Rabu, 18 Maret 2009

Misteri Kerauhan (bag-2)

PERISTIWA kerauhan yang sering dialami Made Suryaningsih sangat mengganggu konsentrasi belajarnya. Namun, ia tetap optimis dapat menyelesaikan pendidikannya hingga tuntas. Setelah tamat SMA, Made diterima di Fakultas Teknik jurusan Mesin Unud. Dari 70 orang teman satu angkatannya, hanya ada tiga perempuan, Made salah satunya. Rasa kebersamaan dan setia kawan teman-temannya di kampus membuat Made tetap bersemangat kuliah di tengah keterbatasan kondisi tubuhnya.

Nama Made Suryaningsih menjadi terkenal di kampusnya gara-gara pada hari pertama masa perkenalan calon mahasiswa ia sempat membuat geger seluruh peserta. Suasana perkemahan di dekat kuburan Desa Batungsel di Tabanan itu seketika kacau-balau ketika Made kerauhan. Made mengaku terus dikendalikan suatu kekuatan yang tidak bisa ia lawan. ”Hari pertama sampai hari ketiga saya tidak dapat mengikuti kegiatan. Akhirnya panitia memutuskan agar saya beristirahat di rumah,” tutur finalis Putri Bali tahun 2006 ini.


Tiada hari tanpa kerauhan, begitulah ungkapan yang dilontarkan teman-teman kampusnya. Pernah, saat berlangsung kuliah, dosen sedang berbicara di depan kelas, tiba-tiba Made kerauhan dan mengamuk. Kegiatan kuliah terhenti. Teman-teman Made yang sebagian besar laki-laki segera mencari pemangku untuk menyadarkannya.

Teman-temannya cukup memaklumi keadaan Made. Beberapa dosen memperlihatkan rasa simpati kepadanya. Namun, ada yang terasa menganjal di hati Made.
Salah seorang dosen menganggap Made hanya berpura-pura. Menurut dosennya itu, Made hanya mencari sensasi. Sikap itu diawali marahnya sang dosen ketika saat kuliah berlangsung tiba-tiba Made keluar meninggalkan kelas tanpa permisi.

Tiba-tiba Made berdiri, langsung berlari ke luar kelas. Sikap Made itu dinilai sebagai sikap yang tidak sopan oleh dosen tersebut. Akibatnya fatal bagi Made. Dosen itu memberikan nilai merah pada Made untuk mata kuliah yang diajarkannya. Made berusaha menjelaskan, namun, sang dosen tak peduli.

”Saya tidak sempat permisi keluar kelas karena serangan itu tiba-tiba saja datang dan mengendalikan diri saya. Saya segera melarikan diri ke luar kelas karena tidak ingin membuat gaduh suasana kelas. Saya tidak mampu berbicara saat itu. Kekuatan itu begitu menguasai saya. Kalau tidak segera berlari, bisa-bisa saya mengamuk di dalam kelas,” tutur Made kepada wartawati Koran Tokoh.

Made tidak peduli terhadap nilai merah yang ia peroleh. Ia tetap bersemangat menempuh kembali mata kuliah yang tertinggal itu. Made pun pernah mengalami kejadian aneh di jalan raya. Ia melihat ada kecelakaan lalu lintas. Orang berkerumun di sekitar tempat kejadian. Hal itu menarik perhatian Made. Ia datang mendekat.

Ada korbannya yang meninggal. Namun, Made kaget. Ia melihat ada seseorang yang wajah dan tubuhnya mirip dengan wajah dan tubuh korban. Orang itu berdiri di samping korban kecelakaan tadi tergeletak. ”Saya heran mengapa ada dua orang yang sama. Satu berbaring dan yang satu lagi berdiri seperti patung dengan wajah diam,” ungkap Made tentang makhluk gaib itu.

Mengingat Made sering mengalami kerauhan dan melihat makhluk gaib, salah seorang teman kuliahnya yang juga temannya saat di SMAN 6 Denpasar, menganjurkan Made berkonsultasi dengan ahli kejiwaan Prof. L. K. Suryani. Made melaksanakan anjuran itu.

Itulah awal Made menemukan jalan untuk kesembuhannya. Made seolah mendapatkan semangat baru untuk keluar dari penderitaan yang dialaminya. ”Saya diminta melawan kekuatan itu dengan fokus,” ujar Made tentang saran guru besar FK Unud itu.

Ia rutin mengikuti meditasi di Wantilan DPRD Provinsi Bali tiap Sabtu mulai pukul 17.00. Ia juga diberi obat penenang selama satu bulan yang diminum dua kali sehari. Tiap pagi usai bangun tidur sekitar pukul 05.30, ia rutin melakukan meditasi.

Perjuangan Made melawan kekuatan yang selalu tiba-tiba datang menyerang, hampir membuat ia frustrasi. Namun, ia teringat saran Prof. Suryani yang mengatakan bahwa meditasi tidak seperti makan cabai, yang cepat dirasakan reaksinya. ”Meditasi harus dilakukan dengan sabar dan tekun,” saran Prof. Suryani kepada Made waktu itu. Serangkaian saran ahli kejiwaan itulah yang selalu menyadarkan Made ketika semangatnya dalam kondisi ingin menyerah. Kebulatan tekad dan semangat Made untuk sembuh dan tak ingin disebut ”orang aneh” akhirnya membuahkan hasil. –ast

Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 527

2 komentar:

Unknown mengatakan...

memang sulit mengetahui kelebihan dalam hal yg tak bisa kita pahami secara logika, tapi itulah misteri dikehidupan ini...hmmm

Anonim mengatakan...

@buat boykesn:
apa yang terjadi dalam hidup ini adalah suatu misteri ilahi. Pedih dan cobaan hanya ujian kehidupan. hehhehhheh kayak lagunya ari lasso yahhh