Kamis, 13 September 2012

Cegah Darah Mengental Hindari Duduk Lama

Seorang ibu usia 45 tahun menderita stroke. Kata dokter, penyebabnya darah ibu itu kental. Apa itu penyakit darah kental?  Apakah darah yang kental bisa normal kembali?
Bagaimana sesungguhnya sistem aliran darah di dalam tubuh?

Menurut dr. Kadek Mulyantari, Sp. PK. sistem aliran darah merupakan sistem tertutup yang mengatur dan mengalirkan darah di dalam tubuh. Disebut tertutup karena pada keadaan normal tidak ada darah yang berada di luar wadah aliran darah (pembuluh darah). Pembuluh darah ada tiga macam; pembuluh darah vena, arteri dan kapiler. Pembuluh darah dan jantung merupakan penyokong utama kehidupan manusia. Jantung adalah organ yang bertugas memompa darah ke seluruh organ tubuh dengan melakukan kontraksi berirama secara berulang. Untuk memompa darah, jantung biasanya berdetak 60 hingga 100 kali per menit, atau lebih cepat bila dibutuhkan.

Darah yang dipompa jantung akan dialirkan melalui dua sirkulasi. Sirkulasi pertama bermula saat darah keluar dari rongga bilik kanan ke paru-paru lalu kembali ke rongga serambi kiri jantung. Setelah meninggalkan bilik kanan, darah mengalir melalui pembuluh kapiler yang mengelilingi kantong-kantong udara di paru-paru. Di sinilah darah menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida. Selanjutnya, darah di serambi kiri akan dialirkan ke bilik kiri. Sirkulasi sistemik pun dimulai saat darah yang kaya akan oksigen itu dialirkan ke luar dari bilik kiri melalui aorta ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru. Darah kemudian kembali ke jantung melalui serambi kanan.
Ia mengatakan, fungsi sistem sirkulasi darah, mengangkut zat makanan dari usus menuju ke seluruh jaringan tubuh mengangkut sisa metabolisme dari jaringan tubuh menuju ke alat pembuangan. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Mengangkut karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke tempat sasaran dan mendistribusikan panas ke seluruh bagian tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran darah, seperti  pembuluh darah, kekentalan darah, artinya semakin kental aliran darah semakin lambat, tekanan darah, tekanan oksigen, karbondioksida, dan suhu.
Darah kental disebut dengan hypervisicositas. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan hypervisicositas adalah polisitemia. Penyebab polisitemia bermacam-macam, tergantung jenisnya. Ada tiga jenis polisitemia, Polsitemia primer (polisitemia vera). Vera berasal dari bahasa Latin yang artinya sejati. Kata vera digunakan untuk membedakannya dari keadaan (penyakit) lain yang mengakibatkan peningkatan sel darah merah. Polisitemia vera umumnya disebabkan oleh faktor genetik/keturunan.
Polisitemia sekunder Yaitu polisitemia yang disebabkan oleh adanya penyakit lain sebelumnya seperti penyakit hati, ginjal, jantung, kelainan hormon, kelainan paru dan lain-lain. Polisitemia yang disebabkan oleh konsumsi rokok juga termasuk polisitemia sekunder. Polisitemia relatif disebabkan  menurunnya jumlah plasma darah sehingga proporsi sel-sel darah lebih tinggi atau lebih kental. Umumnya akan pulih bila volume plasma kembali normal. Misalnya pada keadaan dehidrasi.  Salah satu tanda dehidrasi adalah peningkatan  kekentalan darah. Kondisi ini umumnya akan pulih bila asupan air cukup.
Selain itu, kurangnya aktivitas fisik akan meningkatkan risiko pengumpalan/kekentalan darah. Pada posisi duduk yang lama juga menyebabkan aliran darah lebih statis dan mempercepat penggumpalan/kekentalan darah. Pada tahap awal, polisitemia biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, seiring dengan proses bertambahnya kekentalan darah,  ada beberapa gejala yang bisa dikenali seperti sakit kepala, kepala terasa berputar, gatal-gatal, terutama ketika sedang mandi air hangat, muncul tanda merah pada kulit, susah bernapas atau napas pendek-pendek, nyeri pada dada, perasaan kembung atau eneg di perut sebelah kiri atas, cepat lelah. ”Berbagai gejala di atas bisa muncul secara sendiri-sendiri atau bisa datang bersamaan,” ujar dokter yang bertugas di SMF Patologi Klinik FK Unud/RS Sanglah ini.

Pada kasus yang lanjut dapat menyebabkan penglihatan terganggu, gangguan keseimbangan dan penurunan daya ingat, serangan jantung, stroke, dapat disertai kelainan jantung atau organ lainnya dan pembesaran limfa. Pembesaran limfa terjadi karena peningkatan beban limfa untuk mengeliminasi kelebihan sel-sel darah. ”Dalam pemeriksaan laboratorium dijumpai peningkatan kadar hemoglobin dan hematokrit yang menunjukkan peningkatan kekentalan darah. Hasil pemeriksaan laboratorium  lain, peningkatan asam urat, peningkatan sel darah putih dan trombosit, peningkatan saturasi  oksigen, peningkatan hormone eritropoetin,” paparnya.

Ia mengatakan, polisitemia relatif  lebih mudah diatasi dan umumnya bisa kembali normal. Polisitemia sekunder sangat tergantung dari penyakit dasarnya, selain menangani polistemianya sendiri penyakit dasarnya juga harus diobati. Pada polisitemia vera, sampai saat ini belum bisa disembuhkan total karena terkait dengan faktor genetik/keturunan.

Latihan ringan seperti jalan santai dan jogging dapat memperlancar aliran darah sehingga dapat mengurangi risiko penggumpalan darah.  ”Banyak mengonsumsi air putih dan mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan lemak tinggi, juga dapat dilakukan. Merokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan kekentalan darah yang akan meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke akibat gumpalan darah. Merawat kulit dengan baik, untuk mencegah rasa gatal, mandi dengan air dingin dan segera keringkan kulit. Hindari mandi menggunakan air panas. Jangan biasakan menggaruk karena dapat menimbulkan luka dan infeksi. Menghindari temperatur yang ekstrim,” ungkap staf Unit Donor Darah Pembina PMI Daerah Bali ini.

Buruknya aliran darah pada penderita polisitemia menyebabkan tingginya risiko cedera akibat suhu panas dan dingin.  Di daerah dingin, gunakan baju hangat dan lindungi terutama bagian tangan dan kaki. Untuk di daerah panas, lindungi tubuh dari sinar matahari. Waspada terhadap luka. Aliran darah yang buruk menyebabkan luka sulit sembuh, terutama di bagian tangan dan kaki. Periksa bagian tersebut secara berkala dan hubungi dokter apabila menderita luka atau cedera.

Untuk pengobatan, ia menyarankan, flebotomi  merupakan terapi yang paling dianjurkan.  Flebotomi dilakukan dengan cara mengambil dan membuang sekian cc darah pasien kemudian mengganti dengan cairan fisiologis. Prosedur flebotomi hampir sama dengan donor darah tetapi darah yang diambil tidak digunakan untuk pasien lain. Kemoterapi dan radioterapi untuk polisetemia vera, dan pengobatan pendukung obat penurun asam urat dan obat penghilang gatal. –ast

Koran Tokoh, edisi 709

Minggu, 09 September 2012

Sifilis bisa Sembuh, Berobat saat Stadium Awal

Beberapa waktu yang lalu diberitakan, Badan Industri Film Porno Amerika Serikat (FSC) telah meminta adanya penghentian produksi film porno setelah sembilan kasus sifilis ditemukan pada para artisnya. Untuk mencegah makin meluasnya sifilis pada artis tersebut, para dokter menyarankan semua bintang porno AS untuk menjalani tes. Sebagai tindak lanjutnya, FSC sedang menelusuri orang lain yang pernah bekerja dengan artis yang terdeteksi sifilis tersebut sebelum dia positif menderita penyakit tersebut. Berita ini mengingatkan semua bahwa pada Agustus 2011, industri porno AS juga pernah dihentikan setelah seorang bintangnya dinyatakan positif terinfeksi HIV. Apa itu penyakit sifilis?

Ssifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS). Penyebabnya kuman treponema pallidum. “Pentingnya mengenali sifilis sejak fase awal munculnya penyakit ini karena sangat membantu dalam upaya penyembuhannya, penularan serta pencegahan risiko penyakit yang lebih berat juga dapat dideteksi. Diperlukan upaya yang serius dari semua pihak seperti dokter, pusat pelayanan kesehatan baik dari tingkat dasar hingga pelayanan tingkat lanjut (rumah sakit) bahkan kesadaran dari orang-orang yang berisiko tinggi menderita sifilis/PMS lainnya untuk bersama-sama mengatasi permasalahan ini,” ujar dr. I Ketut Widiyasa Bona, M.P.H.
Menurut dokter di RS Indera ini, pemerintah melalui Departemen Kesehatan hingga Puskesmas maupun LSM telah berupaya melakukan upaya skrining pada orang-orang yang berisiko. Namun, di sisi lain, diperlukan kesadaran yang tinggi dari mereka yang berisiko untuk datang memeriksakan diri secara teratur untuk mencegah penularan dan risiko yang lebih berat dari penyakit sifilis ini.
Di Amerika Serikat, para pejabat kesehatan melaporkan lebih dari 36.000 kasus sifilis tahun 2006, termasuk 9.756 kasus sifilis primer dan sekunder. Tahun 2006, setengah dari semua kasus sifilis yang dilaporkan dari 20 kabupaten dan 2 kota, dan sebagian besar kasus ini terjadi pada pasien berusia 20 sampai 39 tahun. Insiden sifilis pada wanita tertinggi pada usia 20 sampai 24 tahun dan pada laki-laki 35 sampai 39 tahun. Kasus sifilis kongenital pada bayi baru lahir meningkat dari 2005 sampai 2006, dari 339 kasus baru yang dilaporkan pada tahun 2005 menjadi 349 kasus pada tahun 2006. Pada kurun waktu yang sama, jumlah kasus sifilis yang dilaporkan meningkat 11,8%. Tahun 2006, 64% dari kasus sifilis dilaporkan terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria.
Sedangkan data yang diperoleh oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia melalui Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun  2011, juga menunjukkan angka yang serupa. Hasil STBP tersebut mendapatkan angka kejadian sifilis adalah sebagai berikut, sifilis diderita oleh waria 25%, pekerja seks langsung 10%, pria yang berhubungan seks sesama pria 10%, pekerja seks tidak langsung 3%, dan narapidana 3%.

Ia menyebutkan, sifilis ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka sifilis. Luka terjadi terutama pada alat kelamin eksternal, vagina, anus, atau dubur. Luka juga dapat terjadi pada bibir dan mulut. Penularan kuman penyebab sifilis ini dapat terjadi selama hubungan seks vaginal, anal, ataupun oral. Selain itu, wanita hamil yang menderita penyakit ini dapat menularkan ke bayi di dalam kandungannya. Sifilis tidak dapat menyebar melalui kontak dengan kursi toilet, pegangan pintu, kolam renang, bak air panas, bathtub, pakaian bersama, atau peralatan makan. ”Banyak orang terinfeksi dengan sifilis tidak memiliki gejala apapun selama bertahun-tahun, namun tetap berisiko untuk  menderita komplikasi jika tidak diobati dengan segera dan tepat,” jelasnya. Meskipun penularan biasanya terjadi dari luka sifilis, banyak dari luka sifilis ini tidak dapat dikenali baik oleh pasien maupun dokter. Artinya, penularan dapat terjadi dari orang-orang yang tidak menyadari  mereka sedang terinfeksi sifilis.
Sifilis primer ini biasanya ditandai dengan munculnya luka tunggal yang disebut chancre, atau mungkin pula muncul beberapa luka. Waktu antara terjadinya infeksi sifilis dan awal gejala pertama berkisar dari 10 sampai 90 hari (rata-rata 21 hari). Chancre ini biasanya berupa luka yang berbatas tegas, bulat, kecil, dan pasien tidak mengeluhkan sakit/nyeri pada luka tersebut. Luka ini dapat terjadi di tempat di mana kuman sifilis masuk ke dalam tubuh. Luka ini dapat berlangsung selama 3 sampai 6 minggu, dan dapat sembuh tanpa pengobatan. Namun, jika pengobatan yang tepat tidak diberikan, maka infeksi dapat berkembang ke tahap sekunder.
Stadium sekunder ini ditandai dengan adanya ruam (kemerahan) pada kulit dan lesi pada selaput lendir. Tahap ini biasanya dimulai dengan munculnya ruam pada satu atau lebih bagian tubuh. Ruam biasanya tidak gatal. Ruam akibat sifilis sekunder ini dapat muncul saat chancre menyembuh atau beberapa minggu setelahnya. Ruam akibat sifilis sekunder biasanya ruam kasar, berwarna merah, atau bintik-bintik coklat kemerahan baik pada telapak tangan dan bagian bawah kaki. Namun, ruam dengan penampilan yang berbeda dapat terjadi pada bagian lain dari tubuh, kadang-kadang mirip dengan ruam yang disebabkan oleh penyakit lain. Terkadang ruam akibat sifilis sekunder begitu samar sehingga sering terabaikan.
Selain ruam, gejala sifilis sekunder dapat berupa demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokan, rambut rontok, sakit kepala, penurunan berat badan, nyeri otot, dan kelelahan. Tanda-tanda dan gejala sifilis sekunder akan berakhir dengan atau tanpa pengobatan. Namun, jika tidak diobati, infeksi ini akan berlanjut menjadi sifilis fase late  dan laten.
Sifilis stadium laten (tersembunyi) dimulai ketika gejala primer dan sekunder menghilang. Tanpa pengobatan, orang yang terinfeksi akan terus menderita sifilis meskipun tidak ada keluhan atau gejala. Tahap laten bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
Sifilis stadium lanjut dapat terjadi pada sekitar 15% dari orang-orang yang tidak pernah diobati dan dapat muncul 10-20 tahun setelah infeksi pertama kali diperoleh. Pada stadium lanjut ini, penyakit ini selanjutnya dapat merusak organ dalam penderita, termasuk otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi. ”Tanda dan gejala dari sifilis stadium lanjut ini antara lain berkurangnya koordinasi gerakan otot, kelumpuhan, mati rasa, kebutaan yang munculnya bertahap, dan demensia (pikun). Kerusakan ini mungkin cukup serius dan dapat menyebabkan kematian,” ujar dr. Widiyasa.
Ia menyatakan, bakteri sifilis dapat menginfeksi bayi selama selama di dalam kandungan. Tergantung pada berapa lama seorang wanita hamil telah terinfeksi, dia mungkin memiliki risiko tinggi mengalami kelahiran mati (bayi lahir mati) atau melahirkan bayi yang meninggal sesaat setelah lahir. ”Bayi yang terinfeksi dapat lahir tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit. Namun, jika tidak segera diobati, bayi dapat memiliki masalah yang serius setelah beberapa minggu kemudian. Bayi yang tidak diobati segera dapat menjadi mengalami tumbuh kembang yang terhambat, mengalami kejang, atau mati,” paparnya lebih jauh.

SIFILIS DAN HIV
Luka genital yang disebabkan  sifilis membuatnya lebih mudah untuk mendapatkan infeksi HIV secara seksual. Diperkirakan terjadi peningkatan risiko hingga 2-5 kali lipat tertular HIV jika terkena infeksi sifilis.
PMS ulseratif yang menyebabkan luka, borok, atau luka pada kulit atau membran mukosa, seperti sifilis, mengganggu sistem pertahanan kulit yang memberikan perlindungan terhadap infeksi. Para ulkus (luka terbuka) pada kelamin yang disebabkan oleh sifilis dapat dengan mudah berdarah, dan ketika mereka kontak dengan mukosa mulut dan dubur selama hubungan seks, maka hal ini meningkatkan risiko penularan dan kerentanan terhadap HIV. Memiliki PMS lainnya juga merupakan prediktor penting untuk terjangkit HIV karena PMS adalah penanda bahwa si penderita memiliki perilaku yang berisiko dengan penularan HIV.
Menurutnya, sifilis sangat mudah disembuhkan pada stadium awal. Suntikan intramuskular dengan antibiotika penisilin, akan menyembuhkan penderita sifilis yang terjangkit sifilis kurang dari satu tahun. Jika penderita telah menderita sifilis lebih dari setahun, maka akan membutuhkan dosis tambahan. Bagi orang-orang yang alergi terhadap penisilin, terdapat antibiotik lain untuk mengobati sifilis. ”Pengobatan yang tepat dan cepat akan membunuh bakteri penyebab sifilis dan mencegah kerusakan organ lebih lanjut, tetapi tidak akan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Hal inilah yang harus disadari orang-orang yang berisiko tinggi menderita sifilis. Mereka harus segera berobat terutama fase awal penyakit ini muncul. Karena jika diabaikan, maka sifilis akan beranjak ke stadium berikutnya dan tentunya akan lebih sulit untuk diatasi,” tegasnya.
Penderita yang sedang dalam pengobatan sifilis harus menjauhkan diri dari kontak seksual sampai luka sifilis benar-benar sembuh. Penderita sifilis harus memberitahukan pasangan seks mereka sehingga mereka juga dapat diuji dan menerima pengobatan jika diperlukan. Setelah pengobatan berhasil, penderita tersebut masih rentan terhadap infeksi ulang. Hanya tes laboratorium dapat mengkonfirmasi apakah seseorang memiliki sifilis. Karena luka sifilis letaknya tersembunyi di dalam vagina, anus atau mulut, maka banyak yang tidak menyadari bahwa pasangan mereka mengidap sifilis. Sehingga bagi orang-orang yang berisiko tinggi untuk menderita sifilis atau PMS lainnya seharusnya berkonsultasi dengan petugas kesehatan terdekat.
Cara paling pasti untuk menghindari penularan penyakit menular seksual, termasuk sifilis, adalah untuk menjauhkan diri dari kontak seksual berisiko. Cara lain adalah monogami dengan pasangan yang telah diuji dan diketahui tidak terinfeksi sifilis.
Menghindari penggunaan alkohol dan narkoba juga dapat membantu mencegah penularan sifilis karena kegiatan ini dapat menyebabkan perilaku seksual berisiko. Adalah penting bahwa pasangan seks berbicara satu sama lain tentang status HIV mereka dan sejarah PMS lainnya sehingga tindakan pencegahan dapat diambil.
Penggunaan kondom lateks yang benar dan konsisten dapat mengurangi risiko sifilis, herpes genital dan chancroid. Penularan PMS, termasuk sifilis tidak dapat dicegah dengan mencuci alat kelamin, kencing, dan/atau douching setelah berhubungan seks.
Tiap tanda tubuh yang tidak biasa, luka, atau ruam, khususnya di daerah selangkangan, harusnya menjadi sebuah tanda bagi seseorang untuk menahan diri untuk berhubungan seks dan agar segera berkonsultasi kepada dokter. –ast
Koran Tokoh Edisi 709

Senin, 03 September 2012

Mari Elka Pangestu, Hobi Menyelam dengan Anak

Di balik kesibukannya sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  Mari Elka Pangestu masih sempat melakukan hobi menyelam yang sudah digandrunginya sejak sebelum menikah.  Beberapa tempat menyelam di wilayah Indonesia sudah dijajalnya, mulai dari Pulau Komodo, Derawan, Gili, bahkan Tulamben.  “Saya ingin menyelam lagi  saat  berada di Bali.  Ingin lihat terumbu karang dan ikan. Saya mau tanam terumbu karang juga. Cuma waktunya mepet. Tapi tahun depan pasti,” tuturnya saat ditemui dalam rapat koordinasi  persiapan pelaksanaan APEC di kantor BTDC Nusa Dua, Sabtu (25/8).
Ia menuturkan, hobinya itu sudah digandrunginya sejak sebelum menikah. Setelah menikah, ia vakum tak lagi menekuni hobinya itu. Namun, sejak diangkat menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, saat berkunjung ke berbagai wilayah Indonesia, ia melihat sebagian besar daya tarik alam Indonesia selain di darat juga di bawah laut.  “Saya pikir hobi saya mulai bisa disalurkan lagi,” ujarnya sembari tertawa. Tak tanggung-tanggung, putra sulungnya, ia ajak turut serta menyelam. Malah, saat itu putranya baru berusia 12 tahun. Wilayah pertama yang dijajal adalah Tulamben yang merupakan diving tourism. “Tulamben selain  menawarkan wisata menyelam  untuk melihat wisata bawah laut, ada juga kapal selam.  Saya dan keluarga sempat berlibur bersama. Sejak menyelam pertama di Tulamben, anak saya ketagihan. Malah sekarang sudah 100 kali menyelam. Saya baru hanya 10 kali,” tuturnya.

menyelam di Derawan
Mari Elka Pangestu  lahir di Jakarta, 23 Oktober 1956. Mari Pangestu menikah dengan Adi Harsono dan memiliki dua orang anak, Raymond dan Arya. Mari Pangestu adalah anak dari ekonom terkenal Indonesia J. Panglaykim.
Ia memperoleh gelar Bachelor dan Master of Economics dari the Australian National University, serta gelar Ph.D. dalam bidang Perdagangan Internasional, Keuangan, dan Ekonomi Moneter dari Universitas California, Davis pada tahun 1986.
Mari Pangestu telah lama aktif dalam berbagai forum perdagangan dan disebut sebagai seorang peneliti ekonomi terpandang di Indonesia. Mari Pangestu juga dulunya aktif mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.  Ia diangkat menjadi  Menteri Perdagangan Indonesia sejak 21 Oktober 2004. Ia adalah perempuan Tionghoa Indonesia pertama yang memegang jabatan sebagai menteri di Indonesia.  Pada 18 Oktober 2011, berkaitan dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu, Mari Elka Pangestu dipindahtugaskan sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggantikan Jero Wacik. –ast

Koran Tokoh, Edisi 708

Minggu, 12 Agustus 2012

Biduran Dialami 60% Perempuan

Saat ini suhu udara sangat dingin. Apalagi, malam hari.  Bagi sebagian orang cuaca dingin membuat merasa nyaman.  Namun, lain halnya dengan orang-orang yang menderita “alergi dingin”. Suhu dingin ini sangat menyiksa, karena pada saat suhu dingin pada kulitnya akan muncul bentol-bentol merah tebal yang terasa sangat gatal. Bentol gatal ini dikenal dengan istilah biduran. Apakah sebenarnya biduran itu?

Menurut staf pengajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unud/RS Sanglah, dr. I.G.N Darmaputra, Sp.K.K. mengatakan, biduran istilah medisnya urtikaria merupakan penyakit yang sering ditemukan, diperkirakan 3,2-12,8% dari populasi pernah mengalami biduran. Biduran merupakan golongan penyakit alergi dimana sebagian besar penderita menganggap bahwa penyebab utama biduran adalah udara dingin. Padahal udara dingin hanya sebagai salah satu faktor yang memperberat atau faktor pemicu kekambuhan. “Terdapat banyak faktor pemicu kekambuhan biduran seperti udara dingin, udara panas, makanan, debu, stres maupun infeksi bakteri atau virus. Bahkan dari hasil penelitian, ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya,” papar pemilik D.I. Klinik Centre ini.  Ketidakpastian penyebab timbulnya biduran, disebabkan faktor yang berpengaruh sangat banyak dan sulit dipastikan.
Biduran tidak akan timbul bila penyebab utama alergi tidak ada. Artinya, bila orang tersebut tidak memiliki alergi, faktor pencetus tadi seperti  alergi makanan, udara dingin, udara panas, stres, infeksi virus,  dan lain sebagainya tidak akan berpengaruh. Jadi, udara dingin dan faktor pemicu lainnya hanya memperberat bukan penyebab utama.
Ia menyebutkan, dasar penyebab utamanya adalah atopi atau suatu keadaan atau kelainan alergi yang sifatnya diturunkan dari dalam satu keluarga dengan manifestasi penyakit seperti biduran, radang kulit berulang, timbulnya pada tempat tertentu dengan tanda khas sesuai umur (dermatitis atopi), asma, sering pilek , bersin sampai hidung tersumbat dan biasanya terdapat pula tanda lain berupa lingkaran gelap di mata, kulit  agak pucat. Biduran akan imbul hanya pada seseorang yang memiliki atopi, jadi walaupun sama-sama kedinginan tidak semua orang akan muncul biduran

JANGAN DIGARUK
Menurutnya, tidak ada perbedaan ras dan umur, terbanyak pada kelompok umur 40-50 an. Hanya, pada biduran kronis lebih sering dialami kaum wanita  sekitar 60%.  Jadi, biduran ini bisa menyerang anak-anak maupun pada dewasa. Biduran bisa terjadi di bagian tubuh mana saja, dengan bentuk dan ukuran yang beraneka ragam.  Dari yang berbentuk kecil-kecil seperti gigitan nyamuk atau besar dan terlihat seperti piring makan, bisa juga terlihat seperti cincin atau kelompok-kelompok cincin yang bergabung bersama. Bisa timbul dalam kelompok dan bisa berubah tempat hanya dalam hitungan jam. Bentol-bentol ini bisa juga timbul di wajah penderita dalam jumlah banyak, lalu hilang. Kemudian, akan timbul di lengan.  jika seseorang sudah tahu dirinya akan terjangkiti, dengan tanda muncul bentol-bentol pada kulit tubuh dan rasa gatal.
Ia menyarankan,  jangan digaruk. “Karena jika digaruk maka seseorang akan mengalami siklus gatal garuk. Jika bentol makin digaruk maka bahan aktif histamin akan makin banyak keluar dan yang terjadi justru bagian yang digaruk makin gatal dan muncul bentol yang sesuai bentuk garukan memanjang,” ujarnya.
Biduran juga bisa mengenai lapisan bawah kulit dan mukosa menyebabkan bengkak pada kelopak mata (bisa satu mata atau keduanya), bibir membengkak atau dikenal dengan istilah angioedema. Biduran yang disertai angioedema merupakan penyakit serius dan bisa menyebabkan kematian. Jika mengenai selaput lendir, gabungan biduran dan angioedema ini bisa menyebabkan  bengkak di sekitar  mukosa, seperti bengkak di daerah bibir. Jika terkena saluran napas, bisa mengakibatkan susah menelan dan sulit bernapas. Jika dibiarkan akan menyebabkan susah bernapas, sehingga menyebabkan kematian

BEDAK MENGANDUNG MENTHOL
Ia mengatakan, penanganan biduran yang paling ideal adalah menghindari penyebab atau faktor pencetus agar tidak terjadi atau meminimalisir terjadinya biduran. “Cara menemukan faktor pencetus adalah dengan melakukan pemeriksaan penunjang. Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membuktikan penyebab biduran,” katanya. Selain itu, pemeriksaan darah, air seni dan tinja rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada organ dalam. Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan komplemen. Tes kulit, walaupun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu diagnosis. Uji gores dan uji tusuk dapat dipergunakan untuk mencari alergen penyebab. selain itu bisa dilakukan tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
Ia mengatakan, saat terjadi kekambuhan dapat diberikan antihistamine karena dapat mengontrol gejala bagi sebagian besar kasus. Namun, tidak dapat menghilangkan penyebabnya. Selain itu dapat diberikan kortikosteroid apabila  pengobatan dengan anti histamin saja tidak cukup. Obat-obat ini dapat mengurangi bengkak, kemerahan dan gatal, namun hanya diminum dalam jangka waktu sebentar saja karena mempunyai efek samping yang cukup serius.
Pengobatan lokal berupa bedak atau lotion yang mengandung menthol.  “Jika biduran merupakan tanda dari reaksi alergi yang lebih serius yang dapat mempengaruhi pernapasan dan fungsi organ lain, maka penderita  butuh pertolongan medis sesegera mungkin. Obat yang disebut epinefrin biasanya diberikan dengan cara suntikan,” paparnya. 
Namun, kadang biduran akan sembuh dengan sendirinya tanpa bantuan obat-obatan atau tak memerlukan kunjungan ke dokter. Untuk mengatasi biduran atau biduran, yang paling penting adalah menghindari faktor pencetusnya. --ast
Mencegah Biduran
•    Untuk mencegah terulangnya biduran, usahakan mencari penyebab alergi dan perhatikan bahan apa saja yang baru disentuh, dimakan, atau diisap ketika mulai terserang biduran.
•    Jika penyebabnya adalah makanan, maka hindari makanan tersebut.
•    Jika kekambuhannya karena faktor cuaca yang tidak bisa kita hindari, pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara menjaga suhu tubuh agar tetap hangat seperti mandi dengan air hangat, menggunakan jaket atau sweater jika beraktivitas di udara dingin serta menggunakan selimut maupun kaos kaki saat tidur. --ast