan dipercikkan tirta (air suci) ia langsung sadar. Setelah istirahat sekitar 15 menit, kondisi Made pulih kembali. Made mengaku tidak merasakan lelah walaupun sudah mengamuk. ”Saya merasa biasa saja, tidak capek sedikitpun,” tutur Made.

Ada satu kejadian yang paling membekas di hati teman-teman Made di SMAN 6 Denpasar. Ketika itu Made kerauhan dan mengamuk dari pukul 11 siang hingga 3 sore. Pemangku yang biasanya didatangkan ke sekolah sedang ada kegiatan di Pura di luar Denpasar. Karuan saja segenap isi sekolah geger dan proses belajar mengajar menjadi terganggu. Dengan kekuatan yang luar biasa, Made membanting meja dan kursi. Kejadian itu membuat penghuni sekolah histeris ketakutan melihat ulah Made. Para guru kebingungan mengendalikan Made.

Sambil menunggu pemangku datang, para guru berusaha memegang Made agar dia tidak menghancurkan barang-barang yang ada di dekatnya. Namun, kekuatan Made sangat luar biasa. Tak pelak para guru yang mencoba mengendalikannya merasa keletihan. Untung saja tepat pukul 3 sore pemangku datang. Serta merta pemangku memercikkan tirta ke tubuh Made.

Berselang beberapa menit Made sadar dan lemas. Setelah beristirahat sekitar 15 menit, Made bangun dan kondisinya pulih segar bugar seperti biasa. Ketika ditanya guru dan teman-temannya di sekolah, Made mengatakan tidak mampu membendung kekuatan yang datang menghampirinya itu. Made sendiri mengaku tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. ”Saya merasa ada energi luar biasa datang dan mengendalikan saya. Tapi saya tidak mampu melawan. Saya berteriak dan mengamuk. Saya tidak tahu bagaimana caranya mengerem kekuatan itu,” kata Made dengan mimik serius. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 526

Jumat, 13 Maret 2009

Apa itu Kerauhan?

Pernah melihat orang kesurupan atau biasa disebut kerauhan di Bali? Apa yang terjadi pada mereka? Apakah mereka termasuk jiwanya terganggu?

Menurut Prof. Suryani kerauhan adalah suatu tingkat kesadaran tertinggi dimana seseorang dikendalikan oleh roh, atma, atau oleh energi lain tergantung kepercayaan mereka, apakah Tuhan, dewa atau leluhur atau butakala. “Pada saat seperti ini ia tetap sadar, tetap mengetahui apa yang ada disekitarnya. Namun, perhatiannya menyempit ke satu perhatian,” ujar Guru Besar FK Unud ini.

Bagi mereka yang belum terlatih, kata Suryani, mereka tidak mampu mengendalikan dirinya. Mereka kadang-kadang menangis, meronta, menjerit, berdiam diri, menari atau keadaan lain yang tidak pernah dilakukan dalam keadaan kesadaran biasa. Namun, kalau mereka sudah terlatih, mereka mampu mengendalikan dirinya, maka mereka merasakan adanya perubahan dalam dirinya seperti badan dirasakan ringan, merasa dalam dunia tertentu walaupun ia tahu ada di suatu tempat.

Pada saat itu, kata Suryani, muncul pemikiran yang datang secara otomatis yang secara pemikiran biasa tidak pernah terpikirkan melakukan itu. Semua bergulir secara otomatis dan baru menyadari setelah diucapkan dan dilakukan. “Apa yang dilakukannya tetap bisa diterima oleh pemikiran biasa, namun keadaan itu luar biasa. Ia dapat membaca pikiran orang lain, ia dapat memahami apa yang akan terjadi, walaupun secara logika tidak pernah terpikirkan,” ujarnya.

Suryani menilai kerauhan yang ada di masyarakat Bali bukan sebagai sebuah pertunjukan, tetapi sebagai sebuah wujud pembelajaran oleh Tuhan atau leluhur kepada umatNya atau pengikutNya. Dapatkah umat memahami apa yang diberikan dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari? Dapatkah apa yang dilakukan Sanghyang Dedari tanpa belajar menari mampu menari seperti orang yang telah belajar bertahun-tahun ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari?

Dapatkah kita menggunakan apa yang terjadi waktu upacara penyatuan kepala Rangda di kuburan di Jimbaran dimana bebuten melompati tembok lebih dari tiga meter tanpa melalui pemanasan ini digunakan guru-guru olah raga sehingga melahirkan atlit-atlit profesional? Dapatkah kemampuan balian membaca pikiran orang lain tanpa mengucapkannya dimanfaatkan sehingga kita dapat menggunakan kecerdasan spiritual dalam keseharian?


Menurut Ahli Kejiwaan RS Sanglah ini kerauhan bagi orang-orang pilihan dapat terjadi secara otomatis. Namun, bagi mereka yang bukan merupakan orang-orang pilihan, dapat belajar dan berlatih sehingga dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai dokter, atlit, pelukis, wartawan, penari, pedagang, dan yang lainnya. Meditasi relaksasi spirit adalah salah satu cara melatih diri agar mampu pada posisi trance itu.

Untuk penanganan awal, kata Suryani, diberikan obat penenang supaya tidurnya nyenyak. “Dengan tidur nyenyak ia dapat mengontrol dirinya,” katanya. Namun, setelah dapat menguasai dirinya obat dihentikan, dan dilatih meditasi. “Saya ajarkan jangan teriak, jangan bergerak, tapi latihan mengontrol diri,” ujarnya.
Dengan keadaan trance dia dapat mengunakan indra keenamnya. Mengunakan kemampuan dirinya , dia tidak dimasuki roh tetapi kemampuan pemikiran sendirinya.

Bedanya dengan orang dalam tingkat kesadaran biasa adalah tingkat kesadarannya lebih tinggi dan dia dapat memahami mana yang baik dan buruk. “Ciri-ciri orang yang sedang trance adalah wajahnya datar, bibirnya pucat, matanya berkedip-kedip. Kalau sudah mencapai tingkat tinggi, dia berbicara teratur, dan sangat tenang,” jelasnya.

Meditasi spirit yang dilakukan adalah dengan merasakan masuk keluarnya napas lewat hidung. “Pernafasan jangan diatur biarkan secara alami. Posisi matapun alami tidak melihat hidung. Jangan membayangkan ada energi. Biarkan alami. Jangan memaksa diri, jangan mengosongkan pikiran, indra keenam harus tajam. Bagaimana pun kita harus tetap fokus. Kita tahu apa yang terjadi, namun, pikiran tidak ke mana-mana. Indra kelima tetap berfungsi,” ujar Suryani. –ast

Selasa, 10 Maret 2009

Bintang dapat Juara

Inilah Bintang keponakanku yang baru berusia 3,5 tahun. Senin 9 Maret 2009, Bintang mendapatkan juara dalam lomba merangkai puzzle yang digelar Santi Sastra Production di Hongkong Garden Restaurant Sanur Bali.

Aku bangga dengan Bintang, bukan karena ia mendapatkan juara, tapi semangatnya maju dan keberaniannya untuk ikut lomba bagiku sangat luar biasa. Bintang adalah peserta termuda diantara kontestan lainnya yang rata-rata berusia 5 tahun ke atas. Ini merupakan lomba pertama yang diikuti Bintang dan langsung menang. Bintang, tetaplah rajin belajar biar jadi dokter yachhhhh........

Kamu adalah bintang masa depan, Keep your smile. You are my star in the future.

Sabtu, 07 Maret 2009

Lulusan Bermutu dengan Soft Skill

DUNIA industri tidak hanya memerlukan lulusan perguruan tinggi memiliki IP tinggi. Saat ini dunia kerja memerlukan lulusan yang memiliki jiwa kepemimpinan, mampu berdiskusi dan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama dalam sebuah tim serta komitmen yang kuat atas pekerjaannya. Dunia industri memerlukan pekerja yang memiliki ketangguhan menghadapi berbagai keadaan, baik menyenangkan maupun yang sulit di tempat kerjanya.

Penelitian National Association for Able Children in Education (NACE) menyatakan “Keberhasilan seseorang dalam tugas dan pekerjaannya ditentukan oleh kecakapan soft skill sebanyak 82 % dan hanya 18% dari kecakapan hard skill.”

Ir. I Putu Astawa, Pembantu Direktur III Politeknik Negeri Bali (PNB) mengatakan sebagian besar mahasiswa yang tidak pernah mengikuti organisasi sangat lemah dalam soft skill. “Kita bisa melihat lulusan yang tidak memiliki nilai cukup tinggi justru mampu bertahan di pekerjaannya, jika soft skill-nya terasah. Mereka umumnya memiliki kemampuan lebih dalam berkomunikasi dan mampu mengelola stres,” ujar lelaki asal Sesetan ini.

Soft skill bukan hapalan melainkan dipraktikkan oleh individu yang belajar dan ingin mengembangkannya.
“Soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Soft skill ini meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap,” ujarnya.
Berdasarkan penelitian di negara-negara maju, ada 23 atribut soft skill yang dominan di lapangan kerja meliputi inisiatif, etika, berpikir kritis, kemauan belajar, komitmen, motivasi, bersemangat, dapat diandalkan, komunikasi lisan, kreatif, kemampuan analitis, manajemen diri, menyelesikan persoalan, dapat meringkas, cooperative, flexible, kerja sama dalam tim, mandiri, mendengarkan, tangguh, berargumentasi logis, manajemen waktu.

Menurutnya pengembangan soft skill di perguruan tinggi dapat dilakukan melalui kegiatan proses pembelajaran dan kegiatan ektrakulikuler mahasiswa. Dalam kegiatan ektrakulikuler mahasiswa dilatih mengembangkan semua atribut soft skill tersebut.

“Saat pemain bertanding acapkali pembimbing kegiatan senantiasa berpusat pada teknik bagaimana memenangkan pertandingan yang akan dilakukan. Mereka sering melupakan sesuatu sangat penting seperti sportifitas, keberanian untuk kalah dan memang serta semangat juang yang menbara. Seringkali terjadi, dalam teknik permainan mereka mampu, namun, ketika kekalahan terjadi bukannya intropeksi diri. Malah sering menyalahkan cara kerja wasit atau mengatakan kecurangan dilakukan lawan. Hal demikian yang akan banyak digali dalam kegiatan kemahasiswaan,” ujarnya.

Putu Astawa mengatakan pendidikan bukan sekadar kumpulan orang-orang pintar. “Pendidikan adalah proses merubah orang dari tidak bisa menjadi bisa. Untuk mendapatkan manusia yang kapabilitas merupakan perpaduan karakter dan kompetensi. Dalam bidang kegiatan kemahasiswaan mereka mendapatkan penalaran dan keilmuan, pengembangan bakat dan minat, kesejahteraan mahasiswa dan kepedulian sosial,” jelasnya.

Ia menyebutkan ada 4 olahan yang dikembangkan dalam kegiatan kemahasiswaan yakni olah pikir, olah raga, olah hati, dan olah rasa. Dengan hal itu, kata Putu Astawa, dalam diri mahasiswa akan timbul rasa ikut memiliki, ikut bertanggung jawab dan ikut berpartisipasi.

Direktur PNB Ir. Putu Dana Pariawan, Salain, M.Sc.,MHIT menambahkan untuk membentuk generasi muda yang tangguh tidak cukup dibekali dengan kompetensinya saja, mahasiswa harus dibekali dengan suatu kemampuan soft skill yang sulit didapatkan di bangku perkuliahan formal. Keterampilan ini dikembangkan melalui kegiatan kemahasiswaan.

“Melalui kegiatan organisasi maupun aktif secara langsung, akan terbentuk jiwa team work, menjaga etika, disiplin, mampu mengontrol emosi, sehingga mereka tidak masuk dalam pergaulan negatif seperti narkoba. Intinya kegiatan kemahasiswaan memberikan sebuah ruang untuk mereka melakukan kompensasi positif,” ujarnya.

Untuk itu, dibuatlah aturan yang jelas. Kegiatan ekstrakurikuler dimasukkan dalam Pedoman Pendidikan PNB dalam Bab VII Pasal 29 dan 30. “Satuan kredit kegiatan mahasiswa (SKKM) adalah nilai kredit poin terhadap kegiatan mahasiswa selama menempuh pendidikan di PNB. Mahasiswa wajib memenuhi sejumlah SKKM sebagai syarat keikutsertaan wisuda sesuai dengan aturan,” ujarnya. Dalam ketentuannya setiap mahasiswa yang menamatkan pendidikan di PNB wajib memiliki minimal 16 poin untuk D-3, dan minimal 20 poin D-4. Setiap semester mahasiswa menerima raport kredit poin yang ditandatangani Pembantu Direktur III.

Ada metode dan tata cara prosedur pelaksanaan SKKM. “Pemberian raport hanya sebagai simbul saja. Dengan mengikuti kegiatan soft skill yang terasah , lulusan PNB mampu menopang kompetensi riilnya sehingga seimbang dan menjadikannya unggul di dunia kerja dan di masyarakat,” papar Dana Pariawan.
Saat ini PNB mengembangkan 16 ektrakulikuler yakni unit kegiatan mahasiswa (UKM) bola voli, UKM bola basket, UKM sepak bola, UKM tennis meja, UKM perisai diri, UKM catur, UKM bulu tangkis, UKM mapala, UKM gambelan, UKM tari, UKM kesenian nasional, UKM bahasa Jepang, UKM english club, UKM jurnalistik, UKM komputer.

Selain UKM, PNB memiliki 6 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yakni HMJ Pariwisata, HMJ Administrasi Niaga, HMJ Akutansi, HMJ Teknik Mesin, HMJ Teknik Sipil, HMJ Teknik Elektro. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM ) dan MPM Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM). 75 kegiatan kemahasiswaan dijadwalkan untuk program tahun 2009.

Menurutnya pengembangan sistem SKKM di PNB merupakan pilot project Politeknik di Indonesia. Beberapa Politeknik telah melakukan studi banding penerapan SKKM diantaranya Politeknik Jember, Politeknik Malang, dan Politeknik Jakarta. Tahun 2009 Politeknik Jember segera mengadopsi sistem program SKKM untuk diterapkan disusul beberapa politeknik lain.

Ia menilai dengan semakin banyaknya kampus yang mengadopsi sistem ini, evaluasi menyeluruh dapat dilakukan untuk memantau keberhasilannya. Ia berharap penerapan sistem SKKM ini dapat menjadi contoh bagi universitas lain di Indonesia. Tahun 2009 PNB cukup berbangga karena pemerintah menaruh perhatian besar dengan menganggarkan dana untuk kegiatan kemahasiswaan. –ast

Kamis, 05 Maret 2009

Satu Kamar Hotel Perlu 3000 Liter Air

Bali menempati posisi menengah hasil penelitian Nasional Geografis sebagai tujuan wisata. Penelitian ini dilakukan pada 111 pulau di dunia yang menjadi tujuan pariwisata. Dengan metode panel 522 ahli yang dilibatkan untuk melihat bagaimana kondisi pulau yang menjadi objek tersebut dan proyeksinya ke depan. Ada 6 katagori penelitian yang dijadikan tolok ukur yakni kualitas lingkungan dan ekologi, integritas sosial dan budaya, kondisi bangunan bersejarah dan situs arkeologi, daya tarik keindahan, kualitas manajemen wisata dan proyeksi masa depan.
“Bali berada diposisi menengah, tidak diatas dan tidak dibawah. Artinya, Bali memiliki kerentanan ke depan,” ujar Direktur Eksekutif Wahli Bali Agung Wardana.

Menurutnya kerentanan ini menyangkut manajemen dan pertumbuhan pariwisata yang tidak berjalan dengan baik. Ia menilai investasi yang ada di Bali tidak pernah terkontrol dengan baik. “Para investor begitu saja mengkapling kawasan startegis dan daerah yang masih asri. Bali sebagai destinasi wisata tengah berada dalam sebuah perputaran investasi modal bagi yang ingin mengeruk keuntungan di Bali,” kata Agung.

Jika ini tidak dikelola, kata Agung, berpotensi melibatgandakan kerusakan lingkungan yang sudah dirasakan sekarang. Belum lagi, kata dia, otonomi daerah turut memberi peluang yang lebih besar kab/kota untuk mendatangkan investor. “Bagaimana kawasan strategis seperti danau Buyan bisa diberikan konversi pada sebuah perusahaan? Padahal, danau Buyan maupun danau Tamblingan dan yang lainnya tidak hanya dimiliki satu kabupaten, tapi juga dimiliki kabupaten/kota di Bali yang seharusnya dikelola dengan holistik,” ujarnya.

Ketika terjadi ego di masing-masing kab/kota muncul dampak kerusakan lingkungan. Hal ini, kata Agung, juga berdampak pada kehidupan social ekonomi masyarakat. “Kita lihat bagaimana dampak reklamasi pulau Serangan. Reklamasi telah merubah pola dan mengerus pantai selatan di Bali yang kemudian mengakibatkan abrasi yang parah. Kawasan Sanur dan Pantai Lebih hancur sedemikian rupa. Hal ini berdampak bagi kehidupan para nelayan di sana,” paparnya.

Ia sendiri mendengar penuturan para nelayan di pantai Lebih. Mereka mengaku menjadi lebih sulit dengan kondisi pantai yang abrasi. “Sebelum abrasi mereka bisa dengan bebas menambatkan jukung di pantai. Setelah kawasan pantai menjadi curam, nelayan harus menambatkan perahunya jauh diatas sehingga ketika ingin melaut mereka harus membayar Rp 20.000 sekali menurunkan perahunya. Artinya ada biaya tambahan,” ujar Agung.

Celakanya lagi, penataan kawasan pantai saat ini hanya diproritaskan pada pantai yang masih laku dijual untuk pariwisata.
Ia menyayangkan kawasan Pantai Kuta yang sudah tergerus akibat pariwisata harus diambilkan pasir dari pantai Gelgel untuk memoles kembali sehingga pantai Kuta makin cantik dan laku dijual tanpa peduli mengorbankan pantai yang lain. “Pantai Sanur masih laku dijual.

Tetapi, bagaimana dengan pantai Ketewel dan pantai Lebih yang notabene tidak ada pariwata di sana,” tanya Agung dengan retorik. Artinya, pola pembangunan Pemerintah Bali saat ini masih memrioritaskan pengembangan sektor pariwisata dramatis dengan mendatangkan investasi yang boros lahan dan sumber daya alam.

Menurut Agung sumber daya alam di Bali tidak dihabiskan masyarakat lokal Bali. Justru ia menilai, sumber daya alam Bali seperti air lebih banyak diserap untuk hotel. “1 kamar hotel memerlukan 3000 liter perhari. Sedangkan konsumsi masyarakat lokal hanya 100 liter perhari. Ini merupakan ketidakadilan. Contoh lain, 1 lapangan golf dengan 18 hold membutuhkan air 3 juta liter perhari. Berapa banyak desa dapat dihidupkan oleh air sebanyak itu? Sementara disatu sisi lapangan golf hanya diperuntukkan golongan elit,” ungkap Agung.

Ketika berbicara kerusakan lingkungan, ia menilai dampaknya sangat dirasakan masyarakat lokal. Ia menilai masyarakat tidak memunyai cukup sumber daya untuk memulihkan kerusakan yang sudah terjadi. “Kita juga tidak memiliki kemampuan finansial untuk melakukan perbaikan pada lingkungan hidup. Berapa anggaran yang didapat Balai Lingkungan Hidup untuk memperbaiki lingkungan hidup dibandingkan anggaran yang diberikan untuk promosi pariwisata?” tegas Agung.

Ia berpandangan lingkungan hidup belum menjadi agenda prioritas pembangunan. Namun, kondisi pemilu ini lingkungan hidup malah dijadikan komoditas yang ditawarkan para politisi untuk menggalang dana kampanyenya. Artinya, lingkungan sumber daya alam sudah menjadi komoditas bukan menjadi prioritas pembangunan utama. Prioritas pembangunan utama masih pada investasi pariwisata. Ketika kerentanan ini bertemu dengan permasalahan perubahan iklim akibatnya berlipat ganda.

Menurut Agung banjir yang melanda belakangan ini bukan saja karena perubahan iklim tetapi juga disebabkan kerentanan kerusakan lingkungan di tingkat lokal. “Bagaimana dengan peradaban Bali ketika diramalkan tahun 2050 Sanur dan Kuta akan tenggelam? Apakah masih ada Pariwisata di Bali?” tanya Agung dengan suara meninggi. –ast

Sudah dimuat di koran Tokoh Edisi 529, 1 Maret 2009

Minggu, 01 Maret 2009

Polusi Udara Akibatkan ISPA

Asap kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara perkotaan di Indonesia. Menurut world bank, dalam kurun waktu 6 tahun sejak tahun 1995 hingga 2001 terdapat pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai hampir 100%. Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik. Demikian diungkapkan Sang Gede Purnama, SKM, Dosen Kesehatan Lingkungan, PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Unud dalam diskusi terbatas kerja sama Koran Tokoh dengan SMAN 5 Denpasar, Selasa (24/2).

Ia menilai Indonesia belum menata transportasi umum dengan baik. Jumlah kendaraan pribadi jauh lebih besar. Artinya, pemerintah mengharapkan pajak pribadi lebih banyak. Apa yang terjadi? Dampaknya luar biasa. “Jumlah kendaran pribadi yang banyak justru mengakibatkan bertambahnya polusi dan berbagai pemborosan bahan bakar, lahan parkir, fasilitas jalan raya, peningkatan polusi udara yang pada akhirnya menurunkan kualitas kesehatan masyarakat,” paparnya.

Ia menilai apabila hal ini dihitung, maka kerugian negara dan masyarakat cukup besar dibandingkan dengan biaya pajak yang didapat dari kendaraan pribadi itu sendiri. “Berbeda dengan negara maju yang menerapkan sistem transportasi umum yang baik sehingga kendaraan pribadinya limited,” ujar Purnama.
Worl bank juga menempatkan Indonesia menjadi salah satu kota dengan kadar polutan tinggi setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City.

Menurut Purnama dampak buruk polusi udara bagi kesehatan adalah munculnya penyakit Infeksi saluran Pernapasan Akut (ISPA). Data WHO mengungkapkan polusi udara perkotaan diperkirakan memberi kontribusi bagi 800.000 kematian tiap tahunnya.
Mereka yang rentan terhadap polusi adalah anak-anak apalagi bagi mereka yang hidup di bawah kemiskinan dan kekurangan gizi. “Mereka ini lebih mudah terserang penyakit dan efeknya dapat menurunkan kecerdasan anak.

Ia mengatakan sebagian besar polutan udara ini langsung mempengaruhi sistem pernafasan dan pembuluh darah. “Pemaparan yang akut dapat menyebabkan radang paru sehingga fungsi paru menjadi berkurang dan menghambat jalan darah. Dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan dan menyebabkan sakit kepala. CO berkosentrasi tinggi terhadap Hb sehingga menghalangi O2 dalam darah yang menuju ke sistem pembuluh darah dan jantung serta saraf,” paparnya.

Ia mencontohkan perhitungan World Bank tahun 1994 dengan contoh kasus polusi di Jakarta. Kalau saja konsentrasi polutan dapat diturunkan sesuai strandar, diperkirakan akan terjadi penurunan tiap tahunnya sekitar 1400 kasus kematian bayi prematur, 2000 kasus rawat di rumah sakit, 49.000 kunjungan gawat darurat, 600.000 serangan asma, 124.000 kasus bronhitis pada anak, 31 juta gejala penyakit saluran pernapasan, serta terjadi peningkatan efisiensi 7,6 juta hari kerja yang hilang akibat penyakit saluran pernapasan. Dari sisi ekonomi pembiayaan kesehatan akibat polusi udara di Jakarta diperkirakan mencapai 220 juta dolar tahun 1999.

Ia menegaskan kalau kondisi kerusakan lingkungan terus-terusan terjadi di Bali, lama kelamaan dapat berdampak seperti Jakarta. Kondisi yang terjadi di Jakarta sekarang ini, kendaraan yang banyak diatasi membuka jalan yang baru. Padahal, kata dia, banyaknya kendaraan yang akhirnya menyebabkan polusi yang terakumulasi terus. “Seharusnya yang dilakukan adalah memperbaiki fasilitas angkutan, membuka daerah taman kota dan perindangan yang baik,” ujarnya.

Menurutnya taman-taman kota perlu diperbanyak dan diperluas sehingga polusi udara yang terjadi diimbangi dengan kawasan hijau yang menjadi paru-paru kota. Tanaman perindang cukup membantu penyerapan CO2 dan menghasilkan O2.
Kalau menerapkan pola seperti Jakarta nantinya, kata Purnama, malah terjadi penebangan pohon perindangan pada pembukaan jalan baru. “Kita harus belajar melihat bagaimana penataan kota besar di Indonesia banyak yang salah, sehingga Bali dapat belajar sebelum terjadi hal yang sedemikian rupa,” kata Purnama.

Masalah-masalah kerusakan lingkungan pun sudah menjadi isu dalam konferensi internasional. Bagaimana efek rumah kaca global warming sudah terjadi. Hal ini, kata Purnama, akan terus terjadi jika tidak memperbaiki dari sekarang.
Salah satu jalan adalah dengan melakukan penghijauan. Unud sendiri telah menunjukkan kepedulian dengan melakukan penghijauan.
Ia juga menyayangkan para kepala daerah yang menyetujui pembangunan villa, dan pembukaan lahan baru untuk meningkatkan investasi yang datang. Padahal, kata Purnama, villa yang indah juga berhubungan dengan keindahan, kebersihan, dan lingkungan yang baik.

Asap Rokok dan Dapur Polutan Berbahaya
Selain polusi udara di luar, dikenal juga polusi di dalam ruangan. Selama ini hanya dikenal polusi di luar ruangan. Padahal, polusi udara yang terjadi didalam ruangan sering tidak diperhatikan yang juga dapat membahayakan kesehatan. Menurut Purnama kebiasaan buruk seperti merokok yang menyebabkan polusi dalam ruangan dan berdampak bagi orang sekitarnya.

“Asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia, dan 43 diantaranya bahan kimia yang mengandung karsinogen (cat kimia yang menimbulkan kanker). Dari begitu banyaknya bahan kimia yang dihirup perokok aktif hanya mengisap 15% saja, sedangkan 85% dihirup para perokok pasif,” kata Purnama.
Selain asap rokok, juga dapur. Proses pembakaran dalam ruangan seperti memasak jika tidak mendapat ventilasi yang cukup dapat menjadi polusi dan menganggu kesehatan. –ast

Sudah dimuat di koran Tokoh, Edisi 529, Minggu 1 Maret 2009