Jumat, 10 Februari 2012

Makan Mi Tiga Kali Seminggu


Mi yang beredar di pasaran dikenal masyarakat dengan mi mentah (raw noodle) dan mi rebus (cooked noodle). Mi basah biasanya memiliki umur simpan yang pendek sekitar 10 – 12 jam bila disimpan pada suhu ruang. “Kerusakan akan terjadi pada mi jika waktu simpan melebihi dari itu. Mi akan berbau asam, berlendir, dan mengalami perubahan warna,” ujar Kepala Prodi D4 Gizi Poltekes Denpasar A.A. Nanak Antarini, SST, M.P.
Ia menyebutkan, beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada mi; tingginya kadar air sampai 80%, aktivitas air (aw) dan pH mi basa, disamping itu, kurang memperhatikan hygiene dan sanitasi pada pengolahan mie basah, juga menyebabkan kerusakan mi.

Mi instan adalah mi yang telah mengalami proses perebusan yang kemudian dikeringkan terlebih dahulu. “Mi instan telah dimasak terlebih dahulu dan dicampur dengan minyak dan bisa dipersiapkan untuk dikonsumsi dengan menambahkan air panas dan bumbu yang telah ada dalam paketnya,” kata Nanak Antarini. Mi instan tahan lebih lama karena memiliki kadar air sebanyak 10% sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh

Kandungan nilai gizi mi sesuai dengan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang diterbitkan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) tahun 2005, dalam 100 gram berat yang dapat dimakan;
Mi basah; energi 86 (kkal), protein 0,6 g, lemak 6 g, karbohidrat 14 g, kalisum 14 mg, fosfor 13 mg, zat besi 6,8 mg, air 80,0 g, Mi kering; energi 339 kkal, protein 10 g, lemak 1,7 g, karbohidrat 75,3 g, serat 0,4 g, air 10,6 g, kalsium 31 mg, fosfot 143 mg, zat besi 3,9 mg.

Walaupun mi sangat praktis dalam penyajian dan mengenyangkan, sebaiknya makan mi 2 – 3 kali seminggu. “Jangan jadikan mi sebagai makanan utama,” tandasnya. Mi merupakan makanan sumber karbohidrat pengganti nasi yang dapat memberikan sumbangan energi sebagai sumber zat tenaga, seperti dalam 100 gram mi basah dapat memberikan sumbangan energi sebesar 86 kkal. Tanpa tambahan bahan makanan lainnya sebagai sumber protein, vitamin dan mineral, konsumsi gizi seimbang tidak dapat terpenuhi.
Ia menyarankan, makan mi harus disertai dengan makan sumber zat pembangun dan pengatur seperti lauk pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan, agar pola menu seimbang yang dianjurkan dapat tercapai. Sumber protein hewani seperti daging, ikan, telur dan hasil olahannya. Sumber protein nabati seperti tahu atau tempe. Sumber vitamin dan mineral seperti sayuran hijau dan wortel.

Namun, belakangan ini disinyalir, ada mi basah yang beredar di pasaran terutama hasil industri rumah tangga, menggunakan pengawet yang tidak diperbolehkan sebagai bahan tambahan makanan seperti formalin dan boraks. Kedua bahan kimia ini digunakan untuk memperbaiki tekstur dan umur simpan mi basah.
“Kalau mi yang kita konsumsi mengandung bahan berbahaya seperti formalin dan boraks, akan mengakibatkan akibat buruk bagi kesehatan,” jelasnya. Boraks bersifat iritan dan racun bagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan syaraf pusat ginjal dan hati disamping itu kerusakan usus dan otak. Jika berulang-ulang dimakan secara kumulatif akan tertimbun di otak, hati dan jaringan lemak bahkan akan menimbulkan kematian akibat gangguan peredaran darah. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan bagi tubuh diketahui sebagai zat beracun, karsinogenik, mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan jaringan tubuh, korosif dan iritatif.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) No.722/ Menkes/Per/IX/88 menyebutkan, bahan yang dapat ditambahkan ke dalam makanan seperti sodium tri polifosfat dan karboksimetil selulosa. Bahan kimia ini, selain sebagai pengawet, dapat juga meningkatkan kekenyalan pada tekstur mi. Dalam mi instan, sering ditambahkan kedua bahan pengawet ini. Selain itu, mi instan juga mengandung monosodium glutamat (MSG) zat penambah rasa enak pada makanan. Ada juga pengawet yang ditambahkan pada kecap dari mi instan goreng napagin yang masih diperbolehkan sesuai dengan Permenkes RI No 722 tahun 1988. Mi instan mengandung MSG terutama dalam bumbunya. Penggunaan batas aman MSG sesuai ADI (acceptable daily intake) 120 mg/Kg BB/hari.
Penggunaan MSG melebihi batas, dapat menyebabkan CRS (chinese restaurant syndrome), kerusakan otak, asma, sakit kepala, dan jantung berdebar. Gejala CRS, kesemutan pada punggung, leher, rahang bawah, wajah berkeringat, sesak dada, dan kepala pusing. Di samping itu, konsumsi yang terus menerus akan bersifat karsinogenik atau pemicu kanker. –ast

Tips memilih mi instan kemasan:
• Lihat label, komposisi atau daftar ingredient, isi netto, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal kadaluarsa, petunjuk cara penyimpanan, petunjuk/cara penggunaan, nilai gizi dan tulisan atau pernyataan khusus. Dari label kemasan harus ada tercantum seperti di atas tersebut.
• Secara organoleptik, warna putih kekuning-kuningan, bau normal (tidak berbau formalin) dan tekstur mi renyah.

Tips memasak mi instan:
• Memasak mi instan sesuai dengan petunjuk yang ada di setiap kemasan.
• Jangan memasak mi terlalu matang sampai bonyok selain berpengaruh pada rasa, juga kandungan gizinya hilang.
• Mi rebus; rebus mi dengan air mendidih. Tiriskan. Gunakana air baru untuk kuah mi.
• Mi goreng; setelah mi direbus, tiriskan. Bilas dengan air matang. Siap digunakan untuk mi goreng. Teknik ini digunakan untuk meminimalkan efek buruk bahan pengawet. –ast

Koran Tokoh, Edisi 679, 6-12 Februari 2012

Tidak ada komentar: