PELUANG budidaya jamur masih terbuka luas. Terbukti dari tingginya permintaan pasar, sementara pasokan belum mencukupi. Budidaya jamur tidak sulit, tidak memerlukan banyak lahan bahkan di lahan sempit dan tidak produktif juga dapat dikembangkan. Panennya juga cepat. Ini sudah dibuktikan Karang Taruna Putra Negara Desa Peguyangan Kaja, Denpasar Utara. Bahkan, kini mereka sudah mampu memasarkan ke supermarket Hardy’s.
Ketua Karang Taruna Putra Negara Ni Wayan Purnami Rusadi mengatakan, selain melakukan kegiatan sosial dan keagamaan, anggota karang taruna juga dipacu mengembangkan usaha bersama. Selain budidaya jamur, ada juga pembuatan jajan Bali, pupuk cair, produksi bebek Bali, dan susu kedelai yang dilakoni 34 anggota karang taruna dari 11 banjar di Desa Peguyangan Kaja.
Khusus budidaya jamur, kata Purnami, dikembangkan dua kelompok usaha bersama (Kube). Rumah jamur pertama ada di Banjar Ben Biu yang dikembangkan anggota karang taruna dari Banjar Ben Biu dan Deh Yeh. Rumah jamur yang kedua ada di Banjar Blungsung yang dikembangkan anggota Banjar Batur.
Purnami mengatakan, budidaya jamur mulai dikembangkan Juli 2010. Bibit awal 700 log merupakan bantuan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar. Dari hasil panen pertama, mereka kini sudah mampu membeli bibit sendiri 1000 log. Hasil panen pertama dijual ke penduduk sekitarnya termasuk sekolah di Denpasar. Panen kedua dijual ke pengusaha makanan yang membuat kripik jamur crispy, termasuk supermarket Hardy’s.
Ia menuturkan, awal mula sampai pemasaran ke supermarket Hardy’s, karena mereka pernah mengikuti lomba wirausaha muda. Salah satu jurinya pemilik supermarket Hardys Gede Agus Hardiawan. Pemilik Hardy’s tersebut menawarkan hasil panen jamur dipasarkan di supermarket Hardy’s. Awalnya, kata Purnami, permintaan tiap tiga hari sekali, kemudian menyusul dua hari sekali, dan kini tiap hari mereka harus mengirim 8 kg. Namun, kata Purnami, mereka hanya mampu mengirim 5 kg tiap hari.
Rumah Jamur dari Bedek
Untuk budidaya jamur, tidak sulit. Hanya dengan bangunan sederhana dari bedek, dan diberi rak-rak untuk menaruh jamur, rumah jamur sudah siap digunakan. Lantai sebaiknya dari tanah agar mudah disiram.
Ketua Kube Bija Tani Asri Surya Permana memaparkan cara pembudidayaan jamur tersebut. Awalnya bibit log ditata di rak dengan posisi direbahkan. Di atasnya dapat ditumpuk kembali 2-3 tumpukan log. Jaga suhu udara dalam ruangan 25-28 derajat celcius. Karena belum memiliki pengatur suhu, ia mengaku hanya menggunakan feeling.
Ia mengatakan, bibit jamur dalam log plastik biasanya tertutup rapat. “Cabut tutupnya, kemudian beberapa hari akan muncul akar jamur. Sekitar 5 hari mulai tumbuh jamur. Tunggu sampai tiga atau empat hari berikutnya jamur mulai memenuhi log dan sudah siap dipanen,” jelas mahasiswa Stikom Bali ini. Log yang sudah dipanen, kata Surya, dibiarkan 15 hari. Setelah itu, mulai akan tumbuh akar lagi. Satu log mampu panen sampai 4 kali. Panen pertama satu log mampu menghasilkan jamur sekitar 150 gram. Kemudian mulai menurun. Ia menyarankan, setelah 4 kali panen sebaiknya bibit log diganti karena sudah tidak produktif; hasil jamurnya kecil dan jumlahnya sedikit.
Menurut Kepala Desa Peguyangan Kaja I Wayan Sutama budidaya jamur dikembangkan masyarakat di enam wilayah banjar yakni Banjar Uma Desa, Pondok, Blungsung, Ben Biu, Den Yeh, dan Banjar Dualang. Karang taruna memiliki dua kelompok usaha bersama. Dengan mengambil lokasi di tanah warga yang tidak produktif Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar memberi bantuan bangunan untuk rumah jamur berukuran 4 x 4 meter dan bibit.
Ia bangga, karena karang taruna sudah mampu mengembangkan kelompok usaha bersama (Kube) dan sangat produktif karena sudah panen dua kali. Rencana ke depan, dana Kube akan ditambah dengan meminjam ke koperasi desa Rp 25 juta.
Lahan Sempit
Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar Ir. I. Gede Ambara Putra mengatakan, budidaya jamur akan dikembangkan menjadi komoditas unggulan di Desa Peguyangan. Selama ini, kata Ambara, pertanian kurang diminati generasi muda. Karena itu, kata dia, budidaya jamur ini selain diperkenalkan kepada masyarakat, juga dilakukan pembinaan kepada karang taruna di Desa Peguyangan. Tujuannya, untuk memancing minat mereka lebih tertarik menekuni pertanian.
Ia mengatakan, budidaya jamur tidak memerlukan banyak lahan, justru dapat dikembangkan dalam lahan sempit. Pemerintah sudah memberikan bantuan dua bangunan untuk rumah jamur beserta bibitnya kepada karang taruna di Peguyangan. “Rencananya, kami akan memberikan bantuan empat bangunan lagi,” ujarnya.
Ambara mengaku lega, karena usaha pemerintah memacu semangat karang taruna untuk mencintai pertanian mulai menunjukkan hasil. Malah, dari hasil panen pertama, mereka sudah mampu membeli bibit sendiri.
Awalnya, pihak Dinas menjajaki pasar sebelum menentukan budi daya apa yang akan dijadikan unggulan masing-masing wilayah. Dengan biaya tidak mahal , mudah pemerliharaan, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, budidaya jamur dapat menjadi pilihan untuk dijadikan ciri khas unggulan Desa Peguyangan.
Ia menyebutkan, harga 1 kg jamur Rp 20.000. Sedangkan harga bibit satu log Rp 2500, dan itu bisa dipanen sampai empat kali. Panennya juga cepat, hanya menjaga kelembaban udara agar jamur mudah berkembang biak.
Sebelumnya, pihak Dinas mencoba terlebih dahulu membudidayakan jamur ini di Balai Penyuluh Pertanian. “Setelah berhasil uji coba, kami mulai melakukan pelatihan bagi warga masyarakat termasuk anggota karang taruna. Peserta pelatihan kami seleksi, siapa yang berminat kami rangkul,” ujarnya. –ast
Ketua Karang Taruna Putra Negara Ni Wayan Purnami Rusadi mengatakan, selain melakukan kegiatan sosial dan keagamaan, anggota karang taruna juga dipacu mengembangkan usaha bersama. Selain budidaya jamur, ada juga pembuatan jajan Bali, pupuk cair, produksi bebek Bali, dan susu kedelai yang dilakoni 34 anggota karang taruna dari 11 banjar di Desa Peguyangan Kaja.
Khusus budidaya jamur, kata Purnami, dikembangkan dua kelompok usaha bersama (Kube). Rumah jamur pertama ada di Banjar Ben Biu yang dikembangkan anggota karang taruna dari Banjar Ben Biu dan Deh Yeh. Rumah jamur yang kedua ada di Banjar Blungsung yang dikembangkan anggota Banjar Batur.
Purnami mengatakan, budidaya jamur mulai dikembangkan Juli 2010. Bibit awal 700 log merupakan bantuan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar. Dari hasil panen pertama, mereka kini sudah mampu membeli bibit sendiri 1000 log. Hasil panen pertama dijual ke penduduk sekitarnya termasuk sekolah di Denpasar. Panen kedua dijual ke pengusaha makanan yang membuat kripik jamur crispy, termasuk supermarket Hardy’s.
Ia menuturkan, awal mula sampai pemasaran ke supermarket Hardy’s, karena mereka pernah mengikuti lomba wirausaha muda. Salah satu jurinya pemilik supermarket Hardys Gede Agus Hardiawan. Pemilik Hardy’s tersebut menawarkan hasil panen jamur dipasarkan di supermarket Hardy’s. Awalnya, kata Purnami, permintaan tiap tiga hari sekali, kemudian menyusul dua hari sekali, dan kini tiap hari mereka harus mengirim 8 kg. Namun, kata Purnami, mereka hanya mampu mengirim 5 kg tiap hari.
Rumah Jamur dari Bedek
Untuk budidaya jamur, tidak sulit. Hanya dengan bangunan sederhana dari bedek, dan diberi rak-rak untuk menaruh jamur, rumah jamur sudah siap digunakan. Lantai sebaiknya dari tanah agar mudah disiram.
Ketua Kube Bija Tani Asri Surya Permana memaparkan cara pembudidayaan jamur tersebut. Awalnya bibit log ditata di rak dengan posisi direbahkan. Di atasnya dapat ditumpuk kembali 2-3 tumpukan log. Jaga suhu udara dalam ruangan 25-28 derajat celcius. Karena belum memiliki pengatur suhu, ia mengaku hanya menggunakan feeling.
Ia mengatakan, bibit jamur dalam log plastik biasanya tertutup rapat. “Cabut tutupnya, kemudian beberapa hari akan muncul akar jamur. Sekitar 5 hari mulai tumbuh jamur. Tunggu sampai tiga atau empat hari berikutnya jamur mulai memenuhi log dan sudah siap dipanen,” jelas mahasiswa Stikom Bali ini. Log yang sudah dipanen, kata Surya, dibiarkan 15 hari. Setelah itu, mulai akan tumbuh akar lagi. Satu log mampu panen sampai 4 kali. Panen pertama satu log mampu menghasilkan jamur sekitar 150 gram. Kemudian mulai menurun. Ia menyarankan, setelah 4 kali panen sebaiknya bibit log diganti karena sudah tidak produktif; hasil jamurnya kecil dan jumlahnya sedikit.
Menurut Kepala Desa Peguyangan Kaja I Wayan Sutama budidaya jamur dikembangkan masyarakat di enam wilayah banjar yakni Banjar Uma Desa, Pondok, Blungsung, Ben Biu, Den Yeh, dan Banjar Dualang. Karang taruna memiliki dua kelompok usaha bersama. Dengan mengambil lokasi di tanah warga yang tidak produktif Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar memberi bantuan bangunan untuk rumah jamur berukuran 4 x 4 meter dan bibit.
Ia bangga, karena karang taruna sudah mampu mengembangkan kelompok usaha bersama (Kube) dan sangat produktif karena sudah panen dua kali. Rencana ke depan, dana Kube akan ditambah dengan meminjam ke koperasi desa Rp 25 juta.
Lahan Sempit
Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar Ir. I. Gede Ambara Putra mengatakan, budidaya jamur akan dikembangkan menjadi komoditas unggulan di Desa Peguyangan. Selama ini, kata Ambara, pertanian kurang diminati generasi muda. Karena itu, kata dia, budidaya jamur ini selain diperkenalkan kepada masyarakat, juga dilakukan pembinaan kepada karang taruna di Desa Peguyangan. Tujuannya, untuk memancing minat mereka lebih tertarik menekuni pertanian.
Ia mengatakan, budidaya jamur tidak memerlukan banyak lahan, justru dapat dikembangkan dalam lahan sempit. Pemerintah sudah memberikan bantuan dua bangunan untuk rumah jamur beserta bibitnya kepada karang taruna di Peguyangan. “Rencananya, kami akan memberikan bantuan empat bangunan lagi,” ujarnya.
Ambara mengaku lega, karena usaha pemerintah memacu semangat karang taruna untuk mencintai pertanian mulai menunjukkan hasil. Malah, dari hasil panen pertama, mereka sudah mampu membeli bibit sendiri.
Awalnya, pihak Dinas menjajaki pasar sebelum menentukan budi daya apa yang akan dijadikan unggulan masing-masing wilayah. Dengan biaya tidak mahal , mudah pemerliharaan, dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, budidaya jamur dapat menjadi pilihan untuk dijadikan ciri khas unggulan Desa Peguyangan.
Ia menyebutkan, harga 1 kg jamur Rp 20.000. Sedangkan harga bibit satu log Rp 2500, dan itu bisa dipanen sampai empat kali. Panennya juga cepat, hanya menjaga kelembaban udara agar jamur mudah berkembang biak.
Sebelumnya, pihak Dinas mencoba terlebih dahulu membudidayakan jamur ini di Balai Penyuluh Pertanian. “Setelah berhasil uji coba, kami mulai melakukan pelatihan bagi warga masyarakat termasuk anggota karang taruna. Peserta pelatihan kami seleksi, siapa yang berminat kami rangkul,” ujarnya. –ast
Koran Tokoh, Edisi 628