Kamis, 13 September 2012

Cegah Darah Mengental Hindari Duduk Lama

Seorang ibu usia 45 tahun menderita stroke. Kata dokter, penyebabnya darah ibu itu kental. Apa itu penyakit darah kental?  Apakah darah yang kental bisa normal kembali?
Bagaimana sesungguhnya sistem aliran darah di dalam tubuh?

Menurut dr. Kadek Mulyantari, Sp. PK. sistem aliran darah merupakan sistem tertutup yang mengatur dan mengalirkan darah di dalam tubuh. Disebut tertutup karena pada keadaan normal tidak ada darah yang berada di luar wadah aliran darah (pembuluh darah). Pembuluh darah ada tiga macam; pembuluh darah vena, arteri dan kapiler. Pembuluh darah dan jantung merupakan penyokong utama kehidupan manusia. Jantung adalah organ yang bertugas memompa darah ke seluruh organ tubuh dengan melakukan kontraksi berirama secara berulang. Untuk memompa darah, jantung biasanya berdetak 60 hingga 100 kali per menit, atau lebih cepat bila dibutuhkan.

Darah yang dipompa jantung akan dialirkan melalui dua sirkulasi. Sirkulasi pertama bermula saat darah keluar dari rongga bilik kanan ke paru-paru lalu kembali ke rongga serambi kiri jantung. Setelah meninggalkan bilik kanan, darah mengalir melalui pembuluh kapiler yang mengelilingi kantong-kantong udara di paru-paru. Di sinilah darah menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida. Selanjutnya, darah di serambi kiri akan dialirkan ke bilik kiri. Sirkulasi sistemik pun dimulai saat darah yang kaya akan oksigen itu dialirkan ke luar dari bilik kiri melalui aorta ke seluruh tubuh, kecuali paru-paru. Darah kemudian kembali ke jantung melalui serambi kanan.
Ia mengatakan, fungsi sistem sirkulasi darah, mengangkut zat makanan dari usus menuju ke seluruh jaringan tubuh mengangkut sisa metabolisme dari jaringan tubuh menuju ke alat pembuangan. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Mengangkut karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke tempat sasaran dan mendistribusikan panas ke seluruh bagian tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran darah, seperti  pembuluh darah, kekentalan darah, artinya semakin kental aliran darah semakin lambat, tekanan darah, tekanan oksigen, karbondioksida, dan suhu.
Darah kental disebut dengan hypervisicositas. Salah satu penyakit yang dapat menyebabkan hypervisicositas adalah polisitemia. Penyebab polisitemia bermacam-macam, tergantung jenisnya. Ada tiga jenis polisitemia, Polsitemia primer (polisitemia vera). Vera berasal dari bahasa Latin yang artinya sejati. Kata vera digunakan untuk membedakannya dari keadaan (penyakit) lain yang mengakibatkan peningkatan sel darah merah. Polisitemia vera umumnya disebabkan oleh faktor genetik/keturunan.
Polisitemia sekunder Yaitu polisitemia yang disebabkan oleh adanya penyakit lain sebelumnya seperti penyakit hati, ginjal, jantung, kelainan hormon, kelainan paru dan lain-lain. Polisitemia yang disebabkan oleh konsumsi rokok juga termasuk polisitemia sekunder. Polisitemia relatif disebabkan  menurunnya jumlah plasma darah sehingga proporsi sel-sel darah lebih tinggi atau lebih kental. Umumnya akan pulih bila volume plasma kembali normal. Misalnya pada keadaan dehidrasi.  Salah satu tanda dehidrasi adalah peningkatan  kekentalan darah. Kondisi ini umumnya akan pulih bila asupan air cukup.
Selain itu, kurangnya aktivitas fisik akan meningkatkan risiko pengumpalan/kekentalan darah. Pada posisi duduk yang lama juga menyebabkan aliran darah lebih statis dan mempercepat penggumpalan/kekentalan darah. Pada tahap awal, polisitemia biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Namun, seiring dengan proses bertambahnya kekentalan darah,  ada beberapa gejala yang bisa dikenali seperti sakit kepala, kepala terasa berputar, gatal-gatal, terutama ketika sedang mandi air hangat, muncul tanda merah pada kulit, susah bernapas atau napas pendek-pendek, nyeri pada dada, perasaan kembung atau eneg di perut sebelah kiri atas, cepat lelah. ”Berbagai gejala di atas bisa muncul secara sendiri-sendiri atau bisa datang bersamaan,” ujar dokter yang bertugas di SMF Patologi Klinik FK Unud/RS Sanglah ini.

Pada kasus yang lanjut dapat menyebabkan penglihatan terganggu, gangguan keseimbangan dan penurunan daya ingat, serangan jantung, stroke, dapat disertai kelainan jantung atau organ lainnya dan pembesaran limfa. Pembesaran limfa terjadi karena peningkatan beban limfa untuk mengeliminasi kelebihan sel-sel darah. ”Dalam pemeriksaan laboratorium dijumpai peningkatan kadar hemoglobin dan hematokrit yang menunjukkan peningkatan kekentalan darah. Hasil pemeriksaan laboratorium  lain, peningkatan asam urat, peningkatan sel darah putih dan trombosit, peningkatan saturasi  oksigen, peningkatan hormone eritropoetin,” paparnya.

Ia mengatakan, polisitemia relatif  lebih mudah diatasi dan umumnya bisa kembali normal. Polisitemia sekunder sangat tergantung dari penyakit dasarnya, selain menangani polistemianya sendiri penyakit dasarnya juga harus diobati. Pada polisitemia vera, sampai saat ini belum bisa disembuhkan total karena terkait dengan faktor genetik/keturunan.

Latihan ringan seperti jalan santai dan jogging dapat memperlancar aliran darah sehingga dapat mengurangi risiko penggumpalan darah.  ”Banyak mengonsumsi air putih dan mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan lemak tinggi, juga dapat dilakukan. Merokok dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan kekentalan darah yang akan meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke akibat gumpalan darah. Merawat kulit dengan baik, untuk mencegah rasa gatal, mandi dengan air dingin dan segera keringkan kulit. Hindari mandi menggunakan air panas. Jangan biasakan menggaruk karena dapat menimbulkan luka dan infeksi. Menghindari temperatur yang ekstrim,” ungkap staf Unit Donor Darah Pembina PMI Daerah Bali ini.

Buruknya aliran darah pada penderita polisitemia menyebabkan tingginya risiko cedera akibat suhu panas dan dingin.  Di daerah dingin, gunakan baju hangat dan lindungi terutama bagian tangan dan kaki. Untuk di daerah panas, lindungi tubuh dari sinar matahari. Waspada terhadap luka. Aliran darah yang buruk menyebabkan luka sulit sembuh, terutama di bagian tangan dan kaki. Periksa bagian tersebut secara berkala dan hubungi dokter apabila menderita luka atau cedera.

Untuk pengobatan, ia menyarankan, flebotomi  merupakan terapi yang paling dianjurkan.  Flebotomi dilakukan dengan cara mengambil dan membuang sekian cc darah pasien kemudian mengganti dengan cairan fisiologis. Prosedur flebotomi hampir sama dengan donor darah tetapi darah yang diambil tidak digunakan untuk pasien lain. Kemoterapi dan radioterapi untuk polisetemia vera, dan pengobatan pendukung obat penurun asam urat dan obat penghilang gatal. –ast

Koran Tokoh, edisi 709

2 komentar:

grosir jilbab murah mengatakan...

yang penting harus rajin olahraga mungkin ya supaya aliran darah lebih lancar

Unknown mengatakan...

Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)