Senin, 12 September 2011

Kisah Koh, Penderita Gangguan Jiwa


Laki-laki berkulit sawo matang dan berperawakan sedang ini, dulunya terkesan sangat ramah dan terlihat cerdas. Orangnya sangat aktif dalam berbagai diskusi. Namun, beberapa hari, ia terlihat sangat pendiam. Di kantor ia tak banyak bicara. Ia terlihat murung dan pandangannya kosong. Melihat tingkah Koh, sebut saja begitu nama laki-laki itu, Gunadjar, salah seorang temannya mencoba bertanya ada apa gerangan. Koh mulai mencurahkan kegalauan hatinya sambil ditemani rokok kretek sampoerna kesukaannya. Ia terlahir 11 bersaudara. Sejak bapaknya mengalami kecelakaan dan kakinya harus diamputasi, Koh menjadi tumpuan hidup keluarganya. Ibunya berjualan kain keliling. Namun, tetap saja tidak menutup kebutuhan sekolah dan keperluan sehari-hari keluarganya. Koh sangat berharap, ia dapat meringankan beban ibunya itu. Tapi hasilnya tetap tidak maksimal karena biaya pengobatan bapaknya dan biaya sekolah adik-adiknya belum menutupi.

Selain masalah keluarga, Koh juga mencurahkan kesedihan hatinya karena gadis yang ditaksirnya tidak meresponnya sama sekali. Koh mengaku, kedua masalah ini sangat membebaninya. Bahkan, kata Gunadjar, masalah berat ini, membuat Koh sampai tidak tidur berhari-hari. Tingkah Koh, mulai menarik perhatian Gunadjar ketika dia membuat laporan. ”Biasanya tulisannya sistematis, baik, dan enak dibaca. Namun, sekarang banyak kejanggalan. Ketika dia membuat laporan tentang pembuatan bak ikan hias air tawar, ia mengatakan bak dalam bentuk fisik seperti bemo. Aku ingat, sebelum ke lapangan kami ngobrol bercanda tentang bemo. Kok, bemo bisa masuk ke tulisan,” tutur Gunadjar. Melihat banyaknya kejanggalan, Gunadjar mencoba berkonsultasi ke dokter jiwa. Menurut dokter, diduga Koh mengalami gangguan jiwa. Beberapa orang yang sering datang ke kantor dan melihat Koh, juga menyarankan agar ia sebaiknya diperiksakan ke dokter ahlinya. Setelah dibawa ke dokter ahli jiwa, Koh dinyatakan menderita skizofrenia dan perlu penanganan serius.

Menurut Gunadjar, Koh sehari-harinya tinggal di kantor. ”Kebetulan kami ada beberapa kamar di kantor yang bisa dijadikan tempat tidur,” kata Gunadjar. Suatu hari, Gunadjar menemukan tindakan Koh yang sangat berbahaya. Koh melakukan chatting dengan teman-temannya di internet. Tapi dari penuturan beberapa temannya kepada Gunadjar, apa yang disampaikan Koh sangat tidak nyambung. Mereka bingung. Setelah chatting, Koh mem-print out hasil obrolan itu dan membakarnya di atas kompor di dapur. Gunadjar yang kebetulan sedang di kantor dan ingin ke toilet kaget karena melihat ada asap. ”Ada apa ini, kok di sini membakar kertas. Bisa-bisa terjadi kebakaran,” tutur Gunadjar. Dengan santainya Koh menjawab, ” Aku lagi menghilangkan berkas. Ini diskusi penting dan gawat.”. Gunadjar penasaran dengan isi berkas itu. Salah satu berkas yang belum terbakar dibacanya. Ia sendiri geleng-geleng kepala karena isinya tidak karuan. Melihat gelagat yang tidak baik, Gunadjar segera berkomunikasi dengan beberapa teman kantornya. Mereka tidak bisa mengawasi Koh tiap waktu. Walau pun Koh sudah diberi obat oleh dokter jiwa, tapi Koh harus tetap diawasi karena bisa membahayakan. Setelah berkonsultasi lagi ke dokter jiwa, Koh disarankan di bawa ke RS Jiwa Bangli. Menurut pemeriksaan dokter dari RS Jiwa Bangli, Koh dinyatakan positif mengalami gangguan jiwa dan harus dirawat. Menurut dokter di sana, Koh perlu waktu sekitar dua tahun untuk pemulihan. Setelah ditinggal Gunadjar pulang, Koh sempat menangis tidak mau dirawat di RS Jiwa Bangli. Dokter menyuntiknya agar Koh lebih tenang dan tidak meraung-raung.

Sekitar dua bulan kemudian, dokter RS Jiwa Bangli menelepon Gunadjar, Koh dikabarkan kabur. Gunadjar langsung menyusul ke Bangli dan mencari ke seluruh kantor polisi di Bangli. Dua hari kemudian, Koh muncul di kantor. Gunadjar kaget tapi bersyukur Koh selamat. Walau pun sulit, Gunadjar tetap mencoba berkomunikasi dengannya. Ia menanyakan kepadanya, kenapa ia lari dari RS Jiwa Bangli. Koh mengaku, tidak diperbolehkan masak sehingga ia tidak betah di sana. Hanya alasan itu ia tidak betah. Atas saran beberapa teman, Gunadjar mencoba mencari orang pintar yang bisa mengobati Koh secara spiritual. “Ada makhluk halus yang mendiami kantor yang menyayangi Koh,” ujar ahli spiritual tersebut kepada Gunadjar. Koh diharuskan melakukan pengobatan nonmedis sperti mandi ke laut dan beberapa upacara persembahyangan digelar di kantor. Namun, upaya tersebut belum juga membuahkan hasil. Akhirnya Gunadjar sepakat membawanya kembali ke RS Jiwa Bangli.

Untungnya, dengan surat keterangan tidak mampu, Koh mendapatkan perawatan gratis di RS Jiwa Bangli. Seminggu sekali Gunadjar dan beberapa teman rutin menengoknya. Namun, belum ada satu setengah bulan, Koh kembali dinyatakan kabur. Gunadjar sangat kaget mendapat telepon dari Jakarta yang menyatakan Koh sedang berada di sana. Seorang teman Gunadjar mengatakan, dia melihat Koh membawa tas plastik sambil mengumpulkan sampah menaruhnya di pojokan. Orang-orang yang melihat di sekitarnya khawatir dengan isi kantong plastik tersebut dikira benda yang berbahaya. Atas bantuan seorang teman, Koh berhasil dipulangkan ke Bali dengan selamat. Gunadjar langsung menjemputnya di Terminal Ubung. Koh terlihat sangat kotor dan tak terawat dengan rambutnya yang gondrong. Setelah tiba di kantor, Koh diberikan kesempatan rileks sebelum diminta penjelasan bagaimana caranya ia sampai ke Jakarta. Dengan cueknya Koh menjawab, saat bus berhenti, dia langsung lari saja. Koh ditanya maunya apa. Ia mengatakan ingin tetap tinggal di sana tidak mau lagi kembali ke RS Jiwa Bangli. Koh diberikan izin, asal dia mau menuruti nasihat dan tidak lagi main api atau berbuat hal-hal yang membahayakan. Ibu dan bibinya Koh sempat menengoknya. Suatu ketika Koh diajak makan oleh Gunadjar. Saat makan, Gunadjar mengambil bungkusan krupuk dan menghancurkan dengan tangan. ”Krek”. Namun, tiba-tiba Koh bereaksi aneh,”Apa maksudnya ini,” katanya dengan nada marah. Gunadjar bingung,

Contoh lain dilukiskan Gunadjar tenatng sikap Koh yang aneh. Ketika sedang terjadi obrolan beberapa orang, tiba-tiba Koh bangun dari kursi dan mengambil sandal, sepatu, atau kayu dan ditaruh di atas kursi tempatnya duduk sambil berkata,” Saya permisi ini wakil saya.”
Suatu ketika, Koh menanyakan alamat gadis yang ditaksirnya dulu kepada Gunadjar. Karena tidak diberitahu, Koh marah dan pergi seharian tidak balik lagi ke kantor,. Tiba-tiba esoknya dia datang dengan tampang seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. seeprti tak ada apa-apa.
Gunadjar sempat menelepon gadis itu dan menanyakan apakah Koh datang ke sana. Ternyata tidak.
Saat ibu dan bibinya datang, Koh tampak normal. Dia menjawab obrolan mereka dengan baik. Setelah ibunya pulang, komunikasi dengan Gunadjar pun terlihat nyambung. Gunadjar bingung dengan kondisi Koh yang berubah-ubah. Beberapa teman di kantor malah berpikiran, Koh hanya pura-pura untuk mencari perhatian.
Gunadjar kembali berkonsultasi ke dokter jiwa dan psikolog, hasilnya Koh tetap dinyatakan sakit. Kalau dibawa ke RS Jiwa Bangli, nanti Koh melarikan diri lagi. Koh tetap tinggal di kantor.

Beberapa bulan kemudian, Koh minta pulang ke kampung halaman untuk liburan. Ia dijemput saudaranya. Setelah selesai liburan Koh kembali ke kantor dan tinggal lagi di sana. Suatu ketika, Gunadjar dan teman-teman ada acara ke Buleleng. Di Kantor hanya tinggal Koh dan office boy. Mereka bertengkar gara-gara office boy menyembunyikan tabung gas karena takut Koh melakukan hal aneh. Koh marah dan melempar kaca. Mereka bertengkar dan berkelahi. Tangan Koh patah. Koh akhirnya dibawa ke Besakih untuk diurut. 20 hari setelah kejadian itu, Koh minta pulang dengan kondisi tangannya belum sembuh benar. Anehnya, kata Gunadjar, office boy bersikap aneh ketika Koh pulang. Dia seperti ketakutan luar biasa, berlari-lari ke sana kemari di kantor, seperti ada yang mengejar dan bersembunyi di bawah meja. Ada apa lagi ini, pikir Gunadjar. Setelah dibawa ke dokter jiwa, office boy dinyatakan menderita gangguan jiwa ringan. Akhirnya, kembali ritual nonmedis menjadi pilihan.

Malam sebelum ritual tiba-tiba Koh datang. Tangannya sembuh dan penampilannya bersih tidak seperti waktu dia sakit. Setelah Koh datang, prosesi ritual mulai dilakukan di pura dekat kantor. Office boy menangis tersedu-sedu mengapa dia mengalami kejadian seperti itu. Gunadjar memopongnya untuk duduk karena dia terlihat lemas. Tiba-tiba dari tubuh office boy keluar keringat yang berbau nanah. Melihat kejadian aneh tersebut, Gunadjar menanyakan kepada mangku yang memimpin ritual tersebut. Office boy disuruh meminta maaf atas semua kesalahan yang dia sudah perbuat. Ternyata, dia pernah membunuh monyet dan anjing di sana tanpa sepengetahuan orang lain. Namun, kondisi office boy belum ada perubahan sehingga akhirnya diputuskan di bawa ke RS Jiwa Bangli. Setelah beberapa bulan di RS Jiwa Bangli, dokter menyatakan office boy sudah ada perubahan yang baik. Akhirnya, atas kesapakatan, office boy kembali ke kantor.

Namun, anehnya sampai di kantor, office boy kembali ketakutan dan sembunyi di bawah meja. Akhirnya, atas pertimbangan keluarga, office boy pulang ke kampung halamannya. Walau pun Kos kembali ke kantor kondisi mentalnya masih belum normal. Keprihatinan membuat Gunadjar dan teman-temannya tetap menerima Koh kembali ke kantor. Mereka ingin membantu Koh bisa kembali normal karena ia tidak mau lagi di bawa ke RS Jiwa Bangli. Koh mau menurut tidak melakukan hal yang membahayakan. Koh diberi tugas untuk menyapu dan bersih-bersih di kantor. –ast

Koran Tokoh, Edisi 659, 4-9 September 2011

5 komentar:

PALOPO sehat of Irwan mengatakan...

WAH..BAGUS ARTIKELNYA, THANK'S...... i like it.

clear mengatakan...

Many mental and neurological diseases Could be treated by yoga and ayurveda. We Should ones take the help of Them also.

with regards: Nail Fungus Cure

preeti mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
preeti mengatakan...

There are many cures available of any disease in the world. Need is to have knowledge of symptoms and other facts of the diseases as
meniscus tear
that be the most helpful to treat the diseases earlier.

Anonim mengatakan...

KANSAS- EL SALVADOR - NY- NETHERLANDS- ONTARO - NEVADA..you are DEDST.
And the BUNN- BUNN 5 and the MP 4 don't give a shit about any of you any more.
And either do the " STARS".