Kiat cerdas menggunakan energi sedang digencarkan I Made Sumantra, Director of Engineering Hotel Bali Hyatt Sanur. Lelaki yang juga menjabat ketua ACE (Asociation Chief Engineering) Bali ini menerapkan hemat energi dengan sistem manajemen energi yang cerdas dengan mengutamakan kesadaran dan kepedulian terhadap energi itu sendiri.
Sejak tiga lalu, tim engineering hotel Bali Hyatt Sanur sudah melakukan penghematan energi sekitar 23%. Mulai dari penghematan sekitar 20 juta hingga mencapai 300 juta. Menurutnya hal ini memang tidak mudah dilakukan karena dibutuhkan komitmen dari semua pihak untuk serius dalam melakukan penghematan energi.
Ia mengatakan ada standarisasi dalam mengelola energi dengan manajemen yang berstruktur. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung penggunaan energi secara keseluruhan. “Sama seperti keuangan ada namanya audit. Energi pun perlu diaudit. Bentuk satu tim untuk mengalisa dalam melakukan penghematan energi seperti pemakaian listrik, solar, gas elpiji. Untuk di hotel biaya kedua terbesar adalah penggunaan AC,” katanya.
Data ini, kata Sumantra, dibuat dengan sistem berbasis komputer untuk mendapatkan laporan yang signifikan. Contohnya berapa luas bangunan, jumlah tamu yang menginap, berapa kamar yang laku hari ini, berapa orang yang makan hari ini, berapa suhu hari ini, apakah udara panas atau dingin. Artinya, kalau udara di luar semakin panas berarti membutuhkan energi yang lebih besar untuk mendinginkan ruangan. Data yag dibuat adalah data harian, sehingga ketika terjadi masalah segera dapat ditindaklanjuti dicarikan solusinya.
“Data ini harus ada korelasinya dengan jumlah tamu. Artinya, jangan sampai jumlah tamunya sedikit, penggunaan energinya naik,” kata Sumantra. Data ini kata dia, bertujuan untuk mengetahui korelasi penggunaan energi dengan kenaikan bisnis.
Dari grafik energi tercatat suhu di luar ruangan tiap jam. “Suhu yang tertinggi ditambah dengan suhu terendah pada hari itu dikurangi 18. 18 adalah suhu tubuh yang dianggap paling nyaman untuk menerima dinginnya AC. Hasil ini dibagi dua. Setelah mendapatkan hasilnya, kita dapat mengetahui berapa banyak kebutuhan energi yang diperlukan,” paparnya.
Ia mencontohkan bulan Agustus energi AC yang diperlukan sedikit karena cuaca dingin. Hal seperti itu harus dapat diprediksi. Itulah yang dinamakan manejemen energi. Setelah mendapatkan data dibuat bench mark-nya. Fungsinya sebagai tolok ukur dengan didukung data yang akurat. Hasil ini akan menunjukkan apakah penghematan energi yang dilakukan sudah tercapai atau belum. Dari catatan harian juga diketahui dimana belum terjadi penghematan.
Ketentuan ini mengacu pada benchmark internasional karena Indonesia sendiri belum mempunyai tolok ukurnya. Namun, kendalanya, cuaca di luar negeri berbeda dengan di Indonesia. Berdasarkan itu, akhirnya dari acuan bendmark internasional ini dibuatkan standar untuk kalangan sendiri.
Langkah penghematan yang diterapkan seperti merawat AC dengan teratur, memelihara mesin-mesin secara regular, mematikan lampu bila tidak dipergunakan. Solusi untuk lampu kebun misalnya. Hitung berapa jumlah lampu kebun. Hitung berapa jam lama menyala. Jika diredupkan 5% berapa penghematan yang sudah dilakukan. Namun, langkah ini dilakukan tanpa mengurangi kenyamanan dari batas pencahayaan.
Hasil dari penghematan biaya ini dapat digunakan untuk biaya pemeliharaan ataupun membeli barang-barang baru yang lebih hemat energi. Jadi tidak ada lagi tambahan biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Setelah semua langkah ini diterapkan, lakukan evaluasi. Apakah program ini berhasil atau tidak. Ini dapat dilihat dari grafik energi. “Jika terjadi penurunan artinya program ini berhasil. Kemudian ditentukan langkah berikutnya. Apa rencana yang harus dipersiapkan untuk penghematan tahun depan,” ujarnya.
Ia berpandangan banyak hal kecil yang dilakukan namun berdampak menjadi penghematan yang luar biasa. Memang tidak mudah, dari 300 rencana, mungkin yang berhasil 30-40 rencana. Namun, kata Sumantra, harus tetap berusaha dan mencoba. Manajemen energi ini sudah dipresentasikan Sumantra ke beberapa hotel di Jember, Semarang, dan Balikpapan.
Ia menilai tantangan ke depan adalah dibutuhkan tenaga SDM yang handal untuk cerdas dalam penghematan energi ini. “Para chief engineering harus terus meningkatkan kemampuannya untuk terus belajar,” ujar Sumantra yang kini sedang menempuh pendidikan Program Pascasarjana Manajemen Energi di Unud ini. –ast
Sudah dimuat di koran Tokoh, Edisi 524, 25 Januari 2009