Selasa, 14 Juli 2009

Disnaker Buka Magang ke Jepang

Dalam upaya mengurangi jumlah penganggur telah dibuka magang ke Jepang. Pendaftaran dibuka 24 Agustus. Jepang mengharapkan tenaga dari Bali sebanyak-banyaknya. Demikian diungkapkan Drs. I Made Juana, M.M., Kepala Bidang Lattas Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan (Disnaker Transduk) Prov. Bali.
Ia mengatakan Indonesia sedang menghadapi masalah pengangguran. Melimpahnya jumlah pencari kerja tidak sesuai dengan kesempatan kerja yang tersedia. Akibatnya, masih banyak pengangguran. Data statistik penduduk Bali tahun 2008 menunjukkan, dari 3.950.920 orang yang tergolong usia kerja sebanyak 2.703.767. Angkatan kerja yang ada sebesar 2.094.697 dan jumlah pengangguran 95.512 atau 4,56% dari jumlah angkatan kerja. “Jumlah angkatan kerja di Bali setiap tahunnya cenderung meningkat. Hal ini karena semakin banyaknya lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi Sementara, tidak semua lulusannya terserap dalam dunia kerja karena terbatasnya lapangan pekerjaan,” ungkapnya.

Ia memaparkan, secara umum permasalahan ketenagakerjaan di Bali antara lain karena kesempatan kerja belum mampu menyerap angkatan kerja, jumlah pengangguran tinggi, kualitas angkatan kerja relatif rendah.
Data United Nation Development Program badan PBB untuk program pembangunan, menempatkan Indonesia di peringkat 108 dalam indeks pembangunan manusia. Peringkat ini jauh dibawah Singapura (peringkat 25), Brunei (peringkat 34), Malaysia (peringkat 61), Thailand (peringkat 74), dan Filipina (peringkat 84). Indonesia hanya setingkat lebih baik dari Vietnam. Indonesia mampu melampaui dua negara yakni Timur Leste (142) dan Papua Nugini (139).

Hal ini, kata Juana, diperparah dengan kurangnya penguasaan bahasa asing bagi calon tenaga kerja, kurangnya minat pada pekerjaan informal, dan rendahnya jiwa wirausaha.
Untuk mengatasi meningkatnya jumlah pengangguran, Disnaker Transduk telah menyiapkan balai latihan kerja (BLK) bagi angkatan kerja di Bali. BLK memberikan pelatihan keterampilan bagi golongan menengah ke bawah tanpa dipungut biaya. Berbagai jurusan telah dibuka seperti bangunan, elektronika, listrik, otomotif, sekretaris, komputer, dan pariwisata. Setiap kelas diisi 16 siswa dengan instruktur professional. Selama ini jurusan bangunan sepi peminat. “Pelatihan di BLK tidak mendapatkan uang saku dan makan. Mungkin mereka lebih suka langsung bekerja pada pemborong,” ujar Juana.

Menurut Juana, setelah mengikuti pelatihan, para tenaga kerja ini diberikan kesempatan magang di perusahaan. Sebagian besar, kata Juana, mereka langsung diterima bekerja.
Sejak tahun 1995 Disnaker Transduk bekerja sama dengan Asosiasi Usaha Menengah di Jepang membuka kesempatan magang ke Jepang selama 3 tahun. Sampai tahun 2009 sebanyak 425 orang dari Bali telah diberangkatkan magang ke Jepang. Setiap tahunnya Pemerintah Jepang meminta kebutuhan tenaga magang dari Bali sebanyak-banyaknya.

Menurut Juana, orang Bali dikenal sangat disiplin dan bertanggungjawab sehingga permintaan rutin tiap tahun. Sampai saat ini, kaat Juana, belum ada komplain dari Pemerintah Jepang. Namun, ketatnya persyaratan banyak tenaga kerja yang gagal. “Banyak peminat gagal dalam tes fisik dan matematika. Lari 30 kilometer dengan waktu 15 menit mereka tidak mampu. Mereka terlalu priyayi, tidak mau dipaksakan,” ujarnya. Ia menyebutkan kabupaten yang paling banyak mengirim tenaga kerja dari Jembrana, Badung dan Denpasar. Seleksi meliputi administrasi, pemeriksaan kesehatan tubuh, tes matematika, bahasa Jepang, wawancara, psikotes, dan medical check up.

Mulai tahun 2009 kemampuan bahasa Jepang dimasukkan dalam persyaratan calon tenaga kerja. Untuk itu, Disnaker Transduk menyiapkan jatah 60 orang untuk mendapatkan kursus gratis bahasa Jepang. “Mereka yang mendapatkan kesempatan ini, harus lulus seleksi administrasi,” jelas Juana. Karena hanya dijatah 60 orang, terpaksa diseleksi untuk kursus bahasa
Untuk seleksi menggunakan sistem gugur. Biaya tes bisa dicicil tidak sekaligus. “Untuk tes pemeriksaan kesehatan tubuh ada biaya makannya Rp 20.000. Kalau tidak lulus, hanya rugi Rp 20.000 saja. Kalau dihitung selama menjalani tes keseluruhan biaya sekitar 5 juta,” jelasnya.
Walaupun magang, tenaga kerja tetap mendapatkan upah. Untuk tahun pertama 6 juta setiap bulannya, tahun kedua 7 juta setiap bulannya, dan tahun ketiga 8 juta tiap bulannya. Setelah kembali ke Indonesia tiap orang dibekali modal 50 juta untuk berwirausaha. “Mereka diharapkan bisa mandiri dan membuka usaha. Mereka ini yang nantinya melatih bahasa dan budaya Jepang bagi calon tenaga magang yang akan berangkat.

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 548, 12 Juli 2009

1 komentar:

Edwin mengatakan...

setuju sekali ^^.. soalnya untuk magang di indonesia tingkat gaji sangat rendah dan ilmu yang didapatkan tidak sebanyak dengan magang di luar negeri. kalau bisa sampai ke Jepang, bagus banget!! Setelah uang terkumpul, bisa bikin usaha memajukan indonesia ^^

http://businessknowledges.blogspot.com