Senin, 21 Juni 2010

Gubernur Bali Serukan Konsumsi Ikan bagi Staf Pemprov. Bali

KONSUMSI ikan masyarakat Bali masih rendah. Tahun 2009 tercatat konsumsi ikan tiap orang di Bali 25,86 kilogram per tahun. Hal ini dinilai masih rendah dibanding konsumsi ikan masyarakat Indonesia sekitar 30,5 kilogram per tahunnya. Gubernur Bali Made Mangku Pastika membuat terobosan baru. Mewajibkan seluruh staf di lingkungan Pemprov. Bali mengomsumsi ikan dengan difasilitasi Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali. Selain untuk membantu pemasaran produk petani Bali, seruan ini juga untuk mewujudkan masyarakat Bali yang sehat dan berkualitas.
Ikan memiliki protein tinggi sehingga sangat baik jika dikonsumsi tiap hari. Terobosan Gubernur yang mewajibkan seluruh staf di lingkungan Pemprov. Bali mengonsumsi ikan dinilai seruan yang sangat positif. Demikian diungkapkan Kadis Kelautan dan Perikanan Prov. Bali Ir. I Gusti Putu Nuriartha, M.M. “Saat ini kendala petani Bali sulit dalam pemasaran produksinya,” katanya.

Terobosan ini selaras dengan pencanangan dan kampanye gerakan makan ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI di lokasi Pesta Kesenian Bali, Art Centre, Denpasar Minggu (13/6).
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mendorong upaya peningkatan dan pemerataan konsumsi ikan nasional, mendorong terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Kementerian Kelautan dan Perikanan harus terlibat aktif dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional karena ketahanan pangan merupakan bagian upaya pemenuhan hak atas pangan yang merupakan salah satu utama hak asasi manusia,” ujar Fadel Muhammad yang didampingi istrinya yang begitu antusias saat menyaksikan lomba kuliner masakan ikan di arena PKB.

Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali memasilitasi permintaan ikan dari semua instansi di lingkungan Pemprov. Bali dengan membeli dari petani di Kintamani. “Di sana terdapat kramba jaring ngapung, suatu metode budi daya ikan tawar di danau. Ikan yang dibudiadayakan ikan nila. Permintaan stabil tiap bulannya sekitar 300 kilogram yang terdata dari permintaan masing-masing instansi yang ada di lingkungan Pemprov. Bali. Harga pun disepakati agar menguntungkan petani,” kata Nuriartha.

Ia berpandangan, budi daya ikan tawar di Bali masih dinilai kurang sehingga diharapkan masyarakat mau tertarik untuk menekuni usaha ini. “Usaha ini sangat menjanjikan, apalagi masyarakat sudah mulai menggemari makan ikan. Banyak olahan yang dihasilkan dari ikan, tergantung kreativitas masing-masing. Rasa juga bisa diterima semua usia,” katanya.
Ia menyatakan, pemerintah memberikan banyak kemudahan agar masyarakat tertarik melakukan budi daya ikan tawar yakni berupa kredit tanpa agunan bagi nelayan, pengolah, pembudi daya dan pembenih ikan. Syaratnya sangat mudah, cicilannya ringan.
Selain itu, pemdampingan dan pembinaan akan terus dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali. Nuriartha mengatakan, budi daya ikan tawar sangat potensial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari segi ekonomi dan kesehatan.

Saat ini, Bali sudah melakukan ekspor ikan laut. Sedangkan ikan tawar masih untuk konsumsi lokal. Ekspor ikan laut dari Bali sekitar 35.000 ton tahun 2009 dengan nilai 127 juta US Dolar. “Ini semestinya bisa dilihat sebagai peluang usaha. Budi daya ikan tawar sangat menjanjikan. Apalagi Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali sudah siap memberikan pembinaan dan motivasi,” paparnya. Budi daya, katanya, juga tidak membutuhkan waktu yang lama. Budi daya ikan mujair 4-6 bulan, ikan gurami 6-8 bulan, dan ikan lele sekitar 4 bulan. Untuk pemasaran telah dilakukan penjajakan di supermarket di Denpasar, agar mereka bersedia menampung hasil produksi petani Bali.

Sampai saat ini, telah banyak dilakukan pelatihan bagi petani Bali. Beberapa desa menjadi percontohan budi daya ikan kawar seperti di Budakeling Karangasem, dan Blahbatuh, Gianyar. Budi daya ikan lele juga digencarkan. Citra buruk tentang budi daya lele sedang dikikis. “Budi daya dengan sistem terpal sudah berhasil dilakukan untuk peningkatan budi daya ikan lele. Tidak ada lagi persepsi buruk ikan lele hasil dari comberan,” tandasnya. Gubernur Bali berencana membuka pasar tani untuk menampung hasil pertanian pangan, perkebunan, dan perikanan. -ast

Koran Tokoh, Edisi 579, 14 s.d 20 Juni 2010

Konsumsi Ikan Tingkatkan Usia Penderita Jantung

NILAI cerna protein ikan sangat tinggi berkisar lebih dari 90%. Ikan sangat mudah dicerna bayi sekalipun. Ikan dapat digunakan sebagai sumber protein yang baik bagi bayi dan anak balita untuk menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan otaknya.

Ahli Gizi Poltekes Denpasar Ida Ayu Eka Padmiari, S.K.M. M.Kes. mengatakan, kandungan protein ikan sangat dipengaruhi kadar air dan kadar lemaknya. Secara umum dapat dikatakan ikan bersirip mengandung protein 16-24%, 10-8% pada krustasea, dan 5-8% pada moluska. Pada ikan-ikan yang telah diolah kandungan proteinnya dapat mencapai 35%. Proporsi protein konektif atau kolagen pada ikan jauh lebih rendah dibandingkan daging ternak, yaitu berkisar 3-5% dari total protein ikan umumnya, dan 8-10% pada jenis ikan bertulang rawan (cucut dan pari). “Kolagen ikan mulai menyusut pada suhu sekitar 45 derajat celcius, jauh lebih rendah dibandingkan kolagen mamalia yang berkisar 60-65 derajat celcius. Hal inilah yang menyebabkan daging ikan lebih empuk daripada daging ternak sehingga menjadi lebih mudah dicerna,” ujarnya.


Dibandingkan lemak hewani lainnya, kata Dayu Padmiari, lemak ikan sangat sedikit mengandung kolesterol. Hal ini sangat menguntungkan bagi kesehatan karena kolesterol yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah dan penyakit jantung koroner.
Selain kaya protein yang bermutu tinggi, ikan juga mengandung vitamin dan mineral yang berimbang. Vitamin yang banyak terdapat pada ikan, vitamin lemak (Vitamin A dan D), mineral yang dominan kalsium, fosfor, yodium, besi, dan selenium. “Zat-zat gizi tersebut bermanfaat mencegah berbagai penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro dan penyakit degeneratif. Kandungan yodium ikan laut hampir 28 kali kandungan yodium ikan air tawar,” paparnya.
Ia mengungkapkan, hasil penelitian menunjukkan usia hidup pasien penderita penyakit jantung yang mengonsumsi ikan sekurang-kurangnya tiga kali seminggu lebih panjang daripada pasien yang tidak mengonsumsi ikan. “Zat aktif yang berperan penting dalam hubungan tersebut, asam lemak omega-3. Asam lemak omega 3 telah terbukti sangat besar manfaatnya bagi kesehatan yaitu menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah arteriosklerosis dan penyakit jantung koroner, mengurangi risiko diabetes melitus, hipertensi, kanker, dan berperan penting dalam tumbuh kembang otak janin,” jelasnya.

Ikan juga mengandung selenium yang merupakan bagian penting enzim yang berperan dalam membuat antioksidan. Kekurangan selenium menimbulkan gejala pertumbuhan lambat; dystrophy otot dan necrosis jantung, ginjal dan hati. Ikan merupakan salah satu sumber co-enzym Q10 yang berfungsi sebagai antioksidan. Taurin dalam ikan juga berperan dalam fungsi retina dan fungsi kognitif.

Ia menyebutkan, kandungan omega-3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber protein hewani lain seperti daging sapi dan ayam. Bahkan daging babi tidak mengandung omega-3. “Tubuh manusia dapat membentuk beberapa tipe asam lemak, namun asupan asam lemak esensial khususnya asam lemak tak jenuh omega-3 dan omega-6 masih diperlukan,” kata Dayu Padmiari. Sumber utama omega-3, ikan dan kacang kedelai. Konsumsi ikan secara teratur memegang peranan penting dalam memenuhi rasio omega-3 dan omega-6.

Ia menyarankan, untuk pencegahan terhadap kekurangan asam lemak esensial, ahli nutrisi menyarankan manusia harus mengonsumsi sekitar 2,4% dari total asupan omega-6 dan 0,5-1,0% dari total asupan omega-3. Porsi yang tepat bagi dewasa, 3- 5 kali seminggu, tiap porsi 50 gram . –ast

Tambahkan Bunga dalam Masakan Ikan

ADA yang menarik dalam Lomba Kreasi Masakan Ikan di arena Pesta Kesenian Bali ke-32. Lomba ini telah memunculkan berbagai kreasi para perempuan dari seluruh kabupaten/kota se-Bali. Para peserta lomba meramu berbagai macam bumbu dan mengolah ikan dengan berbagai kreasi sehingga menghasilkan menu masakan ikan yang enak, lezat, dan sehat. Ida Ayu Rusmarini, peserta asal Gianyar, misalnya. Perempuan ahli herbal ini menampilkan menu masakan ikan yang sangat berbeda dibandingkan peserta lain. Ia mencampurkan beberapa bunga dalam bumbu ikan. Dalam menu ikan bakar, selain menggunakan bumbu yang terdiri atas bawang putih, jahe, lombok, gula merah, jeruk nipis, dan garam, ia menambahkan bunga krisan, bunga kecicang, dan bunga bola. “Semua tambahan bunga tersebut, saya masukkan ke dalam bumbu kemudian saya ulek bersama,” ujarnya. Ketiga bunga tersebut, kata Dayu, berfungsi sebagai penghangat dan memunculkan rasa yang berbeda. Bumbu ikan menjadi lebih mantap dan saat dibakar memberikan sensasi kelezatan.

Juara I Lomba Masakan Ikan PKB Kabupaten Gianyar ini mengatakan, untuk sup ikan ia memasukkan daun andong. Fungsinya untuk memperbaiki sirkulasi lambung sehingga memudahkan untuk buang air besar. Untuk warna ia menggunakan kuning dari bunga gemitir. “Rasanya lebih menyengat dan bagus untuk memperbaiki fungsi saraf lambung,” katanya. Ia menyarankan, untuk mendapatkan masakan ikan yang lezat dapat menambahkan beberapa bunga yang dapat memberikan sensasi kelezatan yang berbeda dan sangat baik untuk kesehatan dan tidak memberikan efek negatif bagi perut seperti bunga krisan, attorium (janggar ayam), bunga kecicang, bunga bola, polodendron (sente), glakonia (pisang-pisangan), bramomile putih. “Bunga krisan pun dapat dimanfaatkan sebagai teh pendingin perut sehingga sirkulasi pencernaan menjadi lebih baik. Caranya, seduh bunga krisan dengan air hangat tambahkan madu,” kata Dayu.

Kare Ikan dalam Pepaya
OLAHAN ikan tawar juga banyak ditampilkan dalam lomba masakan ikan di PKB tahun ini. Salah satunya ditampilkan wakil Kabupaten Tabanan. Kare Ikan Gurami nama masakan tersebut. Masakan ini disajikan dalam buah pepaya setengah matang yang dagingnya langsung dimakan bersama ikan. Rasanya unik, bahkan lebih membuat kelezatan kare ikan gurami lebih terasa. Cara membuatnya, bersihkan ikan, kemudian diiris ambil dagingnya hilangkan tulangnya dan biarkan kepala ikan masih utuh, kemudian goreng hingga kekuning-kuningan. Bumbu kare disiapkan, kemudian tumis dan tuang ke dalamnya santan dan aduk rata. Siapkan buah pepaya setengah matang, loetakkan ikan goreng di dalamnya, siram dengan bumbu kare.

Makanan Ikan Terasa Kue
Siti Darmawati, asal Toyapakeh, Nusa Penida, wakil Kabupaten Klungkung juga menampilkan menu yang berbeda. Perempuan yang sehari-hari berjualan tiket di Pelabuhan Toyapakeh ini memilih kulit jeruk sunkis sebagai wadah adonan ikan untuk memberi kelezatan istimewa bagi cake pan ikan-nya.
Awalnya dia membuat adonan dasar dari bahan seperti susu, telur, tepung terigu, dan ikan tuna. Setelah dicampur menjadi satu, dibuat tiga warna, merah, kuning, dan hijau. Kemudian ia membuat isi dari adonan ikan dan udang yang diberi bumbu kemudian dikentalkan dengan tepung maizena. Adonan dasar dimasukkan tahap demi tahap bergantian dengan isinya ke dalam satu jeruk sunkis yang isinya sudah dikeluarkan. Kemudian, dikukus dalam wadah jeruk tersebut.

Perempuan yang sering menjuarai lomba masak di Nusa Penida ini mengatakan, setelah dikukus dalam jeruk sunkis, rasanya sangat berbeda. Bau ikan lenyap, malah terasa seperti kue yang legit. Cake pan ikan ini ia sajikan dengan hiasan daun del yang bisa dimakan mentah, memberi rasa mint segar.

Lawar Lele Rumput Laut
TREN baru masakan lawar dari Desa Busung Biu yang mulai mengganti daging babi dengan lele menarik perhatian Nyoman Sudiasih. Wakil Kabupaten Buleleng ini mendapatkan ide ini dari suaminya yang rutin melakukan pembinaan ke lapangan. “Setelah ikan lele diambil dagingnya kemudian ditambahkan bumbu ulek seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kunir, lengkuas, kcncur, merica, garam, pala, kemiri, kemudian dipepes. Rumput laut direndam dengan air beras, sampai bersih dan berubah warna menjadi putih. Campurkan kelapa parut, cincangan kacang panjang yang sudah direbus, rumput laut, dan pepes lele, aduk rata. Tambahkan bumbu bawang merah, cabe, dan terasi yang sudah digoreng, dan bumbu ulek yang sudah disangrai, aduk rata. Lawar lele rumput laut siap disajikan,” papar Sudiasih. –ast

Koran Tokoh, Edisi 579, 14 s.d 20 Juni 2010

Selasa, 15 Juni 2010

Gaya Hidup Tak Sehat Picu Diabetes

JUMLAH penderita diabetes melitus (DM) terus meningkat. Tahun 1990-an, pertumbuhan penyakit ini kurang dari 1 %. Sekarang sudah mencapai 7%. Bahkan, di Jakarta dilaporkan pertumbuhannya mencapai 12%. Daerah perkotaan menjadi basis utama penderita penyakit ini. Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi penyebabnya. Demikian diungkapkan Ahli Penyakit Dalam Prof. I Nyoman Dwi Sutanegara, M.D. Ia mengungkapkan, meningkatnya penyakit ini berhubungan dengan lokasi. Daerah perkotaan memunyai ciri khas berupa kesibukan masyarakatnya, sehingga gaya hidup sehat mulai ditinggalkan. “Bukan berarti di desa tidak ada penderita penyakit ini, namun prosentasenya rendah; masih berkisar 1%. Orang di desa masih suka ke sawah, lebih banyak makan sayuran, sehingga kasus diabetes lebih sedikit,” kata dokter yang berkonsentrasi menangani penyakit diabetes melitus ini.

Ia mengatakan, faktor lingkungan berperan besar terhadap kejadian diabetes. Ini terbukti dari kondisi fisik orang-orang di perkotaan banyak yang menderita kegemukan.
Para ahli membuktikan kegemukan perut menjadi pemicunya. Kegemukan ini akibat menumpuknya jaringan lemak di sekitar usus. Hal ini, katanya, merusak emodinamik nutrisi tubuh manusia, yang mengakibatkan naiknya kadar gula dan tekanan darah tinggi. “Kalau gula darah sudah melampaui batas tertentu disebut diabetes atau torelansi terganggu yakni fase sebelum disebut diabetes,” jelasnya. Ia menyebutkan, dapat dilihat dari angka gula darah waktu puasa minimal 8 jam dan angka gula darah dua jam setelah makan. “Kalau gula darahnya berkisar 100-120 waktu puasa, itu sudah disebut sebagai gula darah puasa yang terganggu. Kalau dua jam setelah makan gula darahnya 140-200 disebut sudah mengalami gangguan toleransi glokosa (GTG),” paparnya. Guru Besar FK Unud ini menyebutkan, ada dua kondisi yang disebut prediabetes yaitu gula darah terganggu dan gangguan toleransi glukosa. Hal ini akan menimbulkan patologis membuat kepekaan insulin tubuh terganggu. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan.

Tidak semua Gemuk
Ia menilai, seharusnya kondisi seperti itu sudah diantisipasi di puskesmas. Jangan sampai terjadi diabetes. “Dalam kondisi prediabetes masih mungkin diperbaiki,” tandasnya. Ia mengharapkan, para dokter, perawat maupun bidan di puskesmas memberi informasi jelas tentang penyakit DM. Seseorang yang mengidap diabetes bisa dilihat dari postur tubuhnya yang gemuk. Berat badan dan tinggi badan yang tidak seimbang, termasuk lingkar pinggangnya. Lingkar pinggang yang bermasalah jika laki-laki di atas 90 cm dan perempuan di atas 85 cm. Namun, tidak semua penderita diabetes kegemukan. Ada empat kasifikasi diabetes yakni tipe satu menimpa anak-anak. Ada juga karena autoimun. Tubuh memiliki antigen yang merusak pabrik pankreas. Begitu terjadi, sel-sel itu cepat mengalami kerusakan. Diabetes ini disebut tipe 1A. Kalau seseorang dengan diabetes pada usia muda, seyogianya diperiksa. Apakah termasuk tipe A atau ideopatik.
Ia mengungkapkan, pernah menerima pasien usia tiga bulan. Bayi itu sesak napas, diobati tidak sembuh-sembuh. Setelah dicek gula darahnya 1000. Ia mengatakan, tidak bisa memprediksikan klasifikasi usia. Namun, biasanya usia di bawah 40 tahun, termasuk tipe 1.

Yang paling banyak diderita masyarakat sekarang ini, kata dia, diabetes tipe dua. Gejala umumnya diawali kegemukan, kemudian gula darahnya berangsur naik. “Kalau gula darahnya tidak diawasi dengan baik, berat badannya akan menurun,” ujarnya. Tipe tiga diabetes akibat gangguan tertentu misalnya salah minum obat atau faktor lain. Tipe keempat diabetes pada orang hamil. Ada riwayat hamil dengan bayi besar. Obat-obatan diabetes bekerjanya melalui pankreas. Ia menjelaskan, diabetes tipe 1 sulit dikendalikan dengan pemberian tablet. Harus suntik insulin seumur hidup. Para ahli sudah menciptakan obat yang bereaksi panjang. Kalau gula darah sangat tinggi, atasi dulu dengan suntikan insulin yang tinggi agar cepat turun. Setelah itu, dilihat berapa kebutuhan insulinnya. “Kalau gula darahnya sangat tinggi, beberapa kali diberi suntikan. Tiap sehabis makan disuntik lagi. Biasanya diberikan tiga kali suntikan. Ditambah suntikan basal. Pola makan harus dikendalikan. Pola makan sedikit sedikit malah sampai 6 kali sehari,” ujarnya.

Penderita diabetes tipe dua, makin lama pankreasnya makin rusak. Pankreas tidak mampu menghasilkan insulin yang memadai. Pada akhirnya sama saja, harus disuntik insulin. Pengobatan diabetes tipe tiga dilihat penyebabnya terlebih dahulu. Diabetes tipe 4, juga diberikan suntikan insulin. Tablet dikhawatirkan mengganggu bayi dalam kandungan, walaupun belum ada penelitian yang membuktikannya. Pemberian insulin tidak ada efek samping, kecuali terlalu banyak dosisnya. Ia mengungkapkan, insulin pertama dihasilkan berasal dari ekstrak pankreas sapi atau yang lain, kemudian dimurnikan. Tetapi, tidak murni 100% masih ada protein hewan tercampur. Ini yang sering menimbulkan alergi. Sekarang ini insulin dibuat dengan rekayasa genetika disebut insulin analog. Murni dibuat dari tumbuhan sel satu dengan teknologi, bebas efek samping.
Ia menyarankan, ketika kadar gula rendah, penderita harus segera makan. Jangan sampai terjadi hipoglisemi. Ini bisa terjadi karena olahraga yang berlebihan, makan sedikit, atau salah suntikan. Hipoglisemi mengakibatkan koma.

Ia menyarankan, kalau sudah merasa tidak enak dan tanda-tanda mau pingsan segera minum teh manis, permen, atau kue manis. Dianjurkan membawa permen saat berolahraga. Gejala terjadinya hipoglisemi, lapar, berkeringat, berdebar, tiba-tiba terasa gelap dan pingsan. Ia menjelaskan, gula darah di bawah 60 termasuk hipoglisemi. Jika mencapai 30 langsung pingsan. Pasiennya harus segera diinfus dan diberi suntikan insulin. Begitu berat badan meningkat, tidak berolahraga, akan terjadi diabetes. Coba dicek kadar gula darah. Kalau sudah berat badan naik, segera turunkan, lakukan olahraga teratur, atur pola makan sehat, lebih banyak mengonsumi sayuran, kurangi daging serta sebarkan makan. Artinya, jangan makan banyak hanya sekali, tetapi seimbang. Kalau itu sudah dilakukan dengan baik, umumnya pasien akan menjadi normal. Walaupun ada juga kasus yang tetap menderita diabetes.

Ia mengatakan, ketika orang yang termasuk tipe dua mengalami stres sering gula darahnya naik. Stres membuat insulin tidak bekerja sempurna lagi. “Ketika ada stres fisik dan psikis muncul stres hormon yang menghambat kerja insulin. Pengobatan menjadi lebih sulit, dibutuhkan insulin lebih banyak. Kalau pankreasnya rusak dan tidak mampu menyerap maka gula darah tetap tinggi,” ujarnya. Ia menyarankan, bagi yang memiliki riwayat diabetes sebaiknya cek setahun sekali. Untuk orang tua dicek tiap enam bulan. Ia memaparkan, diabetes dapat memicu komplikasi pada pembuluh darah otak, ginjal, saraf, kaki tangan. Keluhan penderita diabetes sering kesemutan, atau giginya goyang. Gangguan lain metabolik seperti katarak. “Mekanisme terjadinya sangat kompleks. Kadar gula darah yang tinggi merusak pembuluh darah. Kolesterol dan trigliserida juga meningkat dan merusak pembuluh darah. Diabetes mengakibatkan meningkatnya radikat bebas. Inilah yang menghancurkan tatanan tubuh manusia,” jelasnya. Intinya, gula darah harus turun dan kolesterol harus baik. Banyak obat herbal yang dapat mengatasi radikal bebas seperti sayuran yang dapat menetralisir elektron yang gentayangan di tubuh.

Kalau sudah terjadi gangguan organ tubuh seperti jantung, lalu muncul tambahan obat-obatan lain untuk mengoptimalkan fungsi jantung. Perlu banyak obat seperti obat menurunkan gula, obat untuk radikal bebas, obat untuk organ yang terganggu. Celakanya lagi, kalau ada stroke dan gagal ginjal. Biasanya dokter akan menilai mana yang dominan komplikasinya. Sebaiknya, pada orang tua jangan diberi multifarmasi. Namun, semua penyakit itu membutuhkan obat. Di sinilah dibutuhkan keterampilan dokter dalam memberikan obat pada pasien. Obat harus efisien tetapi hasilnya optimal.

Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pengelolaan diabetes diperlukan sejumlah tes laboratorium yang bermanfaat untuk memantau kondisi individu penderitanya. Serangkaian tes ini juga untuk memantau kepatuhan dalam mengikuti terapi dan melihat risiko komplikasi yang mungkin terjadi. Brand Manager Prodia Bali Anton, E. S.Si, Apt. menjelaskan, glukosa puasa dan glukosa 2 jam setelah makan diperlukan untuk melihat konsentrasi glukosa individu saat diperiksa. HbA1c diperlukan untuk mengetahui konsetrasi rata-rata glukosa selama tiga bulan terakhir guna menilai kepatuhan individu dalam mengikuti regimen terapi diabetes serta berguna untuk manajemen diabetes melitus yang optimal.

Albumin urine kuantitatif, kratinin, dan urine rutin untuk menilai fungsi ginjal karena di kalangan penyandang diabetes banyak komplikasi yang mengarah ke ginjal. Albumin/globulin dan SGPT untuk melihat ada tidaknya gangguan hati. Pemeriksaan kolesterol total, kolesterol LDL direk, kolesterol HDL, dan trigliserida untuk melihat ada tidaknya gangguan lemak yang umum terjadi pada diabetes dan yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Dalam kaitan pemeriksaan ini Prof. Dwi Sutanegara mengatakan, untuk memperoleh hasil yang lebih baik perlu dilakukan tes lengkap di laboratorium. Namun, tes yang terpenting cek kadar gula darah waktu puasa dan dua jam setelah makan. –ast

Koran Tokoh, Edisi 595, 7 s.d 13 Juni 2010

Sampel Beda Hasil Beda

SEORANG pasien mengeluhkan hasil pemeriksaan darahnya berbeda di dua laboratorium. Yang satu menunjukkan tidak ada masalah, sedangkan laboratorium satunya dalam kasus sama menyatakan ada indikasi kesehatannya terganggu. Ia kebingungan hasil yang mana sebaiknya dijadikan pedoman. “Hasil pemeriksaan masing-masing laboratorium kadang tidak sama. Tiap laboratorium tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya, karena banyak faktor memengaruhinya. Hal ini tidak menjamin hasil yang diberikan laboratorium tersebut tidak akurat,” ujar Brand Manager Prodia Bali Anton, E. S.Si, Apt. Ia menyebutkan, kondisi pasien sangat berpengaruh mengakibatkan hasil pemeriksaan berbeda. “Waktu puasa, aktivitas sebelum pemeriksaan, dan obat yang dikonsumsi pasien juga berpengaruh,” ujarnya. Ia menambahkan, alat yang digunakan, dan reagen yang digunakan juga dapat berpengaruh. Kondisi ruangan tempat penyimpanan alat juga bisa berpengaruh, termasuk bagaimana suhu udaranya, atau air yang digunakan alat tersebut. Selain itu, kondisi sampel dan saat pengambilan sampel, juga berpengaruh Sementara Business Director Laboratorium Quantum Sarana Medik Ketut Sumantra menyatakan, semua laboratorium berupaya memberikan kualitas pemeriksaan yang terbaik, tergantung warga masyarakat memilih laboratorium yang mana. Hasil pemeriksaan laboratorium yang berbeda tidak dapat dijadikan ukuran kinerja laboratorium tersebut kurang baik.

Ia berpandangan, dengan bermodalkan sertifikat ISO 9001 dan akreditasi tidak mungkin laboratorium bertindak sembarangan. “Pemberian sertifkat ISO dilakukan tim yang memang benar-benar menilai sesuai standar pelayanan mutu laboratorium. ISO adalah standar internasional yang diakui untuk sertifikasi sistem manajemen mutu. Sertifikasi mutu ini menyediakan kerangka kerja bagi perusahaan dan seperangkat prinsip-prinsip dasar dengan pendekatan manajemen secara nyata dalam aktivitas rutin perusahaan untuk terciptanya konsistensi mencapai kepuasan pelanggan,” paparnya.

Manajer Pemeriksaan Laboratorium Quantum Trisno Wahyu Hutomo menambahkan, perbedaan hasil antara laboratorium satu dan yang lain dalam kasus sama disebabkan banyak faktor. Namun, kata Trisno, perbedaan tidak terlalu signifikan. Ia menyatakan, bisa saja penyebabnya karena kondisi pasien yang bersangkutan. Contoh, pasien yang puasa 7-8 jam hasilnya berbeda dengan puasa 10-12 jam. Belum lagi metode pemeriksaan yang berbeda. Pemeriksaan glukosa, misalnya. Metode pemeriksaan yang satu dengan metode lainnya tentu memberikan hasil yang berbeda. Sampel diambil pada waktu yang berbeda, juga dapat memengaruhi hasil. Mesin berbeda, hasil juga berbeda. Cara manual dan otomatis memunyai ketelitian dan ketepatan (presisi dan akurasi) yang berbeda pula.
Ia menegaskan, banyak faktor penyebab pemeriksaan laboratorium dalam kasus sama memberikan hasil yang berbeda sehingga perbedaan tidak bisa langsung dijadikan tolok ukur laboratorium tersebut standarnya kurang baik. “Waktu pengambilan sampel terdapat variasi dari hari ke hari bahkan pagi dan sore dapat berbeda. Jika ingin membandingkan satu laboratorium dengan yang lain, harus menggunakan satu sampel. Kemudian sampel tersebut diurai, itulah yang diperiksa bersamaan oleh kedua laboratorium. Orang yang sama saja, tanda tangannya juga bisa beda,” kata Trisno.

Tiga Proses
Anton menjelaskan, sistem manajemen mutu yang baik selalu dikedepankan laboratorium Prodia. “Kami menerapkan tiga proses dalam pemeriksaan sampel, yakni preanalitik, analitik, dan posanalitik. Mulai dari pasien datang, kemudian diambil sampelnya, sampai pada pengontrolan akhir hasil sebelum diserahkan ke pasien. Hasil akhir dilakukan quality validator untuk meyakinkan apakah hasilnya sudah layak diberikan ke pasien,” ujar Anton. Untuk menjaga keakuratan hasil, katanya, selain menggunakan alat dalam kondisi baik, pemeriksaan alat dilakukan tiap hari sebelum pengecekan sampel. Selain itu, kata Anton, sumber daya manusia selalu ditingkatkan dengan pelatihan rutin. “Kami menerapkan buddy system. Artinya, tiap staf memilki satu buddy yang bertanggung jawab terhadap juniornya,” ujar Anton.
Selama ini, Prodia melayani semua pemeriksaan kesehatan lengkap darah, urin, dan kotoran. Selain itu, melayani USG, treatmill, EKG untuk jantung, pemeriksaan fisik oleh dokter dan konsultasi gizi.
Anton mengatakan, untuk pemeriksaan laboratorium biasanya pasien membawa surat pengantar dari dokter. Prodia melayani sesuai permintaan dokter yang merujuknya. Sedangkan untuk orang yang sehat, mereka biasanya datang sendiri melakukan general check up. “Sampai saat ini, kunjungan konsumen ke Laboratorium Prodia terus meningkat. Dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi peningkatkan sekitar 20%. Sedangkan untuk pemeriksaan laboratorium, klasifikasi penyakitnya hampir sama. Kami melayani semua pemeriksaan laboratorium,” jelasnya.

Anton menyatakan, dengan misi diagnosa lebih baik dengan layanan sepenuh hati, Prodia berusaha memberi hasil yang optimal. “Pelayanan yang baik dengan pemeriksaan yang akurat sesuai standar pelayanan dalam ISO juga telah kami lakukan. Sertikasi ini juga terus dipantau, apakah kami menjalankannya dengan baik atau tidak dan mampu mempertahankannya,” kata Trisno. Ketut Sumantra menambahkan, Quantum menggunakan alat modern yang terkini dengan sumber daya manusia yang terlatih. “Untuk meningkatkan kualitas SDM kami sering mengadakan house in training dan pelatihan ke luar. Sedangkan untuk alat, tiap lima tahun kami ganti dengan metode baru,” jelasnya.

Sumantra menyebutkan, kunjungan pasien ke laboratorium Quantum tiap tahunnya meningkat sekitar 15%. Permintaan yang paling banyak pemeriksaan trombosit demam berdarah. Quantum memunyai unggulan pemeriksaan VCR (biomolekuler). Pemeriksaan ini biasanya untuk mengetahui virus hepatitis A,B,C. Quantum juga melayani pemeriksaan pertanda HIV/AIDS. Ia mengatakan, ada 10 agen kapal pesiar yang sudah bekerja sama hampir 15 tahun dalam pelayanan tes kesehatan karyawan baru yang akan berangkat ke kapal. “Setelah karyawan dicek kesehatannya di Quantum, sampai di kapal dilakukan cek ulang untuk memastikan kondisi mereka. Kalau hasil yang kami berikan berbeda, mereka tidak lagi bekerja sama dengan kami,” tandas Sumantra. –ast

Koran Tokoh, Edisi 596, 13 s.d 19 Juni 2010

Senin, 14 Juni 2010

Kembangkan Potensi Desa Penyangga

KEBERADAAN lahan parkir dan jalan alternatif lain masih menjadi masalah di Ubud. Masyarakat yang memiliki usaha, malah menggunakan badan jalan sebagai tempat parkir. “Ini seperti lingkaran setan, kalau distop atau dilarang parkir di badan jalan tentu tidak bisa. Selain membuka usaha, mereka juga bertempat tinggal di sana. Parahnya lagi, kendaraan karyawannya juga diparkir di badan jalan,” ujar Camat Ubud Drs. I Kadek Alit Ariawan, M.A.P.
Lelaki asal Payangan ini berpandangan, seandainya pariwisata tidak hanya berkonsentrasi di Kelurahan Ubud, kondisi kemacetan bisa diselesaikan. Menurutnya, masing-masing desa penyangga memiliki potensi yang layak dikembangkan. Harapannya, masing-masing desa penyangga mampu menjadi daya tarik pariwisata tanpa mengurangi jatah pariwisata Ubud. “Dengan potensi di masing-masing desa penyangga di sekeliling Ubud, sedikit tidaknya bisa langsung menangani masalah transportasi di Ubud,” paparnya.

Ia menilai, problem transportasi di Ubud seperti lalu lintas jalan dan areal parkir akan dapat diselesaikan dengan kerja sama yang baik masyarakat dengan pemerintah. Memang, ia mengakui, lahan menjadi faktor utama. Ia mengatakan, masih terus melakukan pendekatan kepada masyarakat, untuk mencari salah satu areal yang akan digunakan lahan parkir.
Menurutnya, permasalahan transportasi di Ubud hampir sama dengan di Kuta, namun, kata dia, Kuta sudah memiliki sentral parkir sedangkan permasalahan transportasi di Ubud lebih kompleks. Saat ini, kata Alit, parkir di Ubud dikelola desa adat setempat. Sistem parkir per jam belum dapat diterapkan di Ubud.

Ubud merupakan salah satu kecamatan dari 7 kecamatan di Gianyar. Utara berbatasan dengan Payangan dan Tegalalang, selatan berbatas dengan Sukawati, timur berbatasan dengan Tampaksiring, dan barat berbatasan dengan Abiansemal, Badung. Ubud terdiri atas 7 desa dan satu kelurahan. Ubud memunyai 32 desa adapt. Berdasarkan data tahun 2008, jumlah penduduk di Ubud 62.018 jiwa.

Secara ekonomi sosial masyarakat Ubud lebih dominan ke bidang kepariwisataan yang terbagi dalam sektor jasa dan perdagangan. Dulunya, kata Alit Ariawan, sebagian besar masyarakat Ubud murni menjadi petani. Namun, lambat laun karena perkembangan lingkungan dan tuntutan zaman, banyak alih fungsi lahan. Ia mengatakan, walaupun belum ada data pasti, alih fungsi lahan di Ubud diperkirakan cukup tinggi. Kondisi pertanian, lambat laun makin menipis dari tahun ke tahun. Ia mengatakan, banyaknya alih fungsi lahan disebabkan penghasilan petani tidak seimbang dibanding pajak tanah yang harus mereka bayarkan.

Kondisi perekomomian menjadi lebih condong ke pariwisata, baik itu industri, perdagangan, maupun jasa. Banyak bermunculan usaha kerajinan seperti di Desa Singakerta, Andong dan Petulu, walaupun sebagian masih berproses. Pengembangan objek wisata Kokokan juga sedang diupayakan. Secara sosial ekonomi terkesan pariwisata hanya di Kelurahan Ubud. Hal ini, katanya, karena pengembangan pariwisata di Kecamatan Ubud diawali ide pelingsir Ubud yang berimbas ke desa-desa lain. —ast

Koran Tokoh, Edisi 596, 13 s.d 19 Juni 2010

Ubud Perlu 1 Hektare Lahan Sentral Parkir

UNTUK mengatasi kemacetan di Ubud akan dibangun pasar baru di Desa Singakerta. Pembangunan pasar sedang diupayakan. Tidak akan ada lagi yang berjualan di emper toko di Pasar Ubud. Ini disebutkan Bupati Gianyar Cok Ace sebagai upaya membantu penurunan kapasitas beban yang dipikul Ubud. Pemerintah Gianyar juga sedang menggagas taman kota di Ubud, bersinergi dengan proyek USDP. “Pemkab mengajukan kompensasi dengan menutup kali di dekat SMA Ubud, sehingga tanah menjadi lebih luas,” kata Cok Ace.

Pemkab Gianyar sudah bertemu investor yang siap membangun sentral parkir. Mereka membutuhkan lahan sekitar 1 hektare dengan radius 2 kilometer. Investor meminta ada aturan yang melarang bus masuk ke Ubud. Rencananya, investor akan membangun sentral parkir termasuk tempat mandi para supir. “Saya sedang memikirkan di mana lokasi yang cocok,” ujar Cok Ace. Ia berharap, pemerintah pusat lebih memberikan perhatian ke Ubud. Masalah Ubud bukan hanya masalah Bali tetapi juga Indonesia. Ia mengeluhkan, beberapa urusan di Ubud diselesaikan Pemkab Gianyar. Padahal, persoalan di Gianyar bukan hanya soal Ubud sehingga Pemkab bisa berkonsentrasi untuk hal lain. Ia menegaskan, tanpa ada kesadaran masyarakat Ubud, semua persoalan tidak akan terselesaikan. Cok Ace mengajak masyarakat yang mampu menganalisis Ubud untuk bergabung di satu forum yang akan segera dibentuk, forum penataan kawasan Ubud. Wadah ini sebagai ruang untuk memberi masukan ke pemerintah semua persoalan di Ubud. —ast

Koran Tokoh, Edisi 596, 13 s.d 19 Juni 2010

Minggu, 13 Juni 2010

Masalah Parkir, Masalah Ubud

PARIWISATA Ubud yang berbasis kerakyatan telah mampu menyejahterakan masyarakatnya. Demikian Bupati Gianyar Tjok. Oka Artha Ardana Sukawati dalam diskusi komprehensif Koran Tokoh bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Ubud, Kamis (10/6), di Museum Arma Pengosekan, Ubud, Gianyar. Namun, katanya, dewasa ini Ubud menghadapi masalah yang perlu mendesak ditangani, antara lain masalah parkir.
Bupati yang akrab disapa Cok Ace ini mengatakan, masyarakat Ubud bekerja keras membangun industrinya sendiri, sehingga tuntutan masyarakat Ubud ke pemerintah lebih berani dibandingkan daerah lainnya. "Sedikit saja kerusakan infrastruktur, masyarakat sudah berteriak. Selain sebagai rakyat mereka juga sebagai pengusaha," ujar Cok Ace. Rakyat Gianyar lebih sejahtera daripada pemerintahnya. "Perputaran uang di Gianyar, awalnya masuk ke kantong rakyat, kemudian baru masuk ke pemerintah. Artinya, rakyat yang menyetor uang ke pemerintah," tambahnya.

Sebelum tragedi bom Bali tahun 2002, kunjungan tamu asing mencapai angka 4 juta orang. Saat kondisi pulih pascabom, kunjungan tamu di atas 6 juta jiwa. Peningkatan wisatawan justru dua kali lipat setelah tragedi bom. Namun, masa tinggal mereka hanya sepertiga. Masa tinggal wisatawan hanya 3-4 hari. Mobilitas mereka di jalan raya sangat tinggi. "Tidak dapat dimungkiri pariwisata sudah mampu menyejahterakan masyarakat Ubud. Ubud mendapat banyak julukan, Ubud is capital culture. Julukan itu bersumber dari budaya Ubud. Ujung tombak Ubud bagaimana penataan Ubud termasuk alamnya. Ibaratkan masuk ke toko, Ubud bagai etalase yang sangat menarik. Bali merupakan tokonya," jelasnya.

Masyarakat Ubud berada dalam dua peran, sebagai rakyat dan juga pengusaha. Ketika berbicara masalah pengusaha, sangat erat hubungannya dengan kewajiban. Ada aturan yang harus diterapkan. Namun, aturan tersebut tidak semua bisa diterapkan karena mereka juga secara otomatis menjadi rakyat Ubud. Ada aturan tidak boleh parkir di depan restoran, mereka berkilah, saya bukan pengusaha, rumah saya di sini.
Kesulitan menata Ubud juga karena modal. Ubud tidak optimal menghasilkan uang. Namun, di satu sisi pemerintah berhasil membuat masyarakat terlibat dalam pariwisata Ubud. "Kita ajak masyarakat membuat garasi, mereka malah berkata rumah saya sudah penuh. Akhirnya mereka semua parkir di pinggir jalan. Ubud tidak bisa rapi kalau mereka sendiri tidak mau merapikannya," ungkapnya.

Pemerintah sudah mengundang banyak pakar untuk memberi masukan dalam penataan ubud. Semua itu karena ingin Ubud tetap eksis. Forum penataan pengembangan kawasan Ubud, 6 bulan lalu sudah disepakati. Namun, usaha tersebut belum bisa berjalan. Rakyat sudah menjadi pengusaha. Merekalah yang menentukan sendiri. "Ada pujian dari pihak luar, Gianyar hebat karena bisa menolak masuknya franchise McDonald dan KFC. Padahal itu hanya di Ubud," ujarnya. Ia bangga karena film Eat, Pray, Love yang di-shooting di Bali, akan beredar Agustus 2010 ini. Dampaknya memang tidak langsung untuk Ubud. Perlu waktu sekitar setahun untuk merasakan adanya dampak film ini. Namun, kata Cok Ace, semua perbaikan memang harus dilakukan sekarang untuk masa depan Ubud. —ast
Koran tokoh, edisi 596, 13 s.d 19 Juni 2010

Senin, 07 Juni 2010

Jika Obama Jadi Berkunjung ke Indonesia

KEDATANGAN Presiden AS Barack Obama di Bali, kapan pun, harus disambut gembira masyarakat Indonesia khususnya Bali. Dengan kunjungan itu nama baik Indonesia termasuk Bali akan lebih dikenal masyarakat AS.

Buissness and Education Consultant PT Wahana Tunggal Abadi Brant Connors mengharapkan, masyarakat Indonesia bisa belajar dari kemenangan Obama sebagai presiden di AS. “Obama berangkat dari berbagai pengalaman hidup yang berat hingga dia mampu tampil sebagai orang nomor satu di AS. Kemenangan Obama disambut masyarakat AS dengan gembira,” ujar konsultan pendidikan bagi tenaga kapal pesiar ini. Ia menilai, Obama mampu membangun kualitas dirinya dengan baik, dan menanamkan citra positifnya di kalangan masyarakat AS.

Dalam pengamatannya, selama hampir 10 tahun tinggal di Indonesia, ia melihat banyak perubahan politik di Indonesia. Seyogianya, masyarakat Indonesia dapat memetik manfaat positif dari kedatangan Obama sebagai suatu pembelajaran demokrasi di Indonesia. Dengan kedatangan Obama pula, kata lelaki kelahiran Seattle AS 33 tahun silam ini, Indonesia khususnya Bali makin dikenal masyarakat AS. Ia berharap, menyambut kedatangan Obama, masyarakat Bali bukan hanya menampilkan budaya Bali, namun, bisa melihat peluang agar kerja sama dan hubungan internasional makin ditingkatkan. Brant menilai, Bali memiliki keunikan di matanya. Masyarakatnya yang terbuka dan bersahabat telah memikat hatinya. Ia sudah berkunjung ke semua wilayah Indonesia, tetapi memutuskan tinggal di Bali karena memiliki banyak teman di daarah ini. Kesibukannya sebagai konsultan bisnis dan pendidikan, mengharuskannya cuti dari kuliahnya di Pascasarjana Kajian Budaya Unud.

Lelaki yang pernah menjadi penulis lepas di berbagai koran dan majalah berbahasa Inggris ini mengatakan, orang Bali yang bekerja di kapal pesiar dan magang kerja di AS mudah beradaptasi. Namun, sifat orang Bali yang masih ada rasa malu untuk bicara masih menghambat mereka selama di kapal. “Perlu penyesuaian diri, sebelum mereka mampu beradaptasi dengan baik,” ujarnya. Ia berpandangan, makin banyaknya perempuan Bali yang bekerja di kapal pesiar, menunjukkan adanya perubahan ke arah kemajuan. Manajemen kapal pesiar yang memberikan kesempatan 50% pekerja perempuan di kapal hendaknya direspons positif.
Dalam era globalisasi, Brant mengharapkan orang Bali harus berbenah diri mengikuti perkembangan. “Aspek tradisional mana yang harus dipertahankan dan dalam hal apa harus mengikuti perkembangan zaman, perlu dipilah-pilah,” katanya.

Banyak hal yang didapat orang Bali bekerja di luar negeri. Misalnya terkait etos kerja, disiplin waktu, cara menghadapai masalah, dan organisasi kerja. Lelaki yang pernah menempuh kuliah 1½ tahun dan mengajar antropologi di universitas negeri di Malang ini sangat menggemari masakan Indonesia dan Bali. Ia sudah terbiasa makan di warung pinggir jalan, walaupun awalnya, ia sempat terserang tipus karena salah makan. “Makanan favorit saya ikan bakar dengan sambal mentah. Saya juga pernah makan lawar. Saya memang suka pedas,” ujarnya.
Ia mengatakan, setelah berminggu-minggu makan di warung kaki lima, terkadang ia kangen makanan Amerika. Namun, kata Brant, tidak ada restoran khusus Amerika di Bali. Restoran siap saji franchise Amerika banyak, tetapi itu bukan makanan khas Amerika. Biasanya, ia membuat makanan spesial tacos dari Mexico dan mengundang teman-temannya datang untuk mencicipinya. “Tacos dibuat dari lembaran tortilla diisi daging dan sayuran diberi saus pedas,” jelasnya.

HARAPAN kunjungan Obama ke Bali bisa meningkatkan citra positif Bali, juga dilontarkan Ryan Ingrassia, mahasiswa asal Kalifornia yang sedang kuliah di Fakultas Sastra Unud. Lelaki yang baru sebulan tinggal di Bali ini menyatakan jika masyarakat Indonesia menyambut kedatangan Obama dengan menunjukkan sikap bersahabat dan menjaga keamanan tentu dapat meningkatkan citra positif Indonesia dan Bali khususnya. “Obama pernah tinggal di Indonesia. Itu memberi nilai lebih kedatangannya ke Indonesia. Obama pasti suka makanan Indonesia juga,” kata Ryan.

Ryan mengungkapkan, dulu sebelum datang ke Indonesia, ia banyak membaca berita miring tentang Indonesia. Teroris, dan bencana alam terus menghiasi beberapa media massa di AS. Waktu Ryan di Jakarta, bom meledak di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan. Namun, dalam pandangannya, tidak semua orang Indonesia benci orang Amerika. Banyak orang Indonesia yang menerima mereka dengan tangan terbuka.

Setelah tinggal di Bali, Ryan melihat sendiri bagaimana masyarakat Indonesia sangat terbuka dan bersahabat, serta saling membantu sama lain. Kerukunan juga sangat terjaga. “Saya melihat orang yang tinggal di Bali bukan hanya orang Hindu Bali, ada juga orang Jawa, Flores, dan suku lain. Mereka hidup berdampingan dengan rukun. Mereka juga sangat welcome membantu saya belajar bahasa Indonesia,” kata Ryan.

Mahasiswa George Washington University ini hanya memunyai waktu empat bulan belajar bahasa Indonesia di Bali. Sebelumnya, dua bulan ia habiskan di Yogyakarta dan 2½ bulan di Jakarta. Ia harus lulus ujian dalam dua bahasa yakni Inggris dan Indonesia untuk Jurusan Hubungan Internasional. Bagi Ryan, berbicara menggunakan bahasa Indonesia lebih mudah dibanding menulis menggunakan bahasa yang sama. Setelah pulang kuliah, Ryan menghabiskan waktunya belajar kosa kata dan praktik berbahasa Indonesia.

Selain belajar, Ryan juga memanfaatkan waktunya untuk jalan-jalan. Berbagai tempat di Bali sudah dikunjunginya seperti Bedugul, Uluwatu, Munduk (Buleleng). Kadang ia pergi dengan naik bus umum. Ryan mengatakan, orang Amerika suka makan daging sapi, sayuran, jagung, kentang, salad, atau pasta. Di Bali, ia tidak terlalu sulit mencari makanan, karena ia menyukai makanan Indonesia seperti bakso, babi kecap, rendang sapi, pepes ikan, sate dengan saus kacang. Namun, ia belum pernah mencoba makanan khas Bali lawar. “Dua minggu pertama saya sakit perut setelah makan di pinggir jalan,” katanya sambil tertawa. –ast

Koran Tokoh, Edisi 595, 31 Mei s.d 6 Juni 2010

Minggu, 06 Juni 2010

Tatap Pasangan dengan Penuh Cinta

ANDA sudah menikah bertahun-tahun. Anda merasa bosan. Anda merasa pasangan tidak menarik lagi. Anda melihat orang lain lebih baik daripada pasangan Anda. Parahnya lagi, timbul keinginan Anda untuk mengakhiri perkawinan. Sebelum melakukan tindakan yang salah, Anda perlu menyimak penuturan Zoya D. Amirin, M.Psi, sebagaimana disampaikan dalam seminar “Jatuh Cinta Lagi”, yang digelar family care community CNI Minggu (30/5) di Gedung CNI Kuta.

“Apa sih cinta itu?” tanya Zoya, psikolog tamatan Universitas Indonesia, di hadapan sekitar tiga puluh member CNI. Zoya mengatakan, semua orang pernah merasakan cinta. Setelah menikah, kata Zoya, cinta bergeser. Suami mengalihkan perhatian pada pekerjaan atau mengejar karier, istri mengalihkan perhatian pada anak. Beberapa penelitian tentang cinta mengatakan, cinta itu abstrak seperti angin; datang dan pergi tiba-tiba.

Ia mengutip penelitian Rubin yang mengatakan ada tiga komponen cinta. Pertama, attachment. “Suami istri kalau mau pergi bisa saling mencium tangan atau kening,” ujarnya memberi contoh. Kedua caring, peduli satu sama lain. Contoh, tetap peduli saat salah seorang mitra pasangannya sakit. Atau, ketika istri ngidam muntah-muntah, suami dapat membelai rambut istrinya dan mengantarnya ke toilet, walaupun biasanya suami jijik melihat muntahan. Ketiga, ada hal-hal yang bisa dibicarakan. “Mengapa kita bisa menjadi dekat? Karena kita berbagi rahasia. Ini juga berlaku dalam persahabatan. Jika kita saling berbagi rahasia dengan teman, kita menjadi dekat,” jelas Zoya.
Coba cek, berapa kali kita melihat pasangan kita tiap hari dan menatapnya dengan penuh cinta. “Mungkin, kita merasa tidak pernah punya waktu untuk melakukan itu. Ini hal yang kecil, tetapi dampaknya bisa luar biasa,” ujarnya.

Ironisnya, kata Zoya, banyak pasangan mengatakan, buat apa melakukan hal seperti itu. Kita sudah tua. Hal itu cukup hanya ada di sinetron atau dongeng. Ia menganjurkan, tiap hari kita menyempatkan diri menatap pasangan kita; bahkan sampai lima kali dalam sehari. Hal itu akan menghindari emosi yang jauh antarsuami dan istri dan kemungkinan perselingkuhan juga menjauh.
Ia mengungkapkan, Sternberg’s menyebut tiga komponen cinta, pertama passion. Ketika sedang pacaran, hati berbunga-bunga; selalu teringat pasangan, sering tersenyum sendiri dan selalu bersemangat. Setelah setahun menjalin hubungan passion akan hilang. Kedua, diperlukan intimasi untuk menjaga kedekatan dengan pasangan. Ada satu kasus yang pernah diceritakan seorang pasien Zoya. Selama 15 tahun menikah, si istri tidak pernah membuatkan suaminya kopi. Suaminya mengeluh kepada Zoya. Lucunya, suaminya tidak protes, tetapi malah menyimpannya di dalam hati.

Menurut Zoya bukan berarti gara-gara istrinya tidak membuatkan kopi, suaminya berselingkuh. Namun, kata dia, kalau hal-hal kecil seperti itu bisa membuat suaminya berbahagia, mengapa tidak dilakukan saja.
Ketiga, cinta perlu komitmen. Ada pasangan ‘hidup bersama’ mampu bertahan lima tahun dalam membina hubungan. Namun, ketika mereka menikah, hanya bertahan dua tahun. Artinya, dalam pernikahan ada suatu komtimen yang harus mereka pertanggungjawabkan, yakni selembar kertas yang bernama surat nikah.

Tidak Ada Cinta Terlarang
Ia menegaskan, jangan pernah memakai ukuran orang lain untuk ukuran kita. Pasangan kita berbeda dengan orang lain. Buat sendiri dinamika dalam diri kita.
Zoya mengatakan, bertemu merupakan kesempatan sedangkan mencintai merupakan pilihan. Kita bukan kucing, kita bisa jatuh cinta kapan saja termasuk orang yang sudah menikah. “Tidak ada cinta terlarang. Yang ada, statusnya terlarang,” tandasnya.
Dalam beberapa hal perempuan sering kurang peka. Ketika bertemu lawan jenis, mereka merasa cocok dan bisa berbagi banyak hal termasuk pembicaraannya nyambung. Para perempuan langsung berkata pada dirinya sendiri, “Saya tidak apa-apa berteman dengan dia. Saya hanya berteman dengan dia. Saya hanya makan berdua dengan dia. Tidak ada apa-apa dengan kami. Selama dalam hati perempuan terus sibuk memikirkan itu, artinya mereka tidak peka. Sebenarnya sudah terjadi sesuatu dalam dirinya,” paparnya.
Ia menyatakan, Anda tidak bisa menuntut orang lain membahagiakan Anda. Bahagia atau tidak merupakan tanggung jawab Anda. Jangan biarkan orang lain menentukan kebahagiaan kita.

Ada anggapan, perempuan cantik, pintar, dan hebat pasti disayang suaminya. Belum tentu. Suaminya terkadang berselingkuh. Apa yang salah? “Tidak adanya ikatan emosi yang kuat,” jawab Zoya.
Dalam seminar tersebut, peserta diminta menuliskan tiga hal kecil yang disukai yang diharapkan dilakukan pasangan mereka. Salah seorang peserta perempuan menuliskan, ingin dicium keningnya oleh pasangannya ketika keluar rumah. Pasangannya langsung menjawab, “Saya jarang melakukan itu karena lupa buru-buru kerja. Saya janji nanti akan berubah. Nanti saya belikan bunga sekilo,” selorohnya yang disambut geer peserta lainnya.

Jangan Diselesaikan dengan Orang Lain
Zoya mengutip satu kalimat bijak Kahil Gibran yang mengatakan, sebaiknya di antara pasangan ada jarak. Saat menikah, kata Zoya, perempuan dipanggil sesuai dengan nama suaminya. Contoh, Nyonya Budi. Saat memunyai anak, perempuan dipanggil dengan nama anaknya. Contoh Bu Ayu. Lama-kelamaan perempuan kehilangan identitas dirinya. Malah saat bersama pasangannya, mereka sering memanggil ‘bapak’ dan ‘ibu’ atau ‘mama’ dan ‘papa’. Mereka jarang sekali menyebut nama pasangannya. Ia menyarankan, lebih baik mencari nama panggilan yang lebih bermakna, bisa kata ‘sayang’, ‘cinta’, ‘sweety’ atau yang lainnya. Saat memanggil nama pasangan, tatap matanya. Beri umpan balik dengan hati positif, jujur, dan penuh hormat.

Jika Anda sedang bingung atau sedih, ungkapkan kesedihan Anda.
Jangan pernah berasumsi pasangan Anda ahli nujum yang bisa menebak hati Anda. Sering pasangan meributkan, sudah menikah bertahun-tahun ‘kamu tidak tahu apa yang saya mau’. “Bagaimana bisa tahu, kalau tidak diungkapkan? Jangan biarkan pasangan Anda bingung. Tanyakan saja apa yang menjadi kerisauan Anda. Misalnya, mengapa ’kamu suka sekali sms-an’. Supaya tidak negative thinking padahal kejadian sebenarnya mungkin tidak seperti yang Anda pikirkan,” ujar Zoya. Zoya menyarankan, jangan lakukan aksi diam, malah dikira tidak terjadi apa-apa. Memang tidak mudah menerima perbedaan pasangan. Namun, ada kesepakatan di sana. Apa yang mengganggu Anda, jangan biarkan mengganggu hubungan Anda.

Zoya mengatakan, agar hubungan itu sehat, Anda harus mengambil bagian di sana, walaupun hal terburuk pasangan Anda tidak ikut mengambil bagian. Kalau Anda setia, tetapi pasangan kita tidak setia, terima saja.
Seorang pasien Zoya berkata, ‘suami saya sudah berselingkuh berkali-kali. Saya harus bagaimana. Dia yang selingkuh kok saya yang disuruh evaluasi diri?’ Zoya mengatakan, kita tidak bisa mengubah lingkungan, pasangan atau orang lain. Kita hanya bisa mengubah diri kita sendiri. Jangan pernah berhenti berbuat baik karena putus asa. Ini berhubungan dengan dunia akhirat. Tuhanlah yang nanti akan menilai. Ada satu filosofi yang perlu dicermati “Ketika kita kehilangan orang yang tidak mencintai kita, semestinya kita bersyukur.” Artinya, Tuhan sayang kepada Anda. Nanti akan ada orang yang tepat datang kepada Anda.
Ada puisi B.J. Habibie yang ditujukan kepada istrinya Hainun Habibie (alm) yang dikutip Zoya. Puisi itu menunjukkan bagaimana rasa cinta yang mendalam BJ Habibie kepada istrinya, kesedihan kehilangan orang yang sangat dicintainya. “Aku bukanlah orang hebat. Tapi kamulah yang hebat karena kamu sudah membuatku mencintaimu seperti ini.”

Zoya menyarankan, lakukan hal-hal yang menyenangkan berdua. Pasutri yang mampu dapat memilih jalan-jalan, makan malam, atu menonton film berdua. Dalam hal berhubungan seks bukan dilihat dari berapa kali melakukannya. Lakukan karena sama-sama menyukainya. Lakukan hal yang berbeda yang membuat Anda dan pasangan berbahagia. Kalau hal ini tidak dilakukan, Anda boleh percaya atau tidak, kenikmatan seksual tidak berimbang. Pasangan menjadi impoten jika berhubungan dengan istrinya, tetapi tidak impoten jika melakukannya dengan wanita lain. Zoya berpandangan, perempuan harus tahu di mana sensitivitas dalam tubuhnya. “Di tempat-tempat mana Anda merasa bergairah sebagai titik rangsangan seksual. Kenikmatan tidak akan terjadi karena hanya kekerasan penis, tetapi bagaimana kepuasan itu dinikmati berdua. Laki-laki lebih cepat bereaksi dengan seks karena 2,5% otaknya memikirkan seksualitas. Sedangkan perempuan, harus dirangsang terlebih dahulu dengan sentuhan. Diperlukan tahap merayu,” paparnya.
Dalam tiap hubungan harus setara. Artinya, cari kegiatan sosial agar sebagai indvidu Anda bahagia. Jangan setelah menikah Anda bagai burung dalam sangkar. Ketika Anda berpisah dengan pasangan, Anda kebingungan.

Ketika Anda memiliki konflik dengan pasangan, jangan selesaikan dengan orang lain. Selesaikan masalah Anda dengan pasangan Anda, berusaha memaafkan dan melupakannya. Marah, sedih, menangis harus dikeluarkan karena itu emosi yang mengganggu. Namun, marah dilakukan dengan tepat, dengan cara yang tepat dan waktu yang tepat. Menangislah saat Anda bersedih. Ini biasanya terjadi bagi perempuan yang mengalami perpisahan dengan pasangannya.
Zoya pernah kedatangan seorang pasien. Dia menangis hampir lima jam. Ternyata selama ini orang itu tidak pernah menangis. Mengapa? “Orang-oarang berkata saya harus kuat. Saya tidak mungkin sedih dan menangis. Saya orang yang bertanggung jawab di rumah,” ujarnya mengutip penuturan pasiennya.
Saat perempuan menceritakan masalahnya, mereka hanya ingin didengar dan dipahami. Namun, lelaki berbeda. Ketika mereka curhat, laki-laki ingin diberikan solusi. Ini yang sering tidak dimengerti. Ketika perempuan curhat, dan diberikan solusi oleh pasangannya, malah marah-marah.
Seorang peserta bertanya, bagaimana caranya menegur pasangan agar tidak membuatnya marah? Zoya memberikan tipsnya. Gunakan kata-kata positif. Mulailah dengan kalimat, ’Saya pikir………….’, ’Saya merasa……….’, ’Boleh tidak, kalau …………’. Kalimat seperti ini tidak membuat pasangan merasa dipojokkan. –ast

Koran Tokoh, Edisi 595, 31 Mei s.d 6 Juni 2010

Selasa, 01 Juni 2010

Sensus Penduduk

BADAN Pusat Statistik (BPS) kembali melakukan sensus penduduk 1-31 Mei 2010. Agenda tiap 10 tahun ini bertujuan untuk mengetahui jumlah penduduk yang akan dibacakan presiden dalam rangkaian peringatan Hari Proklamasi 2010. Pencatatan sensus penduduk menggunakan dokumen C1. Pengisian blangko dengan pensil 2 B dilakukan petugas sensus. Masyarakat hanya menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan petugas sensus.

Pertanyaan Bab I pengenalan tempat, termasuk di dalamnya susunan anggota rumah tangga. Bab II Keterangan Anggota Rumah Tangga. Pertanyaan yang terkait, jenis kelamin, usia, alamat, kewarganegaraan, kesulitan atau kekurangan fisik atau mental, penggunaaan bahasa, pendidikan, ijazah, mampu baca tulis, status perkawinan, kegiatan (pekerjaan) seminggu lalu, dan fertilitas. Bab III Kematian. Pertanyaan yang terkait, kematian di rumah tangga tersebut sejak 1 Januari 2009, siapa yang meninggal, jenis kelamin, dan usia. Bab IV Keterangan Perumahan. Pertanyaan yang terkait, luas rumah, jenis lantai, sumber penerangan. bahan bakar, sumber utama air minum, fasilitas MCK, alat komunikasi, status kepemilikan rumah dan tanah.

Khusus di kabupaten Badung, sensus sudah dilakukan sejak 15 April. “Kami lebih awal melakukan sensus karena ada pilkada dan banyak hari libur,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung Ir. Gde Suarsa, M.Si. Kabupaten Badung terdiri atas 62 desa dan kelurahan. Ada 6 wilayah kecamatan di Badung yakni Petang, Abiansemal, Mengwi Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan.
Ia menilai, wilayah Kuta Selatan paling heterogen. “Banyak kegiatan ekonomi dan pendatang. Banyak permukiman baru teramsuk rumah kos. Antartetangga tidak selalu saling kenal. Banyak aktivitas mereka siang sampai malam sehingga bisa menyulitkan petugas sensus,” kata Suarsa.
Untuk wilayah Petang, Abiansemal dan Mengwi, kata Suarsa, karena masih bersifat agraris, semua orang masih stabil di satu desa, dan desa pakraman masih utuh sehingga tidak terlalu banyak hambatan. Walaupun ada permukiman rumah baru penghuninya sudah pasti. “Hanya kesulitannya di lapangan waktu wawancara. Ada orang tua tidak tahu umurnya. Kami gunakan pedoman sejarah seperti gempa Seririt, Gunung Agung meletus, peristiwa G 30 S/PKI,” katanya. Untuk itu, petugas sensus sudah dibekali panduan sejarah sehingga mereka tidak kesulitan di lapangan.

Ia menegaskan, petugas sensus harus langsung bertatap muka dengan responden. Petugas tidak bisa bertanya ke tetangganya untuk pengisian blangko. “Kalau sekadar mencari informasi mungkin bisa. Tetapi, saat wawancara atau menjawab pertanyaan tidak bisa diwakilkan. Petugas biasanya datang bertiga untuk mengantipasi data dimanipulasi,” kata Suarsa. Petugas sensus di Badung direkrut dari staf desa, karang taruna dan mahasiswa. Khusus untuk wilayah Benoa dan Jimbaran banyak direkrut mahasiswa atas persetujuan lurah setempat. Jumlah keseluruhan petugas sensus di Badung 1.100 orang. Mereka digaji Rp 2.500.000 sampai pekerjaan mereka tuntas. –ast

Petugas Sensus Denpasar 80% Perempuan
UNTUK dapat berkomunikasi yang baik dengan warga dan melakukan wawancara yang benar, petugas sensus mendapatkan pelatihan. “Proses penjaringan melalui petugas di kelurahan. Dengan beberapa pertimbangan, mereka akhirnya dapat diterima sebagai petugas sensus. Setelah itu mereka mendapatkan pelatihan tiga hari,” papar Kepala Badan Statistik Kota Denpasar Drs. I Wayan Suta, S.E., M.Si. Ia mengungkapkan, sebagian besar petugas direkrut dari wilayah setempat untuk memudahkan berkomunikasi dengan warga. Syaratnya, pendidikan minimal SLTA, memiliki tulisan yang bagus dan mudah dibaca. “Petugas mengisi dokumen C1 dengan pensil 2 B. Dokumen tersebut nanti akan di-scan. Kalau tulisannya tidak bagus dan tidak jelas, tentu tidak terbaca,” jelasnya.

Ia mengatakan, petugas sensus di Kota Denpasar lebih banyak menggunakan tenaga muda dan 80% perempuan. Ia menilai, perempuan lebih mudah menjalin komunikasi dengan penduduk sehingga memudahkan pekerjaan petugas sensus. Lelaki yang berkarier di bidang perstatistikan sejak tahun 1976 ini berpandangan, komunikasi yang baik menjadi sangat penting dikuasai petugas sensus. “Bagaimana memulai pembicaraan sehingga masyarakat mau terbuka dan menjawab dengan benar,” kata Suta.
Pembekalan petugas sensus di Kota Denpasar dilakukan 23 Maret s.d. 4 April 2010. Materi yang diberikan pengisian data, teknik wawancara termasuk di dalamnya bagaimana mewawancarai orang cacat. Setelah pembekalan, petugas melakukan uji coba di rumah warga di sekitar tempat pelatihan. Setelah dianggap mampu, mereka dapat diterjunkan ke lapangan. Satu orang mendapat dua blok. Satu blok terdiri atas 75-150 rumahtangga.

Jumlah petugas sensus di Kota Denpasar 1780 orang. Mereka mengenakan pakaian dengan atribut khusus yang mencolok. “Mereka mengenakan rompi biru, bertopi, dan membawa tas berlogo sensus penduduk. Mereka juga menggunakan kartu identitas dan membawa surat tugas dari BPS yang sudah dilegalisasikan camat setempat,” tambah Suta. Selain digaji Rp 2.500.000. petugas sensus diasuransikan. Ia mengatakan, selama bertugas, ada dua petugas sensus Kota Denpasar yang digigit anjing. Mereka ditanggung pengobatan. Sementara ada seorang petugas yang mengalami kecelakaan di Tabanan. “Karena saat itu tidak sedang bertugas, dan tidak termasuk wilayah Denpasar, ia tidak mendapat tanggungan,” paparnya. Wayan Suta mengungkapkan adanya kesulitan yang dialami petugas di Kota Denpasar saat mendata warga di perumahan elite, misalnya di kawasan Renon dan Teras Ayung Gatot Subroto Timur. “Pintu sering digembok, dan yang keluar hanya pembantu. Susah bertemu pemilik rumah,” kata Suta. Untuk menyiasatinya, BPS Kota Denpasar berkoordinasi dengan aparat desa setempat.

Ia menilai, masih minimnya informasi masyarakat tentang pentingnya sensus penduduk. “Ada yang menganggap sensus penduduk berhubungan dengan pajak. Padahal tidak ada hubungannya samasekali. Sensus penduduk bertujuan mencatat jumlah penduduk Indonesia,” tegasnya. Ia mengatakan, setelah petugas pencacah lapangan menyetor data, kembali dilakukan penyisiran untuk memastikan kemungkinan penduduk yang terlewati. –ast

Dikira Sales, Bertemu Penduduk Usia 102 Tahun
MURAH senyum dan sabar dalam bertugas di lapangan menjadi kewajiban petugas sensus penduduk. Berbagai hal menarik dan kurang menyenangkan ditemui petugas saat melakukan pencacahan. “Saya malah dikira sales,” ujar Yuli, pencacah lapangan (Pcl) yang bertugas di Banjar Busung Yeh Kauh, Kelurahan Pemecutan, Denpasar Barat. Tamatan Fakultas Hukum Universitas Warwadewa ini menuturkan, walaupun ia sudah sangat sopan saat datang ke rumah warga, tetap saja ada yang menganggap kedatangannya bermaksud menawarkan suatu produk. Bahkan, kata Yuli, ia juga disangka warga akan menarik sumbangan. Yuli pun sempat disangka anggota tim sukses salah satu kandidat pilkada di Kota Denpasar. “Memang diperlukan kesabaran dan pendekatan secara kekeluargaan untuk dapat mengajak warga mengobrol dan menjawab beberapa pertanyaan yang kami ajukan,” kata perempuan usia 22 tahun ini.

Karyawati perusahaan swasta ini menuturkan pengalamannya yang menuntutnya lebih sabar. “Waktu listing pertama, saya sudah bertemu warga. Saya janji besoknya mau datang lagi. Ketemu pagi, disuruh datang siang. Dicari siang katanya masih istirahat. Besoknya datang lagi, belum juga bertemu. Bahkan ada yang sampai 4-5 hari dicari bolak-balik,” ujarnya. Ia mengatakan, di samping mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan, sebagian warga yang sudah mengerti tujuan sensus penduduk, menerima Yuli dengan sangat baik. Bahkan, ada yang menyuguhi minuman. Waktu yang dibutuhkan untuk wawancara sekitar ½ jam. Setelah itu, ia juga mengamati keadaan sekeliling rumah warga.

Tirtaningsih, Koordinator anggota Tim Denpasar Selatan yang bertugas di Banjar Kajeng dan Banjar Rangkan Sari Pemogan mengatakan, adanya kesulitan melakukan sensus pada warga yang bertempat tinggal di rumah kos. “Biasanya mereka pulang kampung menjelang atau sesudah hari raya sehingga membuat kami kesulitan,” kata perempuan yang sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini. Ia pernah mengalami kisah yang dilukiskan sebagai kurang mengenakkan. “Waktu listing pertama, saya membuat janji bertemu. Besoknya semua keluarganya pulang kampung ke Karangasem karena salah seorang anggota keluarganya ada yang melahirkan. Saya mencarinya sampai 10 kali. Saya ke sana pagi hari tidak ada. Siang juga tidak ada. Sore juga tidak ada. Besoknya ke sana lagi belum juga ada. Dari informasi tetangganya, dia pulang kampung. Untung saja akhirnya bisa bertemu,” kata Tirtaningsih sembari tertawa.

Pengalaman berkesan bagi Tirtaningsih, ketika ia pernah dipelototi sampai 15 menit dan dikatakan menganggu orang yang sedang tidur. Waktu itu, ia datang sekitar pukul 09.00. Namun, wargaq tersebut menganggap kedatangannya hanya mengganggu istirahatnya. Setelah menatap Tirtaningsih dengan tatapan tak bersahabat, lelaki itu akhirnya memberikan kesempatan padanya untuk masuk. “Orang tersebut mau menjawab pertanyaan, saya sudah senang. Walaupun dengan cuek dan muka tak bersahabat,” ujarnya.
Biasanya, saat listing pertama, ia melakukan kesepakatan untuk bertemu lagi. Bahkan, untuk PNS, Tirtaningsih harus datang pukul 06.00.

Genjor Usia 102 Tahun
Saat melakukan sensus di Banjar Rangkat Sari, ia menemukan seorang penduduk tua. Namanya I Wayan Genjor. Lelaki ini tercatat di KTP kelahiran 15 Juni 1908. Ia genap berusia 102 tahun Juni 2010. Tirtaningsih mengatakan, Genjor masih tampak sehat. Ia suka bergurau bahkan sangat bangga menceritakan keadaan zaman dulu antara lain kesukaannya menonton sepak bola. Kini penglihatan Genjor sudah kabur sehingga tidak bisa lagi menikmati hobinya menonton sepak bola. Namun, Genjor sering bertanya pada anaknya tentang perkembangan sepak bola di Tanah Air. -ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 30 Mei s.d. 5 Juni 2010