KONSUMSI ikan masyarakat Bali masih rendah. Tahun 2009 tercatat konsumsi ikan tiap orang di Bali 25,86 kilogram per tahun. Hal ini dinilai masih rendah dibanding konsumsi ikan masyarakat Indonesia sekitar 30,5 kilogram per tahunnya. Gubernur Bali Made Mangku Pastika membuat terobosan baru. Mewajibkan seluruh staf di lingkungan Pemprov. Bali mengomsumsi ikan dengan difasilitasi Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali. Selain untuk membantu pemasaran produk petani Bali, seruan ini juga untuk mewujudkan masyarakat Bali yang sehat dan berkualitas.
Ikan memiliki protein tinggi sehingga sangat baik jika dikonsumsi tiap hari. Terobosan Gubernur yang mewajibkan seluruh staf di lingkungan Pemprov. Bali mengonsumsi ikan dinilai seruan yang sangat positif. Demikian diungkapkan Kadis Kelautan dan Perikanan Prov. Bali Ir. I Gusti Putu Nuriartha, M.M. “Saat ini kendala petani Bali sulit dalam pemasaran produksinya,” katanya.
Terobosan ini selaras dengan pencanangan dan kampanye gerakan makan ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI di lokasi Pesta Kesenian Bali, Art Centre, Denpasar Minggu (13/6).
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mendorong upaya peningkatan dan pemerataan konsumsi ikan nasional, mendorong terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Kementerian Kelautan dan Perikanan harus terlibat aktif dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional karena ketahanan pangan merupakan bagian upaya pemenuhan hak atas pangan yang merupakan salah satu utama hak asasi manusia,” ujar Fadel Muhammad yang didampingi istrinya yang begitu antusias saat menyaksikan lomba kuliner masakan ikan di arena PKB.
Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali memasilitasi permintaan ikan dari semua instansi di lingkungan Pemprov. Bali dengan membeli dari petani di Kintamani. “Di sana terdapat kramba jaring ngapung, suatu metode budi daya ikan tawar di danau. Ikan yang dibudiadayakan ikan nila. Permintaan stabil tiap bulannya sekitar 300 kilogram yang terdata dari permintaan masing-masing instansi yang ada di lingkungan Pemprov. Bali. Harga pun disepakati agar menguntungkan petani,” kata Nuriartha.
Ia berpandangan, budi daya ikan tawar di Bali masih dinilai kurang sehingga diharapkan masyarakat mau tertarik untuk menekuni usaha ini. “Usaha ini sangat menjanjikan, apalagi masyarakat sudah mulai menggemari makan ikan. Banyak olahan yang dihasilkan dari ikan, tergantung kreativitas masing-masing. Rasa juga bisa diterima semua usia,” katanya.
Ia menyatakan, pemerintah memberikan banyak kemudahan agar masyarakat tertarik melakukan budi daya ikan tawar yakni berupa kredit tanpa agunan bagi nelayan, pengolah, pembudi daya dan pembenih ikan. Syaratnya sangat mudah, cicilannya ringan.
Selain itu, pemdampingan dan pembinaan akan terus dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali. Nuriartha mengatakan, budi daya ikan tawar sangat potensial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari segi ekonomi dan kesehatan.
Terobosan ini selaras dengan pencanangan dan kampanye gerakan makan ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI di lokasi Pesta Kesenian Bali, Art Centre, Denpasar Minggu (13/6).
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mendorong upaya peningkatan dan pemerataan konsumsi ikan nasional, mendorong terciptanya sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Kementerian Kelautan dan Perikanan harus terlibat aktif dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional karena ketahanan pangan merupakan bagian upaya pemenuhan hak atas pangan yang merupakan salah satu utama hak asasi manusia,” ujar Fadel Muhammad yang didampingi istrinya yang begitu antusias saat menyaksikan lomba kuliner masakan ikan di arena PKB.
Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali memasilitasi permintaan ikan dari semua instansi di lingkungan Pemprov. Bali dengan membeli dari petani di Kintamani. “Di sana terdapat kramba jaring ngapung, suatu metode budi daya ikan tawar di danau. Ikan yang dibudiadayakan ikan nila. Permintaan stabil tiap bulannya sekitar 300 kilogram yang terdata dari permintaan masing-masing instansi yang ada di lingkungan Pemprov. Bali. Harga pun disepakati agar menguntungkan petani,” kata Nuriartha.
Ia berpandangan, budi daya ikan tawar di Bali masih dinilai kurang sehingga diharapkan masyarakat mau tertarik untuk menekuni usaha ini. “Usaha ini sangat menjanjikan, apalagi masyarakat sudah mulai menggemari makan ikan. Banyak olahan yang dihasilkan dari ikan, tergantung kreativitas masing-masing. Rasa juga bisa diterima semua usia,” katanya.
Ia menyatakan, pemerintah memberikan banyak kemudahan agar masyarakat tertarik melakukan budi daya ikan tawar yakni berupa kredit tanpa agunan bagi nelayan, pengolah, pembudi daya dan pembenih ikan. Syaratnya sangat mudah, cicilannya ringan.
Selain itu, pemdampingan dan pembinaan akan terus dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali. Nuriartha mengatakan, budi daya ikan tawar sangat potensial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari segi ekonomi dan kesehatan.
Saat ini, Bali sudah melakukan ekspor ikan laut. Sedangkan ikan tawar masih untuk konsumsi lokal. Ekspor ikan laut dari Bali sekitar 35.000 ton tahun 2009 dengan nilai 127 juta US Dolar. “Ini semestinya bisa dilihat sebagai peluang usaha. Budi daya ikan tawar sangat menjanjikan. Apalagi Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Bali sudah siap memberikan pembinaan dan motivasi,” paparnya. Budi daya, katanya, juga tidak membutuhkan waktu yang lama. Budi daya ikan mujair 4-6 bulan, ikan gurami 6-8 bulan, dan ikan lele sekitar 4 bulan. Untuk pemasaran telah dilakukan penjajakan di supermarket di Denpasar, agar mereka bersedia menampung hasil produksi petani Bali.
Sampai saat ini, telah banyak dilakukan pelatihan bagi petani Bali. Beberapa desa menjadi percontohan budi daya ikan kawar seperti di Budakeling Karangasem, dan Blahbatuh, Gianyar. Budi daya ikan lele juga digencarkan. Citra buruk tentang budi daya lele sedang dikikis. “Budi daya dengan sistem terpal sudah berhasil dilakukan untuk peningkatan budi daya ikan lele. Tidak ada lagi persepsi buruk ikan lele hasil dari comberan,” tandasnya. Gubernur Bali berencana membuka pasar tani untuk menampung hasil pertanian pangan, perkebunan, dan perikanan. -ast
Koran Tokoh, Edisi 579, 14 s.d 20 Juni 2010