Saat ini suhu udara sangat dingin. Apalagi, malam hari. Bagi sebagian orang cuaca dingin membuat merasa nyaman. Namun, lain halnya dengan orang-orang yang menderita “alergi dingin”. Suhu dingin ini sangat menyiksa, karena pada saat suhu dingin pada kulitnya akan muncul bentol-bentol merah tebal yang terasa sangat gatal. Bentol gatal ini dikenal dengan istilah biduran. Apakah sebenarnya biduran itu?
Menurut staf pengajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unud/RS Sanglah, dr. I.G.N Darmaputra, Sp.K.K. mengatakan, biduran istilah medisnya urtikaria merupakan penyakit yang sering ditemukan, diperkirakan 3,2-12,8% dari populasi pernah mengalami biduran. Biduran merupakan golongan penyakit alergi dimana sebagian besar penderita menganggap bahwa penyebab utama biduran adalah udara dingin. Padahal udara dingin hanya sebagai salah satu faktor yang memperberat atau faktor pemicu kekambuhan. “Terdapat banyak faktor pemicu kekambuhan biduran seperti udara dingin, udara panas, makanan, debu, stres maupun infeksi bakteri atau virus. Bahkan dari hasil penelitian, ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya,” papar pemilik D.I. Klinik Centre ini. Ketidakpastian penyebab timbulnya biduran, disebabkan faktor yang berpengaruh sangat banyak dan sulit dipastikan.
Biduran tidak akan timbul bila penyebab utama alergi tidak ada. Artinya, bila orang tersebut tidak memiliki alergi, faktor pencetus tadi seperti alergi makanan, udara dingin, udara panas, stres, infeksi virus, dan lain sebagainya tidak akan berpengaruh. Jadi, udara dingin dan faktor pemicu lainnya hanya memperberat bukan penyebab utama.
Ia menyebutkan, dasar penyebab utamanya adalah atopi atau suatu keadaan atau kelainan alergi yang sifatnya diturunkan dari dalam satu keluarga dengan manifestasi penyakit seperti biduran, radang kulit berulang, timbulnya pada tempat tertentu dengan tanda khas sesuai umur (dermatitis atopi), asma, sering pilek , bersin sampai hidung tersumbat dan biasanya terdapat pula tanda lain berupa lingkaran gelap di mata, kulit agak pucat. Biduran akan imbul hanya pada seseorang yang memiliki atopi, jadi walaupun sama-sama kedinginan tidak semua orang akan muncul biduran
JANGAN DIGARUK
Menurutnya, tidak ada perbedaan ras dan umur, terbanyak pada kelompok umur 40-50 an. Hanya, pada biduran kronis lebih sering dialami kaum wanita sekitar 60%. Jadi, biduran ini bisa menyerang anak-anak maupun pada dewasa. Biduran bisa terjadi di bagian tubuh mana saja, dengan bentuk dan ukuran yang beraneka ragam. Dari yang berbentuk kecil-kecil seperti gigitan nyamuk atau besar dan terlihat seperti piring makan, bisa juga terlihat seperti cincin atau kelompok-kelompok cincin yang bergabung bersama. Bisa timbul dalam kelompok dan bisa berubah tempat hanya dalam hitungan jam. Bentol-bentol ini bisa juga timbul di wajah penderita dalam jumlah banyak, lalu hilang. Kemudian, akan timbul di lengan. jika seseorang sudah tahu dirinya akan terjangkiti, dengan tanda muncul bentol-bentol pada kulit tubuh dan rasa gatal.
Ia menyarankan, jangan digaruk. “Karena jika digaruk maka seseorang akan mengalami siklus gatal garuk. Jika bentol makin digaruk maka bahan aktif histamin akan makin banyak keluar dan yang terjadi justru bagian yang digaruk makin gatal dan muncul bentol yang sesuai bentuk garukan memanjang,” ujarnya.
Biduran juga bisa mengenai lapisan bawah kulit dan mukosa menyebabkan bengkak pada kelopak mata (bisa satu mata atau keduanya), bibir membengkak atau dikenal dengan istilah angioedema. Biduran yang disertai angioedema merupakan penyakit serius dan bisa menyebabkan kematian. Jika mengenai selaput lendir, gabungan biduran dan angioedema ini bisa menyebabkan bengkak di sekitar mukosa, seperti bengkak di daerah bibir. Jika terkena saluran napas, bisa mengakibatkan susah menelan dan sulit bernapas. Jika dibiarkan akan menyebabkan susah bernapas, sehingga menyebabkan kematian
BEDAK MENGANDUNG MENTHOL
Ia mengatakan, penanganan biduran yang paling ideal adalah menghindari penyebab atau faktor pencetus agar tidak terjadi atau meminimalisir terjadinya biduran. “Cara menemukan faktor pencetus adalah dengan melakukan pemeriksaan penunjang. Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membuktikan penyebab biduran,” katanya. Selain itu, pemeriksaan darah, air seni dan tinja rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada organ dalam. Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan komplemen. Tes kulit, walaupun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu diagnosis. Uji gores dan uji tusuk dapat dipergunakan untuk mencari alergen penyebab. selain itu bisa dilakukan tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
Ia mengatakan, saat terjadi kekambuhan dapat diberikan antihistamine karena dapat mengontrol gejala bagi sebagian besar kasus. Namun, tidak dapat menghilangkan penyebabnya. Selain itu dapat diberikan kortikosteroid apabila pengobatan dengan anti histamin saja tidak cukup. Obat-obat ini dapat mengurangi bengkak, kemerahan dan gatal, namun hanya diminum dalam jangka waktu sebentar saja karena mempunyai efek samping yang cukup serius.
Pengobatan lokal berupa bedak atau lotion yang mengandung menthol. “Jika biduran merupakan tanda dari reaksi alergi yang lebih serius yang dapat mempengaruhi pernapasan dan fungsi organ lain, maka penderita butuh pertolongan medis sesegera mungkin. Obat yang disebut epinefrin biasanya diberikan dengan cara suntikan,” paparnya.
Namun, kadang biduran akan sembuh dengan sendirinya tanpa bantuan obat-obatan atau tak memerlukan kunjungan ke dokter. Untuk mengatasi biduran atau biduran, yang paling penting adalah menghindari faktor pencetusnya. --ast
Mencegah Biduran
• Untuk mencegah terulangnya biduran, usahakan mencari penyebab alergi dan perhatikan bahan apa saja yang baru disentuh, dimakan, atau diisap ketika mulai terserang biduran.
• Jika penyebabnya adalah makanan, maka hindari makanan tersebut.
• Jika kekambuhannya karena faktor cuaca yang tidak bisa kita hindari, pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara menjaga suhu tubuh agar tetap hangat seperti mandi dengan air hangat, menggunakan jaket atau sweater jika beraktivitas di udara dingin serta menggunakan selimut maupun kaos kaki saat tidur. --ast