Jumat, 13 Januari 2012

Ni Wayan Eka Ciptasari Kepincut Yoga

Cantik luar, cantik pula di dalam. Itulah moto yang dianut perempuan dengan nama lengkap dr. Ni Wayan Eka Ciptasari, Sp.K.K. Runner Up II Putri Indonesia 2001 ini, tidak hanya piawai merawat kecantikan wajah dan kulitnya, tapi ia rutin melakukan yoga untuk menjaga kebugaran tubuhnya agar memancarkan inner beauty.
Perempuan kelahiran Jakarta, 21 Februari 1979 ini mengatakan, untuk menjaga kecantikan kulit wajah dan tubuhnya, ia mempunyai kiat tersendiri. Sejak remaja sebelum tidur ia selalu mengoleskan sekujur tubuhnya dengan lotion (pelembab). Khusus untuk wajah, sebelum tidur ia selalu mengoleskan krem malam. Sebagai dokter kulit, ia mengatakan, hal itu baik dilakukan untuk melembabkan, menjaga kelenturan dan elastisitas kulit.

Sejak 10 bulan yang lalu, ia kepincut yoga. Ia menuturkan, setelah mencoba senam aerobik dan body language, gerakan yoga terasa lebih cocok untuk dirinya. ”Awalnya saya tertarik setelah membaca manfaat yoga di majalah. Saya coba membeli CD-nya dan belajar sendiri. Namun, belum afdal kalau belum dilatih sang guru. ”Bersama seorang teman di Rotary Club akhirnya saya ikut kelas yoga,” tutur istri Komang Agus Satria Pramudana, ST. M.Com. ini.

Ia mengaku banyak manfaat yang dirasakan setelah rutin beryoga. Tubuhnya terasa lebih fit dan yoga mampu membentuk badannya dengan proposional dan melatih otot serta pernapasannya dengan baik. Selain itu, ia mengatakan yoga mampu memberi ketenangan bagi dirinya. Kiat lain sebagai penunjang kecantikannya, ia selalu minum air putih, istirahat yang cukup, mengurangi begadang, menghindari gorengan, dan minum suplemen antioksidan.
Kesibukannya sebagai dokter spesialis kulit hanya dilakoni sore hari di tempat praktiknya. Itu semua dilakukan Dokter Eka, begitu ia akrab disapa, agar waktu mengurus ketiga buah hatinya tidak tersita. Ia mengaku tak terlalu ambisi. Ia ingin menjalani hidupnya dengan seimbang baik di karier maupun keluarga.

Suka Modeling
Putri sulung Prof. Dr. dr. I Wayan Wita, Sp. JP. dan Ni Ketut Gadung ini sejak kecil memang hobi bergaya. Melihat bakatnya itu, orangtuanya memasukkan ke salah satu agency modeling. Berbagai prestasi diraihnya untuk urusan lomba busana adat ke pura. Selain suka model, Eka, juga hobi renang. Prestasinya di bidang renang telah ia sumbangkan kepada almamaternya di SMPN 3 Denpasar. Setelah meneruskan di SMAN 1 Denpasar, peraih Teruni Bali 1995 ini, memperkuat tim paduan suara Smansa Denpasar. Ia juga dipercaya sebagai mayoret marching band di sekolahnya itu.
Selain disibukkan dengan kegiatan ekstrakurikuler, Eka juga aktif berorganisasi di OSIS sejak SMP. Bukan hanya itu, prestasi akademiknya terbilang lumayan. Juara umum pernah diraihnya ketika di SMP dan SMA.
Ia menuturkan, orangtuanya sangat menerapkan disiplin keras kepada dia dan adik sematang wayangnya dr. Made Putra Swi Antara yang kini sedang melanjutkan pendidikan spesialis jantung di UI. ”Papa selalu menerapkan disiplin untuk waktu belajar. Saat belajar harus belajar. Boleh sibuk berorganisasi tapi pukul 21.00 harus sudah di rumah,” ujarnya.

Prestasinya yang menonjol di bidang akademik dan aktif berorgansasi membuatnya terpilih mewakili sekolah dan Bali dalam ajang remaja Indonesia tahun 1995, dan anggota Paskibraka tahun 1996.
Setelah tamat SMA, Ibunda Putu Sharita Hindi Pratiwi (9 tahun), Made Isyana Lui Pratisi (7 tahun), dan Komang Aruna Gio Pranata (5 tahun) mempunyai dua pilihan jurusan untuk meneruskan studinya; psikologi dan kedokteran. Namun, setelah diskusi dengan kedua orangtuanya, Eka memutuskan memilih kedokteran.
Setelah diterima di Fakultas Kedokteran Unud, ia mulai mengurangi kegiatan modelingnya. Ia lebih fokus belajar. Namun, acara tertentu, kadang ia diminta mewakili fakultas maupun kampusnya. Tahun 1998, ia terpilih sebagai putri kampus. Ketika memasuki awal co as, ia tertarik membaca selebaran di salah satu majalah tentang pemilihan Putri Indonesia. Ia iseng mengirimkan formulir ikut sebagai peserta. Tak lama berselang, ia dinilai tim juri langsung datang ke Bali.

Ia mengatakan tidak tahu apakah ada peserta dari Bali lainnya selain dirinya. ”Saya tidak tahu apakah ada peserta lain dari Bali. Waktu dites saya sendiri. Pemilihan waktu itu berbeda dengan sekarang. Tidak ada lomba sebelumnya seperti Putri Bali,” ujarnya. Ia mengatakan sangat beruntung mendapatkan kesempatan ikut pemilihan Putri Indonesia. ”Saya mendapat banyak teman dan banyak pelajaran. Jadwal karatina dua minggu sangat ketat. Dari bangun pagi sampai malam hari acaranya padat. Kami harus mempunyai stamina yang kuat. Semua dinilai termasuk kebersihan kamar. Tiap hari selalu ada pembekalan malah seperti kuliah saja,” tuturnya.
Menurut Dokter Eka, semua pengalamannya di pemilihan Putri Indonesia sangat berkesan. Apalagi, kata dia, peserta dapat bertemu dengan pejabat negara dan rutin mengikuti jumpa pers. Peserta juga diundang ke mal untuk berbagai pengalaman dan setiap malam pasti ada undangan makan malam. ”Pokoknya seru,” ujarnya.
Selama dua minggu, ia dan peserta lainnya tidak boleh menerima tamu dari luar. Walau hanya menerima telepon, tetap harus seizin panitia. Perjuangannya tak sia-sia. Ia mengharumkan nama Bali dengan prestasi Runner Up II Puri Indonesia 2001. Setelah mendapatkan prestasi itu, ia kerap diminta sebagai juri modeling.
Setelah dokter muda, ia memutuskan menikah dengan lelaki yang dipacarinya sejak kuliah. Ia mengaku, orangtuanya baru mengizinkan untuk pacaran setelah kuliah.

Setelah menikah, ia tak memakai jasa baby sitter. Semua dilakukan sendiri mulai dari memandikan dan memberi makan buah hatinya. Serunya lagi, saat ia harus ke rumah sakit, pagi-pagi ia titip buah hatinya di rumah ibunya. Begitu juga saat ia harus jaga malam. ”Kalau saya dapat tugas jaga, anak saya yang masih bayi dibawa mama ke rumah sakit. Mama menunggu di mobil. Setelah ditelepon, saya langsung keluar ruangan dan menyusui di mobil. Setelah selesai, anak saya lagi dibawa pulang. Begitu terus kalau pas jaga,” tuturnya sembari tertawa mengenang kisahnya itu. Ia mengatakan, kedua anaknya ia beri ASI eksklusif hingga 1,5 tahun. Sedangkan si bungsu hanya menyusu selama enam bulan karena tidak mau lagi. ”Mungkin juga karena saya sibuk ambil spesialis,” ujarnya. Menurutnya, ibunya Ni Ketut Gadung merupakan ibu terhebat. ”Sampai sekarang sudah menikah pun, mama selalu membantu menjaga anak-anak kalau saya ada acara ke luar kota,” katanya. Untuk membayar semua waktunya yang terbilang kurang untuk ketiga buah hatinya, setelah tamat spesialis, ia memutuskan hanya praktik sore. Waktunya dari pagi sampai siang difokuskan untuk ketiga buah hatinya.

Pilihan spesialis kulit memang sudah menjadi cita-citanya sejak dulu. Waktu ditanya tim juri ketika mengikuti pemilihan Putri Indonesia, ia sudah menjawab, akan melanjutkan ke spesialis kulit. Ia mengaku belajar ilmu tentang kulit membuatnya tertantang. ”Tiap orang pasti pernah mempunyai masalah dengan kulit. Mulai dari hal yang ringan seperti kulit gatal sampai masalah kecantikan. Ilmu ini menarik sekali. Seseorang yang biasa bisa menjadi sangat cantik. Saya menjadi tertantang,” ujarnya. Melengkapi ilmunya sebagai dokter kulit, ia terampil ber-make up. Semua ilmu itu ia dapatkan saat les modeling.

Kiat Jaga Keharmonisan
Untuk menjaga keharmonisan rumahtangganya, ia selalu meluangkan waktu berdua dengan suami. ”Kadang saya diantar praktik sehingga pulangnya kami ada waktu makan malam berdua,” ujarnya. Selain bersama keluarga inti, kebersamaan juga kerap dilakukannya dengan keluarga besarnya. Hari Rabu dan Sabtu, saat ayahnya Prof. Dr. Wita tidak praktik, mereka sekeluarga selalu berkumpul.
Menurut Dokter Eka, dalam hal mendidik anak, ia menerapkan disiplin dan toleransi. Ada satu resep yang disadurnya dari cara orangtuanya mendidik dulu. ”Papa memperlakukan anak-anaknya seperti teman. Papa selalu menanyakan keseharian kami dan berkomunikasi dengan baik tanpa ada ketakutan,” tuturnya. –ast

Koran Tokoh, Edisi 676, 9-15 Januari 2012




1 komentar:

Anonim mengatakan...

cantik parasnya, tajir lagi....tapi apa dirumah n rawat anaknya 3 orang tanpa baby sitter/ pembantu, masih rapi n cantik?...bagaimana kondisi rumah orang kaya tanpa pembantu?....rapi/bersih/gak terawat/berantakan?