Minggu, 04 Desember 2011

Rani Paramitha Iswara Maliawan

Lulusan Terbaik FK Unud 2011

“Dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan”. Kalimat ini selalu tergiang di kepala dr. Rani Paramitha Iswara Maliawan, S.Ked. Lulusan terbaik Fak. Kedokteran Unud yang diwisuda (26/10) ini sudah siap konsekuensinya menghabiskan waktu belajar untuk meraih cita-citanya menjadi dokter dan menjadi kebanggaan keluarganya. Bahkan, kata peraih IP 3,88 ini, nama besar ayahnya Prof. Dr. Sri Maliawan, Sp.B.S. membuatnya makin terpacu untuk meraih sukses.

Ia mengaku ada rasa malu, jika tak bisa meraih nilai yang bagus. Dukungan, semangat, dan kegigihan sang ayah banyak memberinya motivasi untuk menjadi yang terbaik.


Rani mengaku tak punya resep khusus dalam belajar. Semua ia jalani dengan santai. Ada satu hal penting yang ditekankan gadis yang suka aerobik ini. Mengenal diri sendiri. Artinya, kapan otak bisa menerima pelajaran dan kapan otak sudah jenuh, yang artinya jangan dipaksa. Rani selalu menyiapkan waktu dua jam untuk belajar. Waktunya tidak tentu, tergantung mood. Sehari sebelum kuliah, ia selalu menyempatkan diri membaca mata kuliah yang akan diajarkan besok.

Ia mengatakan, kuliah di Fak. Kedokteran lebih banyak diberikan diskusi kelompok. “Mahasiswa harus aktif belajar sendiri. Tinggal pilih, mau pintar atau ketinggalan, semua pilihan ada pada kita,” ujar kakak Made Gemma Daniswara Maliawan dan Rataya Paramitha Maliawan ini. Ada satu kebiasaan sejak kecil yang menurut Rani, telah menumbuhkan semangat belajarnya. “Kami dibiasakan sejak kecil belajar bersama di meja makan. Sampai besar, kami sudah terbiasa belajar walau pun tidak ditunggu dan tidak perlu disuruh lagi,” kata gadis manis usia 23 tahun ini. Apalagi, kata Rani, buku-buku kedokteran sebagian besar berbahasa Inggris. Menurutnya, mau tidak mau harus rajin membaca. Namun, bagi Rani, justru karena berusaha keras untuk mengerti dalam bahasa Inggris, pelajaran lebih lama mengena di otak. Ia mengatakan, satu hari harus dapat membaca sepuluh halaman.
Kepadatan kuliah kadang membuatnya jenuh. Hari Sabtu Minggu merupakan hari yang dinantinya, waktunya bersama keluarga. Biasanya, Rani sekeluarga makan bersama di luar atau nonton. Walau pun sudah dewasa dan kedua adiknya juga sudah remaja, mereka tetap tidak melewatkan kebersamaan bersama keluarga.

Bagi Rani, justru kebersamaan dengan keluarga makin mendorongnya untuk lebih bersemangat dalam meraih cita-citanya. Menurut ibunya Ketut Ayu Sanjiwani, ia selalu menerapkan komunikasi terbuka kepada ketiga anaknya. “Tiap pulang sekolah atau kuliah, atau pulang jalan-jalan bersama teman-temannya, pasti ada saja yang dceritakan termasuk urusan pacar,” kata Sanjiwani. Menurut Rani, kedua orangtuanya sangat bersikap demokratis. “Papa dan mama tidak pernah memaksakan keinginan mereka. Anak-anak sudah diberi kepercayaan dan kepercayaan itu kami jaga dengan baik,” ujar Rani. Bukan hanya kedekatan soal komunikasi, kebersamaan Rani bersama keluarga juga terjalin saat persembahyangan bersama. Menurut Rani, kedua orangtuanya selalu menekankan untuk bersyukur.
Sebelum menjadi co as, ia masih memunyai banyak waktu untuk menyalurkan hobinya senam aerobik. Malah, ia mengaku, dengan senam, semua kepenatan kuliah bisa teratasi. Setelah waktunya tersita untuk praktik di rumah sakit, waktu senggangnya makin menipis. Tiap ada kesempatan, naik sepeda menjadi pilihannya, main piano atau menyalurkan hobinya menyanyi. Waktu di SMA dulu, Rani tergabung dalam anggota paduan suara SMANSA Denpasar. Selain jago nyanyi, prestasi akademiknya saat SMA juga menonjol. Rani tercatat sebagai juara umum I saat kelas III di SMAN 1 Denpasar.

Ada satu kisah unik dikisahkan Sanjiwani ketika Rani bertugas di Puskesmas di salah satu wilayah di Kabupaten Bangli. Salah seorang anak guru di sekolah tempat ia tinggal sementara bertugas, begitu dekat dengannya. Anak tersebut sampai sakit lantaran Rani sudah mengakhiri tugasnya melakukan pengabdian di sana. Orangtua anak itu sampai kebingungan mencari Rani agar dapat bertemu. Untunglah mereka bisa dipertemukan. Anak itu berharap, suatu ketika dapat mengunjungi dokter Rani idolanya itu di Denpasar. –ast

Koran Tokoh, 672, 4-10 Desember 2011

1 komentar:

carbide drills mengatakan...

hiiii
thanks for sharing