ISTILAH preman, selalu dikaitkan dengan tingkah brutal seperti merampok, merampas, memeras atau kelakuan apa saja yang merugikan orang lain baik fisik maupun jiwa.Orang yang bertubuh tinggi besar dan badannya dipenuhi tato, selalu dikatakan preman dengan konotasi negatif.
Penampilan bak preman selalu dilekatkan dengan aksi premanisme. Namun, di balik itu, aksi premanisme justru banyak dilakukan orang-orang yang tampil rapi, berdasi, dan orang-orang yang dianggap baik. Mereka melakukan pencurian, korupsi, narkoba, pembunuhan, dan tindakan lainnya yang merugikan masyarakat. Demikian diungkapkan drg. I Gusti Bagus Arya Putra saat ditemui di tempat praktiknya di Apotek Kimia Farma Jalan Kartika Plaza Kuta.
Penampilan dokter gigi yang satu ini sangat unik. Tubuhnya hitam, tinggi besar, badan dipenuhi tato, dan kedua telinganya menggunakan anting. Ia mengaku berpenampilan seperti itu karena merasa nyaman. “Saya ingin menjadi diri saya sendiri dan tampil apa adanya,” ujar lelaki kelahiran Denpasar, 10 Januari 1968 ini.
Kehidupannya yang keras sejak remaja, membentuk kepribadiannya hingga kini. Pendiam, itulah yang terlukis saat pertama kali bertemu dengan lelaki berzodiak Capricorn ini.
Penampilan dokter gigi yang satu ini sangat unik. Tubuhnya hitam, tinggi besar, badan dipenuhi tato, dan kedua telinganya menggunakan anting. Ia mengaku berpenampilan seperti itu karena merasa nyaman. “Saya ingin menjadi diri saya sendiri dan tampil apa adanya,” ujar lelaki kelahiran Denpasar, 10 Januari 1968 ini.
Kehidupannya yang keras sejak remaja, membentuk kepribadiannya hingga kini. Pendiam, itulah yang terlukis saat pertama kali bertemu dengan lelaki berzodiak Capricorn ini.
Sejak SMA, lelaki yang akrab disapa Arya ini sudah biasa nongkrong bersama teman-temannya di jalanan. Lulus SMA, ia tertarik kuliah di kedokteran gigi. Ia termasuk salah satu angkatan pertama di Fakultas Kedokteran Gigi Mahasaraswati Denpasar. Namun, saat ia menempuh pendidikan tinggi, ayahnya meninggal. Beban nafkah keluarga harus ditanggung ibunya sendiri. Sementara Arya bersama dua saudaranya memerlukan biaya besar untuk kuliah mereka. Arya bertekad membantu ibunya dengan membuat kue khas Bali untuk dijual sebagai biaya kuliahnya. Bahkan ia tidak malu untuk menumbuk tepung dan mengantarkan kue ke pasar dan toko-toko. Usahanya tidak sia-sia. Tahun 1997 ia menamatkan pendidikannya dengan baik.
Setelah setahun membantu temannya di klinik, Arya membuka praktik sendiri. Selain bertugas di Apotek Kimia Farma, ia juga menerima panggilan pasien langsung ke hotel-hotel.
Ada hal menarik yang dituturkan Dokter Arya mengenai tanggapan pasiennya terhadap penampilannya. Saat pertama kali datang, mereka kaget. Ada yang memandang aneh padanya. Ia memang tidak pernah mengenakan jas putih dokternya. Namun, setelah terjalin komunikasi yang baik, pasien begitu antusias menceritakan keluhan penyakitnya. Mereka tidak sungkan-sungkan bertanya, karena merasa nyaman dengan tidak adanya formalitas.
Pasiennya justru sebagian besar anak kecil. “Biasanya anak kecil paling takut ke dokter gigi,” tutur lelaki yang suka pergi ke tempat dugem (dunia gemerlap) ini. Dengan penampilan Dokter Arya yang unik, anak-anak tidak takut lagi memeriksakan giginya.
Ada satu manfaat positif yang didapatkannya sering pergi ke tempat hiburan malam. Dari sana, ia banyak mendapat pasien ekspatriat. Bahkan semua tempat dugem di Kuta tak asing baginya. Para karyawan di tempat tersebut mengenal Dokter Arya dengan baik. Tak jarang dari mereka juga akhirnya menjadi pasiennya. Untuk pasien ekspatriat, ia mengaku tidak ada masalah. “Mereka biasa melihat orang yang bertubuh besar dan bertato. Tato itu kan seni. Bukan berarti pakai tato adalah penjahat,” ujarnya.
Karena ingin mengembangkan wawasan, kini ia terjun ke dunia politik. Ia dipercaya menjadi Wakil Ketua Partai Hanura DPC Denpasar Selatan. Alasannya terjun ke politik hanya untuk belajar, tidak ada target apa-apa. Ia hanya melakoni seperti air mengalir apa adanya. Kebetulan niatnya itu sangat didukung sang ibu. –ast
(Sudah dimuat di Koran Tokoh, Edisi 502, 24 Agustus 2008)
2 komentar:
Berarti sekarang umurnya dah 40 tahun ya?Benar2 dokter yg gaul..Kalo aku sih gak berani tato2an..Dan meskipun suka merokok di warung kopi,aku jg tidak merokok di puskesmas.Aku berusaha menjadi dokter yg kalem aja.. :p
dokter gaul...gpp..yg penting punya hatinya baek..dan pekerjaannya positif penampilan nomer sekian...jd pengen ketemu tuh dokter deh...ntar kpan2 kl ke bali iseng ah..mmapir ke sana...
Posting Komentar