Tampilkan postingan dengan label stori. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label stori. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 September 2011

Kisah Koh, Penderita Gangguan Jiwa


Laki-laki berkulit sawo matang dan berperawakan sedang ini, dulunya terkesan sangat ramah dan terlihat cerdas. Orangnya sangat aktif dalam berbagai diskusi. Namun, beberapa hari, ia terlihat sangat pendiam. Di kantor ia tak banyak bicara. Ia terlihat murung dan pandangannya kosong. Melihat tingkah Koh, sebut saja begitu nama laki-laki itu, Gunadjar, salah seorang temannya mencoba bertanya ada apa gerangan. Koh mulai mencurahkan kegalauan hatinya sambil ditemani rokok kretek sampoerna kesukaannya. Ia terlahir 11 bersaudara. Sejak bapaknya mengalami kecelakaan dan kakinya harus diamputasi, Koh menjadi tumpuan hidup keluarganya. Ibunya berjualan kain keliling. Namun, tetap saja tidak menutup kebutuhan sekolah dan keperluan sehari-hari keluarganya. Koh sangat berharap, ia dapat meringankan beban ibunya itu. Tapi hasilnya tetap tidak maksimal karena biaya pengobatan bapaknya dan biaya sekolah adik-adiknya belum menutupi.

Selain masalah keluarga, Koh juga mencurahkan kesedihan hatinya karena gadis yang ditaksirnya tidak meresponnya sama sekali. Koh mengaku, kedua masalah ini sangat membebaninya. Bahkan, kata Gunadjar, masalah berat ini, membuat Koh sampai tidak tidur berhari-hari. Tingkah Koh, mulai menarik perhatian Gunadjar ketika dia membuat laporan. ”Biasanya tulisannya sistematis, baik, dan enak dibaca. Namun, sekarang banyak kejanggalan. Ketika dia membuat laporan tentang pembuatan bak ikan hias air tawar, ia mengatakan bak dalam bentuk fisik seperti bemo. Aku ingat, sebelum ke lapangan kami ngobrol bercanda tentang bemo. Kok, bemo bisa masuk ke tulisan,” tutur Gunadjar. Melihat banyaknya kejanggalan, Gunadjar mencoba berkonsultasi ke dokter jiwa. Menurut dokter, diduga Koh mengalami gangguan jiwa. Beberapa orang yang sering datang ke kantor dan melihat Koh, juga menyarankan agar ia sebaiknya diperiksakan ke dokter ahlinya. Setelah dibawa ke dokter ahli jiwa, Koh dinyatakan menderita skizofrenia dan perlu penanganan serius.

Menurut Gunadjar, Koh sehari-harinya tinggal di kantor. ”Kebetulan kami ada beberapa kamar di kantor yang bisa dijadikan tempat tidur,” kata Gunadjar. Suatu hari, Gunadjar menemukan tindakan Koh yang sangat berbahaya. Koh melakukan chatting dengan teman-temannya di internet. Tapi dari penuturan beberapa temannya kepada Gunadjar, apa yang disampaikan Koh sangat tidak nyambung. Mereka bingung. Setelah chatting, Koh mem-print out hasil obrolan itu dan membakarnya di atas kompor di dapur. Gunadjar yang kebetulan sedang di kantor dan ingin ke toilet kaget karena melihat ada asap. ”Ada apa ini, kok di sini membakar kertas. Bisa-bisa terjadi kebakaran,” tutur Gunadjar. Dengan santainya Koh menjawab, ” Aku lagi menghilangkan berkas. Ini diskusi penting dan gawat.”. Gunadjar penasaran dengan isi berkas itu. Salah satu berkas yang belum terbakar dibacanya. Ia sendiri geleng-geleng kepala karena isinya tidak karuan. Melihat gelagat yang tidak baik, Gunadjar segera berkomunikasi dengan beberapa teman kantornya. Mereka tidak bisa mengawasi Koh tiap waktu. Walau pun Koh sudah diberi obat oleh dokter jiwa, tapi Koh harus tetap diawasi karena bisa membahayakan. Setelah berkonsultasi lagi ke dokter jiwa, Koh disarankan di bawa ke RS Jiwa Bangli. Menurut pemeriksaan dokter dari RS Jiwa Bangli, Koh dinyatakan positif mengalami gangguan jiwa dan harus dirawat. Menurut dokter di sana, Koh perlu waktu sekitar dua tahun untuk pemulihan. Setelah ditinggal Gunadjar pulang, Koh sempat menangis tidak mau dirawat di RS Jiwa Bangli. Dokter menyuntiknya agar Koh lebih tenang dan tidak meraung-raung.

Sekitar dua bulan kemudian, dokter RS Jiwa Bangli menelepon Gunadjar, Koh dikabarkan kabur. Gunadjar langsung menyusul ke Bangli dan mencari ke seluruh kantor polisi di Bangli. Dua hari kemudian, Koh muncul di kantor. Gunadjar kaget tapi bersyukur Koh selamat. Walau pun sulit, Gunadjar tetap mencoba berkomunikasi dengannya. Ia menanyakan kepadanya, kenapa ia lari dari RS Jiwa Bangli. Koh mengaku, tidak diperbolehkan masak sehingga ia tidak betah di sana. Hanya alasan itu ia tidak betah. Atas saran beberapa teman, Gunadjar mencoba mencari orang pintar yang bisa mengobati Koh secara spiritual. “Ada makhluk halus yang mendiami kantor yang menyayangi Koh,” ujar ahli spiritual tersebut kepada Gunadjar. Koh diharuskan melakukan pengobatan nonmedis sperti mandi ke laut dan beberapa upacara persembahyangan digelar di kantor. Namun, upaya tersebut belum juga membuahkan hasil. Akhirnya Gunadjar sepakat membawanya kembali ke RS Jiwa Bangli.

Untungnya, dengan surat keterangan tidak mampu, Koh mendapatkan perawatan gratis di RS Jiwa Bangli. Seminggu sekali Gunadjar dan beberapa teman rutin menengoknya. Namun, belum ada satu setengah bulan, Koh kembali dinyatakan kabur. Gunadjar sangat kaget mendapat telepon dari Jakarta yang menyatakan Koh sedang berada di sana. Seorang teman Gunadjar mengatakan, dia melihat Koh membawa tas plastik sambil mengumpulkan sampah menaruhnya di pojokan. Orang-orang yang melihat di sekitarnya khawatir dengan isi kantong plastik tersebut dikira benda yang berbahaya. Atas bantuan seorang teman, Koh berhasil dipulangkan ke Bali dengan selamat. Gunadjar langsung menjemputnya di Terminal Ubung. Koh terlihat sangat kotor dan tak terawat dengan rambutnya yang gondrong. Setelah tiba di kantor, Koh diberikan kesempatan rileks sebelum diminta penjelasan bagaimana caranya ia sampai ke Jakarta. Dengan cueknya Koh menjawab, saat bus berhenti, dia langsung lari saja. Koh ditanya maunya apa. Ia mengatakan ingin tetap tinggal di sana tidak mau lagi kembali ke RS Jiwa Bangli. Koh diberikan izin, asal dia mau menuruti nasihat dan tidak lagi main api atau berbuat hal-hal yang membahayakan. Ibu dan bibinya Koh sempat menengoknya. Suatu ketika Koh diajak makan oleh Gunadjar. Saat makan, Gunadjar mengambil bungkusan krupuk dan menghancurkan dengan tangan. ”Krek”. Namun, tiba-tiba Koh bereaksi aneh,”Apa maksudnya ini,” katanya dengan nada marah. Gunadjar bingung,

Contoh lain dilukiskan Gunadjar tenatng sikap Koh yang aneh. Ketika sedang terjadi obrolan beberapa orang, tiba-tiba Koh bangun dari kursi dan mengambil sandal, sepatu, atau kayu dan ditaruh di atas kursi tempatnya duduk sambil berkata,” Saya permisi ini wakil saya.”
Suatu ketika, Koh menanyakan alamat gadis yang ditaksirnya dulu kepada Gunadjar. Karena tidak diberitahu, Koh marah dan pergi seharian tidak balik lagi ke kantor,. Tiba-tiba esoknya dia datang dengan tampang seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. seeprti tak ada apa-apa.
Gunadjar sempat menelepon gadis itu dan menanyakan apakah Koh datang ke sana. Ternyata tidak.
Saat ibu dan bibinya datang, Koh tampak normal. Dia menjawab obrolan mereka dengan baik. Setelah ibunya pulang, komunikasi dengan Gunadjar pun terlihat nyambung. Gunadjar bingung dengan kondisi Koh yang berubah-ubah. Beberapa teman di kantor malah berpikiran, Koh hanya pura-pura untuk mencari perhatian.
Gunadjar kembali berkonsultasi ke dokter jiwa dan psikolog, hasilnya Koh tetap dinyatakan sakit. Kalau dibawa ke RS Jiwa Bangli, nanti Koh melarikan diri lagi. Koh tetap tinggal di kantor.

Beberapa bulan kemudian, Koh minta pulang ke kampung halaman untuk liburan. Ia dijemput saudaranya. Setelah selesai liburan Koh kembali ke kantor dan tinggal lagi di sana. Suatu ketika, Gunadjar dan teman-teman ada acara ke Buleleng. Di Kantor hanya tinggal Koh dan office boy. Mereka bertengkar gara-gara office boy menyembunyikan tabung gas karena takut Koh melakukan hal aneh. Koh marah dan melempar kaca. Mereka bertengkar dan berkelahi. Tangan Koh patah. Koh akhirnya dibawa ke Besakih untuk diurut. 20 hari setelah kejadian itu, Koh minta pulang dengan kondisi tangannya belum sembuh benar. Anehnya, kata Gunadjar, office boy bersikap aneh ketika Koh pulang. Dia seperti ketakutan luar biasa, berlari-lari ke sana kemari di kantor, seperti ada yang mengejar dan bersembunyi di bawah meja. Ada apa lagi ini, pikir Gunadjar. Setelah dibawa ke dokter jiwa, office boy dinyatakan menderita gangguan jiwa ringan. Akhirnya, kembali ritual nonmedis menjadi pilihan.

Malam sebelum ritual tiba-tiba Koh datang. Tangannya sembuh dan penampilannya bersih tidak seperti waktu dia sakit. Setelah Koh datang, prosesi ritual mulai dilakukan di pura dekat kantor. Office boy menangis tersedu-sedu mengapa dia mengalami kejadian seperti itu. Gunadjar memopongnya untuk duduk karena dia terlihat lemas. Tiba-tiba dari tubuh office boy keluar keringat yang berbau nanah. Melihat kejadian aneh tersebut, Gunadjar menanyakan kepada mangku yang memimpin ritual tersebut. Office boy disuruh meminta maaf atas semua kesalahan yang dia sudah perbuat. Ternyata, dia pernah membunuh monyet dan anjing di sana tanpa sepengetahuan orang lain. Namun, kondisi office boy belum ada perubahan sehingga akhirnya diputuskan di bawa ke RS Jiwa Bangli. Setelah beberapa bulan di RS Jiwa Bangli, dokter menyatakan office boy sudah ada perubahan yang baik. Akhirnya, atas kesapakatan, office boy kembali ke kantor.

Namun, anehnya sampai di kantor, office boy kembali ketakutan dan sembunyi di bawah meja. Akhirnya, atas pertimbangan keluarga, office boy pulang ke kampung halamannya. Walau pun Kos kembali ke kantor kondisi mentalnya masih belum normal. Keprihatinan membuat Gunadjar dan teman-temannya tetap menerima Koh kembali ke kantor. Mereka ingin membantu Koh bisa kembali normal karena ia tidak mau lagi di bawa ke RS Jiwa Bangli. Koh mau menurut tidak melakukan hal yang membahayakan. Koh diberi tugas untuk menyapu dan bersih-bersih di kantor. –ast

Koran Tokoh, Edisi 659, 4-9 September 2011

Jumat, 04 September 2009

Jatuh Cinta Gara-gara Tilang

Kombes Pol Drs. Gde Sugianyar Dwi Putra S.H., M.Si.
dengan Lina Meidevita (Bagian 1)

Polisi identik dengan sosok yang galak. Namun, lelaki kelahiran Gianyar 14 September 1964 ini sangat jauh dari kesan itu. Murah senyum dan sikap penuh keakraban terlihat jelas dalam diri Kabid Humas Polda Bali yang menjabat sejak Desember 2008 ini. Bahkan, lantaran sikapnya yang simpatik, Lina Meidevita gadis kelahiran Solo 31 Mei 1969 ini, terpincut kepadanya. Kisah cinta mereka sangat unik karena dipertemukan gara-gara tilang. Gde begitu ia akrab disapa, berhasil memboyong gadis korban tilang ini menemani hidupnya hingga kini mereka dikarunia satu putra dan tiga putri ini. Bagaimana kisah pertemuan mereka?


Terlahir dari pasangan Wayan Wetra Kranya dengan Ni Nyoman Nurathi, Gde termasuk anak yang tidak suka berulah. Ia mengaku kehidupan masa kecilnya dilewati dengan kesederhanaan. Ibunya yang seorang guru selalu menerapkan disiplin keras kepadanya. Waktu senggangnya selalu diisi dengan belajar. Tak heran Gde selalu juara di sekolah. “Buku selalu menjadi teman saya,” ujar anak kedua dari empat bersuadara ini. Selain belajar Gde menyukai olahraga terutama sepakbola. Sejak SMA Gde dipercaya menjadi kiper Persegi Yunior.
Hingga ia menamatkan pendidikannya di SMAN 1 Gianyar, Gde selalu juara. Gde tertarik melanjutkan pendidikan ke Teknik Sipil Unud. Namun, ketika ia sudah diterima, Gde malah membatalkan niatnya menjadi insinyur. Mendengar ada penerimaan taruna AKABRI, Gde tertarik. Sedikitpun ia tidak berkeinginan menjadi polisi. Dalam benaknya terpikir, alangkah gagahnya menjadi perwira TNI AD. Waktu itu kepolisian masih bergabung dengan AKABRI. Setelah mengikuti psikotes, Gde diarahkan masuk ke Akademi Kepolisian (Akpol). Setelah empat tahun mengenyam pendidikan di Akpol Semarang, Gde ditempatkan di Solo. Dinas pertama ia menjabat Pamapta (sekarang Kepala Sentral Pelayanan Kepolisian) Polresta Surakarta Polda Jateng. Gde pun tidak pernah menduga, ia bertemu dengan tambatan hatinya di Solo.

Kisahnya sangat unik. Waktu itu, seorang gadis kelas III SMA melintas begitu saja di jalan raya tanpa menggunakan helm. Karuan saja, laju motor gadis itu dihentikan polisi yang sedang berjaga. Setelah turun dari motor, gadis yang bernama Lina Meidevita ini dintrogasi. Lina, begitu ia disapa, ditilang karena lalai menggunakan helm. Sebagai Kepala Sentral Pelayanan Kepolisian, Gde dipertemukan dengan Lina. Saat bertemu Lina, tamatan FH. Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto ini langsung terpikat. Malah, dengan dalih Lina melakukan kesalahan, banyak pertanyaan yang diajukan kepada gadis berkulit putih itu.

Menurut Gde, Lina menjawab semua pertanyaan dengan polos. Saat itu, kata Gde, ia sudah mengagumi kecantikan gadis yang masih berseragam abu-abu itu. Lina tampaknya santai saja. Sedikitpun tidak tampak rasa takut kepada polisi yang menilangnya itu. “Dia mengaku salah dan meminta maaf,” ujar Gde sembari tersenyum simpul mengenang awal pertemuannya dengan istrinya itu. Walaupun tidak termasuk dalam introgasi, kesempatan itu dipergunakan Gde untuk mengorek banyak informasi dari Lina. Bahkan dari sana juga, ia tahu Lina belum memunyai pacar. Kesempatan itu tidak disia-siakan Gde. Setelah diintrogasi, Lina diberikan pembinaan dan diperbolehkan pulang. Namun, pertemuannya dengan Lina sangat membekas di hati Gde. “Zaman dulu belum ada HP seperti sekarang. Saya catat saja alamatnya. Besoknya saya main ke rumahnya,” tutur Gde dengan tawa lepas.


Keesokkan harinya, Gde bertandang ke rumah Lina. Lina ternyata sudah yatim piatu. Ia tinggal bersama tantenya. Berangkat dari kesamaan hidup sederhana, mereka tampaknya cocok satu sama lain. Karakter Gde yang dewasa membuat Lina memantapkan niatnya untuk memilih Gde menjadi tambatan hatinya walaupun mereka berbeda keyakinan. Gde beragama Hindu dan Lina beragama Islam. Namun, perjalanan cinta mereka tidaklah mulus seperti perkiraan semula. Keluarga besar Lina tampaknya tidak menyetujui hubungan dua sejoli berbeda keyakinan ini. Namun, Gde tak patah semangat. Hasratnya untuk segera memiliki Lina makin mengebu. Untuk menjauhkannya dari Gde, Lina sempat diboyong ke Jakarta dan tinggal di rumah sanak familinya di sana. Lina akan segera dijodohkan. Namun, Gde dan Lina tidak kekurangan akal. Lina tetap bisa menghubungi Gde di kantornya.

Ia bersikeras ingin balik ke Solo dan tidak mau dijodohkan. Setelah beberapa bulan di Jakarta, Lina tidak betah. Atas bantuan tantenya di Solo, Lina akhirnya bisa kembali pulang dan bertemu pujaan hatinya. Hari-hari dilalui kedua pasangan yang sempat terpisah beberapa bulan ini dengan penuh kemesraan. Gde pun mulai belajar mengenalkan Lina adat Hindu. Lina diajak ke Candi Ceto salah satu peninggalan Hindu di Karanganyar. Dengan meminjam mobil temannya, Gde mengisi hari liburnya menikmati suasana alam di objek wisata Jawa Tengah. “Sekali-kali, kami menghabiskan malam minggu dengan naik motor pergi ke bioskop,” tutur Magister Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia ini. Tidak ingin berlama-lama pacaran, setelah Lina menamatkan pendidikannya Gde segera memberanikan diri melamar Lina. Walaupun ada keluarga besar Lina tidak menyetujui, mereka tetap melanjutkan rencana semula. Gde mendapat dukungan dari tante dan om yang mengasuh Lina selama ini. Dukungan mereka membuat Gde dan Lina memantapkan diri untuk segera meresmikan hubungan dalam ikatan perkawinan. Tahun 1990 mereka menikah di Bali. -ast


Dimuat di Koran Tokoh, Edisi 555, 30 Agustus 2009


Rabu, 25 Maret 2009

Misteri Kerauhan (bag-4) Tamat

MADE telah berhasil mengendalikan kekuatan energi itu ketika kerauhan itu muncul. Ia mampu mengolah energi itu menjadi suatu kekuatan yang bermanfaat bagi Made. Sejak ia mampu mengendalikan kekuatan itu, ada yang berubah dalam diri Made. Ia menjadi sangat percaya diri. Made selalu bisa fokus pada setiap aktivitas yang dilakoninya.

Nilai Made pun mulai terdongkrak naik. Wajah Made menjadi lebih bersinar. Pribadinya yang menarik membuatnya mudah mencari teman. Made pun mulai memperhatikan penampilannya. ”Saya memutuskan diet dengan makanan kombinasi rendah karobhidrat. Saya hanya makan sereal untuk sarapan. Pukul 10 pagi makan buah-buahan berair. Pukul 12 siang makan dengan menu lengkap seperti biasa. Pukul 2 siang makan buah lagi dan pukul 6 sore makan malam seperti biasa,” tutur Made tentang jadwal dietnya. Selain diet makan, Made juga rajin berolah raga, dan tetap rutin meditasi. Awalnya berat badan Made 75 kg. Dengan diet ketat, ia berhasil menurunkan berat badannya hingga mencapai 55 kg.

Tahun 2004 Made dipercaya menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa (HMJ) Teknik Mesin Unud. Ia juga mendapatkan kesempatan mengikuti pertukaran mahasiswa ke Jepang. Tahun 2005 Made menamatkan pendidikannya di Faklutas Teknik Mesin Unud dengan IP 3,0. Made bukan saja terkenal di kampus. Ia juga terpilih sebagai salah satu wakil Kota Denpasar dalam Pemilihan Putri Bali tahun 2006. Walaupun Made hanya menduduki peringkat 6 besar dalam ajang bergengsi itu, namun, Made sangat mensyukuri prestasi yang diraihnya itu. Setelah menamatkan sarjananya, Made melanjutkan pendidikannya ke Program Pascasarjana Unud dan bergelar Magister Teknik. Setelah itu, Made membantu usaha ayahnya di bidang properti.

Kesendirian Made mulai mengusik hatinya. Dalam doanya Made memohon pada Tuhan agar dikirimkan pendamping hidup yang sesuai dengan keinginannya. Made sering menggambarkan sosok lelaki yang diimpikannya untuk menjadi suaminya kelak.
Suatu ketika, Made bertemu dengan seorang lelaki asal Klungkung yang bernama Oma Sugandi. Lelaki ini sehari-hari berprofesi sebagai waiter di kapal pesiar Celebrity Criuse Line. Ia tertarik membeli satu unit properti yang ditawarkan Made. Setelah liburannya selesai di Bali, Oma kembali ke kapal.

Enam bulan berikutnya jadwal Oma pulang ke Bali. Made kembali mengontak Oma untuk menawarkan properti yang baru. Merasa tertarik dengan tawaran Made, Oma pun mengatur janji untuk bertemu. Ternyata, pertemuan itu bukan saja melibatkan mereka dalam transaksi bisnis, namun, benih-benih cinta tumbuh di hati mereka berdua. Selama 19 hari mereka berusaha mengenal pribadi satu sama lain.

Hari ke-19 Oma seketika melamar Made menjadi istrinya. Begitu cepat lamaran itu datang, tanpa disangka Made. Namun, Made sangat bersyukur karena Oma memiliki kesamaan dengan lelaki dalam impiannya. ”Oma begitu sempurna di mata saya. Dia begitu baik, pengertian, dan sayang pada saya dan keluarga saya. Ia juga memahami masa lalu saya,” tutur Made memuji suaminya itu dengan mata berbinar. Pesat pernikahan pun segera digelar. Masa-masa indah pun dilalui Made bersama Oma.


Setelah Made mampu mengendalikan kekuatan energi itu, ia kini mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya. Ia mengandaikan bagai ada tombol on dan off dalam dirinya. Untuk hal-hal yang berbau gaib seperti melihat makhluk gaib tombol itu tidak berfungsi. Artinya, Made tidak mau lagi melihat hal gaib seperti itu. ”Kalaupun mata saya tetap melihat, saya berusaha mengendalikannya agar pandangan tidak fokus ke arah itu,” ujar Made dengan mantap.


Sedangkan tombol on, kata Made, akan berfungsi ketika ia membutuhkan suatu motivator untuk meraih cita-citanya. Saat ini Made bekerja di Indo Bali dengan posisi yang bagus. Made pun diterima rekan kerjanya dengan penuh keakraban. Dengan meditasi spirit, Made mampu memanfaatkan indra keenamnya untuk keberhasilan dalam hidupnya. Sebelum melakukan pekerjaan apapun, Made mencoba hening sejenak untuk berkonsentrasi. Indra keenamnya pun membantu Made menyelami prilaku orang lain yang sedang berkomunikasi dengannya.

Made pun yakin, semua orang mempunyai kasus sama dengan dirinya, jika mereka mau belajar untuk melawan kekuatan itu pasti akan sembuh. Bahkan, Made sangat mensyukurinya kelebihan yang diberikan Tuhan padanya. Made tetap kerauhan, tetapi ia mampu mengendalikan kekuatan itu agar berfungsi positif baginya. Memang usaha itu tak mudah karena memerlukan waktu yang lama dan disiplin serta kemauan kuat. ”Asalkan tekun dan disiplin serta yakin berhasil, saya yakin semua masalah pasti ada jalan keluarnya,” tutur Made sambil tersenyum. –ast


Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 529

Minggu, 22 Maret 2009

Misteri Kerauhan (bag-3)

PERJUANGAN Made mengatasi kerauhan yang terjadi pada dirinya ternyata tidak sia-sia. Setelah berjuang hampir 4 tahun, Made akhirnya mampu mengendalikan kekuatan yang datang padanya. Made tetap kerauhan tapi tidak lagi berteriak atau mengamuk. Ia mampu mengendalikan kekuatan itu agar berguna bagi dirinya.

Ketika itu tahun 2002, Made diajak ikutserta bersama rombongan Prof. Suryani pergi menonton pertunjukan sakral Shanghyang Dedari di Desa Kintamani, Bangli. Saat itu Prof Suryani sedang melakukan penelitian kesurupan di Bali khususnya pada penari Shanghyang Dedari.
Begitu mendengar lagu upacara, para penari Shyanghyang Dedari ini tiba-tiba saja menari dengan mata tertutup. Mereka tidak jatuh atau menabrak penonton ataupun temannya. Bahkan sampai melakukan adegan naik ke punggung temannya yang mungkin dalam kehidupan nyata sangat sulit dilakukan dengan mata tertutup.

Made diajak ikutserta dalam rombongan itu untuk belajar mengendalikan kekuatan energi yang selama ini menganggunya. Beberapa saat ketika para penari mulai beraksi, tiba-tiba Made mulai merasakan sesuatu kekuatan energi datang menghampirinya. Tubuh Made bergetar, namun ia terus diperingati Prof Suryani untuk terus melawan kekuatan itu. Made berusaha melawan dengan sekuat tenaga. Suara Made sempat terdengar lirih ”Saya tidak kuaaaaaaaatttt.” Namun, Prof Suryani terus mendampinginya dan memberikan intruksi agar Made bertahan untuk melawannya.

Made dibimbing untuk terus melakukan meditasi, agar ia mampu melawan kekuatan itu. ”Saya berusaha fokus agar tidak dipengaruhi kekuatan itu,” tutur Made. Setelah 1 jam beraksi, penari Shanghyang Dedari selesai melakukan tugasnya. Mereka diberikan tirta oleh pemangku agar kembali sadar. Dengan berakhirnya pertunjukkan Shanghyang Dedari tersebut, Made pun terlepas dari pengaruh kekuatan energi luar biasa itu. Perjuangan Made berhasil. Itulah pertamakali ia mampu mengendalikan kekuatan itu.

Setelah Made bebas dari pengaruh kekuatan itu, ia merasakan letih yang luar biasa. Sekujur tubuhnya seperti usai melakukan pekerjaan berat. Sejak itu, Made sering pergi ke pertunjukkan sakral yang mampu membangkitkan kekuatan energi tinggi seperti pertunjukan calon arang atau yang sejenisnya. Made belajar untuk mengendalikan kekuatan energi yang tiba-tiba merasukinya.

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 528

Rabu, 18 Maret 2009

Misteri Kerauhan (bag-2)

PERISTIWA kerauhan yang sering dialami Made Suryaningsih sangat mengganggu konsentrasi belajarnya. Namun, ia tetap optimis dapat menyelesaikan pendidikannya hingga tuntas. Setelah tamat SMA, Made diterima di Fakultas Teknik jurusan Mesin Unud. Dari 70 orang teman satu angkatannya, hanya ada tiga perempuan, Made salah satunya. Rasa kebersamaan dan setia kawan teman-temannya di kampus membuat Made tetap bersemangat kuliah di tengah keterbatasan kondisi tubuhnya.

Nama Made Suryaningsih menjadi terkenal di kampusnya gara-gara pada hari pertama masa perkenalan calon mahasiswa ia sempat membuat geger seluruh peserta. Suasana perkemahan di dekat kuburan Desa Batungsel di Tabanan itu seketika kacau-balau ketika Made kerauhan. Made mengaku terus dikendalikan suatu kekuatan yang tidak bisa ia lawan. ”Hari pertama sampai hari ketiga saya tidak dapat mengikuti kegiatan. Akhirnya panitia memutuskan agar saya beristirahat di rumah,” tutur finalis Putri Bali tahun 2006 ini.


Tiada hari tanpa kerauhan, begitulah ungkapan yang dilontarkan teman-teman kampusnya. Pernah, saat berlangsung kuliah, dosen sedang berbicara di depan kelas, tiba-tiba Made kerauhan dan mengamuk. Kegiatan kuliah terhenti. Teman-teman Made yang sebagian besar laki-laki segera mencari pemangku untuk menyadarkannya.

Teman-temannya cukup memaklumi keadaan Made. Beberapa dosen memperlihatkan rasa simpati kepadanya. Namun, ada yang terasa menganjal di hati Made.
Salah seorang dosen menganggap Made hanya berpura-pura. Menurut dosennya itu, Made hanya mencari sensasi. Sikap itu diawali marahnya sang dosen ketika saat kuliah berlangsung tiba-tiba Made keluar meninggalkan kelas tanpa permisi.

Tiba-tiba Made berdiri, langsung berlari ke luar kelas. Sikap Made itu dinilai sebagai sikap yang tidak sopan oleh dosen tersebut. Akibatnya fatal bagi Made. Dosen itu memberikan nilai merah pada Made untuk mata kuliah yang diajarkannya. Made berusaha menjelaskan, namun, sang dosen tak peduli.

”Saya tidak sempat permisi keluar kelas karena serangan itu tiba-tiba saja datang dan mengendalikan diri saya. Saya segera melarikan diri ke luar kelas karena tidak ingin membuat gaduh suasana kelas. Saya tidak mampu berbicara saat itu. Kekuatan itu begitu menguasai saya. Kalau tidak segera berlari, bisa-bisa saya mengamuk di dalam kelas,” tutur Made kepada wartawati Koran Tokoh.

Made tidak peduli terhadap nilai merah yang ia peroleh. Ia tetap bersemangat menempuh kembali mata kuliah yang tertinggal itu. Made pun pernah mengalami kejadian aneh di jalan raya. Ia melihat ada kecelakaan lalu lintas. Orang berkerumun di sekitar tempat kejadian. Hal itu menarik perhatian Made. Ia datang mendekat.

Ada korbannya yang meninggal. Namun, Made kaget. Ia melihat ada seseorang yang wajah dan tubuhnya mirip dengan wajah dan tubuh korban. Orang itu berdiri di samping korban kecelakaan tadi tergeletak. ”Saya heran mengapa ada dua orang yang sama. Satu berbaring dan yang satu lagi berdiri seperti patung dengan wajah diam,” ungkap Made tentang makhluk gaib itu.

Mengingat Made sering mengalami kerauhan dan melihat makhluk gaib, salah seorang teman kuliahnya yang juga temannya saat di SMAN 6 Denpasar, menganjurkan Made berkonsultasi dengan ahli kejiwaan Prof. L. K. Suryani. Made melaksanakan anjuran itu.

Itulah awal Made menemukan jalan untuk kesembuhannya. Made seolah mendapatkan semangat baru untuk keluar dari penderitaan yang dialaminya. ”Saya diminta melawan kekuatan itu dengan fokus,” ujar Made tentang saran guru besar FK Unud itu.

Ia rutin mengikuti meditasi di Wantilan DPRD Provinsi Bali tiap Sabtu mulai pukul 17.00. Ia juga diberi obat penenang selama satu bulan yang diminum dua kali sehari. Tiap pagi usai bangun tidur sekitar pukul 05.30, ia rutin melakukan meditasi.

Perjuangan Made melawan kekuatan yang selalu tiba-tiba datang menyerang, hampir membuat ia frustrasi. Namun, ia teringat saran Prof. Suryani yang mengatakan bahwa meditasi tidak seperti makan cabai, yang cepat dirasakan reaksinya. ”Meditasi harus dilakukan dengan sabar dan tekun,” saran Prof. Suryani kepada Made waktu itu. Serangkaian saran ahli kejiwaan itulah yang selalu menyadarkan Made ketika semangatnya dalam kondisi ingin menyerah. Kebulatan tekad dan semangat Made untuk sembuh dan tak ingin disebut ”orang aneh” akhirnya membuahkan hasil. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 527

Senin, 16 Maret 2009

Misteri Kerauhan (bag-1)

Made Suryaningsih Makan Banyak karena Stres.

“MADE kumat lagi,” ujar beberapa siswi SMP N 9 Denpasar yang sedang mengobrol di depan kelas waktu itu. “Ngeri melihat dia mengamuk. Semua benda yang ada disampingnya dilempar. Aku takut sama Made,” tutur salah satu diantara mereka. “Kita menjauh saja. Dia seperti orang aneh,” tambah yang lainnya ikut bicara. Begitulah sikap teman-teman Made Suryaningsih saat pertamakali sesuatu yang aneh terjadi pada perempuan kelahiran Denpasar, 6 Oktober 1981 ini.

Ketika itu, Made begitu ia akrab disapa, sering kerauhan. Made mengaku ada suatu energi kekuatan yang luar biasa yang mengendalikannya membuat ia tak mampu menolaknya. Bukan hanya kerauhan, Made mampu melihat dengan mata telanjang makhluk lain di dunia gaib. Nasib baik berpihak pada Made. Seorang teman mengenalkannya dengan Ahli Kejiwaan Prof. L.K. Suryani.

Dengan belajar meditasi Made mampu mengendalikan kekuatan energi itu. Made kini mampu memanfaatkan kelebihan indra keenamnya untuk kehidupannya sehari-hari. Bahkan kesuksesan ia raih dalam segala bidang mulai dari prestasi di kampus, dunia organisasi, pekerjaan, termasuk urusan jodoh. Bagaimana perjuangan Made sehingga ia mampu menjadi manusia normal kembali?

Made mungkin tidak mengira hidupnya akan berubah sejak ia duduk di kelas III SMP. Ada suatu kekuatan yang membuatnya sering kerauhan. Jika dia melewati tempat yang angker, indra penglihatannya mampu melihat kehidupan para penghuni dunia gaib. Made merasa takut dengan semua yang dilihatnya. ”Saya berusaha memejamkan mata agar tidak melihat itu semua,” tutur Made. Jika sembahyang ke pura-pura, Made sering melihat sebuah sinar datang menghampirinya. Kekuatan sinar itu tidak mampu ditolaknya. Made akan mengeluarkan suara ngeregeh suara khas orang kerauhan, kemudian pingsan.

Melihat keadaan Made yang tidak sewajarnya, ayahnya Nyoman Rindi Paramarta dan ibunya, Ni Ketut Rini, mencoba mencarikan Made obat. Hati Ketut Rini sedih melihat keadaan putri keduanya itu. Beberapa balian sudah didatanginya. Menurut mereka, apa yang Made alami sekarang akibat proses reinkarnasi. Suatu proses kelahiran kembali yang lebih sempurna dibanding orang lain sehingga Made memiliki suatu kekuatan indra keenam.

Sehari Made kadang kerauhan dua sampai tiga kali. Made mengaku keadaan ini sangat menyiksanya. Selain ia tidak dapat berkonsentrasi belajar, Made tidak memiliki teman. ”Semua takut pada saya dan mereka mengatakan saya manusia aneh,” ujar Made.
Dengan tertatih-tatih, Made mampu menyelesaikan pendidikannya dan melanjutkan ke SMAN 6 Denpasar. Semester pertama, Made nyaris tidak pernah sekolah. Kondisinya makin parah. Kadang ia pingsan mendadak, kadang kerauhan, dan mengamuk. Ia pun menjalankan rutinitas pengobatan ke beberapa balian di Bali.

Namun, hasilnya nihil. Made menjadi pendiam di sekolah. ”Tak ada yang mau jadi teman saya. Keadaan ini benar-benar membuat saya stres,” tuturnya. Menyalurkan kegundahan hatinya, Made melampiaskannya dengan makan. Dia sudah tidak peduli lagi dengan bentuk tubuhnya yang makin hari makin subur.
Biasanya Made kerauhan sekitar 1 jam. Setelah dicarikan pemangku dan dipercikkan tirta (air suci) ia langsung sadar. Setelah istirahat sekitar 15 menit, kondisi Made pulih kembali. Made mengaku tidak merasakan lelah walaupun sudah mengamuk. ”Saya merasa biasa saja, tidak capek sedikitpun,” tutur Made.

Ada satu kejadian yang paling membekas di hati teman-teman Made di SMAN 6 Denpasar. Ketika itu Made kerauhan dan mengamuk dari pukul 11 siang hingga 3 sore. Pemangku yang biasanya didatangkan ke sekolah sedang ada kegiatan di Pura di luar Denpasar. Karuan saja segenap isi sekolah geger dan proses belajar mengajar menjadi terganggu. Dengan kekuatan yang luar biasa, Made membanting meja dan kursi. Kejadian itu membuat penghuni sekolah histeris ketakutan melihat ulah Made. Para guru kebingungan mengendalikan Made.

Sambil menunggu pemangku datang, para guru berusaha memegang Made agar dia tidak menghancurkan barang-barang yang ada di dekatnya. Namun, kekuatan Made sangat luar biasa. Tak pelak para guru yang mencoba mengendalikannya merasa keletihan. Untung saja tepat pukul 3 sore pemangku datang. Serta merta pemangku memercikkan tirta ke tubuh Made.

Berselang beberapa menit Made sadar dan lemas. Setelah beristirahat sekitar 15 menit, Made bangun dan kondisinya pulih segar bugar seperti biasa. Ketika ditanya guru dan teman-temannya di sekolah, Made mengatakan tidak mampu membendung kekuatan yang datang menghampirinya itu. Made sendiri mengaku tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. ”Saya merasa ada energi luar biasa datang dan mengendalikan saya. Tapi saya tidak mampu melawan. Saya berteriak dan mengamuk. Saya tidak tahu bagaimana caranya mengerem kekuatan itu,” kata Made dengan mimik serius. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 526

Senin, 17 November 2008

Hadiah dari Teman

Inilah hadiah yang dikirimkan Dokter Andri Kusuma Harmaya dari Kalimantan untuk Bintang keponakanku. Saat menerima hadiah ini Bintang senang banget, malahan hadiah ini selalu dipegangnya tidak mau dilepas. Maklumlah hadiah baru gitu loo. Cuamn sayang, hadiahnya hanya satu. ha.ha.ha.ha.ha.ha, tantenya ga kebagian. he.he.he, bercanda lo Andri.......


Hadiahpun sudah dipakai bermain kapal-kapalan oleh Bintang. Lihat saja muka Bintang yang cutek saat sedang asik bermain aku paksa potret. "yeahhhhh Bintang masih main nih, jangan diganggu," katanya dengan lugunya.


Hadiah berbentuk miniatur kapal dengan ciri khas Dayak ini sangat cantik. Terimakasih ya.. Pak Dokter. Semoga amal ibadahmu mendapatkan pahala yang setimpal. Amin.


Inilah senyum manis Bintang sekaligus mengucapkan terimakasih atas kiriman hadiahnya. Semoga hubungan Om Andri dengan Tante itu........... berjalan dengan mulus. Semoga dia pilihan yang tepat buat Om Dokter. Cepat diresmikan yahhhh dan bulan madu ke Bali. he.he.hehe..he.he.

Terimakasih Om, Semoga tetap sukses yahhhh

Selasa, 04 November 2008

Kalau Saya Jadi........

Waduh aku bingung disodori PR banyak banget nih ama blogger addicter. Cukup lumayan PR ini belum aku kerjakan karena aku masih mengikuti pelatihan alias Training of Trainer Penerapan Kartu Penilaian Politik Identitas di luar kota. Baru aja aku datang aku coba mengerjakan walaupun mikir jawabannya lama bgt. he.he.he....

  1. Kalau saya jadi Presiden, saya akan buat Indonesia sejahtera dan damai.
  2. Kalau saya jadi DPR saya akan buat kebijakan yang membuat rakyat sejahtera.
  3. Kalau saya jadi artis penyanyi saya akan buat album religius dan hasil penjualannya untuk anak-anak kurang mampu.
  4. Kalau saya jadi pengusaha kaya milyader, saya akan bangun RS khusus orangtua, karena di Bali belum ada.
  5. Kalau saya jadi pengusaha kaya milyader, saya ingin kuliah sampai Doktor ke luar negeri khususnya AS.
  6. Kalau saya jadi pemilik restoran, saya ajak semua teman-teman di blog makan gratis disana.
  7. Kalau saya jadi pemilik perusahaan koran, saya bagikan koran gratis agar semua lapisan masyarakat bisa baca dan tambah pintar.
  8. Kalau saya jadi kaya kayak Ratu Elisabeth Inggris, saya bangun sekolah untuk anak-anak orang miskin.
  9. Kalau saya jadi dokter, saya akan beri gratis pengobatan anak-anak jalanan dan orang miskin.
  10. Kalau saya jadi peri saya akan menyulap orang-orang baik jadi orang kaya, dan orang –orang sombong masuk neraka.
Ok, PR ini aku teruskan pada Ahmad Prayitno, Newbie, Qori, Joe, Mahardika, dan Alim Mahdi.
Selamat mengerjakan yachhhh smeoga sukses...............

Senin, 20 Oktober 2008

Manfaatkan Toga untuk Keluarga

Hobi tanaman, awal mula Tjok Istri Agung Adnyani, atau yang akrab disapa Ibu Tjok ini terjun ke pengolahan tanaman sebagai obat tradisional dan kecantikan. Pemanfaatan pekarangan di sekitar rumahnya menjadi pilihannya mengembangkan hobi bercocok tanam. Rumah Ibu Tjok sengaja dibuat terbuka yang mengandung makna ia bersama keluarganya sangat mencintai alam dan terbuka pada siapapun.

Itu alasan yang dilontarkan suaminya Tjok Gede Agung Adnyana, Sm.Hk, ketika ditanya tentang konsep rumah tinggalnya. Kicauan burung menyambut kedatangan kami siang itu. Ada 24 jenis tanaman obat yang tumbuh di pekarangan rumahnya diantaranya ginseng, jempiring, tebu merah, delima,ua liligundi, daun dewa, mahkota dewa, tabia bun, sirih, dan dadap.

Perempuan kelahiran Klungkung, 21 April 1949 ini mulai belajar meracik tanaman menjadi obat tradisional lewat hobinya yang suka membaca dan menonton televisi. Aktif sebagai anggota PKK di Br. Sindhu Kelod Sanur dan sebagai pengurus PKK di Kelurahan Sanur membuat wawasannya makin terasah.

Menurutnya banyak sekali manfaat yang ia dapatkan sejak aktif di PKK. “Mulai dari penataran P4, kursus kecantikan, memasak, bahasa Inggris, membatik, menjahit, manajemen, dan pelatihan tanaman obat,” tutur Pimpinan Putri Bali ini.

Setelah ilmu itu diserapnya, Ibu Tjok menularkannya kepada ibu-ibu PKK lainnya. Ia sempat membuka kursus bordir dengan cuma-cuma pada remaja dan ibu PKK se-Desa Sanur tahun 1978 sampai 1990. Keinginan itu didasari rasa ingin membantu perempuan agar mempunyai keterampilan yang dapat menghasilkan. Karena kegigihannya aktif sebagai PKK, maka tak salah ketika tahun 1984 ia mendapatkan prestasi Ibu Teladan Kabupaten Badung.

Setelah ia menguasai cara meracik obat tradisional dari tanaman obat, ia pun membagi ilmu itu pada ibu-ibu lainnya. Ia terjun ke lapangan memberi penyuluhan ke masing-masing PKK di Kelurahan Sanur. Bagi Juara I Kader PKK se-Kota Denpasar tahun 2000 ini, ia berharap dengan penguasaan obat tradisional para ibu dapat melakukan P3K untuk anggota keluarganya. “Selain mudah didapat biayanya juga murah,” katanya.

Dalam kesehariannya, Bu Tjok memanfatkan toga ini untuk keluarganya. Khususnya untuk pengobatan sederhana bila cucunya sakit. Kini ia pun memanfaatkan bahan tradisional untuk membuat lulur kecantikan dan sempat mendemokan pembuatannya di depan tim juri.

Kartini pendobrak, begitulah julukan ibu tiga anak ini. Dulu semasa kecilnya, dialah satu-satunya perempuan di Puri yang bisa melanjutkan pendidikan tinggi. Sebagai perempuan ia juga ingin maju dan pintar. Menurutnya walaupun perempuan nantinya berfungsi sebagai istri bukan berarti perempuan tidak boleh berkiprah sama dengan laki-laki. “Suami dan istri harus saling bahu membahu. Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi,” ujarnya.

Ketika ditanya kiat menjaga rumahtangganya, Ibu Tjok menjawab diplomatis. “Selalu penuh cinta dan romantis,” ujarnya yang disambut senyum manis Pak Tjok. Bahkan kemesraan mereka kerap membuat kagum putra-putrinya.

Salah satu putrinya, Tjok Trishna mengaku kemesraan kedua orangtuanya memberinya motivasi untuk lebih kuat menjaga arti sebuah perkawinan dengan tetap saling pengertian dan terbuka satu sama lain. Tjok Gede Agung Kurniawan, putra sulungnya yang sudah menikah dan tinggal bersamanya mengaku salut dengan ibunya. Salah satu nasihat ibunya yang selalu diingatnya, jangan selalu meminta bantuan orang lain. “Kalau bisa dikerjakan sendiri tanpa pembantu lakukanlah pekerjaan dengan baik. Hasilnya memberi kepuasan tersendiri,” ujarnya.

Keinginanan Ibu Tjok memajukan kaum perempuan memberinya inspirasi membentuk Koperasi Wanita Bali Krya Pertiwi tahun 2007. Dengan misi dan visi dari perempuan Bali untuk ibu pertiwi, koperasi ini kini telah berkembang dengan jumlah anggota 60 orang. Rasa ingin membantu sesama pun terlintas dibenaknya ketika melihat anak pembantunya putus sekolah karena tidak ada biaya sekolah. Ibu Tjok turun tangan membantu biaya sekolah dan keperluan buku pelajaran siswa yang kini duduk di kelas III SD 10 Sanur itu. –ast

(salah satu calon kandidat Ibu Teladan 2008)

Jumat, 26 September 2008

Pedagang Ikan Misterius

Selasa 23 September, sekitar pukul 14.00 aku sibuk mengetik hasil diskusi yang baru saja usai. Mumpung hari itu aku belum ada janji wawancara, aku manfaatkan untuk mengetik beberapa tugas yang harus aku selesaikan.

Sedang asyik aku mengetik, tiba-tiba ada sms masuk ke HP-ku, bunyinya sangat lucu “Pesanan ikan untuk hari ini berapa banyak?”
Melihat dari nomer HP
itu, aku rasa orang itu salah kirim. Aku pun tak memperdulikannya.

Sepuluh menit kemudian, masuk lagi sms dengan isi yang sama. Aku tersenyum, lantas berpikir pasti seseorang ingin mengerjaiku. Aku pun tak bergeming dan melanjutkan pekerjaanku. Kira-kira satu jam kemudian, HP-ku berdering. Mengganggu saja, sedangkan aku lagi serius berkosentrasi pada ketikanku.
Aku biarkan saja, karena nada dering HPku aku matikan, hanya getar saja sehingga aku tidak terganggu.
Ternyata dia menelpon lagi untuk yang keduakalinya. Uph……..aku kesal, langsung aku angkat, eh…. malah mati. Sialan umpatku……… Karena tidak ingin diganggu, HP aku matikan, dan aku melanjutkan mengetik lagi sampai selesai.

Pulang kerja, sampai di rumah aku hidupkan HP. Kira-kira pukul 7 malam, HP-ku berdering. Aku tidak tahu siapa yang menelpon karena hanya tertera nomer saja. Ah…. mungkin dari klien atau narasumber, pikirku.
Langsung aku angkat, dan terdengar suara laki-laki menyapaku.

” Malam bu. Berapa pesanan ikan hari ini,”

Yah, payah……. Lagi-lagi nanya pesanan ikan.

“Saking kesalnya, aku langsung menjawab, “Satu ton Pak”

“Lo, kok ibu memesan mendadak sebanyak itu. Saya kan gak ada persediaan,” jawabnya dengan nada terkejut.
Emang gue pikirin, pikirku. Dalam hati sebenarnya aku tertawa cekikikan , bisa-bisanya ada orang salah sambung ke nomerku, nawarin ikan lagi.

“Saya masih baru bu, maaf. Kalau order banyak dua hari sebelumnya,”katanya lagi.

Eit…… aku malas berpanjang kata dengan orang itu, langsung aku jawab, “ Bapak ini nyari siapa sih?”

“Ini ibu Ayu kan?” tanyanya lagi.

“Bukan. Coba cek nomernya, salah sambung kali,” jawabku ketus.

Dia langsung menyebut nomer HP yang dituju, ternyata tiga angka dibelakangnya tertukar. Pantas aja salah sambung.

“Maaf ibu, “ katanya dengan nada memelas.

“Gak papa,” jawabku singkat

“Tapi kalau ibu mau pesan ikan laut, bisa order sama saya bu,” katanya lagi dengan pongah.

Yeih……. …. Bisa-bisanya nawarin aku pesan ikan lagi.

“Iya,” jawabku asal.

Pembicaraan kami pun selesai malam itu.

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala mengingat kejadian lucu itu.

Esok harinya sekitar pukul 21.00, HP aku berdering lagi. Ternyata setelah aku angkat eih….. si pedagang ikan lagi.

“Malam Bu, gimana ada yang pesan ikan?” tanyanya dengan seenaknya.

Lo, kok…………

“Maaf, saya mengganggu ibu, tapi kalau ada yang pesan ikan order ke saya yach…….”

Waktu itu aku sedang asyik membaca buku “Secret”. Konsentrasiku buyar, lantaran telepon si pedagang ikan itu. Iseng, aku bertanya padanya “Kamu udah lama jadi pedagang ikan?”

“Sebenarnya sudah empat tahun. Tapi dua tahun lalu saya bangkrut.”

Entah mengapa aku iseng saja menanggapi jawabannya yang akhirnya membuat aku keterusan bertanya.

“Emang kenapa kamu bangkrut?”

Ada orang gak suka sama saya. Dia pakai black magic untuk membuat saya bangkrut,” jawabnya.

Oph……………. Aku kaget mendengarnya. Entah mengapa aku akhirnya merasa tertarik untuk mendengarkan kisah si pedagang ikan.

Dia pun menceritakan kisah masa lalunya. Dia berasal dari keluarga petani dari sebuah desa di Tabanan.
Saat SMP, dia sudah biasa bekerja untuk mendapatkan uang tambahan.
Dia sering membantu membersihkan ruangan kelas agar mendapatkan diskon untuk membayar SPP.
Saat SMA, dia tetap melakoni itu. Namun, uang hasil jerih payahnya itu dia gunakan untuk minum-minum alkohol bersama teman-teman sekolahnya. Sampai akhirnya dia sakit, sekarat dan masuk RS menginap dengan tenang selama dua minggu.

Dia kapok, dan akhirnya tobat jadi orang baik.
Dia kemudian melanjutkan kuliah di sebuah PTS Swasta di Denpasar sampai akhirnya bergelar SE.
Kesukaannya memancing ikan, terbersit keinginannya untuk berjualan ikan.
Dengan modal awal 500.000, dia mulai usaha yang mulanya hanya dijadikan belajar bisnis.
Ternyata usahanya berkembang pesat. Bahkan dari banyak membaca buku manajemen dan marketing , ia berhasil dengan target yang dibuat.
Ia menargetkan dalam dua tahun uang Rp 500.000 bisa menjadi Rp 50 juta.
Ternyata di luar dugaan, targetnya melampui batas, ia berhasil meraup omzet Rp 150 juta.
Dia pun mampu membeli dua unit mobil untuk usahanya dan memiliki dua karyawan.

Namun, entah mengapa sesuatu terjadi padanya yang membuat ia tidak habis pikir.
Uang yang disimpannya untuk membayar ikan ludes tanpa dia tahu larinya kemana. Padahal tempat uang itu hanya dia yang tahu. Biasanya dia menyimpannya di bank, namun karena uang itu akan diputar, ia malas menaruhnya di bank. Dia simpan saja sendiri.
Saking penasaran, dia mencari beberapa paranormal
bahkan sampai 10 orang untuk mengetahui penyebabnya.
Akhirnya, dia tahu ada seorang teman yang melakukannya.

Setelah dia bangkrut beberapa teman yang biasanya baik padanya mulai menghilang. Bahkan orang yang pernah dekat dihatinya pun kabur entah kemana………

Uph……. Aku terheran-heran mendengar ceritanya.

Kini dia harus mulai dari nol lagi. Namun sebelum dia bangkit dari keterpurukan, dia sempat mengalami patah semangat. Seharian dia di jalan merenungi nasibnya.
Bahkan berhari-hari dia tidak bekerja hanya meratapi nasibnya.
Tiba-tiba dia teringat dengan salah seorang temannya yang bekerja di Miami AS.

Dia menelponnya dan menularkan semua kepedihan hatinya lewat chatting. Sampai seharian di warnet, menumpahkan semua kesedihannya pada teman baiknya itu.
Keesokan harinya, dia sadar atas nasihat temannya itu.
Dia merasa menyesal telah membuang-buang waktu berhari-hari meratapi nasibnya.

Ia dapat mengambil semua hikmah dari kejadian itu. Dia akhirnya menyadari mana teman sejati. Bahkan perempuan yang pernah mengisi hari-harinya hanya memanfaatkannya saja. Kasihan……..
Dia pun bertekad untuk bangkit dan meraih kembali semua kesuksesan yang pernah didapatnya.

Dia pun berjanji pada dirinya dalam dua tahun ke depan, dia harus mendapatkan hasil duakali lipat dari kesuksesan yang dulu. Demi tergetnya itu, ia rela membanting tulang.

Kadang dia pergi sendiri ke Muncar Banyuwangi untuk membeli ikan untuk di jual di Bali. Kadang dia membeli di Pantai Jimbaran dan menjualnya ke Pasar Tabanan dan Denpasar.
Saat ini dia juga mengabdi sebagai pegawai honorer di kantor
camat tempatnya tinggal. Pagi pukul 7.00 sampai 15.00 dia berangkat kerja ke kantor camat.
Sore hari pukul 17.00 dia sudah ke pantai Kedonganan Jimbaran membeli ikan. Pukul 20.00 dia tiba di rumahnya di Tabanan.

Pukul 22.00 dia berangkat lagi menuju Pasar Kumbasari Denpasar untuk membawa pesanan pada pedagang ikan di sana. Dia juga menyalurkan ikan pada pedagang ikan di Pasar Tabanan.
Pukul 5.00 pagi dia kembali ke rumah. Dia hanya sempat tidur satu jam kemudian pukul 07.00 dia harus segera berangkat kerja ke kantor camat.
Mendengar ceritanya aku salut. ……….

Seperti itulah memang kehidupan pedagang ikan di pasar. Aku pernah mendengar dari salah seorang pedagang ikan ketika dulu aku ditugaskan melakukan reportase ke pasar.

Cuman, aku salut karena dia masih sangat muda. Baru 31 tahun. Bagiku sangat muda, karena aku banyak melihat anak muda zaman sekarang gengsi melakukan pekerjaan seperti itu. Mereka hanya mau kerja di kantoran, dengan tampang keren dan perlente. Walaupun gajinya hanya cukup untuk makan bakso. Tapi kelihatan keren…… Bila perlu pakai harta keluarga beli motor baru bahkan mobil. Demi gengsi bok………

“Wah kisah kamu kayak sinetron deh,” kataku sambil tertawa.

Dia pun ikut tertawa mendengar kata-kataku.

“Terimakasih sudah mau mendengar curhat aku. Oh, iya kamu siapa?’ Ouph………….

Aku kaget, yah ….. ampun ternyata kami sudah mengobrol lama sekitar satu jam. Aku dari tadi terus bertanya padanya sampai kelupaan waktu.

“Aku bukan siapa-siapa. Aku bukan superstar. Aku hanyalah orang biasa,” jawabku sambil tertawa. Emang Project PoP kaleeee……………

“Boleh aku aku nama kamu,” tanyanya lagi

“Apa itu perlu. Nanti kalau ada yang pesan ikan aku kabari deh,” jawabku berkelit.

“HP aku hanya khusus untuk orang cakep dan ganteng,” kataku lagi sambil tertawa.

Kami pun tertawa berderai…..hik..hik..hik…hik..h.hhik…hik

“Makasi yah, kamu sudah baik menjawab HPku. Terimakasih sudah menjadi temanku,” katanya lagi.

“Sama-sama.” Dia tidak memaksa aku untuk menceritakan siapa aku. Dia mengatakan saat itu, dia menelpon aku di pasar Kumbasari sembari berjualan. Pembicaraan kami selesai.

Cuman sebelum menutup telepon dia sempat berujar “Mungkin kamu cocok menerima konseling online,”

Aku tertawa mendengarnya.

“Terus bayarannya mana,” tanyaku

“Aku bayar pakai ikan yah,”……………..katanya

Ha.ha…ha..ha…ha…ha..ha..ha..ha….

Aku tersenyum sendiri setelah obrolan kami terputus. Aku tidak tahu nama dia siapa karena aku lupa menanyakannya. Bagiku mungkin tidak perlu. Mungkin lebih tepat kalau aku panggil dia “Si Pedagang Ikan Misterius”



Sabtu, 23 Agustus 2008

Chatting oh.............. Chatting


Hari ini aku mendapatkan pelajaran baru dari teman aku. Dia mengisahkan pengalamannya berchatting ria beberapa waktu lalu. Saat pertama kali aku mendengar kisahnya, aku tertawa. Dia marah, dan sangat sewot, karena aku langsung memotong ceritanya dengan tertawaku yang amat lebar dan terbahak-bahak. Karena aku pikir, kejadian sejenak yang dia alami itu gak bakalan membekas di hatinya, ternyata dugaanku salah. Dia sempat terluka dan shock, yang akhirnya memilih menceritakannya kepada aku untuk berbagi..................

Jujur saja, aku jarang bertemu dengannya. Entah angin apa yang membawanya datang padaku dan berkisah dengan linangan air mata kekecewaan. (Uph…. I am so sorry…..)

Kisah ini aku tulis disini, dengan harapan menyadarkan orang-orang yang mempunyai kelakukan sama dengan tokoh dalam kisah temanku itu. Itu pun kalau mereka mau sich…….

Untuk menghibur diri karena stress beban kerja, Sari sebut saja begitu nama temanku itu, meluangkan waktu untuk chatting di YM. Kala itu pukul 9 malam, dia BT karena belum mengantuk. Saat masuk ke YM, seseorang memanggilnya dan mengatakan pernah chatting dengannya dulu. Sari mengingat-ingat id orang itu, tapi dia lupa. Maklumlah dia jarang online. Berulangkali teman chattingnya itu mengingatkannya, dan akhirnya dia ingat. Sari merasa pernah chatting dengannya sebentar. Ia teringat temannya itu prnah mengatakan dia tamatan Inggris. Hanya itu……

Akhirnya Sari memutuskan melanjutkan obrolan pada malam itu. Jejaka, sebut saja begitu nama orang itu. Mereka chatting dari pukul 8 malam sampai 12 malam. Merasa ada kecocokan, mereka tampaknya mulai menceritakan keadaan masing-masing. Jejaka pun mengatakan belum menikah dan belum punya pacar, sama dengan Sari. Gayung pun disambut. Mereka berdua tampaknya sama-sama cocok dan menjadi teman mengobrol yang asik.

Namun, tiba-tiba obrolan terputus pukul 12 malam karena sinyal provider internet Jejaka kurang bagus dan membuat koneksinya terputus. Sementara mereka berdua belum sempat memberikan no hp masing-masing. Akhirnya, dengan terpaksa obrolan terputus, dan Sari sangat kecewa. Keesokan harinya, Sari berusaha mencari-cari id Jejaka di YM. “Siapa tahu dia online,” pikir Sari. Tapi hasilnya nihil. Sari kecewa dan berusaha tetap mencari.

Sampai akhirnya pukul 10 malam, Jejaka online dan mereka bertemu kembali. Ternyata si Jejaka juga mencari-cari Sari dari tadi paginya. Mereka pun melanjutkan obrolan hingga pukul 12 malam dan tidak mau mengulang kesalahan kemarin, mereka akhirnya menukar nomor HP.
Setelah itu mereka memutuskan melanjutkan obrolan lewat HP dari jam 12 malam hingga pukul 2 pagi. Gile gak tuch….???????
Besok pagi mereka berjanji untuk ketemuan sekalian dinner.

Pukul 6 malam mereka bertemu ditempat yang sudah ditentukan. Jejaka membawa mobil mewah keluaran terbaru yang harganya kira-kira 800 juta. (Gile bokkkkk........).

Sari senang akhirnya mereka bisa bertemu. Cuman dalam hati dia sempat kaget, ternyata Jejaka tidaklah seperti yang dipikirkan. Okelah si Jejaka membawa mobil mewah, cuman penampilannya biasa saja. Tingginya hanya 160 cm, dengan berat sedang. Kulit juga sawo matang dan penampilan biasa aja. No thing special.

Dalam perjalanan menuju restaurant yang mereka tuju, Jejaka tak henti-hentinya ngomong berbagai hal yang bagi Sari terlalu naïf. “Terlalu sok bagi seorang lelaki dewasa yang sudah keliling dunia ke 31 negara,”tutur Sari dengan mata berkaca-kaca.

Mulai dari makanan yang dia makan setiap hari, gaya hidupnya dan semua cerita Jejaka yang membuat Sari mabuk. Bukan mabuk cinta tapi mau muntah. Maklumlah Sari tidak biasa naik mobil mewah, dia hanya seorang gadis sederhana tapi lumayan cantik dan karyawati sebuah hotel melati.

Saking tidak tahan, Sari sempat beradu argumentasi tentang makna hidup dengan Si Jejaka tamatan Inggris itu. Saat membayar makanan di kasir aja, gaya Jejaka memberikan tip bagi waitress membuatnya makin merasa muak. Sari kembali menanyakan identitas Jejaka yang sebenarnya, setelah bertemu di dunia nyata bukan dunia maya lagi.

Namun lucunya Jejaka, malah ngomong “ Kamu ini aneh, maksa semua diulang lagi, Keluargaku udah dari dulu tinggal di Inggris sejak tahun 50-an,” kata dia. “Kamu kuliah apa disana,” tanya Sari lagi. “Kamu ini kok tanya terus sih? Emang km mau kasi aku kerja nanya gitu,” jawab Jejaka dengan sewotnya. “Aku kan cuma mau tahu saja, katanya kamu tamatan Inggris. Terus sekarang usaha trading. Usahanya apa,” ujar Sari lagi.

“Apa kuliah itu penting buat kamu,” kata Jejaka sambil mendelik.

Lo, kita kan udah bertemu, kan bisa berteman. Kamu tinggal dimana?,” tanya Sari lagi. Jejaka menyebutkan nama sebuah jalannya sambil berucap, “Kamu ini kok nanya aja dari tadi. Aku gak pernah nanya ama kamu.” Selesai.

Sari diam dan berusaha menenangkan diri. Dia hanya heran, dengan sikap arogan Jejaka. “Sudah hampir 10 tahun tinggal di luar negeri dan berkeliling ke 31 negara, sikapnya kok gini. Apalagi usai Jejaka sudah berkepala tiga lebih. Mestinya makin dewasa dan bijaksana. Ini kok aneh. Terus ngapain dia mau ketemu aku dan chatting lama-lama dengan aku, dan menghabiskan pulsa telepon,” pikir Sari. Saat pulang Sari hanya diam , tanpa ekspresi. Jejaka berusaha merayunya dengan kata-kata manis agar tersenyum.

Setelah berpisah jejaka mengatakan akan melanjutkan hubungan pertemanan ini dan mengajak Sari untuk lain waktu jalan-jalan lagi.
Entah apa yang ada dalam pikiran Sari waktu itu. Tiba-tiba dia mengirimkan sms pada teman laki-lakinya untuk datang dan menunggunya di depan rumahnya. Setelah tiba di depan rumah Sari memberi kode pada teman kerjanya itu untuk mengikuti mobil Jejaka.

Setelah mengantar Sari, Jejaka mengaku akan bertemu dengan klien. Teman Sari terus mengikuti mobil Jejaka sampai pada sebuah rumah mewah.
Dia masuk, dan keluar lagi membawa sepeda motor. Uph…….. maksudnya….??????

Jejaka menuju sebuah restaurant dan ia bertemu dengan seorang perempuan. Teman sari mengawasinya dari jauh. Entah apa yang diperbincangkan. Kira-kira 1 jam kemudian dia pulang menuju rumah kosnya di sebuah bilangan Denpasar. Yah, ampun…. Ternyata mobil itu dia minjam, dan pekerjaannya sales man. (kecian banget lu……)
Benar-benar gile banget …….

Dua hari kemudian Sari iseng masuk YM dan bertemu dengan Jejaka. Laki-laki itu begitu sombong dan menunjukkan foto seorang perempuan dan mengatakan perempuan itu adalah pacarnya. Sari sempat diberikan kata-kata yang memuakkan.

“Kamu jadi cewek jangan terlalu serius nanti gak ada yang mau sama km,” kata Jejaka.

Membaca itu, Sari benar-benar marah. Ingin rasanya dia menampar lelaki itu. Dia pikir, apa aku naksir dia. Udah jelek gak tahu diri lagi gumam Sari dalam hati. Ia berlalu begitu saja dan keluar dari YM.

Sari menceritakan kisah itu padaku sambil menangis. Dia benci laki-laki itu seolah-olah dia yang naksir dan mengejarnya. Padahal dia sudah muak sejak pertamakali bertemu. Wajar saja Sari marah ketika mendengar aku tertawa.

Sebenarnya maksudku bukan untuk membuat dia marah, tapi agar kejadian yang dia alami itu dijadikan bahan tertawaan saja. Jangan sampai membuat sakit hati. Orang jelek kok ditangisi?????? ...................

Aku jadi teringat kisahku. Aku bertemu banyak orang di blog dan chatting dengan mereka. Aku mendapat banyak ilmu dan pengetahuan baru dari mereka, mulai dari resep masakan, bisnis online, job MC, diskon, kenal pejabat, orang asing malah ada yang memberi rezeki padaku. Menjadi guide mereka di Bali dan aku di kasi tip. Aku cuman heran, mengapa masih banyak orang tidak mau memanfaatkan teknologi untuk kebaikan????

Apa manfaat yang dia dapatkan kalau membohongi orang?
Apa ada kepuasan tersendiri?? Bukankah itu menghabiskan uang untuk bayar sewa internet atau iuran telepon? Aku bingung, semestinya kita bangga dengan kekayaan teknologi. Kita hidup banyak dibantu teknologi. Mengapa teknologi harus disalahgunakan?

Aku sedih melihat temanku sedih. Tapi aku hanya kasi saran ke dia, kita tidak bisa menyalahkan orang lain. Kitalah yang mesti berhati-hati.

Namun sampai sekarang aku masih terheran-heran??????

Aku mendapatkan kabar dari teman chattingku di Belanda. Dia akhirnya menikah dengan cowok yang sudah setahun dikenalnya via YM. Sama-sama orang Indonesia, dan sama-sama orang Bali, walaupun mereka berbeda jarak dan waktu. Oh My God!!!!!!!!!

Kamis, 21 Agustus 2008

Award from my Friend

Terimakasih buat teman-teman yang sudah kasi aku award spesial buat depe (http://selalunewbie.blogspot.com).
Aku hanya bilang terimakasih banyak yah, and aku teruskan deh buat :
1. Alim Mahdi (http://alimmahdi.blogspot.com)
2. Si Joe (http://diagnosa.blogspot.com)
3. Pak Dokter Andri (http://eharmayaku.blogspot.com)

Siapaa lagi yach?????? Bingung nieh, BTW aku harap semoga persahabatan ini dapat terjalin lebih baik lagi. Sukses selalu.

Minggu, 17 Agustus 2008

MERDEKA

Sekali merdeka tetap merdeka.
Selamat HUT Kemerdekaan Negara Indonesia yang ke-63, Minggu 17 Agustus 2008
Semoga bangsa Indonesia semakin jaya
dan semoga kemerdekaan benar-benar dirasakan oleh rakyat Indonesia.
Maju terus bangsaku,
Maju terus negaraku,
Jadilah engkau gagah di mata dunia,
Bukan karena tingkat korupsi yang merajalela
Namun, negara yang aman dan makmur
sesuai cita-cita para pahlawan yang gugur membela negara
Jadilah engkau besar dengan keanekragaman suku bangsamu
Jayalah Indonesiaku,
Majulah Negeriku

Kamis, 24 April 2008

Makan Malam di Bounty Cruise


Minggu lalu (20/4) teman saya datang dari Inggris. Selama seminggu dia liburan di Bali. Dari hotel tempat dia menginap, dia ditawari makan malam di Bounty Cruise. Dia tertarik, dan datang bersama dengan dua temannya. Keesokan harinya dia menelepon saya dan menceritakan pengalamannya waktu itu. Mendengar cerita teman saya itu, saya jadi teringat kisah lucu yang pernah saya alami ketika itu, 23 Desember 2007, saya bersama teman-teman wartawan Koran Tokoh mendapat kesempatan menikmati makan malam di Bounty Cruise. Harga tiket untuk satu orang Rp 450.000. He..he..he.. luamyan mahal buat ukuran kami sebagai wartawan. Untungnya gratis nih.

Jujur saja, saya memang tidak biasa naik kapal laut. Kalau naik pesawat terbang, sih biasa. Tidak muntah. Ha.ha..ha….
Menyeberang dari Pelabuhan Gilimanuk ke Pelabuhan Ketapang Banyuwangi yang hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit saja, saya muntah. Saya sempat was-wasa saat pertamakali masuk dermaga Pelabuhan Benoa. Takut setelah masuk ke dalam kapal dan mulai berlayar, saya muntah. Namun, saya tepis keraguan itu.
Tepat pukul 18.00 wita, para tamu dipersilakan masuk. Dengan PD-nya saya bersama teman-teman lainnya masuk ke kapal. Sebagian besar tamu yang ikut rombongan tersebut adalah turis asing seperti India, Jepang, Eropa, Australia.

Pertamakali masuk, para tamu disambut dengan penyumpangan bunga kamboja Bali di kuping para tamu. Kemudian kami diberikan kesempatan untuk berfoto bersama para penari Bali yang cantik-cantik.
Sampai di atas kapal, para tamu dijamu dengan welcome drink, minuman beraroma alkohol dengan aneka canapé. Lumayan enak deh. Kemudian kapal mulai berlayar melintai pelabuhan Benoa Bali, dan para tamu begitu asyik menikmati sun set dari pinggir kapal. Saya sempat berkenalan dengan beberapa tamu dan mencoba mengobrol untuk menghilangkan rasa mual. Namun, sepertinya perut saya mulai merasakan gejolak karena lajunya kapal. Kepala saya pusing sekali.

Satu jam kemudian para tamu dipersilakan masuk ke dalam kapal untuk menikmati makan malam. Saat kami dan para tamu berjejer untuk mengambil makanan, saya sudah tidak tahan, rasanya mual. Tiba-tiba saya merasa mau muntah. Ada sesuatu yang asin terasa dalam mulut saya. Aduh malu mak, mau ditaruh dimana muka ini kalau sampai muntah. Langsung saya coba duduk sebentar. Semua teman saya sudah antri dengan rapi menunggu giliran mengambil makanan.

Setelah saya merasa agak baikan, saya ikut mengantri. Tiba-tiba kembali perut saya mual dan kepala pusing. Saya sempat terhuyung ke belakang. Untung saja tidak jatuh. Saya ingat waktu itu, seorang tamu Jepang di belakang saya, langsung memegang pundak saya dan menyapa, “Are you OK?” Waduh saya malu banget, karuan saja langsung saya jawab “Oh, no problem. Just headache,” jawab saya sambil tersenyum.

Saya langsung beranjak ke arah tempat makanan, dengan PD-nya sekadar mengambil makanan. Teman-teman saya malah sangat menikmati makan malam itu dengan mencoba aneka makanan yang tersedia. Wadus, menunya lengkap banget. Ada balenese food, western , Indonesia. Walah..walah perut kok tidak bisa diajak berteman sih. Teman saya malah memesan bir. Untuk membuat perasaan saya lebih baik, saya memesan orange jus saja.

Sambil menikmati makan malam para tamu disuguhkan aneka hiburan mulai dari tarian Bali, musik, sampai seksi dancer. Yang membuat para tamu tertawa terpingkal-pingkal aksi dari seorang entertainer yang menyajikan hiburan sangat bervariasi dan kreatif dengan gaya yang lucu. Para tamu asing juga dilibatkan, mulai dari cara bermain piano, sampai lomba menggunakan pakaian perempuan.

Setelah makan beberapa suapan, saya merasa lebih baik. Mungkin karena saya terlalu takut muntah, saya sudah stres duluan. Untungnya, perut saya bisa diajak bersahabat setelah itu. Saya dapat menikmati makan malam dengan baik, walaupun tidak mampu menghabiskan semua makanan di piring saya. Saya merasa agak baikan. Saya pun bisa menikmati aneka suguhan hiburan yang disajikan bagi para tamu.

Hiburan paling terakhir musik menghentak dengan keras mengajak para tamu untuk turun menari. Wah kayaknya ini hiburan paling menarik buat saya, dan membuat rasa muntah saya hilang entah kemana. Ha..ha..ha… Tak terasa pukul 21.00 kapal kembali ke dermaga Pelabuhan Benoa. Para tamu pun turun dan kembali ke hotel masing-masing. Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Makan malam di Bounty Cruise, kenangan indah yang tak terlupakan.

(Foto dari kiri: Inten, Sri Ardini, Lilik dan Saya).

Jumat, 15 Februari 2008

Suka Duka Jadi Wartawan

Dunia wartawan memang memberi warna-warni dalam kehidupanku. Kadang aku mesti pulang malam, setelah itu sampai di rumah aku mesti ngetik naskah lagi. Bahkan sampai subuh. Yah. tapi aku menikmatinya.
Menunggu narasumber alias yang akan diwawancarai, kadang meyebalkan. Udah janji, eh... molor, dan kita dituntut kudu sabar. Belum lagi tiba-tiba mendadak batalin janji wawancara.
Hah....... bikin sebel.
Tapi walau gitu, ternyata aku tetap menyukai dunia wartawan. Kadang aku merasa tertantang untuk menaklukkan kesulitan yang aku temui.
Apalagi sebagai seorang perempuan, Ibuku sering mewanti-wanti aku "Nak, kamu tuh jaga diri baik-baik. Ibu khawatir ama dirimu," itu kata ibuku. Aku jadi ingat, pernah kejadian saking sibuknya aku sempat lupa nelpon pulang, kalau aku terlambat pulang ke rumah.
Ibuku menelpon aku dengan suara gemetaran. Ya, ampun aku baru sadar udah jam 9 malam, sedangkan aku berangkat dari rumah jam 7 pagi hingga kini belum kasi kabar ke rumah.
Maklumlah aku satu-satunya anak perempuan di rumah.
Ha...ha...ha.. ya begitulah kadang aku lupa waktu, saking asiknya.
Ya, disamping susahnya, banyak enaknya juga.
Tiap hari ketemu orang baru dan ketemu public figure, seperti pejabat, dan artis.
masuk hotel gratis, makan gratis, tapi pulangnya bayar. Ha..ha..ha...
Sebenarnya duul waktu kecil, aku gak pernah kepikiran jadi wartawan.
malah aku ingin jadi guru, bisa ngasi tahu orang, dan bikin orang lain jadi pintar.
Eh... karang malah jadi wartawan.
Tapi aku pikir sama saja, kan bikin pembaca jadi pintar. Sama saja kan????
Banyak suka, duka yang aku alami. Tapi aku tetap menikmati, karena apapun yang kita lakukan selalu ada riskonya. Yang penting kita lakukan dengan benar dan bertanggung jawab.
Yah, udah malam nih, aku mesti istirahat dulu. Sekedar celoteh untuk memotivasi semangatku bekerja.

Minggu, 10 Februari 2008

Asuransi Plus Minus

ASURANSI menjadi momok negatif di mata masyarakat. Saat pertama menawarkan, petugas asuransi berusaha merayu calon nasabah, ketika terjadi masalah dan ingin menarik uang kembali sangat sulit dan proses yang berbelit-belit dan merugikan konsumen. Banyak kasus tak sedap menimpa konsumen asuransi. Walau dicap miring toh ansuransi tetap menjadi pilihan berinvestasi karena memiliki keuntungan dan proteksi masa depan. Berikut penuturan dua ibu rumah tangga di Denpasar.

Luh Gede Susilawati misalnya. Perempuan usai 41 tahun ini sudah menjadi nasabah asuransi selama 15 tahun. Ia mengikutsertakan semua anggota keluarganya masuk asuransi. Porgram dana siswa, kematian dan hari tua menjadi pilihannya. Dari penuturannya dia mempunyai kisah unik sebelum menjadi nasabah asuransi.

Menurut isteri Wayan Deker Senapati ini ayah mertuanya sudah mengikuti program asuransi sejak dulu. Ia memilih program Hari Tua dengan jatuh tempo 20 tahun, dengan pembayaran tiap tahun.
Ketika kontrak selesai ayah mertuanya lupa. “Saat kontrak selesai, mertua saya lupa sebagai nasabah asuransi dan polisnya lupa ditaruh dimana. Tiba-tiba suatu ketika petugas asuransi datang dan membawakan uang pertanggungan ke rumahnya,” tuturnya.

Tentu saja, hal itu membuat Susilawati dan keluarganya terkejut. Dalam benak Susilawati tumbuh keinginan untuk ikut bergabung menjadi nasabah asuransi. Melihat pelayanannya yang bagus. “Kejadian itu membuat saya surprise,” akunya sambil tertawa.
Sejak itu, Susilawati tertarik mengikuti beberapa program asuransi yang ditawarkan. Bahkan ia juga mencoba ikut asuransi di perusahaan asuransi lainnya.

Untuk pembayaran, ia memilih langsung datang mneyetor ke kantor. Baginya, tindakan itu dilakukan karena ia pernah mendengar ada karyawan asuransi yang melarikan uang nasabah. “Biar aman dan tenang saya setor ke kantor saja,” ujar ibu 4 anak ini.
Susilawati memilih pembayaran tiap tahun karena menurutnya lebih murah.

Ia mengakui keuntungan menjadi nasabah asuransi ada uang untuk warisan masa depan. “Jika nanti meninggal ada warisan untuk anak-anak, jika diberi umur panjang bisa dinikmati,” tuturnya.
Baginya asuransi adalah produk investasi yang memiliki proteksi. Artinya, jika terjadi sesuatu padanya, kecelakaan, ataupun kematian produk investasi tetap bisa digunakan dan menguntungkan.

Namun, walau baginya asuransi memberi banyak keuntungan, ia sempat mengalami hal yang tidak menggenakan sekaligus merugikan.
Di salah satu perusahaan asuransi ia mengikuti program Dana Siswa dan Hari Tua. Sebelum menjadi nasabahnya, ia mencari tahu tentang perusahaan asuransi tersebut. “Perusahannya besar dan kantor cabangnya ada di semua provinsi di Indonesia. Saya juga tahu siapa pemiliknya dan izin resminya,” akunya.

Tapi apa dikata, walaupun ia sudah teliti memilih, perusahaan asuransi tadi bangkrut disaat kontrak sudah selesai. Ia hanya bisa gigit jari mendengar penjelasan pihak perusahaan, dan uang pertanggungan tidak ada kejelasan. “Padahal saya mestinya menerima 30 juta tahun 2008 ini. Saya ingin marah tapi salahkan siapa, kalau dipikirkan terus bisa stres nanti. Jadi tidak bisa diprediksi, walaupun perusahaan besar tidak menjamin kenyamanan nasabah,” kata Susilawati.
Ia mengaku juga malu dengan keluarga lainnya karena telah merekomendasikan asuransi tersebut.

Namun, walau kejadian buruk pernah dialaminya, ia mengaku tidak kapok ikut asuransi. Baginya asuransi tetap menguntungkan karena memiliki proteksi di masa depan.
Lain lagi penuturan Sukaratri, perempuan usia 44 tahun ini.
Perempuan yang akrab disapa Ibu Ayu ini menyayangkan petugas asuransi kerap memaksa calon konsumen. “Mereka merayu dengan segala cara sampai konsumen tertarik tapi setelah itu pelayanannya kurang baik,” ujar ibu dua anak ini.

Ia mengalami kejadian tidak menggenakan itu.
Saking gigihnya petugas asuransi datang ke rumah Ibu Ayu dan menceritakan keuntungan yang didapat, pemilik salon ini menjadi tertarik. Toh ia berpikir untuk masa depan kedua anaknya. Ia mencoba mengikuti program dana siswa tri wulan, dan membayar Rp 500.000 tiap tiga bulan. Pembayaran ditagih petugas asuransi ke rumahnya.

Setelah tiga kali membayar, usaha salonnya macet. Ibu Ayu tidak punya dana lebih untuk membayar cicilan asuransi. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti saja. Setelah setahun ia mencoba datang ke kantor asuransi menanyakan perihal uang yang sudah disetornya. Ia ingin menariknya kembali.
Namun jawaban yang diterimanya dari petugas asuransi sangat mengejutkan. Polisnya dinyatakan hangus karena tidak membayar sampai empat kali cicilan dalam setahun, sehingga tidak bisa ditarik.

Tentu saja Ibu Ayu berang, karena saat pertamakali masuk asuransi, petugas tidak pernah menjelaskan secara detil hal itu. Ia hanya tahu uang bisa ditarik kembali jika diperlukan.
“Saya merasa dibohongin. Saat pertama datang, petugas asuransi berusaha merayu-rayu dan memaksa dengan cerita yang manis, sampai akhirnya saya tertarik. Saya rugi 1 ½ juta. Uang sebanyak itu sangat berarti bagi saya,” tuturnya.
Sejak saat itu, ia tidak percaya lagi dengan asuransi. Hatinya sudah dongkol dengan kejadian yang pernah menimpanya itu. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 475, 10-16 Februari 2008