Selasa, 12 Oktober 2010

Ikan patin Bisa jadi Primadona

Ikan patin hampir menyerupai ikan lele. Bentuknya lebih besar dan lebih lebar. Warna dagingnya putih dan sangat bagus untuk fillet. Tulangnya besar dan ditengah-tengah sehingga memudahkan untuk memasaknya. Namun, ikan ini belum terkenal di masyarakat. Padahal, kata Kadis Kelautan dan Perikanan Prov. Bali Ir. I Gst. Putu Nuriartha, M.M. menurut para ahli gizi, ikan patin sangat bagus untuk kesehatan ginjal dan hati. Sekarang ini, ikan patin sudah dikembangkan di Tabanan, Gianyar, Karangasem, dan Jembrana. Target pemerintah meningkatkan produksi perikanan 350% terus dilakukan dengan mengajak masyarakat gemar makan dan masak ikan. “Lomba pangan dan pameran makanan ikan terus dilakukan untuk lebih memasyarakatkan ikan,” ujarnya.

Kepala UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Pesiapan Tabanan I Nyoman Puniayasa mengatakan, ikan patin memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan ke depan. ‘Rasa dagingnya kenyal dan enak selain bergizi. Harga juga masih terjangkau. Budi daya ikan patin sangat menjanjikan,” kata Puniayasa. Untuk memperkenalkan ikan patin, tahun 2005 BBI Pesiapan Tabanan melakukan uji coba budidaya ikan patin pertamakalinya di Bali. Dengan mengambil induk di BBI Sukamandi Jawa Barat, dilakukan penebaran 10 ribu benih. Dalam waktu tiga bulan panen sekitar 2 ton ikan patin. Untuk lebih memasyarakatan ikan ini, staf pegawai di BBI dianjurkan mengonsumsi ikan ini. Satu warung makan di Desa Dukuh Kec. Tabanan, diajak bekerja sama untuk menjual olahan ikan patin.

Selain melakukan pembenihan, kata dia, BBI Pesiapan satu-satunya BBI di Bali yang melayani bursa ikan. “Petugas BBI diberi tugas tambahan untuk menyerap hasil produksi petani agar tidak ada lagi keluhan pemasaran dari petani khususnya ikan patin,” jelas Punia.
Ia mengatakan, bursa ikan biasanya ramai dikunjugi masyarakat menjelang hari raya dan Tahun Baru. Untuk budidaya ikan patin, harga benih Rp 250 per ekor. Harga pakannya Rp 7000 per kilogram Awalnya, kata dia, budidaya ikan patin dengan hasil panen dua ton menghabiskan pakan 2,7 ton. Dengan perkembangan sekarang, konversi panen satu ton kini menghabiskan pakan 1,3 ton. “Walau konversi masih tinggi, dengan harga pakan Rp 7000 per kilogram, petani masih untung. Harga ikan patin Rp 20.000 satu kilogramnya,” jelasnya.

Masalah yang dihadapi dalam budidaya ikan patin adalah menekan harga pakan. Dibandingkan dengan harga ikan patin di Jakarta Rp 12.000, harga ikan patin di Bali tergolong masih mahal berkisar Rp 20.000. Ia mengatakan, berbeda dengan ikan tawar lainnya, pembenihan ikan patin dengan kawin suntik. “Belum ada pembenihan di Bali, karena masih mendatangkan induk dari Jawa,” ujarnya. Kendalanya, kata dia, memerlukan tempat khusus untuk membuat induk ikan. Kalau ikan tawar lain seperti lele, kaper, bawal, gurame mudah dikawinkan.
Petani di Bali masih menjadikan usaha budidaya ikan sebagai usaha sampingan. Padahal, budidaya ikan patin membutuhkan kedisplinan tinggi terutama dalam pemberian pakannya. Ketidakteraturan pemberian pakan menghasilkan pertumbuhan yang terhambat dan menghabiskan pakan lebih banyak.

Saat ini, kata dia, sekitar ada sekitar 10 kelompok petani yang membudidayakan ikan patin tersebar di Desa Dukuh, Megati, dan Subamia. “Lebih banyak di kota karena budidaya ini membutuhkan suhu di atas 27 celcius,” katanya. Namun, ia optimis ke depan ikan patin akan menjadi primadona di Bali.

Kendala Pemasaran
Kelompok Mina Agrina Mumbul Desa Dukuh Kec. Tabanan salah satu kelompok yang membudidayakan ikan patin. Menurut ketua kelompok Ketut Arka mereka sudah pernah panen sekali. Namun, ia mengaku pemasarannya masih tersendat-sendat. “Tebaran 4000 benih pertamakalinya masih tersisa. Sekali panen tidak langsung habis. Masih ada sisanya. Kalau setahun masih di kolam kami rugi karena harus tetap diberi makan,” ujarnya. Pelanggan tetapnya RSU Tabanan yang rutin memesan satu kuintal dan masyarakat sekitarnya. Menurut penyuluh perikanan I Gst. Putu Arnawa awalnya memang dikembangkan di Desa Dukuh. Namun, lama-kelamaan banyak masyarakat mulai tertarik budidaya. Ia berharap, dengan mulai tertariknya minat masyarakat berbudidaya ikan patin, perlu dipikirkan ke depan, agar pemasarannya tidak tersendat-sendat. Dengan seruan dari Gubernur Bali agar mulai melirik ikan patin, ia berharap masyarakat mulai tertarik untuk makan ikan patin.

Diminati Turis Asing
Kabid Perikanan Tangkap dan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali A.A. Mahendra mengatakan, sebenarnya pemasaran ikan patin tidak ada masalah. Sudah banyak warung makan yang tertarik menjual olahan ikan patin. “Untuk bakso ikan sangat bagus karena dagingnya kenyal dan warnanya putih,” katanya. Malah, kata dia, ada permintaan dari supermarket besar di Denpasar dan Kuta, karena turis asing sangat menyukai ikan patin. Namun, mereka menegaskan, apakah pengiriman dapat dilakukan secara kontinu. Selain meminta ikan utuh, mereka juga meminta dalam bentuk fillet. Ia berharap, petani jangan hanya mengandalkan pemerintah, tapi harus gencar juga mencari infomasi warung makan atau supermarket yang sudah yang melirik ikan patin ini. –ast

KOran Tokoh, Edisi 613, 10-16 Oktober 2010

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Utk daerah bali.yang butuh ikan patin saya bisa suplay dari gresik jatim. Atau hub 082144232646

Anonim mengatakan...

Utk daerah bali.yang butuh ikan patin saya bisa suplay dari gresik jatim. Atau hub 082144232646

Unknown mengatakan...

Kalo bibut patin albino berapa per ekornya bos

Jemmy S mengatakan...

Yg tau daerah jembrana bali dimana ya,sy penggemar ikan patin..
Tolong info dinomr 081338606749/ 087788015079. Thanks