Jumat, 13 Maret 2009

Apa itu Kerauhan?

Pernah melihat orang kesurupan atau biasa disebut kerauhan di Bali? Apa yang terjadi pada mereka? Apakah mereka termasuk jiwanya terganggu?

Menurut Prof. Suryani kerauhan adalah suatu tingkat kesadaran tertinggi dimana seseorang dikendalikan oleh roh, atma, atau oleh energi lain tergantung kepercayaan mereka, apakah Tuhan, dewa atau leluhur atau butakala. “Pada saat seperti ini ia tetap sadar, tetap mengetahui apa yang ada disekitarnya. Namun, perhatiannya menyempit ke satu perhatian,” ujar Guru Besar FK Unud ini.

Bagi mereka yang belum terlatih, kata Suryani, mereka tidak mampu mengendalikan dirinya. Mereka kadang-kadang menangis, meronta, menjerit, berdiam diri, menari atau keadaan lain yang tidak pernah dilakukan dalam keadaan kesadaran biasa. Namun, kalau mereka sudah terlatih, mereka mampu mengendalikan dirinya, maka mereka merasakan adanya perubahan dalam dirinya seperti badan dirasakan ringan, merasa dalam dunia tertentu walaupun ia tahu ada di suatu tempat.

Pada saat itu, kata Suryani, muncul pemikiran yang datang secara otomatis yang secara pemikiran biasa tidak pernah terpikirkan melakukan itu. Semua bergulir secara otomatis dan baru menyadari setelah diucapkan dan dilakukan. “Apa yang dilakukannya tetap bisa diterima oleh pemikiran biasa, namun keadaan itu luar biasa. Ia dapat membaca pikiran orang lain, ia dapat memahami apa yang akan terjadi, walaupun secara logika tidak pernah terpikirkan,” ujarnya.

Suryani menilai kerauhan yang ada di masyarakat Bali bukan sebagai sebuah pertunjukan, tetapi sebagai sebuah wujud pembelajaran oleh Tuhan atau leluhur kepada umatNya atau pengikutNya. Dapatkah umat memahami apa yang diberikan dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari? Dapatkah apa yang dilakukan Sanghyang Dedari tanpa belajar menari mampu menari seperti orang yang telah belajar bertahun-tahun ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari?

Dapatkah kita menggunakan apa yang terjadi waktu upacara penyatuan kepala Rangda di kuburan di Jimbaran dimana bebuten melompati tembok lebih dari tiga meter tanpa melalui pemanasan ini digunakan guru-guru olah raga sehingga melahirkan atlit-atlit profesional? Dapatkah kemampuan balian membaca pikiran orang lain tanpa mengucapkannya dimanfaatkan sehingga kita dapat menggunakan kecerdasan spiritual dalam keseharian?


Menurut Ahli Kejiwaan RS Sanglah ini kerauhan bagi orang-orang pilihan dapat terjadi secara otomatis. Namun, bagi mereka yang bukan merupakan orang-orang pilihan, dapat belajar dan berlatih sehingga dapat menggunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai dokter, atlit, pelukis, wartawan, penari, pedagang, dan yang lainnya. Meditasi relaksasi spirit adalah salah satu cara melatih diri agar mampu pada posisi trance itu.

Untuk penanganan awal, kata Suryani, diberikan obat penenang supaya tidurnya nyenyak. “Dengan tidur nyenyak ia dapat mengontrol dirinya,” katanya. Namun, setelah dapat menguasai dirinya obat dihentikan, dan dilatih meditasi. “Saya ajarkan jangan teriak, jangan bergerak, tapi latihan mengontrol diri,” ujarnya.
Dengan keadaan trance dia dapat mengunakan indra keenamnya. Mengunakan kemampuan dirinya , dia tidak dimasuki roh tetapi kemampuan pemikiran sendirinya.

Bedanya dengan orang dalam tingkat kesadaran biasa adalah tingkat kesadarannya lebih tinggi dan dia dapat memahami mana yang baik dan buruk. “Ciri-ciri orang yang sedang trance adalah wajahnya datar, bibirnya pucat, matanya berkedip-kedip. Kalau sudah mencapai tingkat tinggi, dia berbicara teratur, dan sangat tenang,” jelasnya.

Meditasi spirit yang dilakukan adalah dengan merasakan masuk keluarnya napas lewat hidung. “Pernafasan jangan diatur biarkan secara alami. Posisi matapun alami tidak melihat hidung. Jangan membayangkan ada energi. Biarkan alami. Jangan memaksa diri, jangan mengosongkan pikiran, indra keenam harus tajam. Bagaimana pun kita harus tetap fokus. Kita tahu apa yang terjadi, namun, pikiran tidak ke mana-mana. Indra kelima tetap berfungsi,” ujar Suryani. –ast

12 komentar:

Anonim mengatakan...

Kerauhan... seseorang dalam dalam keadaan trance ya. Memang ada latihannya untuk masuk dari kesadaran alpha ke betha dan ke kondisi tetha (trance). Namun orang yang berbakat akan lebih mudah memasuki tingkat kesadaran tersebut

Andri Journal mengatakan...

Dua kali aku menjumpai kasus kesurupan.Hasil pemeriksaan fisik keduanya normal2 saja,cuma kesadarannya aja yg terganggu.Di tempatku hal2 seperti itu biasa ditangani pak kyai atau biasa disebut 'orang pintar'.

Oia tanya wir,kasus kesurupan ama histeria itu sama gak to?

Anonim mengatakan...

@buat erik:
ya betul tuh. Kalau orang yg sdah mempunyai bakat lebih mudah dilatih.ada satu contoh kasus made suryaningsih. Postingannya nanti yah

@buat andri:
beda sih , hehheehheheh
kalau kesurupan atau kerauhan itu dikendalikan oleh suatu kekuatan bisa baik dan buruk. ini tidak termask gangguan jiwa. nah kalau histeria itu bisa muncul karena beban pikiran atau stres.
yah, hehehheh pendapatku sih,

PS Holic mengatakan...

hmm... penguasaan alam sadar oleh makhluk lain, kenapa sampe detik ini saya agak sulit mempercayai hal seperti itu yahhh???

it's not because i hate this theme, i like the way you're wrting it down into an article like this :)

nice :)

Anonim mengatakan...

kerauhan kalo buat orang Bali sih udah ngerti ya
namun buat orang luar mungkin dianggap aneh atau apalah
tapi Bali is Unique
dan saya bangga sebagai orang Bali

Ibuku kenal prof. Suryani
walaupun engga deket sih
Prof dikenal dengan meditasinya
dikenal bahwa pengobatan medis merupakan upaya pendekatan terakhir dalam menangani kasus psikiatri

Prof. Sangat kontroversial
beberapa kalangan menentang pandangannya
bahkan psikiater mantan anak didiknya sekalipun
tapi Prof. is Unique Balinesse Woman
Like me, like mbak Wirati, Like Bali

Salam kenal ya mbak..

Anonim mengatakan...

@buat genial:
emang susah menerima dgn akal sehat, tapi ketika seorang ahli kejiwaan berbicara bahwa badan manusia ibarat sebuah magnet yang mampu menarik benda lainnya. aku mempercayainya.
kekuatan itu ektika mmapu diolah dgn baik akan menghasilkan sesuatu energi luar biasa.

@buat itik Bali:
iya betul tuh byk yg menentang prof. Suryani. Tapi aku suka, ketika semua orang berbicara sama, Prof. suryani mencoba mengupas dari sudut kacamata lain.
sebenarnya, aku punya teman ahli jiwa juga dari Inggris, justru pendapatnya sama dgn prof. suryani.

Anonim mengatakan...

kalo ga terkendali namanya kesyurupan ya?

Anonim mengatakan...

aku percaya sama hal kayak gitu.... tp kadang juga ga percaya.... jd bingung..

Anonim mengatakan...

@buat attayaya:
hehhhehehh iya lah, masa jatuh cinta sih

@buat ekosulistio:
hehhehehh sama mas, jadi bingung juga nih

Unknown mengatakan...

kerauhan...saya kayaknya dah sering ngelihat, biasanya saat upacara di pura..dan yang mengalaminyapun hanya terbatas pada orang tertentu saja.
Pertanyaannya kenapa hanya orang tertentu saja? Mungkinkah siapa saja bisa kerauhan?

ost rockers cengeng mengatakan...

apa saja yang dirasakan orng kerauhan frof/bu kerahuan di bali ada dari bhuta kala dan lainya klo di kampung saya hal itu sudah biasa bu di jimbaran nah yang saya tanyakan apakah semua orang bisa terkena klo di desa saya tidak semua orng bisa terkena berdasarkan keturunan klo di daerah lain saya kurang tau munkin ibu bsa menjelaskan sediki kepada saya trima kasih bu

Anonim mengatakan...

Bu...aq mau tny donk????kl kerauhan trs ngaku blg batare atau Tuhan gmn donk,trs dia mengangkat dirinya sendiri jd pemangku,pdhal kl seth gw sih jd pemangku hrs diwinten dl..sm pedande,dia gak bersihka diri sendiri atau melukat langsing jd pemangku,kt yg dr luar bali jd bingung donk?????