Kamis, 24 September 2009

Pesta Kejutan di Hari Ulang Tahun

Kombes Pol. Drs. Gde Sugianyar Dwi Putra S.H., M.Si.
dengan Lina Meidevita ( 3-Habis)

Setelah 26 tahun meninggalkan kampung halaman, Gede kembali pulang ke Bali. Desember 2008, ia dipercaya menjabat Kabid Humas Polda Bali. Lelaki murah senyum ini menuturkan kedekatannya dengan para wartawan sejak bertugas di Jakarta sangat membantu tugasnya membina komunikasi yang baik antara polisi dan masyarakat. “Sosok polisi memang harus tegas tapi tidak galak. Polisi seyogyanya memiliki paduan sifat humanis dan ketegasan,” ujar Gde. Ia berpandangan ukuran keberhasilan polisi bukan seberapa besar kemampuan dan kepiawaiannya mengungkap suatu kasus kejahatan melainkan bagaimana keberadaan dan kedekatannya bisa dirasakan masyarakat

Citra polisi yang masih menjadi momok di masyarakat sangat ingin diubahnya.
Ia menilai polisi bukan hanya sebagai penegak hukum tapi juga sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Polisi hendaknya dekat dengan masyarakat. Polisi perlu pengetahuan komunikasi efektif agar dapat mengatasi konflik di masyarakat. Untuk mewujudkan ini, Gde menerapkan sistem pemolisian masyarakat.

Saat Gde bertugas di Balikpapan, ada kasus demo besar-besaran yang dilakukan para nelayan di Desa Manggar. Mereka mengancam menduduki kilang minyak pertamina. Para nelayan ini mencegat dan melempar bom molotov kapal tanker yg merapat ke teluk Balikpapan. Hal ini dipicu karena para nelayan tidak dapat melaut dengan dibatasinya jatah minyak tanah oleh Pertamina. Demo ini sangat membahayakan objek vital nasional karena kilang minyak di Balikpapan, menyuplai 25 % kebutuhan BBM nasional untuk kawasan Indonesia Timur. Gde dengan proaktif mendatangi dan berkomunikasi dengan para nelayan. Mereka dicarikan solusi yang terbaik. Gde yang saat itu sebagai Kapolresta Balikpapan berperan sebagai mediator dengan pihak pertamina. Demo anarkis tidak jadi dilaksanakan dan polisi pun mendapat kepercayaan dari masyarakat.

Kasus kedua yang terjadi, kata Gde, perkelahian antar dua kelompok beda etnis di satu kampung. Kasus dipicu akibat salah faham anak muda yang berakibat pengrusakan rumah dan tawuran menggunakan senjata tajam. Terjadi korban luka berat. “Saya datangi langsung kedua belah pihak yang bertikai di rumahnya masing-masing. Mereka didamaikan melalui proses komunikasi yang intensif. Syukurlah berhasil dan tidak meluas ke SARA,” ujar lelaki asal Pandak Gede Tabanan ini.

Ia menilai pemolisian masyarakat dapat diterapkan dalam semua segi. Ketika Gde bertugas sebagai Kasubdit Min Regident Polda Kaltim pelayanan yang paling dikeluhkan adalah rumitnya pembuatan STNK dan calo yang berkeliaran. Gde segera melakukan pembenahan. Calo ditertibkan dan pengurusan samsat tidak berbelit-belit. Masyarakat dilayani dengan baik dengan waktu yang singkat. Samsat Balikpapan meraih penghargaan Citra Pelayanan Prima tahun 2006 dan kehoromatan dikunjungi Menteri Taufik Effendi karena Kaltim menjadi pilot project di bidang pelayanan publik. Kantor samsat Balikpapan menjadi rujukan dalam pelayanan dan dikunjungi beberapa wilayah Riau, Kateng, Sulut, Jogja dan seluruh Polres yang ada di Kaltim.
Gde memperoleh pin emas dari Kapolda Balikpapan Joshua Sitompul sebagai personal berprestasi. Tak lama kemudian dia ditunjuk langsung sebagai Kapolresta Balikpapan. Gde diharapkan membenahi pelayanan publik di Mapolresta Balikpapan dalam rangka mewujudkan kedekatan dengan masyarakat dan membangun trust building.

Bukan hanya dalam tugas polisi, Gde memunyai kiat khusus. Urusan pribadi pun Gde punya resep jitu menjaga keutuhan rumahtangganya. “Selesaikan konflik secara terbuka. Simpan rahasia antar suami istri sebisa mungkin. Konflik yang terjadi jangan sampai dicium anak-anak. Suami istri harus mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing dan berupaya memberi yang terbaik untuk keluarga,” tutur Gde.
Kiat Gde yang lain, tak pernah melupakan ulangtahun istri dan anak-anaknya. Gde selalu mengingat saat-saat indah itu dan terkadang memberi pesta kejutan. Satu momen yang paling berkesan baginya, saat perayaan ulangtahun istrinya Lina Meidevita ke-38. Saat itu Gde menjabat Kapolresta Balikpapan.
Gde dan keempat putra-putrinya membuat pesta kejutan untuk Lina. Perempuan kelahiran Solo 31 Mei 1969 itu mendapat undangan menghadiri pesta kuliner bertempat di salah satu restoran dekat pantai. Lina mengajak Gde dan anak-anaknya. Namun, Gde memunyai alasan lain. Ia dan anak-anak akan menyusulnya. Akhirnya Lina datang ke pesta itu bersama beberapa temannya. Lina tidak mengetahui, Gde dan keempat buah hatinya sedang membuat pesta kejutan untuknya. Tiba-tiba saat pesta berlangsung, lampu mati. Muncul secercah sinar dari pantai dan Gde muncul dari laut dengan naik speed boat. Sambil membawa setangkai bunga mawar, Gde langsung menyanyikan satu lagu romantis milik Delon yang berjudul “Karena Cinta”.

Lina terkejut karena sedikitpun ia tidak menyangka Gde dan anak-anaknya memberi kejutan di hari ulangtahunnya. Malah, menurut Lina, ia mengira Gde lupa ulangtahunnya. Dari para tamu yang hadir tampak kedua orangtua Gde yang sengaja datang dari Bali. Begitu juga om dan tante Lina turut hadir. Mereka sebelumnya diungsikan terlebih dahulu di hotel agar tidak ketahuan Lina. Sesaat kemudian, muncul keempat putra-putrinya sambil membawa kue ulangtahun. Perayaan ulangtahun Lina ke-38 penuh dengan suasana haru. Sambil meneteskan air mata Lina menerima ucapan selamat dari keluarga dekatnya dan teman-temannya. “Itu momen yang paling berkesan dalam hidup saya,” tutur Lina.
Saat akhirnya, Gde harus dipindahtugaskan ke Bali, ia sempat khawatir. Walaupun di sisi lain ia mengaku senang dapat pulang ke kampung halaman. “Anak-anak tidak fasih bahasa Bali. Mereka perlu penyesuaian lagi,” ujar Gde.

Namun, melihat kebanggaan istri dan putra-putrinya bisa pulang ke Bali, Gde merasa mantap. Putra sulungnya Gde Wirawibawa Eka Putra saat ini tercatat sebagai mahasiswa ITB jurusan teknik Sipil. Cita-cita Gde yang kandas jadi insinyur akhirnya diteruskan putranya. Gde merasa bangga, Wirawibawa termasuk anak yang berprestasi. Usia 16 tahun ia sudah menamatkan SMAnya, dan masuk kelas percepatan. Putri kedua dan ketiga Made Ayu Gina siswi kelas II SMAN 1 Denpasar dan Nyoman Tri Yuliani SMA 1 Denpasar. Putri keempat Ketut Kanya Paramitha Devita siswi kelas 6 SD Cipta Dharma Denpasar. Untuk memantapkan ketiga putrinya, mereka dikursuskan privat bahasa Bali. Awal-awal mereka sempat merasa bingung, tapi lama-kelamaan mereka dapat bersosialisasi dengan baik. Saat upacara agama di kampung asalnya Desa Pandak Gede Tabanan, mereka selalu pulang. Kesempatan ini digunakan Gde untuk mendekatkan keluarganya dengan keluarga besarnya.

Menurut Gde, sejak kepindahan mereka di Bali, saat libur mereka lebih banyak menghabiskan waktu ke pantai. “Pantai dan wisata alam menjadi favorit kami. Sekalian mencari objek pemotretan,” ujar lelaki yang selalu menghabiskan waktu senggangnya bersama keluarga ini. Perwira berbintang melati tiga ini mengaku, sejak di Bali, ia memunyai lebih banyak waktu bersama keluarganya. Berbagai kegiatan yang diselenggarakan di Bali, tak luput dari perhatian Gde bersama keluarganya. Perlombaan layang-layang saat Sanur Festival, menjadi daya tarik bagi Gde. Berbagai koleksi foto jepretan Gde terekam manis dalam album keluarganya. –ast

3 komentar:

Erik mengatakan...

Nah ini dia, sosok sorang Polisi yang bisa kita jadikan teladan. Semoga beliau semakin sukses dalam meniti karir dan rumah tangganya

yantuar mengatakan...

maju terus polisi indonesia..

wirati mengatakan...

buat erik dan yantuar:
baguuuuussssssssssssssss