Sabtu, 17 Mei 2008

RS Khusus Lansia

29 Mei diperingati sebagai Hari Lansia Nasional. Namun, peringatan Hari Lansia terasa mubasir jika fasilitas untuk menunjang kesejahteraan kaum lansia kurang diperhatikan.
Menurut Kepala Instalasi Geriatri RS Sanglah Dr RA Tuty Kuswardhani Suastika, SpPD, Kger, populasi lansia di dunia meningkat pesat, mulai tahun 1990 sampai 2025 diperkirakan mengalami peningkatan sekitar 414%.
”Saat ini Indonesia menempati urutan ke-3 setelah China dan India memiliki penduduk lansia terbanyak di dunia. Bali menempati posisi III setelah Yogyakarta, dan Jawa Timur,” ungkap Dokter Tuti. Dengan meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia, kata Dokter Tuti, tahun 1996-2010 UHH untuk wanita 74 tahun, dan laki-laki 71 tahun, Indonesia akan menjadi negara berstruktur penduduk tua.
Ada kalimat menggelitik yang dilontarkan dokter Tuti. Jika putri Indonesia memiliki 3 B, beauty, brain, behavior, para lansia malah dijuluki orang-orang, memiliki banyak B (botak, bingung, beser, bongol, bawel). Namun, dari semua predikat negatif yang disandang lansia, kata Dokter Tuti, ada satu B yang terbaik yakni bijaksana. ”Sifat bijaksana justru muncul dikala memasuki usia lansia,” kata istri istri Prof. Dr. Dr. I Ketut Suastika, Sp.KEMD ini.
Menurut WHO, yang dimaksud lansia adalah orang pada usia 60 tahun ke atas untuk negara berkembang, dan di negara maju seperti AS, Perancis, Jepang, dan Belanda lansia digolongkan usai 65 tahun ke atas.
Lansia digolongkan menjadi dua yakni lansia potensial dan tidak potensial. ”Lansia potensial adalah orang yang masih mampu melakukan aktifitas dengan baik dan melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan baik barang maupun jasa. Lansia yang tidak potensial orang yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung kepada bantuan orang lain. seperti lansia penghuni Panti Werdha,” jelasnya.

Foto : taman kecil yang tersedia di Bangsal Geriatri RS Sanglah Denpasar.

Saat memasuki lansia, manusia mengalami beberapa kemunduran dan kelemahan seperti gangguan berjalan, penurunan intelektual/pikun, ngompol, penurunan sistem imun di dalam tubuh, mengalami suatu keadaan yang tidak nyaman karena gigi ompong dan penurunan daya penglihatan. ”Lansia mengalami penurunan kemampuan fisik seperti proses penuaan ditandai dengan tubuh yang melemah, gerakan tubuh lamban dan kurang bertenaga, keseimbangan tubuh berkurang. Contohnya jika melompat para lansia tidak secepat orang yang masih di usia 30 tahun,” ujar dokter yang sudah menimba ilmu di beberapa negara, seperti Belanda, Jepang Australia ini.

Ketua Pergemi ( Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia) Bali ini mengatakan orang lanjut usia kapasitas fisiknya menurun 25% karena penurunan kekuatan otot, kemampuan sensoris dan motoris menurun 60%, terjadi banyak perubahan respek pada sensasi orang tua, dan penurunan ketajaman penglihatan.
”Pasein geriatri sulit membedakan warna. sebaiknya hindari warna putih karena menyilaukan. Kadang pasien waktu di rumah tekanan darahnya stabil sampai di klinik melihat warna putih langsung tiba-tiba tekanan darahnya naik,” ujarnya. Dari beberapa pasien yang ditangani, penyakit yang paling banyak dialami lansia adalah hipertensi. Jadi sebaiknya ia menyarankan hindari warna putih. Untuk pintu kamar mandi, sebaiknya jangan dikunci dari dalam. Kursi pun dibuatkan kursi khusus.



Foto: kamar mandi dan tempat tidur khusus pasien Geriatri

Orang lanjut usia juga mengalami penurunan sistim saraf yakni terjadi penurunan kapasitas procesing karena lambatnya reaksi tubuh dan ketidaktepatan reaksi pada kondisi kritis. Selain itu terjadi penurunan kepekaan panca indra seperti penurunan keseimbangan tubuh, dan sering terjadi terpeleset. Penurunan sensitifitas alat perasa pada kulit, sehingga diupayakan untuk menggunakan peralatan kamar mandi yang relatif aman bagi lansia.
Lansia juga mengalami buta parsial, yakni melemahnya kecepatan focusing pada lansia, dan makin buramnya lensa yang ditandai dengan lensa mata makin berwarna putih, akan mempersulit lansia membedakan warna hijau, biru dan violet.

Ukuran tubuh lansia mengalami penyusutan ukuran tinggi badan kuranglebih 5%. Hal ini kata Dokter Tuti, disebabkan bongkok dan pembengkokan tulang belakang karena proses penuaan, perubahan tulang rawan dan persendian menjadi tulang dewasa, perubahan susunan tulang kerangka pembentuk tubuh karena proses penuaan,dan akibat penyakit lain yang diderita. Tinggi badan lansia diukur dari tinggi lutut bukan dari tinggi badan seperti biasanya. Dari salah satu pasiennya yang berusia 101 tahun, Dokter Tuti mengetahui kalau bongkok itu ternyata menyakitkan.

Menurunnya kemampuan fisik ini kata Dokter Tuti, mengakibatkan lansia rawan kejadian jatuh. Penyebab terbanyak kejadian jatuh pada lansia karena faktor lingkungan eksternal sebanyak 31%, ketidakseimbangan tubuh 17%, pusing atau vertigo 13%, drop attack 9%, confusion atau bingung 5%, hipotensi postural atau saat jongkok kemudian berdiri bisa jatuh juga sekitar 3%, gangguan penglihatan 2%, sinkop 0,3%, dan penyebab lain 20%.

Foto : tembok berwarna peach agar lansia tidak silau.

Ia menyebutkan penyebab jatuhnya lansia karena faktor eksternal seperti lampu ruangan yang kurang terang, lantai licin, basah atau tidak rata, furnitur yg terlalu tinggi/rendah, tangga yang tidak aman, kamar mandi dengan bak mandi atau kloset terlalu rendah atau tinggi dan tidak memiliki alat bantu untuk berpegangan, tali atau kabel yang berserakan di lantai.
”Penerangan sebaiknya menggunakan lampu pijar bukan lampu neon karena efeknya kurang baik. Jika menggunakan lampu tidur sebaiknya sinar dari belakang, sehingga pada saat pasien melek tidak silau dan tidak terkejut,” saran Dokter Tuti.

Penggunaan cahaya alami lebih dianjurkan untuk mengurangi fenomena silau. Rekomendasi yg dianjurkan kata Dokter Tuti, diantaranya tidak ada permukaan yg memantulkan cahaya sehingga menyebabkan silau atau bayangan, tinggi lokasi penempatan jendela ≥ 1,70 m dari permukaan lantai, penyediaan sistem tabir sinar matahari pada jendela yg menghadap ke timur maupun ke barat, menggunakan penerangan yang seragam di dalam kamar dan koridor ruangan.
Ia mengatakan untuk menghindari jatuh sebaiknya lansia diberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yg sesuai, dan mengubah lingkungan agar aman seperti pencahayaan yg cukup, pegangan pintu yang tepat dan lantai tidak licin.

Menurutnya ada 10 kebutuhan orang lanjut usia yakni makanan yang cukup dan sehat, pakaian dan kelengkapannya, tempat tinggal atau tempat berteduh, perawatan dan pengawasan kesehatan, bantuan teknis praktis sehari-hari atau bantuan hukum, transportasi umum bagi lansia, kunjungan dan teman bicara serta informasi, rekreasi dan hiburan sehat, rasa aman dan tenteram, bantuan alat-alat panca indera seperti kacamata, dan alat pendengaran.

Ia menyebutkan lansia di Belanda lebih suka ke mall dan lansia di Jepang lebih suka ke taman bunga. Merawat pasien lansia berbeda dengan pasien biasa. Untuk itu, petugas di Bagian Geriatri RS Sanglah yang khusus menangani pasien lansia, selalu dianjurkan mempunyai leher, perut dan kaki yang panjang. "Mendengar keluhan para lansia dibutuhkan kesabaran dan kecekatan. Makanya maskot jerapah di pasang disana,” ujarnya.
Di Bangsal Geriatri RS Sanglah sudah difasilitasi dengan sarana dan prasarana khusus lansia, seperti ruangan warna peach dengan pegangan didekat tembok, gagang pintu yang mudah dibuka, kamar mandi dengan pegangan, tempat tidur yang bisa dinaikturunkan, ruang latihan berjalan, dan taman kecil. Namun hal ini belumlah cukup. Ia sangat berharap dibangun RS Rujukan Khusus Lansia sebagai ungkapan rasa hormat pada lansia. -ast

2 komentar:

Andri Journal mengatakan...

Yup..Saya setuju dg pembangunan rumah sakit khusus lansia..Pasien saya pas di daerah terpencil kebanyakan jg lansia.Penyakitnya jg bermacam2,terutama hipertensi,lemah jantung dan rematik..Penanganan pasien lansia memang membutuhkan kesabaran yg lebih..Secara mereka umumnya lebih rewel bila dibandingkan dg pasien yg lebih muda.Selamat hari lansia. ^_^

Anonim mengatakan...

Dear mbak Wirati,
Artikelnya menarik sekali, kalau saya boleh tahu, artikel ini mbak buat sendiri atau me'refer' dari artikel atau sumber lain? Saya ingin sekali mendapatkan informasi lengkap mengenai narasumber atau daftar pustaka dari artikel mbak ini. Terimakasih.
Salam,
Windy