Minggu, 26 September 2010

Godok Manusia Kampus Berkarakter Satya Dharma

DUNIA pendidikan di Bali terjerat daya tarik watak industrialisasi global. Kata lain, wajah industrialis pendidikan cenderung mencolok. Cirinya dilukiskan melalui desakan kuat komersialisasi dunia pendidikan terhadap sumber daya sosial. Upaya mencetak manusia kampus berkarakter satya dharma terancam?

Wajah perempuan remaja itu bermuram durja. Impiannya menjadi dokter kandas di tengah jalan. Ijazah SMA yang dikantonginya tidak cukup mengantarkannya menyandang predikat mahasiswa fakultas kedokteran. Anak perempuan ini harus menyiapkan dana pendidikan puluhan juta rupiah untuk bisa mewujudkan impiannya menjadi mahasiswa di fakultas bergengsi itu. Ilustrasi itu dilukiskan cendekiawan muda Bali Dr. A.A.N. Oka Suryadinatha Gorda, S.E., M.M. “Sekarang ini tidak ada fakultas kedokteran di Indonesia yang menerima anak kuliahan yang hanya bisa bayar Rp 5 juta,” ujar Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Satya Dharma Singaraja itu saat memaparkan “College of Economics with Spiritual Insight” dalam diskusi Koran Tokoh berkerja sama dengan manajemen kampus yang dipimpinnya, Rabu (22/9), di Singaraja.

Pakar ekonomi lulusan Program Doktor Universitas Airlangga Surabaya ini tidak hanya mengangkat satu contoh itu. Oka Suryadinatha mensinyalir sejumlah kenyataan lain yang dilukiskannya sebagai kecenderungan praktik komersialisasi pendidikan modern di Bali khususnya. Menurutnya, ada sejumlah kenyataan di berbagai lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi, yang cenderung menerjemahkan kalkulasi suplay and demand saat merekrut calon anak didiknya. “Kenyataan ini menyisakan pertanyaan besar bagi kita. Apakah dunia pendidikan kita masih komit untuk mendekatkan diri dengan masyarakatnya,” ujarnya.Implikasi dari mencoloknya orientasi komersialisasi pendidikan itu tidak main-main. Lulusan S2 IPB Bogor ini menunjukkan beberapa contoh nyata. Satu contoh yang diutarakannya berkaitan dengan perilaku manusia terdidik dalam berinteraksi sehari-hari. Khususnya praktik berinteraksi memakai produk komunikasi canggih, seperti handphone. “Ada orang yang cenderung membaca SMS bisnis ketimbang bersembahyang saat tiba waktu trisandya atau azan magrib. Ini musyrik, menduakan Tuhan,” jelasnya.Ada contoh lain yang dilukiskannya sebagai perilaku yang cenderung mengagungkan kekuasan duniawi ketimbang kekuasaan Tuhan. “Perilaku semacam ini merupakan penyakit yang sedang diderita manusia terdidik,” ujarnya.

Saat ini, manusia modern dinilainya bukan hanya mengidap penyakit fisik, juga penyakit batin. Jika seseorang menderita sakit fisik, terapinya ke dokter. Ada orang berduit bahkan rela terbang ke Singapura sekadar general check up kesehatannya. “Sakit fisik memang gampang diobati, terutama jika ada uang,” katanya. Namun, sakit fisik berbeda dengan sakit batin. Orang yang menderita sakit batin bisa menikmatinya. “Jika menderita sakit batin, dirinya sering tidak perlu obat. Sakit batin ini dinikmati melalui berbagai cara, seperti membohongi diri sendiri, menipu, bahkan korupsi menjadi hal lumrah,” ujarnya. Renungan panjang dilakukan Oka Suryadinatha. Ada beban moril yang dipikulnya sebagai salah seorang putra mendiang tokoh pendidikan Prof. Dr. I Gusti Ngurah Gorda, M.S., M.M.

Ayahnya semasa hidup dilukiskannya kerap risau mengamati kecenderungan komersialisasi dunia pendidikan modern. Kerisauan itu memancing Prof. Gorda dulu getol menularkan model pendidikan spiritualitas. Model pendidikan ini diterjemahkan melalui konsep satya dharma.Prof. Gorda mewujudkannya melalui praktik pembelajaran di kampus STIE Satya Dharma Singaraja. Kampus yang digagas kelahirannya oleh prof Gorda sebagai salah seorang pendiri dan mantan rektor Undiknas University itu, me-launching spirit pembelajaran ini 26 Desember 2009 melalui program School of Management with Spiritual Insight. Program ini bersalin kemasan belakangan menjadi College of Economics with Spiritual Insight.

Terobosan baru dilakukan lewat pengembangan optimal department accounting.“Saya memikul tanggung jawab moril untuk melanjutkan pejuangan beliau, khususnya menularkan konsep pendidikan spiritual ini,” ujarnya.Warisan konsep pendidikan satya dharma diteruskan Oka Suryadinatha dua tahun berselang meninggalnya Prof. Gorda. Ini makin dimatangkan saat dirinya memimpin Kampus STIE Satya Dharma Singaraja yang berada di bawah bendera Yayasan Pendidikan Ratyni Gorda. Konsep college of economics with spiritual insight atau sekolah berbasis spiritual menjadi dasar penguatan proses pembelajaran wirausaha anak didiknya. “Dalam mengelola pendidikan di kampus ini, kami ingin mendekatkan dunia pendidikan dengan masyarakat,” katanya.

Sebagai lembaga pendidikan ekonomi, STIE Satya Dharma mengencangkan komitmen untuk menggodok anak didik yang memiliki bekal wirausaha berwawasan spiritual (entrepreneur with spirituality). Komitmen ini makin kencang dijalankan lagi setelah STIE Satya Dharma mendapatkan dana hibah kewirausahaan. Dua kali dana hibah ini dikucurkan pemerintah untuk menggodok keterampilan wirausaha berwawasan spiritual anak didik kampus ini. Dana hibah yang telah diterima sebesar Rp 320 juta. Dana ini yang dikembangkan untuk menciptakan pengusaha berbasis spiritual.Beberapa konsep spiritual dimasukkan dalam mata kuliah, seperti manajemen sumber daya manusia, pemasaran, etika bisnis, manajemen stres, kepemimpinan, dan pemasaran. “Kami memulai dengan diskusi spiritual di kelas. Setelah itu diharapkan berkembang ke ranah publik yang ditularkan anak didik kami,” katanya.

Konsep tersebut menonjolkan ajaran satya dharma kepada sivitas akademikanya. Ajaran kultural ini menekankan perhatian terhadap mutu, kerja keras dan idealisme, kepuasan pengguna jasa, standar etika perilaku yang tinggi, dan tanggung jawab warga negara yang baik.Konsep itu cocok dengan standar kompetensi pendidikan berkarakter. Standar kompetensi tersebut berwujud penguatan iman dan takwa kepada Tuhan YME; akhlak mulia yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan; berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri; kepekaaan dan kepedulian sosial; kerja sama dan gotong royong; hidup bersatu dalam keragaman; demokratis, bertanggung jawab, dan partisipatif; berorientasi hidup sehat, hemat, dan bersahaja.Konsep pendidikan satya dharma digenjot STIE Satya Dharma untuk mengimbangi derasnya praktik pendidikan berwajah industrialis komersial. Pendidian spiritual ini menjadi alternatif yang masuk akal untuk mencetak manusia kampus yang dekat dengan masyarakatnya. —ast

Jumat, 24 September 2010

Lebaran dengan Makanan Khas Bugis

BERSILATURAHMI pada hari Idulfitri sambil menikmati hidangan lebaran khas Bugis di rumah Haji M. Sabik menorehkan kesan khusus. Menurut penuturan istrinya, Hajjah Maisarah, ada makanan tertentu yang memang disajikan hanya saat Lebaran. Ketupat dan opor memang sudah menjadi tradisi menu Lebaran. Namun, penganan spesial kue Bugis tetap menjadi prioritas untuk disuguhkan saat Lebaran. Buras dan lepek-lepek, salah satunya. Ia mengatakan, kue khas Bugis ini sering dimodifikasikan di tempat lain sesuai selera yang membuatnya. “Cara membuatnya sama dengan kue lemper. Bedanya, bahan utamanya beras. Kue ini sangat cocok dijadikan bekal jika bepergian,” ujarnya.

Pembuatan buras sangat mudah. Hanya saat merebusnya, kata perempuan usia 69 tahun ini, membutuhkan waktu agak lama agar tidak mudah basi. Berikut pemaparan ibu 8 anak dan nenek 17 cucu ini.
Beras direndam dengan air sebentar. Kemudian dimasak bersama santan dan garam. Setelah menjadi nasi setengah matang, sisihkan. “Biasanya satu kilogram beras menggunakan santan dari setengah butir kelapa. Sisa kelapa diparut dan disangrai (saur) kemudian diulek,” jelasnya.
Siapkan bumbu buras yang terdiri atas semua bumbu genep Bali, kecuali kencur. Campur rajangan jahe, lengkuas, kunyit, bawang merah, bawang putih. Tambahkan sedikit merica, pala, kemiri, ketumbar, daun salam, daun jeruk, dan sedikit terasi. Semua bumbu diulek sampai halus, kemudian ditumis. Setelah setengah matang, masukkan daging sapi cincang. Masak sampai matang. Kemudian campur dengan saur tadi. Menurut Hj. Maisarah, fungsi saur untuk memberikan rasa gurih pada adonan isi.
Ambil daun pisang, taruh tiga sendok makan adonan buras. Taruh adonan isi di dalamnya. Bungkus seperti kue nagasari atau sumping yang berbentuk kotak. Ikat dengan tali agar tidak lepas. Kemudian rebus hingga 2-3 jam sampai matang. Setelah matang, lepaskan tali, dan siap disajikan.

Kue spesial lainnya, lepek-lepek yang disajikan dengan srikaja. Cara membuatnya, ketan dikukus, kemudian di-aru. Istilah orang Bugis di-bampah dengan santan. Kemudian dibungkus memanjang dengan daun janur. Bungkusannya menyerupai kue bantal khas Bali yang memanjang. Kukus selama 3 jam. Lepek-lepek dimakan bersama pasangannya, srikaja.
Cara membuat srikaja, satu gelas gula merah dan satu gelas telur ayam dicampur atau di-mixer sampai putih. Kemudian dikukus. Srikaja bentuknya lembek dan rasanya lembut. Lepek-lepek ditaruh di piring, kemudian di atasnya ditaruh potongan srikaja.
Ia menuturkan, kue spesial Bugis ini selain disajikan saat Lebaran juga disajikan saat upacara sunatan dan upacara bayi berusia selapan. Hj. Maisarah selalu mengerjakannya sendiri penganan khas Bugis ini, dan tidak pernah membeli. “Jarang, toko kue menjualnya,” katanya.

Lauk-pauk
Lauk-pauk khas Bugis yang disajikan saat Lebaran yakni kedonting dan coko ridi panggang manuk. Bentuk kedonting mirip semur daging. Bahan utamanya daging sapi. Semua bumbu genep Bali, kecuali kencur, dihaluskan. Khusus lengkuas/laos diberikan porsi yang lebih. Bagi yang suka pedas, biasanya ditambahkan sedikit cabe. Setelah semua bumbu halus, kemudian ditumis. Kelapa disangrai kemudian dihaluskan. Masukkan ke dalam bumbu tadi. Masukkan daging sapi yang sudah dipotong sesuai selera. Masak hingga dua jam sampai daging empuk.
Sedangkan coko ridi panggang manuk menyerupai nasi kuning yang dimakan bersama ayam panggang. Hanya bedanya, bahan utamanya ketan bukan beras.
Ketan dimasak menyerupai nasi kuning yakni di-bampah dengan santan dan ditambahkan garam, daun salam, dan daun jeruk. Masak hingga ketan matang. Seekor ayam setelah dibersihkan, dikeprak kemudian dipanggang. Beri bumbu genep Bali dengan tambahan kemiri yang lebih banyak. Bumbu genep yang sama dengan bumbu kedonting ditumis. Masukkan daging ayam tadi. Masak hingga mengkilat. terakhir beri perasan air jeruk limau untuk menambah aroma sedap.
Selain disajikan saat Lebaran, coko ridi panggang manuk disajikan saat upacara tujuh bulanan wanita hamil. Seorang dukun akan diundang ke rumah si wanita hamil, dan menyuapi wanita tersebut dengan makanan khas ini. Menurut Hj. Maisarah, fungsi upacara tersebut, untuk keselamatan si ibu dan jabang bayi yang akan dilahirkan. –ast

Koran Tokoh, Edisi 610, 22 s.d 29 September 2010

Minggu, 19 September 2010

Tidak Kentut lebih Bahaya Daripada tidak BAB

JANGAN remehkan buang angin alias kentut. Jangan sampai Anda tidak kentut seharian. Berhari-hari tidak kentut dapat mengakibatkan kematian. Korban meninggal karena banyaknya gas terkumpul di dalam perutnya. Sebagian sari makanan yang kita santap setelah melalui proses metabolisme dalam tubuh diserap melalui usus. Sebagian lagi diserap produk kerja fermentasi, kerja bakteri, atau enzim yang berbentuk gas. Gerakan peristaltik usus ini selalu mendorong segala isinya ke bawah. Gas ini tertumpuk dalam lumbung usus. ”Kalau kapasitasnya sudah banyak harus dikeluarkan. Inilah yang disebut flatus atau kentut,” ujar ahli Penyakit Dalam Prof. Nyoman Dwi Sutanegera, M.D. K


andungan gas dalam kentut antara lain berisi nitrogen, oksigen, metan, karbondioksida, hidrogen. Gas yang keluar dapat berbau menyengat akibat kandungan gas bergugus indol atau hidrosulfida (S-H) yang tercampur. ”Jika kentut ditahan, akan mengakibatkan perut makin kembung dan mulas, dan bau khasnya trercium makin busuk. Itu disebabkan akumulasi gas yang terus bertambah di dalam perut,” jelasnya. Ia mengatakan, makanan yang mengandung protein seperti telur dan daging memunyai peranan besar dalam memproduksi bau busuk kentut. ”Banyak makan karbohidrat relatif menyebabkan volume angin atau gas yang ditimbulkan lebih banyak. Contoh, ubi. Selain itu, ada beberapa obat yang dimakan seperti obat diabetes akarbose memiliki efek samping mengakibatkan pasien lebih banyak kentut,” paparnya. Namun, dalam kedaan tertentu, kata dia, proses gerakan peristaltik tidak berjalan baik akibat adanya sumbatan yang membuat kotoran menjadi keras atau suka makan-makanan yang keras atau sepet yang mengandung tanin seperti jambu biji mentah. Ini mengakibatkan susah buang air besar.Namun, kata Pemilik RS Sari Darma ini, ada juga kondisi yang serius menimbulkan sumbatan itu seperti tumor dalam usus. Makin lama usus itu terplontir sehingga terjadi gejala-gejala yang disebut ilius obstruktif. Gejala yang muncul tidak bisa kentut dan tidak bisa buang air besar. Perut terasa nyeri. Ia menjelaskan, angin harus dikeluarkan agar perut tidak menjadi kembung. Biasanya lewat pengobatan dengan dibuatkan pipa usus untuk mengeluarkan gas yang menumpuk tersebut. Jika tidak, tiap kali usus bergerak dan peristaltik meningkat, perut terasa sakit. Akibat pergerakan itu, kata dia, sel di permukaan usus mengalami peradangan dan mengeluarkan banyak cairan. Tiap ada penyumbatan pasti ada peradangan dan cairan banyak keluar ke dinding usus. ”Ini yang bisa menyebabkan kematian karena dehidrasi. Selain kehilangan cairan, mineral elektrolit dalam tubuh juga ikut tergerus. Tensi sudah tidak terukur, jantung bisa terkena dan bisa shock,” kata Prof. Dwi.




Ia menambahkan, penyebab lainnya gangguan saraf dan gangguan kalium. ”Seseorang karena penyebab tertentu menderita kadar kalium darah menurun diakibatkan gangguan ginjal. Muntah hebat karena diare mengakibatkan kadar kalium rendah. Ususnya kembung, tidak bisa kentut. Cairan menumpuk di saluran cerna,” katanya. Biasanya dokter mencari penyebab tidak bisa kentut terlebih dahulu. Apakah suara usus terdengar atau tidak. Apakah perutnya terasa keras sampai terdengar suara-suara. Bagi orang yang badannya kurus dapat dilihat gerakan ususnya. Ia mengatakan, pengobatan biasanya dilakukan lewat operasi untuk membuka sumbatan. Tidak jarang di sekitar tempat tersumbat, ususnya sudah mati. Biasanya usus dipotong dan disambung kembali. Dengan mengobati penyakit dasar, biasanya pasien bisa kentut lagi.



Sehabis Operasi Bagi pasien yang menjalani operasi besar biasanya mereka disarankan kentut terlebih dahulu sebelum minum sesuatu. Prof. Dwi menegaskan, ini erat kaitannya dengan obat bius yang digunakan. ”Kalau saluran cernanya belum bagus, jika pasien minum bisa menimbulkan batuk. Akan terjadi aspirasi saluran napas. Terjadi infeksi saluran paru dan fatalnya dapat mengakibatkan kematian. Biasanya setelah menjalani operasi, dokter pasti bertanya apakah pasien sudah kentut atau belum,” katanya.Ia menambahkan, sepanjang saluran masih terbuka dan tidak ada sumbatan, walaupun tidak bisa buang air besar (BAB), angin tetap bisa keluar. ”Lebih berbahaya tidak kentut dibandingkan tidak buang air besar,” ujarnya.BAB dianjurkan tiap hari. Ada juga yang punya kebiasaan dua atau tiga hari sekali. Selama mampu mengeluarkan kentut, tidak terjadi masalah. Santaplah makanan kaya serat agar tidak sulit BAB. Namun, kata dia, jangan sampai tidak kentut seharian. ”Karena malu akhirnya kentut ditahan. Lebih baik minta izin ke kamar mandi untuk mengeluarkan kentut. Kentut memang menimbulkan bau karena sisa pembakaran gas. Baunya yang khas tergantung makanan yang disantap,” kata Prof. Dwi. –ast


Koran Tokoh, 610, 19 s.d 25 September 2010





Jumat, 17 September 2010

Ibu-ibu PKK Main Bola

Bola Ditendang ke Depan Lari ke Belakang

IBU-IBU anggota PKK pun sekarang bermain sepak bola. Inilah cara yang dilakukan ibu-ibu PKK Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, dalam rangka memeriahkan peringatan HUT ke-65 Republik Indonesia baru-baru ini. Pertandingan sepak bola tersebut diikuti 10 banjar yang ada di Desa Beraban.
Ketua Panitia Peringatan Hari Nasional Desa Beraban Ketut Sunarwa, S.T. mengungkapkan dalam dua tahun terakhir acara peringatan HUT RI melibatkan seluruh warga masyarakat berjalan santai. Kali ini, kata karyawan Bali Nirwana Resort ini, para ibu PKK memberi ide. Mereka ingin menampilkan sesuatu yang berbeda dan unik yakni pertandingan sepak bola perempuan. “Ternyata sambutan warga masyarakat sangat luar biasa,” ujarnya. Begitu antusias ibu-ibu, selain berlatih di lapangan umum Desa Beraban, juga ada yang berlatih di pantai Tanah Lot.

Sunarwa mengatakan, peraturan pertandingan dibuat longgar. Jika biasanya pemain sepak bola 11 orang, sepak bola perempuan ini 15 pemain. Antusias penonton pun luar biasa. Apalagi Bupati Tabanan Eka Wiryastuti berkenan hadir membuka acara tersebut. Mulai dari anak kecil sampai orang tua memadati lapangan umum Desa Beraban.
Jepun Club yang diusung Banjar Beraban berhasil menjadi juara I mengalahkan tim Banjar Dukuh dalam final. Tim ini dilatih Ketut Muliarta dan Nyoman Sentra, yang keduanya pemain sepak bola Werdhi Sesana Beraban Tabanan.

Kadek Ariani, istri Kepala Dusun Banjar Beraban I Nyoman Sukajaya, turut memperkuat tim Jepun Club. Menghadapi pertandingan, mereka berlatih seminggu tiga kali, pukul 16.00 sampai 19.00. Sukajaya yang selalu mendampingi timnya saat berlatih sering dibuat tertawa terbahak-bahak melihat ulah para ibu PKK bermain sepak bola. ”Cara menendang bola salah. Bola yang ditendang ke depan, malah lari ke belakang,” tuturnya. Namun, Sukajaya memberikan salut. ”Saat bertanding, pemain sepak bola perempuan sangat sportif. Saat mereka berhadapan dengan lawan di lapangan dan berebut bola, tak tampak rasa permusuhan. Mereka malah saling tos,” ujarnya.

Tidak pernah Mimpi
Hobinya berolahraga membuat Nengah Budi Astiti langsung setuju ketika dipilih memperkuat Jepun Club. Ibu rumah tangga usia 40 tahun ini waktu di SMA, suka bermain bola voli dan lompat jauh. Tugas Budi Astiti dalam Jepun Club sebagai back.
Sebagai pemanasan dalam berlatih, pemain diharuskan berlari keliling lapangan dua kali. ”Lumayan capek. Waktu pertama berlatih kaki rasanya sakit luar biasa. Tetapi, lama kelamaan jadi terbiasa,” tuturnya.
Sementara itu, Kadek Ariani, ibu dua anak yang sehari-hari bekerja sebagai penjual nasi ini menyatakan tidak pernah mimpi menjadi pemain sepak bola. Ia mendapat tugas sebagai penyerang. ”Memang, saya suka senam aerobik. Tetapi, bermain sepak bola tidak pernah,” akunya. Setelah tiga kali berlatih, ia mengaku baru bisa mengenali teknik pertandingan. Perempuan usia 35 tahun ini mengaku baru bisa mengoper bola setelah berlatih berkali-kali. Tetapi, menurutnya, kesukaannya bersenam aerobik menjadi modal napasnya tidak ngos-ngosan saat di lapangan.
I Nyoman Sukajaya menuturkan, kalau memang bisa eksis, ia ingin terus mengembangkan kegiatan tim Jepun Club ini. –ast

Koran Tokoh, Edisi 609