Jumat, 30 Oktober 2009

Penting, Cek Kesehatan Pranikah

Pemeriksaan kesehatan pranikah penting bagai kedua pasangan yang akan menikah. Tujuannya, agar terhindar dan mendeteksi penyakit secara dini. Sayangnya, persiapan ini seringkali diabaikan. “Pemeriksaan kesehatan pranikah perlu dan penting bagi calon pasangan pengantin. Jangan menyepelekan pemeriksaan kesehatan sebelum pernikahan. Jika tidak waspada, ada banyak risiko yang akan menghadang Anda bersama pasangan dalam menjalani pernikahan,” jelas dr. I Nyoman Hariyasa Sanjaya, Sp.OG.

Ia mengatakan, memeriksakan diri sebelum pernikahan memunyai manfaat penting, seperti mengetahui kondisi calon pasutri, memperoleh kesiapan mental serta mengetahui jika ada penyakit-penyakit yang nantinya dapat segera ditanggulangi bersama menyangkut masalah kesehatan reproduksi dan genetika. Menurutnya tujuan pemeriksaan kesehatan meningkatkan kualitas calon keluarga. “Jika dideteksi adanya gangguan dapat segera diatasi," ujarnya. Banyak aspek yang harus disiapkan calon pengantin. Tidak saja menyangkut fisik tapi emosi karena kehamilan bagian dalam hidup berumahtangga dan kegiatan spiritual. Khusus bagi perempuan, tubuhnya harus ideal. Artinya, tidak gemuk dan tidak kurus “Berat badan tidak ideal akan berpengaruh pada keberhasilan perawatan kehamilan dan mempengaruhi komplikasi saat melahirkan,” tegasnya. Cara menghitung berat badan ideal, tinggi badan dikurangi 100 dikurangi 10%. Contoh tinggi badan 150 cm berat badan ideal 45 kg.

Selain itu, kata dokter Hariyasa, calon pasutri mengonsumsi nutrisi sehat dan seimbang. Menjalani pola hidup sehat dan tidak mengosumsi alkohol, narkoba, dan gaya hidup sehat. Ia menyayangkan banyak masyarakat menyukai makanan nikmat bukan makanan sehat seperti junk food, makanan banyak lemak. “Berhati-hatilah pada makanan manis, banyak lemak, menggunakan zat pewarna atau pengawet. Ini dapat memicu risiko diabetes saat kehamilan. Bahkan, risiko itu bisa muncul, dimana saat sebelum hamil tidak mengalami penyakit ini,” jelasnya.
Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah kesehatan gigi dan mulut, terutama bagi perempuan. Keluhan gigi berlubang atau gusi mengalami infeksi dapat menimbulkan dampak buruk kehamilan. Tren mode menggunakan zat kimia tertentu untuk cat rambut atau pembersih muka yang mengandung merkuri, juga dapat memberi risiko pada kehamilan.

Untuk melengkapi kesehatan pasangan pasutri, perlu pemeriksaan darah, urin, jantung, paru-paru, atau organ tubuh lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya virus rubella, toxoplasma, virus herpes atau infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti HIV/AIDS hepatitis B, C, sifilis, atau penyakit kelamin lainnya. “Infeksi ini berbahaya, karena dapat mengakibatkan perempuan tidak bisa punya anak,” jelasnya. Skrining lain untuk diabetes, hypotiroid, dan depresi. Beberapa perempuan mengalami tingkat kecemasan tinggi sehingga perlu dikonsultasikan. Perempuan bukan saja mempersiapkan organ kandungan, payudara juga menjadi perhatian. Perhatikan jika ada benjolan mengarah ke ganas atau tidak. Pemeriksaan golongan darah ada tidaknya resus negatif, kelainan pada darah, menggumpalnya darah, penyakti autoimun, kelainan kromosom, atau ada tidaknya riwayat keluarga cacat bawaan.

Perempuan sebelum menikah mendapatkan imunisasi tetanus toksoid (TT) agar mereka terhindar dari penyakit tetanus. Mengapa perempuan yang diberikan suntikan TT ini? “Saat persalinan mereka mengalami robekan-robekan, termasuk di dalamnya agar tali pusar bayi tidak terkena infeksi,” paparnya. Menurutnya penyakit tetanus pada awal kelahiran dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian bayi baru lahir masih tergolong tinggi di Indonesia.
Menurutnya tes kesehatan pranikah dapat dilakukan kapan saja. Biasanya pasangan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter, sehingga dapat ditentukan tes apa yang harus dilakukan. “Tes ini untuk skrining dan mempersiapkan kehamilan yang sehat,” ungkapnya. Ia menilai, perempuan terpelajar dengan status sosial menengah ke atas, menunjukkan kenaikan 30% melakukan pemeriksaan pranikah. Namun, sayangnya, kata dia, kecenderungan perempuan menikah di atas usia kepala tiga. “Justru ini dapat menimbulkan risiko waktu hamil,” kata dokter yang bertugas di Wing Internasional ini.

Usia ideal untuk menikah 20-30 tahun. Usia ini dianggap secara biologis, usia reproduksi yang sehat. Secara biologis fisik pasutri berada puncak kualitasnya. Alat reproduksinya sudah siap. Usia diatas 30 tahun dapat meningkatkan risiko saat hamil. Namun, sering terjadi kehamilan tanpa persiapan, atau terpaksa menikah karena sudah hamil terlebih dahulu. Konseling pranikah diperlukan untuk menyiapkan calon pasutri siap jasmani dan rohani. Perempuan dapat menghadapi perubahan emosi saat kehamilan dan persalinan, juga termasuk calon suami harus mengetahuinya.

“Perempuan yang sudah siap hamil akan memperhatikan nutrisinya dengan baik dan mematuhi pantangan yang harus dituruti. Dengan perencanaan pernikahan dan kehamilan, kualitas anak juga menjadi lebih baik,” tambah dr. Made Arimbawa, Sp. A. Menurutnya pertumbuhan janin dalam kandungan sangat cepat selama 9 bulan. Kesehatan selama kehamilan perlu diperhatikan dengan baik. Setelah anak lahir, satu tahun pertama merupakan perkembangan otak yang cepat. Perhatikan berat badan anak, tinggi badan, nutrisi, dan lingkar kepala bayi. Saat bayi lahir ukuran badannya rat-rata 50 cm, dalam tahun pertama ukurannya berubah menjadi 75 cm. Lingkar kepala saat lahir rata-rata 34 cm dalam tahun pertama berubah menjadi 44 cm. Kelainan sudah dapat dideteksi pada tahun pertama. Tiga tahun pertama dalam pertumbuhan anak merupakan masa keemasan otaknya, sehingga orangtua harus memberikan nutrisi yang cukup dan sehat.

Dokter Hariyasa menegaskan, kehamilan bukan hak dan kewajiban. Tidak boleh ada satu pihak yang memaksakan wajib hamil dan wajib memunyai anak laki-laki. Kehamilan itu pemberian tuhan. Ketika Tuhan tidak memberikan atau belum memberikan kehamilan, pasutri hendaknya tidak stres dan menerimanya. Hal ini bukan hanya menyangkut kesehatan tapi untuk kebahagiaan rumahtangganya. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 563, 26 Oktober 2009

Minggu, 25 Oktober 2009

TERSENYUM LENYAPKAN GANGGUAN JIWA

SENYUM dan tertawa adalah obat yang paling baik. Stres akan lenyap hanya dengan tersenyum selama dua menit setiap hari. Satu penelitian di RS Jiwa di California memaparkan, pasien yang menderita gangguan jiwa, ketika disuruh melihat ke atas dan tersenyum selama 15 menit, mereka langsung sembuh dalam waktu 10 hari tanpa obat. “Gerakan mereka mirip dengan yoga. Gerakan yoga didentikkan dengan menyembah. Padahal, inti yoga adalah melihat ke atas dan tersenyum menikmati energi. Dengan senyum beberapa menit, meningkatkan 200 kali hormon endomorfin. Otak sudah memproduksi morfin terbaik,” papar Gobind Vashdev, Ketua Capacitar Bali, dalam workshop gratis bagi masyarakat umum dengan topik “Living in Wellness and Self Healing”, kerja sama Yayasan Mitra Peduli Kanker dengan Bali Cancer Centre Prima Medika Hospital Sabtu-Minggu (16-17/10) di Prima Medika Hospital.

Praktisi keturunan India ini mengutip survei yang melaporkan dari 99 negara bahagia, Indonesia menduduki peringkat 40. Cina urutan 54, dan India 49. Nomor urut satu Swedia. Survei senyuman, Indonesia patut bangga karena menempati urutan pertama. “Kalau kita tersenyum, 98% orang yang melihat kita pasti tersenyum,” ujar lelaki yang pernah terlibat dalam reality show “Penghuni Terakhir” di salah satu TV swasta nasional ini. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu sibuk. Bahkan, otak tidak pernah diberikan kesempatan beristirahat. “Kita tidak pernah memberikan kesempatan otak berhenti bekerja. Saat kita duduk, kita memainkan HP smsan atau chatting di internet. Coba luangkan waktu 5-10 menit untuk memperhatikan diri kita, fokus, tenang, dan rileks. Dengarkan tubuh dan roh. Jika salah satu bagian tubuh itu menjadi sakit, ini mempengaruhi bagian tubuh lainnya,” kata Gobind.

Menurutnya saat tubuh sakit, itu reaksi yang bagus. Ketika stres, rasa sakit ditutupi. Kita tidak merasakannya. Seringkali kita tahu setelah penyakit itu dalam stadium lanjut. Energi tubuh terlalu banyak, energi kebencian, dendam, dan energi ini menghambat. Batuk mengeluarkan racun. Diare mengeluarkan makanan yang tidak baik. Panas mengeluarkan virus dan melebarkan pembuluh darah.

Dengan menggunakan bebrapa teknik capacitar, mengembalikan aliran energi alamiah yang seimbang dalam tubuh dan menyembuhkannya. Teknik capacitar seperti tai chi, pal dan gum, pijat, akupresur, latihan meditasi. Menurut lelaki yang tinggal di Ubud ini, selama proses ini sangat penting memiliki sikap yang positif. Memvisualisasikan cahaya dan aliran energi yang mengalir melalui tubuh melalui matahari, tanaman, dan alam.

Napas Perut Baik untuk Kesehatan
Bernapas adalah kunci yang menghubungkan kita dengan tubuh, memberi hidup dan energi. Seperti bayi baru lahir yang bernapas dengan perut. “Makin besar mengejar sesuatu, napas semakin cepat, napas makin pendek, kapasitas paru-paru berkurang. Saat jengkel dan marah napas menjadi cepat, ketika kita sedih napas lambat. Emosi terganggu sulit bernapas. Tekanan darah naik,’ ujarnya.

Bagi yang mengalami sulit tidur bernapas dengan perut sambil berbaring dengan rileks. Hitunglah napas dan pelan-pelan kita akan tertidur. Sayangnya, kata dia, sebagian besar manusia bernapas dengan dada. Dengan napas perut, kata Gobind, oksigen lebih banyak ke dalam tubuh. Banyak darah mengalir ke otak.
Ngurah salah satu peserta bertanya apakah napas perut tidak membuat perut kembung? Menurut Gobind napas perut meningkatkan metabolisme menjadi lancar. Orang yang obesitas napasnya pendek. Napas perut tidak membuat perut kembung, itu hanya mitos. Penelitian di AS menunjukkan bernapas perut sangat baik untuk kesehatan. “Dua bulan sebelum oeprasi sangat baik melakukan pranayama atau meditasi dengan napas perut. Saat terjaid pembedahan, darah yang memancar sedikit . Konsentrasi pendarahan lebih rendah. Pasca penyembuhan lebih cepat,” kata Gobind. Bagi yang sulit tidur dapat dibantu dengan menaruh buku di perut sambil berbaring. Sebagai latihan awal sangat diperlukan, sehingga lama-kelamaan terbiasa.

Gerakan lembut Lenyapkan Stres
Bagi orang-orang yang mengalami stres dan trauma, tai chi adalah sarana penyembuh yang membawa keseimbangan dan harmoni kembali ke tubuh pikiran jiwa mereka. Dengan gerakan lembut segala ketegangan dan perasaan negatif dilepaskan. Banyak korban kekerasan dan pelecehan yang mempraktikkan tai chi melalui keanggunannya mereka menemukan kembali kekuatan yang hilang. “Tai chi menghilangkan stress akibat trauma, seperti sakit kepala, sakit seluruh badan, tidak bisa idur, tekanan darah tinggi, kegelisahan, depresi dan kecemasan. Dengan tai chi secara teratur, seseorang dapat mulai hidup dengan semangat cinta dan damai mampu menghadapi tantangan dan krisis dalam hidupnya,” ujarnya. Tai chi paling baik dilakukan pagi hari, tapi kalau keadaan tidak menungkinkan dapat dilakukan kapan saja dalam ruangan meletakkan tanaman di sekelingnya.

Selain tai chi, akupresur adalah seni tradisonal kuno dengan menggunakan tekanan jari pada titik tertentu untuk membuka sumbatan energi, menyeimbangkan dan meningkatkan sirkulasi energi. Akupresur dimulai lebih dari 4000 tahun lalu di Cina. Riset membuktikan akupresur dapat membantu secara efektif menghilangkan stres, trauma, sakit pinggang, pusing, sakit kepala.

Pegang Ibu Jari
Untuk menyeimbangkan emosi, kata Gobind, ada teknik memegang jari. Setiap jari mengalir energi atau meridian yang berhubungan dengan organ tubuh yang berbeda. “Memegang tiap jari-jari selama 2-5 menit memungkinkan energi mengalir keluar tubuh dan membuka sumbatan energi dan mengembalikan keseimbangan hormon. Ibu jari untuk sakit hati dan sedih. Jari telunjuk untuk takut, jari tengah untuk rasa marah dan benci. Jari kelingking untuk mengatasi rasa tidak percaya diri,” jelasnya.

Capacitar adalah Popular Education
Capacitar adalah jaringan orang-orang yang tersebar di seluruh dunia yang bersedia berbagi hasrat dan keinginan menyembuhkan dan memberdayakan diri mereka dan mentrasformasikan kepada orang lain. Teknik capacitar tidak dimaksudkan mengganti program pengobatan spesialis, bagi mereka yang mengalami efek trauma parah, teknik ini dapat dipakai pelengkap dokter.

Pendidikan Namun, kata dia, yang diajarkan bukanlah teknik pengobatan atau terapi, melainkan popular education yakni pendidikan yang dapat diajarkan kepada banyak orang dengan cara sederhana karena sangat mudah dipelajari. “Walaupun kelihatan sederhana, teknik capacitar memiliki dasar ilmu pengetahuan dan terbukti keefektifannya melalui penelitian dan riset ilmiah yang dilakukan di Amerika Selatan,” paparnya. Tujuan utamanya agar manusia mengalami penyembuhan menyeluruh baik tubuh, pikiran dan jiwa sehingga mampu mengalami hidup yang harmonis dengan alam sekitar, sesama, dan Tuhan. –ast

Koran Tokoh, Edisi 563, 25 Oktober 2009

Sabtu, 17 Oktober 2009

Mengenal Narkoba Lebih Dekat


BERHATI-HATILAH, penjual dan pengedar narkoba dapat mengelabui untuk menggunakan narkoba, tanpa disadari. Untuk memahami seperti apa narkoba, bagaimana bahaya dan dampak buruknya, beberapa pengetahuan yang perlu diketahui:

GANJA (marijuana, cimeng, gelek, hasis)
Bahaya dan dampak: sulit konsentrasi, gerakan lambat, gangguan persepsi dan berpikir, rendah keseimbangan, mudah marah, depresi dan paranoid, motivasi rendah dan susah dikendalikan. Gejala: mudah cemas, mudah murung, mudah tegang, dan mudah marah.

KOKAIN ( crack, daun koka, pasta koka)
Bahaya dan dampak: memacu detak jantung, perilaku agresif, gemetar, mudah tersinggung, pandangan kabur, halusinasi. Gejala: mudah marah, depresi, cemas, dan gelisah, jenuh, mudah muak, kehilangan gairah melakukan sesuatu.

ECSTASY (inex, cui iin, flash, dolar, flipper, hammer)
Bahaya dan dampak: sering mengatup rahang, gemetar yang berlebihan, kerusakan ginjal dan hati, kehilangan ingatan dalam jangka waktu lama, menggigil, berkeringat dan muntah, tidak mampu berpikir, melihat, dan menyelaraskan fungsi tubuh.
Kematian dapat terjadi karena gangguan pembuluh darah jantung, dehidrasi, dan pecahnya pembuluh darah otak. Gejala: cemas, depresi, ketakutan, sulit tidur, kehilangan akal sehat dan kesadaran.

HEROIN (white, smeek, junk, serbuk putih, medicine, ubat).
Bahaya dan dampak: detak jantung lemah dan sesak napas, kerusakan paru-paru, ginjal dan hati, dungu dan kelelahan, sulit konsentrasi dan sulit BAB. Gejala; sulti tidur, mata dan hidung berair, mudah marah dan gelisah, kram tubuh, menggigil dan berkeringat, diare dan muntah.

SHABU ( ice, ubas, methamphetamine)
Bahaya dan dampak: merusak hati, gangguan fungsi hati dan ginjal, perilaku abnormal dengan bergoyang-goyang, berhalusinasi. Gejala: kelelahan dan lapar, cemas, depersi dna marah, susah tidur. Overdosis dapat menyebabkan kematian karena pecahnya pembuluh darah di otak.

INHALANTS ( bahan yang dihisap seperti lem, solvent)
Bahaya dan dampak: keruskan permanen otak, hati, dan ginjal, senderung mengalami pendarahan pada hidung, memar, kehilangan ingatan sulit melihat sesuatu secara jelas, kram, nyeri, dan batuk parah. Gejala; pusing, gemetar, sulit tidur. Hirupan mendadak dapat menyebabkan kematian dengan serangan jantung dan pecahnya pembuluh darah di otak.

KETAMINE (Vit K, Kitkat K, Spesial K).
Bahaya dan dampak: tidak dapat bergerak, gangguan persepsi, pendengaran, penglihatan, penciuman, sentuhan dan rasa. Halusinasi. Gejala: sulit tidur, kejenuhan, depresi, marah dan sering menguap.

LYSERGIDE LSD ( Acid, trips, blotters, tabs, stamp, black sesame, seed, micro).
Bahaya dan dampak: memacu detak jantung, napas dan temperatur tubuh, mati rasa, gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan dan rasa. Gejala: panik, paranoid, halusinasi.

ERIMIN-5 (nimetazepam)
Bahaya dan dampak: hilangnya kesadaran, gangguan berpikir, sulit bicara, bergerak, ketidakselarasan fungsi tubuh. Gejala; cemas dan gelisah, sulit tidur, keringat berlebihan, kejang, kram perut, histeris. Overdosis menyebabkan susah bernapas dan mengakibatkan kematian. -ast

Sumber: Buku Saku Badan Narkotika Nasional

Dimuat di Koran Tokoh, Edisi 561, 11 Oktober 2009


Senin, 12 Oktober 2009

Methadone

Lepas dari Mulut Singa, Masuk ke Lubang Buaya

Pemberian methadone secara oral bagi pemakai narkoba, ternyata tidak efektif. Penderita tetap akan mengalami ketergantungan. Bahkan, untuk melepaskan diri dari ketergantungan methadone memerlukan waktu bertahun-tahun. Demikian diungkapkan Prof. Luh Ketut Suryani, Sp. KJ (K) dalam Forum Silaturahmi Media Massa Anti Narkoba, Senin (5/10) di Hotel Puri Saroon, Seminyak Kuta Bali.

Setiap orang yang ditemukan memakai narkoba, langsung ditangkap. Mereka tidak dipisahkan antara pemakai dan pengedar. Pemakai adalah korban. Mereka adalah penderita. “Hukuman penjara tidak akan membuat mereka jera. Karena di otak mereka sudah tertanam bagaimana cara mendapatkan narkoba lagi. Penanganan untuk korban harus direhabilitasi dengan pendekatan kemanusiaan,” ujar Ahli Kejiwaan FK Unud ini. Untuk menangani kasus ini, kata dia, bukan dengan menghilangkannya tapi mencari apa penyebabnya. Dari pengamatannya, para pemakai narkoba ingin tampil beda. Malah, sebagian lagi, memakai karena rekreasi. Sementara yang lain, karena merasa tidak mendapatkan kenyamanan.

Ia menilai penanganan narkoba di Bali belum efektif. Saat ini methadone menjadi pilihan pengobatan bagi pemakai narkoba. Namun, terapi methadone, bagi Prof. Suryani, bukanlah suatu alternatif pengobatan yang tepat bagi pemakai narkoba. Methadone merupakan opiat sintetis yang segolongan dengan heroin, kodein, dan morfin. Dengan mengikuti terapi methadone, bukan berarti pecandu narkoba sertamerta lepas dari ketergantungan. Mengapa demikian? Karena methadone sendiri adalah golongan opiat, sehingga pemberian obat ini sebenarnya bertujuan untuk mengganti kebutuhan pecandu terhadap opiat lainnya seperti putaw, morfin. Methadone juga memiliki efek samping seperti gangguan tidur, mual-mual dan muntah-muntah, sembelit, mulut kering, dan gatal-gatal. Pendiri Suryani Institute ini menegaskan pemberian methadone, juga akan membuat pasien ketergantungan. Bahkan sampai bertahun-tahun. Bahkan, kata Prof. Suryani, rumatan methadone yang dilegalkan pemerintah justru ditenggarai malah menjadi ajang marketer baru.

Ia menilai, pemberian methadone bukanlah suatu solusi yang tepat. Ibarat lepas dari mulut singa, masuk ke lubang buaya,” tandasnya. Menurutnya pasien ketergantungan sangat sulit melepaskan diri. Ada keinginan kuat untuk menggunakan zat tersebut. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku. Terus memakai walaupun menyadari berakibat pada kesehatan. Saat putus zat mereka menjadi gelisah, lemas, nyeri, ngilu, diare, mual, muntah, insomnia.

Prof. Suryani memberikan alternatif lain penanggulangan penderita narkoba. Tahun 1999 ia menawarkan program “Kembalikah Anakku Sayang (KAS)”. Program ini menggunakan pendekatan biopsikospirit sosiobudaya. Penderita ditangani dari segi fisik, jiwa, dan mental. Mereka diberikan terapi secara holistik, lingkungan, dan keagamaan. Dengan mengambil lokasi di Puskesmas Abiansemal, yang kebetulan waktu itu tidak digunakan karena tidak pasien. Kamar mayat yang tidak pernah dihuni mayat, dicat dengan warna-warni. Tidak ada perawat, tapi merekalah sebagai perawat diri mereka sendiri. “Saat fase kritis mereka diberi obat penenang. Biasanya kalau sakit mereka minta air. Kami ajak mereka berenang di kolam dekat puskesmas. Kolam yang digunakan sekarang sebagai perlombaan renang bergengsi di Asia juga pernah dipakai para pemakai narkoba,” ujarnya Prof. Suryani.

Lokasi Puskesmas Abiansemal sangat strategis. Selain tempatnya jauh dari keramaian, pemandangannya sangat indah dekat dengan persawahan. Pasien dapat berolah raga dan rekreasi ke hutan Sangeh. “Mereka diajak jalan-jalan mengenal lingkungan sekitar, seperti ke pasar, dan mengikuti persembahyangan dengan warga sekitar. Mereka diajak mengembangkan kreativitasnya dengan main musik bersama para lansia. Setelah tenang mereka diajak bermeditasi,” paparnya lebih jauh. Meditasi merupakan dasar pemusatan perhatian, dengan duduk 10-15 menit. Setelah itu pasien diajak relaksasi, agar mereka dapat tidur nyenyak.
Mereka diajarkan meditasi lilin untuk belajar melatih konsentrasi mata. Program yang terakhir mereka diajak mengikuti proses penemuan jati diri di Wantilan DPRD Bali. Setelah proses ini, pasien mengetahui dirinya sejak kecil tidak diinginkan orangtuanya.

Menurut Prof. Suryani memori waktu anak dilahirkan sampai berusia 10 tahun sangatlah penting. Ketika anak tidak mendapatkan kenyamanan selalu merasa salah dan tidak mendapatkan kasih sayang memori ini melekat dalam ingatannya. Ia dapat melarikan diri ke narkoba. Ie menilai masyarakat Indonesia memerlukan kebutuhan spiritual. Mereka beban karena stres yang tidak bisa ditangani. Mampukah mereka menghadapi stresnya sendiri?

Selain ke Wantilan DPRD, mereka juga diajak ke pantai. Ombak merangsang otak mereka bangkit. Otak seperti komputer dapat diprogram. Prof. Suryani mengajak pasien berjemur pukul 12 siang. Mereka berbaring 15 menit di pasir. Bagi yang mau menari silakan menari. Ternyata pasien dapat mengikutinya dengan tenang.
Puskesmas Abiansemal yang dijadikan markas KAS tidak dipagari tembok tinggi. Pasien dapat pergi kapan saja mereka mau. Program ini diikuti 28 orang dengan waktu 3 bulan. Walaupun program ini sangat sederhana, namun, hasilnya luar biasa. 79% pasien tidak lagi rindu narkoba. Namun, Prof. Suryani mengeluhkan tahun 2005 tanpa penyebab yang jelas, program ini harus dihentikan.

Ia menilai ada beberapa hal yang menghambat kesembuhan pasien seperti orangtua tidak menghargai kemajuan yang dicapai penderita. Sikap orangtua yang mengganggap penderita masih kanak-kanak, mendikte, dan menggurui. Orangtua masih selalu was-was dengan kekambuhan berulang yang masih selalu terbayang. Penderita masih sebagai perokok berat, tidak ada aktivitas tidak ada hobi, keterampilan dan perasaan jenuh. Ia menilai peran keluarga sangat besar. Keluarga sebagai sebuah tim saling menghargai, saling mencintai, dan saling memerlukan. Komunikasi modal untuk mencapai kebahagiaan hidup. Bagi pemakai yang sudah lepas dari pengaruh narkoba, sebaiknya tidak bergaul dengan teman-teman pemakai karena mereka selalu berusaha merangsang untuk memakai lagi. Bukalah diri dengan keluarga, karena mereka adalah orang yang paling menyayanginya. Hadapi semua tantangan, menarilah diatas stres. -ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 561, 11 Oktober 2009